Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki beragam kekayaan alam
terbarukan yang sangat potensial sebagai penghasil bahan baku untuk bahan bakar
alternatif selain minyak bumi. Keterbatasan persediaan cadangan minyak bumi dan isu
lingkungan menyebabkan negara-negara di dunia mulai beralih pada pemanfaatan
bahan bakar nabati. Etanol merupakan bahan bakar yang telah dimanfaatkan sebagai
campuran bensin di negara-negara maju. Negara-negara penghasil bioetanol, seperti
Brazil dan Amerika Serikat, mengembangkan industri pengolahan etanol mulai dari
industri pengolahan skala kecil sampai dengan skala besar (Panca, 2016).
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif dari tumbuhan yang lebih ramah
lingkungan dan menjanjikan sebagai bahan bakar konvensional. Bioetanol yang
digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) terbukti mampu mengurangi
emisi gas karbondioksida (CO2) hingga 18% dibandingkan bahan bakar fosil lainnya
(Sitorus, 2014). Proses produksi bioetanol dilakukan melalui proses sakarifikasi, yaitu
pemecahan gula kompleks (karbohidrat) menjadi gula sederhana (glukosa) (Hapsari,
2013), dan proses fermentasi, yaitu konversi glukosa menjadi bioetanol.
Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia
dengan luas perkebunan kelapa sawit sebesar 8,6 juta hektar pada tahun 2019 dan
meningkat hampir 300 ribu hektar di tahun 2020 hingga 8,9 juta hektar (Badan Pusat
Statistik, 2021). Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang
berasal dari pengolahan kelapa sawit dengan jumlah yang besar. TKKS memiliki
kandungan selulosa 45,95%, hemiselulosa 22,84%, lignin 16,49%, abu 1,23%
(Irawati, 2014). Satu ton tandan buah segar (TBS) mengandung 22-23% limbah TKKS
(Wardani, 2012). Karakteristik TKKS adalah mengandung banyak selulosa dan lignin
sehingga secara alami TKKS sulit didekomposisi karena mengandung rasio unsur
kabon terhadap nitrogen (C/N) yang tinggi (Sunaryo, 2014) sekitar 87,6%, dengan
kandungan C mencapai 56,94% (Susanto, 2019). Atas hal ini, diperlukan proses
pengolahan dan pemanfaatan lebih lanjut melalui proses biokonversi.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Dengan demikian, pembangungan pabrik bioetanol dari tandan kosong kelapa


sawit akan memberikan kontribusi dalam penghematan dan subsidi bahan bakar
minyak, meningkatkan nilai guna limbah, dan mengurangi emisi gas CO2.
1.2 Kapasitas Prarancangan
Penentuan kapasitas produksi perancangan pabrik bioetanol didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan berikut.
1.2.1 Kebutuhan Bioetanol di Indonesia
Penentuan kapasitas pabrik bioetanol didasarkan pada jangkauan pemasaran
produknya. Konsumsi bioetanol diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa
tahun mendatang. Hal ini berkaitan dengan Peraturan Menteri EDSM Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2013 tentang penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga
Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain, sementara pada tahun 2016
menargetkan pencampuran bioetanol untuk bidang transportasi sebesar 5% dari total
konsumsi dan pada tahun 2020 menargetkan 10% pencampuran bioetanol terhadap
kebutuhan total Bahan Bakar Minyak (BBM) serta banyaknya industri yang menjadi
bioetanol sebagai bahan baku pabriknya. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari
pabrik yang sudah ada di Indonesia dan impor dari luar negeri.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia, jumlah konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di
Indonesia dari tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Data Konsumsi BBM di Indonesia (www.esdm.go.id)
Tahun Konsumsi BBM (106 L)
2015 31.528
2016 32.632
2017 33.548
2018 34.490
2019 35.677
Dari data konsumsi BBM pada Tabel 1.1, dilakukan regresi linear untuk
mendapatkan nilai kenaikan konsumsi BBM dan dapat memprediksi kebutuhan BBM
di Indonesia pada tahun 2025.

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

36,000

Jumlah konsumsi (106 L)


35,000

34,000

y = 1015.7x + 30528
33,000 R² = 0.9979

32,000

31,000
0 1 2 3 4 5 6
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Konsumsi BBM di Indonesia Tahun 2015-2019


Dari regresi linear di atas, diperoleh persamaan:
y = 1015,7x + 30528 (1.1)
dengan, y = jumlah konsumsi BBM (106 L)
x = tahun
Berdasarkan persamaan (1.1) diperoleh perkiraan data konsumsi BBM di Indonesia
pada tahun 2025 mencapai 41.700.700 kL dan kebutuhan bioetanol untuk campuran
BBM sebesar 4.170.070 kL.
1.2.2 Kebutuhan Bioetanol di India
Pengunaan bioetanol secara global diprediksi akan meningkat pesat dari kurun
waktu 2018 s/d 2027. Sebanyak 80% dari peningkatan ini akan terjadi di negara-
negara berkembang dan beberapa negara lainnya, seperti Brazil, China, India, dan
Thailand.
Tabel 1.2 Data Impor Bioetanol di India (www.statista.com)
Tahun Impor (kL)
2015 204.000
2016 432.000
2017 718.000
2018 633.000
2019 750.000

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Dari data impor pada Tabel 1.2, dilakukan regresi linear untuk
mendapatkan nilai kenaikan impor bioetanol yang nantinya dapat digunakan untuk
memprediksi jumlah impor bioetanol di India pada tahun 2025.
1000000

800000
Jumlah Impor (kL)

600000

y = 129,300.00x - 260,250,700.00
400000 R² = 0.80

200000

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Gambar 1.2 Gafik Impor Bioetanol di India Tahun 2015-2019


Dari regresi linear di atas, diperoleh persamaan:
y = 129.300x – 260.250.700 (1.2)
dengan, y = jumlah impor bioetanol (kL)
x = tahun
Berdasarkan persamaan (1.1) diperoleh perikiraan data impor bioetanol di India pada
tahun 2025 mencapai 1.581.800 kL.
1.2.3 Kapasitas Minimum Pabrik
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, terdapat
sekurang-kurangnya 15 pabrik bioetanol di Indonesia yang kurang lebih memproduksi
bioetanol sebesar 415.000 kL per tahunnya.

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Tabel 1.3 Pabrik Bioetanol di Indonesia (www.kemenperin.go.id)


Kapasitas/tahun
No. Pabrik Tempat Bahan baku
(kL)
1 BPPT Lampung Lampung Singkong 2.500
2 PT Indolampung Distillery Lampung Molasses 70.000
3 PT Molindo Raya Industri Malang Molasses 50.000
4 PT Indo Acidatama Solo Molasses 50.000
5 PT Aneka Kimia Nusantara Mojokerto Molasses 17.000
6 PASA Jatiroto Lumajang Molasses 7.500
7 PT Madu Baru Yogyakarta Molasses 7.000
8 PSA Palimanan Cirebon Molasses 7.000
9 PT Basis Indah Makassar Molasses 5.500
10 Permata Sakti Medan Molasses 5.000
11 Molasindo Alur Pratama Medan Molasses 3.600
12 PT Energi Agro Nusantara Mojokerto Molasses 30.000
(PTPN X)
13 PT Madusari Lampung Lampung Singkong + 50.000
Indah Tebu
14 PT Indonesia Etanol Industri Lampung Tengah Singkong 50.000
15 Sampoerna Bio Energi Jateng & Jatim Singkong + 60.000
bersinergi dengan PTPN XI Tebu

Berdasarkan Tabel 1.3, kapasitas minimum pabrik bioetanol yang telah berdiri
di Indonesia adalah 2.500 kL dan kapasitas maksimumnya adalah 70.000 kL.
Penentuan kapasitas pabrik dalam prancangan ini berada di antara kapasitas minimum
dan maksimum pabrik yang telah berdiri agar pabrik yang didirikan memperoleh
keuntungan.
1.2.4 Ketersediaan Bahan Baku
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, Indonesia memiliki
luas perkebunan kelapa sawit sebesar 14.456,60 hektar yang tersebar di 28 provinsi
di Indonesia dengan produksi kelapa sawit sebesar 45.861.121 ton per tahun.
Sebanyak 25-26% dari total produksi kelapa sawit tersebut merupakan tandan
kosong yang menjadi produk samping. Sekitar 10% dari TKKS tersebut sudah
dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler maupun kompos, dan sisanya masih
menjadi limbah (Ngadi, 2014).

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Tabel 1.4 Perkiraan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia (www.pertanian.go.id)


Tahun Produksi (ton) Pertumbuhan (%)
2016 31.730.961 -
2017 37.965.224 19,6
2018 42.883.631 12,9
2019 45.861.121 6,9
2020 49.117.260 7,1
Rata-rata (%) 11,7
1.2.5 Perhitungan Kapasitas Produksi Bioetanol
Pabrik bioetnaol yang akan dirancang ditargetkan untuk memenuhi 1%
kebutuhan dalam negeri dan 0,6% dari total impor negara India untuk menghindari
risiko produk yang tidak laku karena adanya persaingan dalam perdanganan antara
negara pengekspor bioetanol yang lain.
Perhitungan kapasitas pabrik bioetanol yang direncanakan akan beroperasi pada
tahun 2025 menggunakan persamaan sebagai berikut.
m1 + m2 + m3 = m4 + m5 (I.3)
dengan,
m1 = nilai impor tahun 2025 (kL/tahun) = 0
m2 = produksi pabrik dalam negeri (kL/tahun) = 0
m3 = kapasitas pabrik yang akan didirikan (kL/tahun)
m4 = nilai ekspor tahun 2025 (kL/tahun)
m5 = nilai konsumsi dalam negeri tahun 2025 (kL/tahun)
Perkiraan kebutuhan bioetanol dalam negeri pada tahun 2025:
m5 = 1% x 4.170.070 kL/tahun
= 41.700,7 kL/tahun
Nilai ekspor bioetanol pada tahun 2025:
m4 = 0,6% x 1.581.800 kL/tahun
= 9.490,8 kL/tahun
Perhitungan kapasitas pabrik bioetanol pada tahun 2025
m3 = (m4 + m5) – (m1 + m2)
m3 = (41.700,7 kL/tahun + 9.490,8 kL/tahun) – (0 + 0)
= 51.192,5 kL/tahun

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Berdasarkan hasil perhitungan, dalam prarancangan ini dipilih kapasitas 50.000


kL/tahun, dengan pertimbangan sebagai berikut.
1. Dapat mencukupi 1% kebutuhan bioetanol di dalam negeri
2. Dapat mempengaruhi berdirinya industri-industri lain yang menggunakan
bioetanol, terutama pada penyediaan bahan baku
3. Menghemat devisa negara sekaligus menambah devisa dengan melakukan
ekspor ke luar negeri
4. Membuka lapangan pekerjaan baru sehingga menurunkan tingkat
pengangguran
1.3 Pemilihan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik yang tepat, ekonomis, dan menguntungkan dipengaruhi
oleh banyak faktor. Idealnya, lokasi yang dipilih harus dapat memberikan kemudahan
dalam pengadaan bahan baku serta kemungkinan memperluas atau memperbesar
pabrik dan memberikan keuntungan untuk jangka panjang.
Lokasi pabrik yang dipilih adalah di Bangsal Aceh, Kecamatan Sungai
Sembilan, Kota Dumai, Riau yang ditandai dengan tanda hitam. Pemilihan lokasi
secara lebih spesifik dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Lokasi Pabrik

Gambar 1.3 Lokasi Pendirian Pabrik

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Daerah ini dipilih dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang terdiri dari
faktor primer dan faktor sekunder.
1.3.1 Faktor Primer
a. Ketersediaan Bahan Baku
Lokasi pendirian pabrik dipilih di Provinsi Riau karena berdasarkan data
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Riau menjadi Kawasan penghasil kelapa
sawit terbesar di Indonesia, yaitu pada tahun 2021 diperkirakan Provinsi Riau
mempunyai lahan kelapa sawit sebesar 2.895.093 m2. Lokasi pendirian pabrik dipilih
di dekat penghasil bahan baku pembuatan bioetanol, yaitu tandan kosong kelapa sawit
yang diperoleh dari PT Sari Dumai Sejati yang berlokasi di Lubuk Gaung, Kec. Sungai
Sembilan, Kota Dumai, Riau. PT Sari Dumai Sejati memiliki kapasitas produksi
tandan buah segar (TBS) sebesar 12.830 ton/hari atau 4.682.950. ton/tahun.
b. Pemasaran produk
Bioetanol hasil dari produksi akan digunakan sebagai campuran pembuatan
bahan bakar ramah lingkungan (biofuel), pelarut, bahan baku, dan obat antiseptik di
Indonesia, terutama di Provinsi Riau. Sarana transportasi untuk pemasaran yang
tersedia cukup lengkap dan memadai, seperti Pelabuhan Dumai, Riau, serta
transportasi darat berupa jalan besar utama.
c. Utilitas
Utilitas (unit pengolahan) pabrik merupakan faktor penunjang yang sangat
penting. Kebutuhan tenaga listrik untuk operasi pabrik diperoleh dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Sementara untuk kebutuhan air pendingin dan hydrant
diperoleh dari air laut yang lokasinya sangat dekat dengan lokasi pabrik, yaitu Laut
Selat Malaka, sedangkan kebutuhan bahan bakar menggunakan Industrial Diesel Oil
(IDO) dan High Speed Diesel (HSD) dari PT Pertamina Refinery Unit II yang
berlokasi di Jl. Raya Kilang Putri Tujuh, Tanjung Palas, Dumai Timur, Tanjung Palas,
Dumai Timur, Kota Dumai, Riau.
1.3.2 Faktor Sekunder
a. Tanah
Penentuan suatu kawasan industri terkait dengan masalah tanah, yaitu tidak
rawan terhadap bahaya tanah longsor, gempa, dan tsunami, sehingga pemilihan lokasi

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

pendirian pabrik di Bangsal Aceh, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, Riau
merupakan keputusan yang tepat. Selain lahan yang masih luas, daerah penghijauan
hutan masih cukup banyak sehingga mampu membantu mengurangi kadar polusi yang
ditimbulkan oleh pabrik.
b. Iklim
Suhu udara beragam antara 26 – 27,8°C, serta kondisi iklim yang tropis dan
lembab dengan hujan cukup merata setiap tahunnya sepanjang tahunnya sangat
menguntungkan bagi keberjalanan pabrik.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Jenis-jenis Proses
1.4.1.1. Proses Pretreatment
Proses pretreatment bertujuan untuk memutuskan ikatan lignin yang
mengikat kuat polimer selulosa dan hemiselulosa dalam suatu bahan sehingga
memudahkan degradasi selulosa dan hemiselulosa menjadi monomernya dan
meningkatkan porositas (ukuran ruang kosong di dalam bahan). Selain itu, proses ini
membuat selulosa lebih mudah untuk dihidrolisis sehingga konversi polimer
karbohidrat menjadi gula akan berlangsung lebih cepat dengan perolehan akan
berlangsung lebih cepat dengan perolehan yield lebih besar, dan menghindari
terbentuknya produk samping yang dapat menghalangi proses hidrolisis dan
fementasi (Leustean, 2009).
Proses pretreatment untuk material lignoselulosa (komponen polisakarida di
alam, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin) dapat dilakukan beberapa metode
sebagai berikut.

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Tabel 1.5 Pretreatment untuk Material Lignoselulosa (Jeon, 2014; ; Ortiz, 2014;
Sanchez, 2008)
Metode Prosedur Contoh Bahan
Menggunakan pelarut seperti methanol,
etanol, aseton, etilen glikol yang dicampur Kayu keras (hardwood) dan
Organosolv dengan H2SO4 atau HCl dengan konsentrasi kayu lembut (softwood) seerti
1% pada suhu 185-198°C selama 30-60 menit cemara, pinus, dan lain-lain.
dengan pH 2.0-3,4
Bagasse, Jerami, gandum,
Menggunakan ozon (O3) pada suhu dan
Ozonolysis rerumputan kering, pinus,
tekanan ruangan (STP) pada 25°C dan 1 atm
serbuk kayu
Dilute-acid Menggunakan H2SO4, HCl, atau HNO3 Bagasse, Tongkol jagung,
Hydrolysis dengan konsentrasi 0,75-5%, dengan tekanan gandum, sekam padi
hampir 1 MPa. Jumlah padatan 5-10 wt% dari
bahan kering per bahan total
Hot Compressed Menggunakan hot compressed water pada Biomassa seperti kayu,
Water temperature 160-220°C dan tekanan dibawah pelepah sawit, tandan kosong
5 MPa selama 1-30 menit kelapa sawit
Liquid Hot Water Menggunakan air panas (hot water) pada Bagasse, ampas jagung, olive
temperature 170-230°C pada tekanan 5 MPa pulp
selama 1-46 menit
Concentrated- Menggunakan H2SO4 10-30% pada suhu 170- Serbuk kayu
acid Hydrolysis 190°C dengan rasio solid-liquid 1:1,6
Wet Oxidation Menggunakan oksigen pada suhu 195°C pada Tongkol jagung dan jerami
tekanan 1,2 MPa yang ditambahkan air (H2O) gandum
dan sedikit Na2CO3 atau H2SO4
Menggunakan cairan pemasak berupa NaOH Kayu keras (hardwood),
Alkaline pada suhu 60°C selama 24 jam, atau Ca(OH)2 bagasse, tongkol jagung,
Hydrolysis pada suhu 120°C selama 4 jam. Selama proses jerami, tandan kosong kelapa
ditambahkan air (H2O) sawit
Menggunakan larutan basa NaOH dengan
konsentrasi 2.9 M pada suhu 130°C dan
CHEMEX Tandan kosong kelapa sawit
tekanan 3.5 kg.f/cm2, serta rasio solid/liquid
adalah 1/5

1.4.1.2. Proses Hidrolisis


Hidrolisis adalah proses pemecahan polisakarida pada biomassa lignoselulosa
menjadi monosakarida (Novia, 2014). Proses hidrolisis juga untuk memecah ikatan

10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

lignin yang masih terikat, menghilangkan kandungan lignin dan hemiselulosa, serta
meningkatkan porositas bahan (Osvaldo, 2012).
Secara umum terdapat dua jenis proses hidrolisis yang sering digunakan, yaitu
hidrolisis dengan asam dan hidrolisis dengan enzim (enzimatik). Kedua jenis proses
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagai berikut.
Tabel 1.6 Perbandingan Proses antara Hidrolisis Asam dan Enzimatik (Taherzadeh,
2007)
Variabel Pembanding Hidrolisis Asam Hidrolisis Enzimatik
Yield hasil hidrolisis yang tinggi Tidak Ya
Penghambatan produk (inhibitor) selama
Tidak Ya
hidrolisis
Pembentukan produk samping yang
Tidak Ya
menghambat hidrolisis
Ramah terhadap lingkungan Tidak Ya
Katalis yang murah Ya Tidak
Waktu hidrolisis yang cepat Ya Tidak
Korosif Ya Tidak
Detoksifikasi (proses pemisahan gula dari
Ya Tidak
asam)

1.4.1.3. Proses Pembuatan Etanol


Proses pembuatan etanol dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Hidrasi alkena
a. Cara langsung
Etilen (C2H4) direaksikan dengan asam sulfat (H2SO4) pada suhu 250°C dan
tekanan 100-300 atm dengan katalis P2O5 (difosfor pentaoksida) membentuk etil
hydrogen sulfat sebagai reaksi pertama. Hasil reaksi pertama dihidrolisa oleh air
membentuk alkohol dan asam sulfat sebagai reaksi kedua. Asam sulfat yang terbentuk
pada reaksi kedua dapat digunakan kembali. Reaksi metode hidrasi alkena secara
langsung sebagai berikut (Sudarmo, 2016).
Reaksi 1: CH2=CH2 + H2SO4 → CH3—CH2—O—SO3H
Reaksi 2: CH3—CH2—O—SO3H + H2O → CH3—CH2—OH + H2SO4
b. Cara tidak langsung

11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Etanol dapat disintesis dari reaksi antara etilen (C2H4) dengan air menggunakan
katalis pada temperature dan tekanan yang tinggi. Proses ini menggunakan katalis
H3PO4 dengan pembawa alumina gel, tanah diatome, bentonite, dan opoka karena
melewati ion karbonium. Perbandingan mol etilen dan air bebas garam adalah 1:0,6
dengan suhu reaksi 280-300°C dan tekanan 300 atm. Reaksi metode hidrasi alkena
secara tidak langsung sebagai berikut (Sudarmo, 2016).
Reaksi: CH2=CH2 + H2O + H3PO4 → CH3—CH2—OH
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses perubahan secara kimia yang dihasilkan pada
substrat organic karena aktivitas enzim atau mikroba yang spesifik (Kristina, 2012).
Proses fermentasi mengubah glukosa menjadi etanol dan gas karbondioksida (CO2)
menggunakan bantuan mikroba melalui jalur glikolisis atau jalur Embden-Meyerhof-
Parnas. Secara keseluruhan, jalur glikolisis sebagai berikut (Irnaningtyas, 2014).

Gambar 1.4 Jalur Glikolisis Embden-Meyerhof-Parnas

12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

Tabel 1.7 Keuntungan dan Kelemahan Proses Hidrasi Etilena dengan Fermentasi
Keuntungan Kelemahan
Proses Hidrasi Etilena Proses Fermentasi Proses Fermentasi Proses Hidrasi Etilena
Bahan baku berupa
Bahan baku berupa Proses yang digunakan hidrokarbon jenis
Proses yang digunakan
biomassa batch sehingga perlu alkena dari produk
kontinyu
(renewable energi) penjadwalan minyak bumi (non-
renewable energy)
Suhu (250-300°C) dan
Suhu dan tekanan
tekanan (70,23 atm)
Produksinya sangat operasi yang Produksinya sangat
yang tinggi sehingga
cepat diperlukan rendah (30- lambat
memerlukan material
35°C)
khusus
Kebutuhan energi
Produk yang Kebutuhan energi
kecil karena proses
Produk yang dihasilkan tidak murni lebih besar karena
fermentasi
dihasilkan murni sehingga perlu membutuhkan kondisi
berlangsung pada
beberapa treatment operasi yang tinggi
kondisi atmosfer
Proses yang lebih
Proses yang tidak berbahaya karena
Persentase yield yang Persentase yield yang
berbahaya karena menggunakan bahan
dihasilkan besar dihasilkan kecil
menggunakan ragi kimia, seperti asam
kuat
Tidak menghasilkan Menghasilkan limbah
limbah produk produk berupa gas CO2

1.4.1.4. Metode Hidrolisis dan Fermentasi


Secara umum, proses pembuatan bioetanol dari biomassa terdiri dari dua tahap
utama, yaitu Separated Hydrolysis and Fermentation (SHF) dan Saccharification and
Fermentation (SSF). Metode SHF adalah metode hidrolisis dan fermentasi dilakukan
secara terpisah untuk memudahkan pengontrolan pada setiap tahap, yaitu hidrolisis
dan fermentasi, agar tercapai hasil yang diinginkan (Anaawang, 2017). Metode SSF
adalah metode hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara bersamaan dalam satu alat
(Alvira, 2010) sehingga dapat mencegah terhambatnya kinerja enzim oleh produk

13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

glukosa dan selobiosa yang selama ini menjadi kelemahan dari metode pembuatan
etanol secara SHF (Taherzadeh, 2007).
1.4.2 Pemilihan Proses
Berdasarkan uraian di atas, maka prarancangan pabrik bioetanol dari tandan
kelapa sawit dipilih:
1. Proses pretreatment dipilih metode CHEMEX karena prosesnya lebih mudah,
efisien, dan tidak menghasilkan inhibitor (penghambat terbentuknya produk).
2. Proses hidrolisis dan fermentasi dipilih metode Separated Hydrolysis dan
Fermentation (SHF) untuk memudahkan pengontrolan pada setiap proses, yaitu
proses hidrolisis dan fermentasi, agar didapatkan hasil yang diinginkan.
3. Proses hidrolisis dipilih metode hidrolisis enzimatik.
4. Proses pembuatan etanol dipilih metode fermentasi.
1.4.3 Kegunaan Produk
Bioetanol merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang mengandung 35%
oksigen yang sesuai digunakan untuk menurunkan emisi partikulat dan nitrogen oksida
beserta gas-gas rumah kaca selama terjadinya pembakaran. Selain itu, karena memiliki
reaktivitas fotokimia ambient yang rendah, bioetanol mengurangi adanya interaksi
dengan ozon. Bioetanol juga merupakan pengganti yang lebih aman untuk methyl
tertiary butyl ether (MTBE), zat aditif yang ditambahkan pada bensin untuk mencapai
pembakaran bahan bakar yang bersih. Etanol juga dapat digunakan sebagai keperluan
rumah tangga maupun kebutuhan industri, yaitu:
a. Sebagai biofuel atau bahan bakar pada konsentrasi > 99%.
b. Sebagai bahan pelarut, misalnya pelarut cat, pelarut minyak, dan lain-lain.
c. Sebagai campuran minuman.
d. Sebagai obat antiseptik dengan kadar 70% dan kepentingan farmasi.
e. Sebagai desinfektan peralatan medis/laboratorium.
f. Sebagai bahan baku industri, misalnya industri etil asetat, etil eter, etil klorida,
dan lain-lain.

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

1.4.4 Sifat-sifat Bahan Baku dan Produk


1.4.4.1. Sifat-sifat Bahan Baku
1. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sifat Fisis (Jeon, 2014)
• Kandungan : lignoselulosa
❖ Selulosa : 34,60%
❖ Hemiselulosa : 17,10%
❖ Lignin : 26,40%
❖ Abu (ash) : 1,60%
❖ Lain-lain : 20,30%
• Wujud : padat
• Berat Molekul :
❖ Selulosa : 162 g/mol
❖ Hemiselulosa : 132 g/mol
❖ Lignin : 181 g/mol
❖ Abu (ash) : 94,2 g/mol
❖ Lain-lain : 94,2 g/mol
Sifat Kimia (Singh, 2013)
• Tandan kosong kelapa sawit memiliki kelarutan dalam air panas (hot
water solubility) sebesar 9,3%.
• Tandan kosong kelapa sawit memiliki kelarutan dalam 1% NaOH adalah
29,9%.
• Tandan kosong kelapa sawit memiliki kelarutan dalam campuran alkohol-
benzena adalah 2,83%.
2. Air
Sifat Fisis (Perry, 2007)
• Rumus Molekul : H2 O
• Wujud : cair
• Berat Molekul : 18,015 g/gmol
• Titik didih (1 atm) : 100°C

15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

• Suhu kritis : 374°C


Sifat Kimia (Pudjaatmaka, 1984)
• Bersifat netral.
• Pelarut yang baik.
• Bereaksi dengan oksida logam membentuk hidroksida yang bersifat basa
dan bila bereaksi dengan oksida non logam membentuk asam.
3. Enzim Novozyme (www.sigmaaldrich.com)
Sifat Fisis
• Berat Molekul : 10000 g/gmol
• Densitas : 1.0 – 1.3 g/mL
Sifat Kimia (www.shinshu-u.ac.jp)
• Enzim Cellic Ctec2 memiliki hasil konversi tinggi, efektif terhadap
konsentrasi padatan tinggi, toleran terhadap inhibitor, serta kompatibel
dengan beberapa bahan baku dan perlakuan awal.
• Enzim Cellic Htec2 dapat meningkatkan hidrolisis selulosa bila
dikombinasikan dengan Cellic Ctec2.
4. Yeast
Sifat Fisis (Kosaric, 2001; Salvado, 2011)
• Wujud : padat
• Bentuk : bubuk
• Warna : putih
• pH : 3 – 8,5
• Suhu pertumbuhan optimum : 32,3°C
• Suhu pertumbuhan maksimum : 45,4°C

Sifat Kimia (Kosaric, 2001)


• Saccharomyces cereviceae mampu menguraikan gula yang terkandung
dalam suatu bahan, seperti glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, maltose,
manosa, rafinosa, treholusa, dan malfotriosa.

16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

1.4.4.2. Sifat-sifat Produk


1. Bioetanol
Sifat Fisis (Perry, 1999)
• Rumus molekul : C2H5OH
• Berat molekul : 46,07 g/mol
• Warna : Tidak berwarna
• Bentuk : cairan
• Titik didih (1 atm : 78,5oC
• Titik beku : -114,1°C
• Densitas : 0,7893 g/cm3
• Tekanan uap (20oC) : 5,7 kPa
• Temperatur kritis : 243°C
Sifat Kimia (Sudarmo, 2016)
• Larut dalam air dan eter (R—O—R).
• Mengalami reaksi asam-basa sebagai basa konjugasi, reaksi halogenasi
dengan reaktan asam kuat, reaksi pembentukan ester dengan reaktan asam
karboksilat (R—COOH), reaksi dehidrasi menjadi alkena, reaksi oksidasi
menjadi asetaldehida, serta reaksi pembakaran menjadi uap CO2 dan H2O.
1.4.5 Tinjauan Proses Secara Umum
Pembuatan bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit dijalankan dengan reaksi
hidrolisis enzimatik dan fermentasi. Reaksi pertama yang terjadi adalah reaksi
hidrolisis selulosa dengan H2O, dilanjutkan reaksi hemiselulosa dengan H2O
menggunakan enzim novozym (Cellic Ctec2 dan Htec2) pada reaktor hidrolisis secara
batch. Reaksi berjalan secara endotermis sehingga dibutuhkan pemanas (steam).
Produk hasil reaksi adalah glukosa dan xilosa, dengan produk utama adalah glukosa.
Padatan terlarut dalam campuran dan larutan dalam jumlah kecil dipisahkan
menggunakan plate & frame filter press agar saat proses reaksi fermentasi dan
kulturisasi yeast tidak terlalu banyak komponen yang ada dalam reaktor, yaitu hanya
ada glukosa, xilosa, air, nutrisi, dan kultur yeast. Reaksi fermentasi terjadi di fermentor
dengan bantuan yeast (Saccharomyces cereviceae) untuk mengkonversi glukosa

17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kapasitas 50.000 kL/Tahun

menjadi etanol dan gas CO2 secara batch. Reaksi berjalan secara eksotermis sehingga
dibutuhkan pendingin (chilled water). Produk hasil reaksi pada fermentor selanjutnya
dilakukan proses pemurnian dengan evaporator. Hasil bawah berupa campuran etanol,
glukosa, xilosa, kultur yeast, nutrisi, dan air, sedangkan hasil atas evaporator berupa
campuran uap etanol dan air yang ditransfer ke menara distilasi untuk ditingkatkan
kadarnya dengan memisahkan campuran uap etanol-air berdasarkan titik didihnya.
Hasil atas menara distilisi ditransfer ke adsorber hingga dihasilkan kemurnian etanol
sebesar 99,6% (v/v).

18

Anda mungkin juga menyukai