Anda di halaman 1dari 13

TUGAS EKSPOR IMPOR

EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) DI INDONESIA

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Muhamad Ridwan

Program Studi Ekonomi Pembangunan


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Indoneisa” ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekspor Impor. Penulis sangat
berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ekspor CPO di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Malang, 2 Oktober 2019

Muhamad Ridwan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II ISI ....................................................................................................................... 3

2.1. Perkembangan Ekspor CPO Indonesia .............................................................. 3

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO Indonesia................. 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 9

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 9

3.2. Saran .................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem
perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian sangat penting dalam
perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi mensyaratkan
bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu ukuran dari
peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Hubungan
antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan ini sudah menjadi
perhatian berbagai kalangan. Perdagangan Internasional khususnya ekspor diyakini
merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan
agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu negara
tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.

Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.


Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi
seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri
substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting dalam
waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya perundingan-perundingan
WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan. Sumber komoditi ekspor Indonesia
terbagi ke dalam kedua kelompok besar yaitu seperti ekspor migas dan ekspor non-
migas. Namun demikian Indonesia selama ini masih terus mengandalkan ekspor migas
berupa komoditi yang berasal dari bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui akan
menyulitkan Indonesia untuk masa yang akan datang. Peranan dari sisi ekspor migas
makin menurun setiap tahun, sedangkan peran ekspor non migas semakin meningkat.

Salah satu produk ekspor non migas yang berperan dalam ekspor Indonesia
ialah produk CPO. Hal ini dikarenakan peningkatan permintaan luar negri untuk
konsumsi dan baku energy (biofuel) terus menigkat. Sebagai salah satu komoditas
utama pada pasar minyak nabati dunia, CPO tidak terlepas dari sasaran untuk tujuan
konservasi ke produk biodiesel.
Grafik.1 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara eksportir CPO
terbesar di dunia, dimana ekspor CPO Indonesia pada tahun 2015 mencapai 25 juta Ton.
Dengan melihat kondisi ini maka para penulis tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul “Ekspor crude palm oil (CPO) Indoneisa”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran perkembangan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia?


2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi volume ekspor crude palm oil (CPO)
Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk melihat gambaran perkembangan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia
2. Untuk megetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor crude palm
oil (CPO) Indonesia?
BAB II

ISI

2.1 Perkembangan Ekspor CPO Indonesia

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang


mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa
sawit antara lain memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan
masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang
menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor yang menghasilkan devisa dan
menyediakan kesempatan kerja kepada banyak orang. Pengembangan kelapa sawit di
Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sejak tahun 1970 terutama
periode 1980-an. Semula pelaku perkebunan kelapa sawit hanya terdiri dari
Perkebunan Besar Negara (PBN) namun pada tahun yang sama pula dibuka
Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola PIR
(Perkebunan Inti Rakyat) dan selanjutnya berkembang pola swadaya.
Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan hasil olahan dari buah segar
kelapa sawit yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit. Produksi Indonesia
yang begitu tinggi tidak sepenuhnya dapat terserap oleh pasar domestik meskipun
jumlah konsumsi terus mengalami peningkatan. Untuk itu, kelebihan jumlah produksi
diekspor ke pasar dunia Hasil produksi CPO Indonesia digunakan untuk memenuhi
kebutuhan minyak nabati dan permintaan ekspor dari berbagai negara. Dengan
semakin meningkatnya produksi dalam negeri maka akan meningkatkan laju ekspor
CPO ke berbagai negara. Tabel 1. Merupakan tabel yang menunjukkan nilai dan
volume ekspor tahun 2008-2016.
Dari Tabel.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan produksi
CPO Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan
produksi CPO tidak diiringi dengan peningkatan volume ekspor CPO. Peningkatan
produksi CPO sendiri dipengaruhi oleh semakin luasnya lahan kebun kelapa sawit
yang ada di Indonesia, serta semakin banyaknya produsen CPO baik petani maupun
perusahaan.

Grafik.2 menunjukkan 8 provinsi di Indonesia yang menjadi sentra CPO


Indonesia, dimana Provinsi Riau merupakan provinsi yang memproduksi CPO
terbesar di Indonesia jika dibandingkan dengan 7 provinsi lainnya.

Tabel.2 Persentase Proporsi ekspor kelapa sawit Indonesia terhadap total produksi (dalam
juta ton)

Tahun Ekspor Konsumsi


2008 78,6 % 21,4 %
2009 88,1 % 11,9 %
2010 78,4 % 21,6 %
2011 74,8 % 25,2 %
2012 68,8 % 31,2 %
2013 74,6 % 25,4 %
2014 68,6 % 31,4 %
2015 81,2 % 18,8 %
2016 84,3 % 15,7 %
Dapat dilihat pada Tabel.2 bahwa volume ekspor CPO lebih mendominasi jika
dibandingkan dengan penggunaan maupun pengolahan CPO di dalam negri. Meskipun
mengalami peningkatan, pertumbuhan ekspor CPO Indonesia sangat fluktuatif baik
dalam satuan nilai ataupun volume ekspor. Hal ini disebabkan karena permintaan CPO
di pasar dunia pun berubah-ubah seiring terjadiya perubahan permintaan pada minyak
nabati lain yang menjadi substitusi utama CPO, seperti minyak kedelai, minyak kanola,
dan minyak biji bunga matahari. Di samping itu, perubahan harga pada minyak bumi
pun diperkirakan turut berpengaruh. Sebab, beberapa negara importir CPO terbesar
menggunakan CPO sebagai bahan baku bagi bahan bakar alternatif pengganti minyak
bumi.

Adapun negara-negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia adalah India,


Belanda, Pakistan, Malaysia dan Cina. Dilain pihak, meskipun merupkan salah satu
penghasil CPO terbesar di dunia, Malaysia tetap mengimpor CPO dari Indonesia
dalam rangka memenuhi kebutuhan industri hilir dalam negrinya.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO Indonesia

Pertumbuhan ekspor CPO Indonesia dipandang sudah cukup baik. Hanya saja,
untuk dapat bersaing di pasar dunia dan menjadi produsen sekligus eksportir CPO
terbesar diperlukan upaya yang cukup berat mengingat masih banyak kendala yang
harus dihadapi, baik itu kendala ekonomis maupun non-ekonomis. Sejumlah
pengusaha kelapa sawit baik yang bergerak dalam bisnis pengolahan maupun usaha
ekspor mengeluhkan beberapa kendala, mulai dari kondisi perkebunan kelapa sawit
itu sendiri, penerapan pajak ekspor oleh pemerintah, keterbatasan akan modal usaha,
hingga masalah rumitnya birokrasi dalam hal perizinan usaha. Kapasitas produksi
kelapa sawit di Indonesia dinilai belum cukup maksimal. Hal ini diperkirakan terjadi
karena banyaknya kondisi perkebunan yang telah melampaui usia produktif dan
minimnya perolehan bibit unggul dan pupuk. Akan tetapi hal ini dapat diatasi apabila
para pengusaha melakukan investasi yang lebih besar dalam upaya peremajaan dan
perluasan lahan, dan juga penyediaan bibit unggul dan pupuk yang selama ini
dibutuhkan.

Di sisi lain, sedikitnya penyaluran kredit di bidang pertanian, khusunya di sektor


perkebunan kelapa sawit ini pun turut mempengaruhi besarnya ekspor CPO. Di tahun
2005 saja, rata-rata jumlah kredit pertanian hanya sebesar 5.94 % dari total kredit
nasional. Itu berarti, ketersediaan modal kerja untuk jangka panjang sangatlah terbatas.
Sedikit sulit bagi pengusaha kelapa sawit untuk dapat meningkatkan kapasitas
produksinya, hingga pada akhirnya jumlah ekspor pun bisa menurun. Hambatan lain
yang dihadapi oleh pengusaha maupun eksportir adalah rumitnya birokrasi, khususnya
menyangkut hal perizinan usaha atau proses ekspor. Tidak sedikit terjadi pungutan
retribusi yang dilakukan oleh petugas terkait, yang pada akhirnya akan menambah
biaya dan mengakibatkan harga kelapa sawit Indonesia kurang kompetitif. Di sisi lain,
isu lingkungan atau eco-labelling pun turut menjadi penghambat bagi peningkatan
ekspor CPO Indonesia. Beberapa negara maju seperti negara-negara Uni Eropa dan
Amerika Serikat saat ini menjadi sangat efektif dalam mengimpor komoditas ini.
Mereka tidak menginginkan terjadinya perusakan hutan yang kemudian dijadikan
sebagai lahan perkebunan kelapa sawit. Saat ini negara-negara kawasan Eropa
menggalakkan Black Campaign dimana kampanye ini mengatakan atau menyatakan
bahwa Crude Palm Oil dari Indonesia merupakan CPO yang tidak ramah lingkungan.
Black campaign terhadap CPO Indonesia di Eropa menyebabkan pemerintah
Indonesia memfokuskan ekspor ke pasar Asia. Kendala dan hambatan-hambatan
diatas merupakan faktor-faktor yang dapat mengurangi volume ekspor CPO Indonesia
namun Kebutuhan Eropa terhadap minyak nabati masih tinggi sehingga ekspor CPO
Indonesia masih akan mendominasi pasar CPO Uni Eropa.

Untuk memasuki pangsa pasar ekspor CPO di Uni Eropa, Uni Eropa
menanggapinya dengan mewajibkan eksportir CPO memberikan label RSPO maupun
ISPO kepada produk CPO-nya. RSPO adalah Roundtable on Sustainable Palm Oil
(RSPO) adalah asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai sektor
industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan, distributor, industri manufaktur,
investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang bertujuan mengembangkan
dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan,
sedangkan ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia
dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing
minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi
komitmen untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap
masalah lingkungan, dengan prinsip ISPO merupakan standar nasional minyak sawit
pertama bagi suatu negara, dan negara lain kini mencoba mempertimbangkan untuk
mengimplementasikan standar serupa di antara produsen minyak sawit.

Kebijakan pemerintah mengenai pajak ekspor CPO juga mempengaruhi volume


dan nilai ekspor CPO Indonesia. Kebijakan pajak ekspor yang ditetapkan atas
komoditas CPO dan turunannya dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan bahan baku industri minyak goreng dan menjaga stabilitas
harga minyak goreng di dalam negri. Hal ini dilakukan mengingat minyak goreng
merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, sehingga pemerintah merasa perlu
melakukan kebijakan terkait dengan kestabilan supply dan harga di dalam negri.
Dampak penerapan pajak ekspor CPO di Indonesia tidak saja dirasakan oleh para
eksportir, tetapi juga oleh para petani sawit. Kenaikan beban ini akan menurunkan
daya saing ekspor CPO Indonesia di pasar dunia.

Agar tetap dapat bersaing dengan harga yang kompetitif, produsen


meminimisasi biaya dengan menekan harga beli tandan buah segar dari para petani
sawit. Karena itulah, pajak ekspor ini justru lebih memberatkan para petani dibanding
eksportir CPO itu sendiri. Pembebanan pajak ekspor tersebut akan menyebabkan harga
di konsumen luar negeri akan menjadi lebih tinggi, sehingga permintaan akan CPO
dari luar negeri akan berkurang, yang tentunya akan mengurangi volume ekspor CPO
Indonesia ke negara lain. Berkurangnya volume ekspor ke negara lain akan
menyebabkan bertambahnya supply CPO dalam negeri. Bertambahn ya supply CPO
dalam negeri akan menjaga kestabilan harga CPO domestik atau bahkan akan
menurunkan harga CPO dalam negeri. Rendahnya harga jual CPO dalam negeri juga
akan mempengaruhi produsen CPO, petani kelapa sawit akan mengurangi produksinya
dengan cara mengurangi lahan budidaya kelapa sawitnya dan menggantinya dengan
tanaman lain, turunnya luas area yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit akan
menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit, yang pasti juga akan berdampak
pada menurunnya produksi CPO. Menurunnya harga CPO, akan memberikan manfaat
bagi konsumen dan masyarakat secara umum, karena turunnya harga CPO, tentunya
akan berdampak pada turunnya harga minyak goreng di tingkat konsumen. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan kebijakan pajak ekspor akan merugikan
petani kelapa sawit dan menguntungkan konsumen. Kebijakan pajak ekspor akan
mengurangi surplus produsen dan menambah surplus konsumen. Pajak adalah
hambatan perdagangan internasional berupa cukai yang dikenakan untuk suatu
komoditas yang diperdagangkan lintas-batas teritorial. Pemberlakuan pajak oleh
negara besar atau negara yang perekonomiannya cukup kuat sehingga mampu
mempengaruhi perdagangan internasional akan menurunkan tingkat kesejahteraan
negara yang bersangkutan secara agregat karena menurunnya volume perdagangan.
Namun dalam waktu yang bersamaan pajak ekspor juga meningkatkan kesejahteraan
melalui peningkatan nilai tukar perdagangan. Sementara pemberlakuan pajak ekspor
pada negara kecil akan menurunkan volume perdagangan, namun nilai tukar
perdagangannya konstan. Indoenesia sebagai Negara berkembang tentunuya
terpengaruh terhadap pajak ekspor dimana beberapa Negara juga membuat adanya
kebijakan pajak tambahan bagi Negara yang tidak memiliki ISPO.

Kurs juga dapat mempengaruhi nilai maupun volume ekspor CPO Indonesia
dimana jika mata uang negara eksportir mengalami depresiasi atau penurunan nilai
mata uang, maka barang-barang domestik akan dinilai relatif lebih murah dibanding
harga barang luar negeri, sehingga konsumsi domestik terhadap barang luar negeri
akan berkurang dan permintaan ekspor terhadap barang atau komoditi domestik akan
meningkat. Sebaliknya, jika rupiah mengalami apresiasi, maka barang-barang
domestik akan dinilai relatif lebih mahal dibanding harga barang-barang luar negeri.
Konsumsi domestik terhadap barang-barang luar negeri akan meningkat, sehingga
volume ekspor berkurang. Keadaan indoensia yang kurs mata uangnya terkadang tidak
stabil tentunya memiliki pengaruh terhadap harga ekspor minyak kelapa sawit.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan ekspor CPO Indonesia mengalami


pertumbuhan dan perkembangan yang cukup baik dan fluktuatif, baik dalam satuan
nilai ataupun volume ekspor. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ekspor CPO
Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan konsumsi atau penggunaan CPO di
dalam negri. Negara tujuan ekspor utama CPO Indonesia diantaranya adalah malaysia,
cina, india, pakistan dan belanda. Volume dan nilai ekspor CPO itu sendiri dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya nilai kurs, adanya kebijakan pemerintah mengenai
pajak ekspor, adanya black campaign berupa isu lingkungan dari Uni eropa, kondisi
perkebunan kelapa sawit itu sendiri, keterbatasan akan modal usaha, hingga masalah
rumitnya birokrasi dalam hal perizinan usaha.

3.2 Saran

Diharapkan dalam membuat kebijakan mengenai ekspor CPO pemerintah juga


harus memikirkan kesejahteraan para petani sawit dan tidak memberatkan para petani
yang mengekspor CPO, lalu setiap perusahaan atau petani sawit sudah mendapatkan
sertifikasi ISPO dan RSPO agar CPO yang mereka

hasilkan dapat diterima di pasar luar negri. Lalu dalam mengekspor CPO
sebaiknya bukan hanya dalam produk mentah saja tetapi sudah harus menjadi produk
turunan atau produk hilir, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dan
menambah masukan devisa negara yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Ratu. “Data CPO Indonesia”. 17 Februari 2017.


https://www.scribd.com/doc/308070304/Statistik-Sawit-Indonesia-2013-
2015?ad_group=&campaign=Skimbit%2C+Ltd.&content=10079&irgwc=1&keyword
=ft500noi&medium=affiliate&source=impactradius#

Banyu, Danang. “Kebijakan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia” 20 Februari 2017.
https://danangbanyu.wordpress.com/2015/03/16/kebijakan-ekspor-minyak-kelapa-
sawit-cpo-indonesia-2013/

Bps. “Data Ekspor CPO” 17 Februari 2017. https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/54

Katadata. “Negara tujuan utama ekspor CPO” 20 Februari 2017.


http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/03/5-negara-tujuan-utama-ekspor-
cpo-indonesia-2004-2014

Lisa, Dwi. “Analisis Daya Saing dan Faktor-Fakator Yang Mempengaruhi Ekspor
CPO Ke India Dan Belanda” 17 Februari 2017. online-
journal.unja.ac.id/index.php/JES/article/download/1882/pd

Murni, Asfia. 2014. Ekonomi Makro. Yogjakarta: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai