Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amanda Ayu Titising Wijaya

NPM : 210711486

Harga Minyak Goreng Meroket


• Pendahuluan

Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang baru-baru ini


dikeluarkan, pertanggal 1 April harga minyak goreng yang
sebelum nya Rp. 14.000 naik menjadi Rp. 24.000 untuk ukuran 1
liter dan Rp. 48. 000 untuk ukuran 2 liter. Hal ini tentu
memberatkan masyarakat Indonesia, terutama pelaku usaha yang
membutuhkan minyak sebagai salah satu bahan utama nya.

Menurut berita yang beredar, kebanyakan pelaku usaha yang


membuyuhkan minyak goreng, meningkatkan harga produknya.
Seperti, harga gorengan yang naik 2 kali lipat dari sebelumnya.

Tak hanya harganya yang meroket, minyak goreng juga susah


didapat. Ketersediaan minyak goreng yang beredar belum
memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini membuat minyak goreng
semakin dicari. Ada kemungkinan minyak goreng ditimbun, agar
pedagang bisa meraup keuntungan yang lebih banyak.

Baru-baru ini muncul isu mafia minyak goreng, penyebab minyak


goreng menjadi langka dan harganya mahal. Rumaornya, isu ini
masih diusut oleh Kementrian Perdagangan.

• Isi
Harga minyak goreng yang saat ini mahal dan susah didapat tentu
bukan tanpa alas an. Terdapat beberapa alas an yang membuat
miyak goreng menjadi susah didapatkan dan mahal harganya.
Antara lain:

1. Harga minya nabati di kancah Internasional meningkat

Menurut Kemendag, Kenaikan harga minyak nabati ini


didorong oleh kenaikan harga minyak sawit mentah. Pada
Januari 2022, rata-rata harga minyak sawit mentah dunia
mencapai R13.244 per kilogram. Harga naik sekitar 77%
dibandingkan Januari 2021.

Dolansir dari investing.com, harga minyak sawit mentah di


Rotterdam Commodity Exchange pada Rabu, 9 Maret 2022
berada di level US$ 2.010 per ton. Harga diketahui naik
sekitar 10,14% dari harga penutupan sebelumnya yang hanya
US$ 1.825 per ton.

2. Pandemi Covid-19

Alasan lain mengapa minyak goreng mahal adalah pandemi


Covid-19. Situasi pandemi dapat mempengaruhi tidak hanya
kesehatan, tetapi juga kondisi ekonomi, termasuk
pertumbuhan produk dasar. Dalam diskusi di Institute for
Economic and Financial Development (INDEF) pada 3
Februari,
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, mengatakan
pandemi Covid-19 juga berdampak pada penurunan
persediaan minyak sawit global. Penurunan produksi
Malaysia sebagai produsen minyak sawit.

Pandemi Covid-19 juga menyebabkan kebingungan logistik,


termasuk pengurangan jumlah peti kemas dan kapal.
Gangguan logistik ini pada akhirnya menyebabkan kenaikan
harga minyak goreng. Sementara itu, Sahat Sinaga, Direktur
Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia
(GIMNI), mengatakan Indonesia sendiri tidak bisa
mempengaruhi harga minyak sawit mentah meski memasok
separuh dari kebutuhan minyak sawit metah dunia. Pasalnya,
konsumsi minyak sawit mentah dalam negeri hanya 35%.
Jika konsumsi minyak sawit mentah dalam negeri tidak
mencapai 60%, harga akan sangat dipengaruhi benchmark
internasional.

Penetapan harga rumah minyak sawit mentah mengacu pada


penjualan yang dilakukan PT Kharisma Marketing Bersama
Nusantara (KPBN).

Harga lelang yang dilakukan KPBN merupakan hasil lelang


minyak sawit mentah yang disesuaikan dengan Holding
Plantation di Malaysia Derivatives Exchange (MDEKS)
berdasarkan mekanisme penawaran dan permintaan pasar
lelang dalam negeri. Selanjutnya, harga minyak goreng
dalam negeri menetapkan harga minyak sawit mentah yang
diproduksi di lelang KPBN.

Selain ketiga alasan di atas, ada juga dugaan penyalahgunaan


minyak di pasar ekspor oleh pihak yang harus
mendistribusikan minyak ke masyarakat umum.
Penyebabnya, selisih harga minyak goreng curah yang
diproduksi di bawah Internal Market Obligation (DMO)
sebesar Rp 8.000 per liter dengan harga ekspor. Hal ini
diyakini menjadi salah satu penyebab mahalnya harga
minyak goreng.

3. Peningkatan minyak sawit mentah untuk program biodiesel

Program Biodiesel merupakan program pemerintah yang


mensyaratkan integrasi minyak sawit mentah sebagai bahan
bakar solar (BBM) dan fatty acid methyl ester (FAME).
Penggunaan biodiesel diharapkan dapat mengurangi impor
BBM dalam negeri dan menaikkan nilai tukar.

Program biodiesel juga menaikkan harga minyak goreng


karena konsumsi biodiesel CPO meningkat tahun ini. Tentu
saja, pemerintah mulai menguji biodiesel pada Februari 2022
dengan campuran FAME atau B40 40%. Program B40
merupakan kelanjutan dari B30 yang berhasil dilaksanakan
oleh pemerintah. Akibatnya, pemerintah meningkatkan
permintaan biodiesel sebesar 7,84% pada 2022 dibandingkan
permintaan pada 2021 menjadi 10,15 juta kiloliter atau 9,41
juta kiloliter. Kepatuhan biodiesel akan diselesaikan tahun ini
oleh 22 organisasi perusahaan dengan kapasitas terpasang
15,49 juta kiloliter.

• Solusi

Berdasarkan hasil pengamatan, harga minyak goreng yang mahal


yang menyengsarakan masyarakat, pemerintahan pun turun tangan.
Presiden Joko Widodo akan menyalurkan Bantuan Keuangan
Langsung (BLT) minyak goreng kepada masyarakat. Hal itu
diungkapkan Jokowi melalui akun Twitter pribadinya. Jokowi akan
menyumbangkan kartu masak BLT senilai Rp300.000 selama tiga
bulan.

BLT minyak goreng rencananya akan didistribusikan mulai April


2022. BLT minyak goreng disalurkan kepada 20,5 juta rumah
tangga dalam program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan
Program Keluarga Harapan (PKH).

Hal ini menimbulkan reaksi negatif dari pengguna internet.


Beberapa netizen berterima kasih kepada saya. Namun, beberapa
pengguna jaringan mengkritiknya. Warganet menilai pemerintah
perlu menurunkan harga minyak goreng ketimbang menawarkan
BLT.

• Referensi

https://today.line.me/id/v2/article/Yajpnra
https://katadata.co.id/agung/berita/6233ff14d5695/kenapa-minyak-
goreng-mahal-ini-tiga-alasannya
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220403163612-4-
328342/terkuak-alasan-mafia-minyak-goreng-tak-kunjung-
dibongkar

Anda mungkin juga menyukai