Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN DESAIN REKAYASA

Unit Peralatan Pembuatan CPO

DISUSUN OLEH :

Ahmad Ghaly Raihan 201610120311040

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
DAFTAR ISI
Lembar Sampul
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
Daftar Gambar .......................................................................................................... iii
BAB 1 ....................................................................................................................... 1
BAB 2 ....................................................................................................................... 3
BAB 3 ....................................................................................................................... 12
BAB 4 ....................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Unit Digester Kelapa BAB 3 ........................................................................ 15


Desain Detail Unit Digester kelapa ............................................................................ 15
Desain Assembly Part List ......................................................................................... 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elais quinensis) merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan
akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber
devisa negara yang sangat potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya.
Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim
tropis seperti di Indonesia dan termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk
tanaman kelapa sawit.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan
Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat, membawa
imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan infrastruktur , dampak lingkungan,
sehingga penyediaan sumber daya manusia.
Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan total produksi
minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak
sawit Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005. Tetapi disayangkan
pertambahan luas areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal
dan masih jauh dibawah standar.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dimana saat ini
Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia.
Dengan melihat usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun perusahaan swasta
yang melakukan ekstensifikasi pertanian. Indonesia diprediksi menjadi negara penghasil
CPO utama dunia tahun 2010. Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat
tumbuh dengan baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 –
500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai
24 meter. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun,
yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola
curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunannya yang
memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Guna mendukung pengembangan industri
kelapa sawit dan produk-produk turunannya, diperlukan integritas yang tinggi terutama
antara daerah penghasil bahan baku, industri pengolah dan daerah pemasaran. Industri
minyak kelapa sawil merupakan industri yang terpadu, dimana beberapa pemegang
kepentingan saling berkait. Keterkaitan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok
daerah penghasil bahan baku TBS dan daerah produsen atau pemasar produk turunan
minyak kelapa sawit.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam Perancangan mesin ini, terdapat masalah dalam merancang unit unit pembuatan
minyak CPO adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses operasi unit pembuatan minyak CPO?


2. Bagaimana desain unit pembuatan minyak CPO?
3. Bagaimana gambar mesin digester kelapa sawit?

1
1.3 Tujuan

Tujuan perancangan unit pembuatan minyak CPO adalah :

1. Mengetahui proses operasi unit pembuatan minyak CPO.


2. Mampu menentukan unit pembuatan minyak CPO yang tepat.
3. Mengetahui gambar kerja mesin digester kelapa sawit.

1.4 Manfaat

1. Perancangan unit pembuatan minyak CPO ini diharapkan dapat meningkatkan


kualitas, kuantitas dan keamanan unit pembuatan minyak CPO. Selain itu, harga
unit pembuatan minyak CPO ini dapat dijangkau oleh pemerintah daerah
setempat.
2. Terciptanya unit pembuat minyak CPO ini diharapkan mampu menghemat biaya
anggaran pemerintah daerah setempat dalam persoalan menggiling kelapa sawit.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Produk dan Pengembangan Produk


Menurut Ulrich dan Eppinger (1995 : 2) . Produk adalah sebuah “ artefak “ atau
sesuatu yang merupakan kreativitas budi-daya manusia ( man- made object) yang dapat
dilihat, dirasakan, serta diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan fungsional tertentu yang
dihasilkan melalui sebuah proses yang panjang. Produk dapat juga diartikan sebagai kegiatan
(proses) dimana bahan dirubahmenjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi dengan
menggunakan resources yang ada. Produk bisa berupa benda fisik maupun non fisik (jasa)
maupun fasilitas kerja yang lain, dan bisa pula merupakan barang-barang komsumtif
sederhana untuk keperluan sehari-hari.

Sedangkan pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari


analisis persepsi dan peluang pasar kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan
pengiriman produk.

2.2 Desain Produk

Desain merupakan perencanaan dalam pembuatan sebuah objek, sistem, komponen


atau struktur. Kemudian, kata “desain” dapat digunakan sebagai kata benda maupun kata
kerja. Dalam artian yang lebih luas, desain merupakan seni terapan dan rekayasa yang
berintegrasi dengan teknologi. Desain dikenakan pada bentuk sebuah rencana, dalam hal ini
dapat berupa proposal, gambar, model, maupun deskripsi. Jadi dapat dikatan, desain
merupakan sebuah konsep tentang sesuatu. Desain lahir dari penerjemahan kepentingan,
keperluan, data maupun jawaban atas sebuah masalah dengan metode-metode yang dianggap
komprehensif, baik itu riset, brainstorming, pemikiran maupun memodifikasi desain yang
sudah ada sebelumnya.
Seorang perancang atau orang yang mendesain sesuatu disebut desainer, namun
desainer lebih lekat kaitannya dengan profesional yang bekerja dilingkup desain yang bekerja
untuk merancang sesuatu yang menggabungkan atau bereksplorasi dalam hal estetika dan
teknologi. Desainer menjadi kata depan untuk menspesifikasi bentuk pekerjaan apa yang
secara profesional digarapnya, seperti desainer fashion, desainer komunikasi visual, desainer
interior, desainer grafis, dan sebagainya.
Lebih spesifik desain merupakan sebuah aktifitas yang bertujuan untuk membangun
kualitas multi elemen dalam sebuah objek, proses, layanan dan sistem mereka dalam siklus

3
hidup produk tersebut. Oleh karna itu, desain merupakan faktor utama inovasi manusia dalam
teknologi dalam prosesnya berintegrasi dengan budaya, sosial dan ekonomi.
Mendesain merupakan sebuah pola perancangan yang melalui berbagai proses dan
pertimbangan estetika, fungsi, masalah, survei dan banyak aspek lain, sehingga seorang yang
memilih berprofesi sebagai desainer membutuhkan keahlian, penelitian, pemikiran, model
dan pengalaman tertentu dalam orientasinya meng-out-put sebuah karya desain.
Sehubungan dengan defenisi tersebut untuk menemukan nilai struktural, organisasi,
fungsi dan ekspresi dengan bidang lain, desain mengemban tugas besar dalam meningkatkan
kelestarian global dalam hal lingkungan dan pengolahannya, desain juga dituntut mampu
memberikan manfaat dan kebebasan kepada seluruh komunitas manusia baik secara individu,
maupun kolektif, desain memiliki implikasi yang cukup luas dalam pembentukan pola
berpikir pasar karna desain menjadi salah satu pendukung keanekaragaman budaya dari
berbagai belahan dunia, sehingga desain harus hadir dengan form yang mapan saat lahir
sebagai sebuah produk baik dalam teori, visual maupun objek dan koheren dengan
kompleksitas yang muncul ditengah-tengah masyarakat. desain saat ini melibatkan spektrum
yang luas dimana berbagai profesi, produk, layanan, grafis, interior, arsitektural dalam
berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, desainer muncul sebagai individu maupun
komunitas yang bertanggung jawab dalam perkembangan dunia yang multi-dimensional.
Dengan defenisi desain yang cukup luas, desain memiliki segudang spesifikasi yang
profesional dibidangnya masing-masing, dan belum ada satu institusi yang dapat
mengumpulkan semua manifesto desain tersebut secara keseluruhan, meski demikian bukan
berarti kita tidak menemukan sekolah-sekolah yang memprakarsai lahirnya desainer-desainer.
2.3 Proses Pengembangan Produk

Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi


sekumpulan output. Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau
kegiatan-kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang dan
mengkomersilkan suatu produk. Kebanyakan langkah-langkah dan kegiatan-kegiatan tersebut
lebih bersifat intelektual dan organisasional daripada bersifat fisik. (Ulrich and Eppinger,
1995 : 14)
Proses pengembangan produk yang umum terdiri dari enam tahap seperti yang terlihat
pada gambar 2.1, proses ini diawali dengan fase perencanaan, yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tindak lanjut. Output fase
perencanaan adalah pernyataanmisi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk

4
memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim
pengembangan. Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk
dimana produk tersedia dibeli dipasar.

Salah satu cara untuk berfikir tentang proses pengembangan adalah sebagai kreasi
pendahuluan dari sekumpulan alternatif konsep produk dan kemudian mempersempit
alternatif-alternatif dan menambah spesifikasi produk sehingga produk dapat diandalkan dan
diproduksi ulang dalam sistem produksi. Sebagai catatan, kebanyakan fase pengembangan
didefinisikan berdasarkan keadaan produk, meskipun proses produksi dan rencana pemasaran
yang merupakan output berwujud yang lain, juga turut berproses mengikuti kemajuan
pengembangan. Cara lain untuk berfikir tentang proses pengembangan adalah sebagai sistem
pemrosesan informasi. Proses ini dimulai dengan input seperti sasaran perusahaan dan
kemampuan teknologi yang tersedia, platform produk dan sistem produksi. Berbagai kegiatan
memproses informasi pengembangan, memformulasikan spesifikasi, konsep dan detail-detail.

Proses pengembangan juga mengidentifikasi kegiatan-kegiatan utama dan tanggung


jawab dari fungsi-fungsi organisasi yang berbeda pada setiap fase pengembangan, karena
keterlibatan yang berkesinambungan dalam proses kami memilih untuk menerjemahkan
peran bagian desain dan manufaktur.

Enam fase dalam proses pengembangan secara umum :

Fase 0 Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5

Peren Pengembang Perancangan Perancangan Pengujian Peluncuran


canaa an Konsep sistem dan
Tingkatabn Rinci produk
n Perbaikan
rinci

(Sumber : Karl.T.Ulrich and Steven D. Eppinger, 1995 : 20)

Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk

2.4 Rekayasa Nilai

Rekayasa nilai adalah suatu teknik yang diterapkan secara sistematis untuk menentukan
fungsi suatu produk atau jasa, menentukan nilai moneter dari fungsi tersebut serta
memenuhinya dengan biaya total minimum. Dari definisi di atas, terlihat bahwa teknik
Rekayasa Nilai menggunakan suatu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasikan fungsi-
fungsi yang diinginkan dalam mendesain suatu sistem, produk atau jasa, mengukur

5
performasi yang diinginkan pemakai dengan mempertimbangkan biaya yang optimal.
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam Rekayasa Nilai adalah sebagai berikut (The
Aplication Of Value Engineering, Edisi Ketiga 1998):
1. Orientasi pada sistem
Perancangan harus dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh dimensi
permasalahan, melihat keterkaitan antara komponen-komponennya dalam
mengidentifikasikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
2. Multi disiplin
Proses perencanaan melibatkan suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah ahli yang
berasal dari berbagai disiplin ilmu serta konsultan Rekayasa Nilai
3. Orientasi pada siklus hidup produk
Melakukan analisa terhadap biaya total untuk memiliki dan mengoperasikan fasilitas
selama siklus hidupnya.
4. Orientasi pada pola pikir kreatif
Proses perancangan harus dapat mengidentifikasikan alternatif-alternatif pemecahan
masalah secara kreatif.
5. Orientasi pada fungsi
Perancangan selalu didasarkan pada fungsi-fungsi yang dibutuhkan serta nilai yang
diperoleh.
6. Orientasi pada teknik dan manajemen.
Perancangan menggunakan teknik-teknik manajemen tertentu yang telah
membuktikan kulafikasinya.

2.4.1 Prinsip Dasar Rekayasa Nilai


Tujuan utama perancangan produk pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan
memberikan kepuasan kepada pemakai produk. Oleh karena itu, para perancang seharusnya
tidak menciptakan fungsi-fungsi pada produk secara berlebihan.Dengan demikian, tujuan
Rekayasa Nilai adalah mendapatkan (Value) semaksimal mungkin. Secara sederhana dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Tahap-Tahap Rencana Kerja Rekayasa Nilai
Rencana kerja adalah pendekatan yang merupakan kerangka dimana nilai teknik-teknik
Rekayasa Nilai terkait satu sama lain. Keterkaitan ini dapat dikelompokkan dalam beberapa
tahap, dimana masing-masing tahap dapat diterapkan teknik-teknik yang berbeda secara
fleksibel sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Agar proses perencanaan Rekayasa

6
Nilai lebih efisien maka suatu tahap dapat saja diulangi beberapa kali sampai di dapatkan
hasil yang diinginkan. Rencana kerja rekayasa nilai terdiri dari lima tahap, yaitu :
1. Tahap Informasi
Tahap ini bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan proyek
yang akan di bahas dengan jalan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
Pekerjaan ini cukup rumit karena harus menentukan serta mengelompokkan informasi
sesuai dengan jenis dan kebutuhan. Jenis informasi yang dibutuhkan untuk proyek
menghasilkan produk, berbeda dengan proyek yang bergerak di bidang jasa.
2. Tahap Kreatif
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan sebanyak mungkin alternatif-alternatif
yang memenuhi fungsi diperlukan kreatifitas sangat berperan dalam mendapatkan
alternatif-alternatif yang dibutuhkan. Suatu ide kreatif bisa dapat membawa ide-ide
baru lainnya. Ide-ide yang diajukan tidak dibatasi oleh suatu aturan tertentu. Dalam
tahap kreatif jumlah serta ragam gagasan diusahakan sebanyak mungkin. Semakin
banyak gagasan yang diajukan maka tahapan ini akan semakin berhasil. Setiap
gagasan yang diajukan harus dicatat untuk kemudian dievaluasi dan dikembangkan
lebih lanjut.
3. Tahap Analisa
Tujuan dari tahap ini adalah menganalisa alternatif-alternatif yang dihasilkan dari
tahap kreatif. Pada tahap ini akan diteliti kelebihan dan kekurangan ide-ide untuk
menghasilkan alternatif. Selama tahap analisa, jumlah ide yang dikembangkan dan
diteliti akan berkurang. Prioritas terhadap suatu ide dapat didasarkan atas biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan ide yang bersangkutan. Ide yang membutuhkan biaya
besar akan mendapatkan prioritas yang lebih rendah daripada ide yang membutuhkan
biaya kecil. Namun tidak berrati pemlihan ide semata-mata berdasarkan atas biaya
saja. Perlu diperhatikan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi suatu ide, antara
lain:
a. Jenis pengujian yang dibutuhkan untuk membuktikan suatu ide
b. Besar biaya yang diperlukan untuk mengadakan pengujian ide
c. Lama waktu untuk mengadakan pengujian ide

7
4. Tahap Pengembangan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mempersiapkan rekomendasi akhir yang tertulis
bagi alternatif yang terpilih untuk diimplementasikan termasuk pertimbangan faktor-
faktor teknis dan ekonomis yang secara lengkap dikembangkan untuk memungkinkan
diimplementasikan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan
desain adalah
a. Membandingkan desain
b. Mengammbarkan desain awal dan desain usulan
c. Menjelaskan rekomendasi
d. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari desain yang direkomendasikan
e. Mendiskusikan implikasi dan keuntungan dalam pelaksanaan desain yang
direkomendasikan.
5. Tahap Presentasi
Tujuan dari tahap akhir ini adalah untuk menyajikan hasil yang telah dikembangkan
secara lengkap dan direkomendasikan dari hasil yang terpilih pada tahap
pengembangan. Presentasi ini untuk menyakinkan pengambil keputusan bahwa
alternatif yang direkomendasikan merupakan alternatif terpilih yang paling baik dan
menguntungkan.
2.4.5 Teknik-Teknik Rekayasa Nilai
Dalam rencana kerja rekayasa Nilai, dipergunakan sejumlah teknik analisa untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Teknik yang dipergunakan pada suatu tahap perencanaan
tidak sama dengan teknik yang dipergunakan pada tahap lainnya. Penggunaan teknik analisa
ini tergantung pada permasalahan yang akan dibahas. Beberapa teknik yang dipergunakan
dalam tahap-tahap perencanaan Rekayasa Nilai, antara lain :
Tabel 2.1 Teknik-Teknik Dalam Rencana Kerja Rekayasa Nilai
TEKNIK YANG
TAHAP
DIGUNAKAN
 Kuesioner
INFORMASI  Peramalan
 Riset pasar
 Analisa Morfologi
 Analisa Black box
KREATIFITAS  Analisa Fungsi (FAST)
 Sumbang Saran
(Brainstorming)

8
 Sinetik
 Check List
 Matrik Input-Output
 Analisa Adjective
 Analisa Hirarki
ANALISA  Matrik Keputusan
 Matrik Zero One
 Model Estimasi Biaya

Sumber : Hillier:1971:39

Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik Rekayasa Nilai yang sering digunakan, antara
lain :

Performance
Nilai 
Biayayangd ikeluarkan

Nilai (value) dapat dirumuskan sebagai Rasio (perbandingan) antara performansi yang
ditampilkan oleh suatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fungsi
tersebut.
Dimana :
Performance : Keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari fungsi-fungsi suatu produk.
Biaya : Biaya total yang dikeluarkan untuk mendapatkan semua fungsi yang diinginkan.
4 Matrik Zero – One

Metode ini merupakan salah satu cara untuk pengambilan keputusan yang bertujuan
untuk menentukan urutan prioritas kriteria-kriteria yang ada. Cara-cara penggunaannya
adalah sebagai berikut.

1. Mengumpulkan kriteria-kriteria dengan tingkat yang sama, kemudian disusun dalam


suatu matrik Zero-One yang berbentuk bujur sangkar.
2. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap kriterea tersebut secara berpasangan,
sehingga pada matrik akan terisi nilai 1 (satu) atau nilai 0 (nol), kecuali diagonal
utama terisi X (tidak ada nilainya). Apabila dalam penilaian terdapat kriteria-kriterea
tersebut terjadi nilai yang sama maka pada matrik akan terisi nilai ½ (setengah)

9
3. Nilai-nilai pada matrik ini kemudian dijumlahkan menurut baris dan dikumpulkan
pada kolom jumlah. Dari matrik tersebut akan diperoleh urutan prioritas kriteria-
kriterea tersebut.
4. selanjutnya dilakukan pembobotan berdasarkan jumlah nilai dari matrik Zero-One.

Tabel 2.2 Metode Zero-One

FU A B C D E JUML
N AH
GS
I
A X 1 1 1 1 4

B 0 X 0 1 1 2

C 0 1 X 1 1 3

D 0 0 0 X 0 0

E 0 0 0 1 X 1

Sumber: diktat Rekayasa Nilai; 63

Keterangan :

- Nilai 1 = lebih penting

- Nilai ½ = sama penting

- Nilai 0 = kurang penting

-X = fungsi yang sama

2.4.5.5 Matriks Evaluasi

Matriks ini merupakan alat pengambilan keputusan dari beberapa alternatif desain
proyek atau produk dengan jalan mengkombinasikan kriteria kualitatif (tidak dapat diukur)
dan kriteria kuantitatif (dapat diukur). Kriteria pada metode ini dapat berupa biaya, estetika,
kekuatan, kenyamanan, pemeliharaan dan sebagainya. Adapun cara pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan alternatif-alternatif solusi yang mungkin.

10
2. Menetapkan kriteria-kriteria yang berpengaruh.
3. Menetapkan bobot masing-masing kriteria.
4. Memberikan penilaian untuk masing-masing alternatif terhadap masing-masing
kriteria.
5. Menghitung nilai total untuk masing-masing alternatif.
6. Memilih alternatif dengan nilai total terbesar.

Tabel 2.3 Matriks Evaluasi

Krtiteria

Alternatif
No. 1 2 3 Total

Bobot X Y z

1 A

2 B

3 C

Sumber: Diktat Rekayasa Nilai; 63

11
BAB 3
METODE PERANCANGAN

3.1 Diagram Alir Proses Perancangan


Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam
bertindak. Pada perancangan diperlukan suatu diagram alir yang bertujuan untuk
mempermudah dalam pelaksanaan proses perancangan.
Metode perencanaan merujuk pada metode perencanaan menurut Pahl dan Beitz
(Dharmawan, 1999) yang terbagi menjadi empat tahap :
1. Perencanaan dan Penjelasan Tugas
Produk ini dibuat karena merupakan bagian penting dalam pembuatan CPO. Mesin
Digester Kelapa Sawit ini dibuat untuk membantu pembuatan dari minyak kelapa
sawit itu sendiri. Mesin Digester CPO ini dibuat dengan tuntutan seperti meringankan
kerja pemompaan yang dilakukan manusia, proses menjadi lebih cepat dari
penghancuran manual biasa sehingga produktivitas meningkat, mudah dalam
pengoprasian dan perawatan, dan harga terjangkau.
2. Perencanaan Konsep Produk
Adapun perencanaan konsep produk mesin digester CPO yaitu diawali dengan
pengenalan dan spesifikasi produk itu sendiri.

Mulai

Input speifikasi
digester buah Membuat kompone
kelapa digester buah kelapa
Merancang
Geometri mata
pengaduk

Tidak Assembly komponen


digester buah kelapa
Pisau
dibuat

Menguji
kinerja mesin
Ya

Merancang komponen Memeriksa


Digester buah kelapa nci dan
menganalisis
Tidak hasil pengujian
Komponen
memungkinkan
Selesai
dibuat

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Pahl dan Beitz

12
3. Perencanaan Produk
Perancangan bentuk memerlukan beberapa pertimbangan untuk menentukan
keputusan atau solusi setiap proses prencanaan. Berdasarkan kasus masalah
yang dihadapi yaitu perencanaan produk mesin digester CPO, pendekatan
konsep yang digunakan adalah pendekatan konsep produk dengan
perencanaan simultan atau perencanaan dengan pendekatan proses produksi.
Konsep perencanaan simultan terdapat empat elemen utama, yaitu: fungsi,
bentuk, material, dan produksi. Langkah untuk perencanaan produk terdiri dari
sembilan langkah, yaitu :
1. Mencari produk jadi yang tersedia dipasaran
Pemilihan dan pemakaian komponen yang telah ada seperti baut, mur, dan
bantalan dapat mempermudah pemasangan komponen itu sendiri.
Disamping itu jauh lebih murah, alternatif memilih produk yang tersedia
untu memenuhi fungsi komponen merupakan solusi penting perencanaan
produk unuk menghemat waktu dan biaya produksi.
2. Memilih Material dan Teknik Produksi
Pemilihan material menjadi salah satu keputusan dalam hal membuat suatu
produk dimana pemlihan material tersebut harus tepat dan kualitasnya
terjamin. Material yang digunakan pada penghancur batu yaitu
mengunakan alumunium dan besi untuk rangkanya. Dan banyak hal lagi
yang diperhatikan dalam pemilihan material dan teknik produksinya.
3. Mendalami Keterbatasan Ruang
Salah satu persyaratan teknis perencanaan produk adalah batasan-batasan
ruang yang ditempati produk. Batasan-batasan ruang merupakan dasar
pembuatan gambar layout yang berfungsi sebagai referensi batas dimensi
produk atau komponen.
4. Mengidentifikasi komponen-komponen produk
Identifikasi ini berfungsi untuk memisahkan beberapa komponen hasil
sketsa konsep produk bertujuan untuk mempermudah proses pemilihan
material dan pembuatan komponen yang sulit berdasarkan fungsi dari tiap-
tiap komponen.
5. Mengembangkan interface atau titik kontak antara dua komponen
Pengembangan ini berfungsi untuk mengantisipasi interferensi atau
gangguan proses perakitan.
6. Memberi bentuk
Pada proses ini diharapkan menghasilkan produk yang memenuhi tuntutan
produk. Tuntutan produk antara lain seperti kuat, stabil, ketahanan korosi
dan keausan yang terjadi dalam batas yang diijinkan, dan lain-lain.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih
baik. Langkah evaluasi dicapai untuk mengumpulkan informasi yang
lengkap agar dapat dibandingkan dengan syarat-syarat pada spesifikasi
perancangan.
8. Perbaikan material dan cara produksi
Dalam proses ini melihat kembali material yang digunakan sudah
mencapai kualitas yang diigiinkan atau tidak. Peninjauan kembali dan

13
memperhatikan cara produksi dari produk yang dibuat serta mengikuti
standar poduksinya.
9. Gambar Teknik
Untuk mendapatkan desain produk yang lebih baik atau memenuhi syarat
mutu evaluasi.
3.2 Pernyataan Kebutuhan
Mesin digester CPO ini merupakan alat produksi pada tingkat menengah ke
bawah. Berdasarkan analisis tuntutan calon pengguna diperoleh beberapa pernyataan
kebutuhan terhadap alat tersebut, antara lain :
1. Diperlukan desain model alat yang sederhana dengan harga yang terjangkau,
mudah suku cadang dan perawatannya.
2. Diperlukan konstruksi alat yang kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.

3.3 Analisis Kebutuhan


Berdasarkan pernyataan kebutuhan di atas diperlukan beberapa langkah analisis
kebutuhan untuk memperjelas tugas perencanaan mesin digester CPO. Langkah-
langkah analisis kebutuhan tersebut terdiri dari 3 langkah, yaitu :
1. Spesifikasi mesin
Spesifikasi dipengaruhi oleh beberapa ketentuan pernyataan kebutuhan
konsumen yaitu : harga penjualan, kapasitas kerja dan daya motor penggerak.
2. Standar penampilan
Berdasarkan standar penampilan dapat ditentukan betasan kapasitas
kerja dan postur rata-rata orang dewasa sebagai operator. Tujuan dari standar
penampilan adalah mesin mampu memberikan kenyamanan bagi operator,
memudahkan proses produksi dan mampu menghasilkan tenaga listrik yang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Target keunggulan produk
Proses pembuatan dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat, biaya
keseluruhan pembuatan alat yang terjangkau, alat tidak bising, keamanan
(safety) terjamin, mesin mampu meningkatkan kualitas hasil produksi dan
perawatan pemeliharaan alat tidak memerlukan biaya khusus.

3.4 Pertimbangan perencanaan


Berdasarkan uraian diatas, selanjutnya bisa dijadikan sebagai dasar
pertimbangan perencanaan sebagai berikut :
1. Pertimbangan teknis
2. Pertimbangan ekonomis
3. Pertimbangan ergonomis
4. Pertimbangan lingkugan
5. Pertimbangan keselamatan kerja

14
3.5 Desain Produk

15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil dari Design Rekayasa Mesin Digester CPO sebagai berikut :
1. Proses mesin digester CPO tabung silinder yang didalam nya dipasang pisau-pisau
pengaduk. Dalam digester terdapat beberapa tingkat pisau yang terikat pada poros dan
di gerakkan oleh motor listrik yang digunakan untuk melumat brondolan. .
2. Tingkat keamanan desain mesin digester CPO berdasarkan beberapa morfologi dapat
dikategorikan baik karena memenuhi beberapa syarat,antara lain :
 Kontruksi poros dalam batas aman
 Sumber penggerak yang bebas polusi
 Noise dalam batas toleransi
3. Gambar kerja mesin digester CPO digunakan untuk proses pembuatan alat
4. Mesin digester CPO dapat melepaskan daging buah dari bijinya, untuk melumatkan
buah agar efisien dalam proses pengempaannya, Untuk menaikkan temperature buah,
Untuk melepaskan sel-sel minyak dari sel daging buah, Untuk mengalirkan sebagian
minyak yang terbentuk di digester sehingga mengurangi volume pengempaan

16

Anda mungkin juga menyukai