Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG

ISU ENERGI

Indonesia merupakan negara yang menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Area
penanaman sawit selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, Badan Pusat Statistik (BPS)
memperkirakan pada tahun 2021 luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 14,62 juta hektar
yang tersebar di 26 provinsi sehingga menjadikan Indonesia menjadi negara pengekspor
sawit terbesar di dunia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatatkan
kenaikan produksi minyak sawit pada Maret 2022 sebesar 8,2% dari bulan sebelumnya yang
sebesar 3,83 juta ton (month-to-month).

Minyak goreng masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mengolah
makanan. GAPKI mencatat konsumsi minyak sawit di Indonesia sebesar 18,5 juta ton pada
tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat sebesar 6,63% dari tahun sebelumnya yang lebih
detail akan diberikan pada grafik dibawah ini:

Grafik 1. Konsumsi Minyak Sawit Indonesia

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

Adapun, konsumsi minyak sawit Indonesia pada tahun 2021 paling banyak untuk pangan,
yakin sebesar 8,95 juta ton. Minyak goreng menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat
Indonesia karena minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih.

Penggunaan minyak sawit di menggoreng bahan pangan hanya dapat digunakan ulang
sebanyak 1-3 kali. Menurut Sartika (2012), Jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng
yang telah berulangkali digunakan. Minyak yang sudah digunakan berulang kali akan
berwarna kehitaman dan tidak baik untuk dikonsumsi sehingga limbah minyak jelantah
biasanya dibuang.

Dari segi Kesehatan, minyak jelatah mengandung berbagai radikal bebas yang setiap saat siap
untuk mengoksidasi organ tubuh secara perlahan. Minyak goreng bekas berpotensi
menimbulkan penyakit jantung coroner walaupun telah melalui penyaringan beberapa kali,
namun proses ini tidak menghilangkan zat yang timbul setelah minyak goreng dipanaskan
dengan suhu tinggi berulang kali.

Pada proses penggorengan pertama, minyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang
cukup tinggi. Pada penggorengan berikutnya, asam lemak jenuh akan meningkat. Proses
pemanasan minyak pada suhu tertentu, Ketika dipakai untuk menggorengn akan memutuskan
ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal (Amalia, 2010). Penggunaan minyak goreng yang
lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi membentuk gugus
peroksida dan monomner siklik, oksidasi yang disebabkan oleh pemanasan berulang ini
menyebabkan turunnya nilai gizi sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.

Menurut data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab kematian manusia nomor satu di negara maju dan
berkembang dengan menyumbang 17 juta kasus dari seluruh kematian di dunia.

Selain berbahaya bagi Kesehatan, minyak jelatan juga berbahaya bagi lingkungan karena
termasuk dalam limbah B3. Limbah B3 merupakan limbah yang dalam konsentrasinya
mengandung zat berbahaya yang dapat merusak lingkungan. Umumnya minyak jelantah
dibuang ke lingkungan tanpa adanya control yang berwawasan lingkungan. Hal ini
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yaitu pencemaran tanah maupun air.

Dampak pencemaran minyak jelantah bagi tanah yaitu dapat menurnukan tingkat kesuburan
tanah, mengurangi tingkat kandungan mineral dalam air bersih, menyumbat pori-pori tanah,
dan membuat tanah menjadi keras. Selain itu, minyak jelantah yang dibuang langsung ke
sungai dan atau laut akan mengapung dipermukaan air dan menghalangi sinar matahari.
Dampaknya akan mengganggu proses fotosistensi tumbuhan dan menurunkan kadar oksigen
yang dibutuhkan oleh biota laut.
Untuk mengurangi potensi pencemaran minyak jelantah bagi lingkungan, minyak jelantah
dapat diolah menjadi sumber bahan bakar biodiesel sebagai alternatif untuk mengurangi
ketergantungan akan bahan bakar minyak bumi.

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia pada kuartal III 2021 naik 3,19%
menjadi 48,59 juta kiloliter dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan rincian, penyaluran bensin sebesar 24,03 juta KL, solar 23,32 juta KL, dan avtur
sebesar 1,21 juta KL.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2022 Indonesia mengimpor
minyak mentah sebanyak 1,31 juta ton, volume impor tersebut bertambah sebanyak 196 ribu
ton jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2021.

Secara komulatif, sepanjang periode Januari-Agustus 2022 volume impor minyak mentah
Indonesia sudah mencapai 9,77 juta ton, naik sebesar 2,55% dibandingkan dengan periode
januari-agustus tahun lalu.

Nilai impor migas tahun ini mengalami kenaikan sebesar 64,03%, melonjaknya nilai tersebut
tidak terlepas dari naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 44,74 % (year to date / ytd)
ke level US$ 114,81 per barel pada akhir Juni 2022 dibanding posisi 31 Desember 2021 yang
masih berada di posisi US$ 79,32 per barel.

Kenaikan nilai impor migas tersebut berdampak pada anggaran subsidi dan kompensasi
BBM. Berdasarkan data dari kementrian keuangan, pemerintah telah menaikan anggaran
subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 sebesar lebih dari 3 kali lipat, yaitu Rp 152,5 triliun
menjadi 504,4 triliun untuk menjaga perekonomian nasional dan daya beli masyarakat miskin
dan rentan.

Dengan potensi Indonesia yang kaya akan minyak sawit yang menghasilkan limbah minyak
jelantah, menjadikan peluang bagi Indonesia untuk mengelola minyak jelantah tersebut
menjadi bahan bakar biodiesel yang lebih ramah lingkungan dan salah satu solusi untuk
mengurangi anggaran belanja negara untuk melakukan impor minyak mentah dan subsidi
BBM.

Biodiesel merupakan salah satu jenis bahan bakar diesel alternatif yang ramah lingkungan
yang menjanjikan, tidak mempunyai efek terhadap Kesehatan dan jika dipakai sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor dapat menghasilkan emisi yang lebih rendah jika dibandingkan
menggunakan sumber minyak bumi. Biodiesel dapat digunakan secara murni maupun
dicampur, dan dikhususkan untuk mesin jenis diesel untuk mengurangi konsumsi solar.

Produksi minyak jelantah dalam program kali ini akan bersumber dari hotel, rumah sakit dan
rumah makan yang tersedia di Kota Palembang dan Prabumulih Sumatera Selatan.
Berdasarkan data yang di rangkum dari The International Council on Clean Transportation
(ICCT), jumlah minyak yang bisa terkumpul dari rumah makan dan hotel bisa mencapai 156
kL. Ini menunjukan potensi dari sektor penyedia makan dan hotel untuk menghasilkan
minyak jelantah yang bisa kemudian diolah menjadi biodiesel

Anda mungkin juga menyukai