Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TATANIAGA PRODUK PERTANIAN

KELANGKAAN MINYAK GORENG

Nama Anggota Kelompok :

Nur Indah Safitri E1D020079

Susi Lastri E1D020108

Adi Prayitno E1D020049

Dosen Pengampu : Ir. Nusril., MM

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan negara agraris yang dimana perkembangan perekonomiannya


rata-rata didapat dari pertanian, salah satu sektor dari pertanian itu ialah perkebunan.
Perkebunan mempunyai pengaruh yang sangat vital terhadap pembangunan terutama dalam
perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan komoditi terbaik dalam meningkatkan
devisa Indonesia.
Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached,
Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan
makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak goreng
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi dan
politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan
periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang
diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau
merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan
(Amang, 1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan,
penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat
memberikan aroma yang sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi
renyah atau crispy, serta penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan
kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang
Minyak goreng merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Berdasarkan IHK
(Indeks Harga Konsumen) Indonesia, minyak goreng memiliki kontribusi yang besar. Hal
tersebut karena minyak goreng merupakan salah satu barang yang dikonsumsi masyarakat
setiap harinya. Bobot terhadap inflasinya juga cukup tinggi. Volume ekspor produk sawit
tumbuh 0,6% sepanjang 2021. Tetapi kinerja nilai ekspor sawit sangat menggembirakan.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), nilai ekspor sawit
2021 mencapai US$ 35 miliar atau sekitar Rp 503,4 triliun (nilai kurs tengah BI Rp 14.385).
Capaian nilai ekspor sawit ini 52% lebih tinggi dari nilai ekspor tahun 2020 sebesar US$
22,9 miliar. Namun demikian, data BPS melaporkan nilai ekspor lemak dan minyak nabati
Kode HS 15 mencapai US$ 32,8 miliar pada 2021. Tetapi sejak awal tahun 2022 minyak
goreng menjadi sangat langka dan sangat sulit ditemukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya kelangkaan minyak goreng di Indonesia,sedangkan
Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar ?
2. Apa dampak kelangkaan minyak goreng bagi masyarakat dan bagi pelaku UMKM
(usaha makanan cepat saji) ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dikemukakan tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kelangkaan minyak goreng di Indonesia
2. Untuk mengetahui dampak kelangkaan minyak goreng bagi masyarakat dan pelaku
UMKM.
BAB II
PEMBAHASAN
Minyak goreng adalah salah satu komoditas dari sembilan bahan pokok yang bersifat
strategis dan multiguna. Dimana kedua sifat tersebut membuat minyak goreng menjadi salah
satu komoditas yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Namun
harga minyak goreng akhir-akhir ini di awal tahun 2022 tepatnya mengalami peningkatan
yang cukup tinggi dan menjadi sangat langka dan sulit ditemukan.
Berdasarkan data yang diolah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS), harga CPO CIF Rotterdam sebagai patokan harga CPO Internasional pada Maret
2022 sudah di posisi US$1.815 per ton atau naik 75 persen dibandingkan harga Januari 2021
di angka US$1.035 per ton. Perkembangan serupa juga terjadi pada harga CPO referensi
Kemendag sebagai dasar pengenaan pungutan ekspor pada Maret 2022 sebesar US$1.432
per ton atau meningkat 50 persen dibandingkan awal 2021 di angka US$952 per ton.
Adapun, Kemendag telah menetapkan harga CPO referensi pungutan ekspor sebesar
US$1.787 per ton pada April 2022.
Penyebab kelangkaan minyak goreng yaitu dimana sejak tahun 2019, pandemi Covid-19
terus berlangsung sehingga melumpuhkan banyak sektor bisnis dan perekonomian negara.
Hal ini juga menjadi penyebab tingkat produksi CPO menurun drastis dan mempengaruhi
proses distribusi logistik. CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu jenis minyak nabati
yang paling banyak diminati oleh masyarakat dunia. Saat ini harga CPO di pasar dunia
sedang mengalami kenaikan harga. Kenaikan itu dari 1100 dolar menjadi 1340 dollar.
Akibat kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak goreng ke
luar negeri dibandingkan ke dalam negeri. Produsen akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar apabila menjual minyak goreng ke luar negeri.
Faktor lainnya yang mempengaruhi mahalnya harga minyak di pasaran saat ini adalah
adanya lonjakan harga pada minyak nabati. Kenaikan harga pada CPO dan minyak nabati
terjadi karena adanya gangguan cuaca yang akhirnya menekan nilai produksinya hingga
3,5% di akhir 2021. Kemudain kenaikan dari sisi permintaan (demand) dan penurunan dari
sisi penawaran (supply). Beberapa faktor berikut menjadi penyebabkan penurunan supply,
utamanya produsen mengalami penurunan dalam memasarkan minyak goreng di dalam
negeri. Krisis suatu komoditas merupakan kondisi yang diakibatkan oleh kelangkaan
keberadaan komoditas tersebut. Kelangkaan komoditas umumnya ditandai dengan
peningkatan harga komoditas. Salah satu komoditas yang rawan mengalami krisis yaitu
komoditas CPO (Crude Palm Oil). CPO merupakan bahan baku utama pembuatan biodiesel
dan minyak goreng. Antisipasi terhadap krisis komoditas perlu dilakukan terutama oleh pihak
pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, industri, dan investor. Oleh karena itu,
diperlukan suatu sistem peringatan dini yang dapat memberikan peringatan awal akan
terjadinya suatu krisis.

Selanjutnya kenaikan harga minyak goreng juga berdampak langsung kepada konsumen
pengguna minyak goreng baik konsumen rumah tangga maupun konsumen industri terutama
untuk industri pengolahan usaha mikro kelas menengah (UMKM). Salah satu jenis usaha
dalam industri pengolahan makanan yang menggunakan minyak goreng sebagai salah satu
bahan baku utama dan vital dalam proses produksinya adalah usaha penggorengan kerupuk,
penjual gorengan, pelaku usaha makanan dan lain-lainya. Dimana mereka sebagai pelaku
atau prosuden mengurangi produksi, melakukan kenaikan harga jualnya dan bahkan ada
sebagian dari mereka yang berhenti atau menutup unit usahanya karena harga minyak yang
melambung sangat tingi dan sulit didapat. Minyak goreng bagi konsumen rumah tangga pun
juga sangat berpengaruh dimana mereka juga menjadi sangat kesulitan dalam memperoleh
minyak manis sehingga menyebabkan mereka mengantri hanya untuk mendapatkan minyak
goreng guna memenuhi kebutuhan memasak dan bahkan ada sebagian dari mereka memasak
yang biasanya goreng menggoreng digantikan dengan makanan yang dikukus, direbus atau
dipanggang.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah :

1. Sebab terjadinya kelangkaan minyak goreng diindonesia diakibatkan karena ada kenaikan
dari sisi permintaan (demand) dan penurunan dari sisi penawaran (supply).
Beberapa faktor berikut menjadi penyebabkan penurunan supply, utamanya produsen
mengalami penurunan dalam memasarkan minyak goreng di dalam negeri.
2. Dampak dampak dari kelangkaan minyak goreng ini bagi masyarakat dan pelaku UMKM
sangatlah berdampak besar hal ini karena minyak sekarang sudah menjadi bahan makan
pokok sehingga pada masa kelangkaan ini akan menyulitkan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokok seperti masak, dan juga menyulitkan para pelaku UMKM makanan yang
kesulitan dalam proses berjualan atau berniaga.
DAFTAR PUSTAKA

Buana. 2001. Dinamika Produksi, Permintaan dan Harga Minyak Goreng Sawit Mentah. PPKS.
Medan

Keputusan Dirjen POM No. 02240/B/SK/VII/1991 tentang Pedoman Persyaratan Mutu serta
Label dan Periklanan Makanan.

Utama, A. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen membeli minyak


goreng curah. Uniersitas Sumatera Utara: Medan.

Anda mungkin juga menyukai