Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MEONJAKNYA HARGA MINYAK

DI PASARAN

Disusun oleh:

NAMA : YUNITHA AULIYANI

NIM : 042019014

PROGRAM STUDI : S1 KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III/S1 KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2022/2023
KATA PENGANTAR

(Pamula Kada)
Masukkuru marajana lako puangngallahu taala na iya tee pasusung bisa na pa
pura tee tugasku isusung maballo sola lancar. Na iya too pasusung akkatana la bahas
tentang trend dan isu iya too anu terjadi inde negarata gara-gara alli boka kendek
tungka iya dio pasa.

Ikaresoi materi iya tee ipulung-pulung issinna dio mai media massa internet. Na
iya too pura maballo tee makala tae na lepas dio mai bantuanna pira pihak na iya too
aku materima kasih dikka buda-buda lako iya ngasanna solaku ku jama sisola sola.

Ku issang dikka budapa kurang na illalang tee makalahku. Na iya too


keritikang ku angga aku na dorong na la sa pede macca mangka. Kena deeng siamo
maballo lako mati te makalah ake ta baca ii masukkuru maro na.

Palopo, 31 Januari 2022

Peyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................I

DAFTAR ISI.............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Pengertian minyak goreng................................................................................3


B. Penyebab naiknya harga minyak goreng..........................................................3
C. Tindakan pemerintah atas naiknya harga minyak.............................................5
D. Kondisi pemasaran minyak goreng hingga kini................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................11

A. Simpulan...........................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan
pokok atau merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut
keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari
minyak goreng dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang
berada di perkotaan maupun perdesaan (Amang, 1996: 37). Minyak goreng
digunakan untuk memasak seperti: penumisan, penggorengan dalam jumlah yang
sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat memberikan aroma yang
sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi renyah atau
crispy, serta penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan
kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang.
Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD
(Refined, Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa
sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
memandang status sosial, ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :
02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan
periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak
yang diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan
untuk menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat
warna. Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak
goreng hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling
banyak digunakan, terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan.
Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa
sawit, dan kedelai. Di Indonesia minyak goreng nabati yang paling sering

1
digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal
dari segi harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).
Kini terjadi lonjakan harga minyak goreng kemasan dalam beberapa waktu
terakhir mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk Komisi VI DPR RI. Dalam
berita sebelumnya, harga beberapa produk minyak goreng kemasan sudah
menembus di atas Rp 18.000 per liter. Padahal, pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng
kemasan sederhana sebesar Rp 11.000 per liter.
Kenaikan harga tak hanya terjadi pada minyak goreng kemasan, melainkan
juga minyak goreng curah yang dijual dalam kemasan plastik bening. Anggota
Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Demokrat Herman Khaeron menyampaikan,
kenaikan harga minyak goreng kemasan disebabkan oleh tren lonjakan harga
sejumlah komoditas, khususnya minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan minyak goreng?
2. Apa penyebab naiknya harga minya goreng?
3. Bagaimana tindakan pemerintah atas permasalahan ini?
4. Bagaimana kondisi pemasaran minyak goreng hingga kini?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan minyak goreng
2. Untuk mengetahui Apa penyebab naiknya harga minya goreng
3. Untuk mengetahui Bagaimana tindakan pemerintah atas permasalahan ini
4. Untuk mengetahui Bagaimana kondisi masyarakat saat ini di saat lonjakan
minyak goreng terus terjadi.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Minyak Goreng
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida
yang berasal dari bahan nabati dengan tanpa perubahan kimiawi termasuk
hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi atau pemurnian yang
digunakan untuk menggoreng (Risti, 2016).
Minyak goreng) adalah minyak atau lemak (yang harganya makin hari
makin gak ngotak) yang berasal dari pemurnian bagian tumbuhan, hewan, atau
dibuat secara sintetik yang dimurnikan dan biasanya digunakan untuk
menggoreng makanan. Pengusaha minyak goreng menaikkan harga minyak
goreng secara terus menerus sehingga harganya gak masuk akal. Ujarnya sih,
mengikuti harga CPO dunia, tapi nyatanya perusahaan malah lebih memilih
ekspor daripada mementingkan pasar dalam negeri terlebih dahulu. Minyak
masakan umumnya berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak masakan
kebanyakan diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, serealia, kacang-kacangan,
jagung, kedelai, dan kanola.

B. Penyebab Kenaikan Harga Minyak Goreng


1. Lonjakan Harga Minyak Nabati Dunia
Kenaikan harga minyak goreng saat ini dipengaruhi oleh harga crude palm
oil (CPO) dunia yang naik menjadi US$ 1.340/MT. Kenaikan harga CPO ini
menyebabkan harga minyak goreng ikut naik cukup signifikan.
Namun selain CPO ada juga faktor lain yakni kenaikan harga minyak
nabati dunia. Penyebab kenaikan harga karena gangguan cuaca yang menekan
tingkat produksi minyak nabati dunia.

3
"Secara total, produksi minyak nabati dunia anjlok 3,5% di tahun 2021.
Padahal, setelah lockdown mulai dilonggarkan, permintaan meningkat. Jadi,
short supply picu kenaikan harga," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri
Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga kepada CNBC Indonesia,
dikutip Kamis (6/1/2022).
Produksi minyak nabati dunia tahun 2022 diprediksi tidak akan berbeda
dibandingkan tahun 2021. Sementara permintaan dunia diprediksi naik jadi
240,4 juta ton dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 240,1 juta ton.
2. Permintaan Biodiesel untuk Program B30
Pemerintah memiliki program B30 yakni mewajibkan pencampuran 30%
Biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar. Tujuan program ini
ialah agar semakin mengurangi laju impor BBM sehingga meningkatkan devisa
negara. Namun, saat ini kondisinya sedang tidak ideal, di mana produksi CPO
sedang menurun. Di sisi lain kebutuhan pangan akan minyak goreng tetap
tinggi.
Ada usulan dari pengusaha agar mandatori B30 atau kewajiban
pencampuran minyak sawit sebanyak 30% pada solar kembali dikurangi.
Dengan kata lain kebijakan mandatori B30 turut menjadi sasaran untuk
menekan lonjakan harga minyak goreng di Tanah Air.
3. Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama harga minyak goreng terus
merangkak naik. Pasalnya akibat Covid-19 produksi CPO ikut menurun drastis,
selain itu arus logistik juga ikut terganggu. Direktur Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri Oke Nurwan menyebut turunnya pasokan minyak sawit dunia
seiring dengan turunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu penghasil
terbesar.
"Selain itu, juga rendahnya stok minyak nabati lainnya, seperti adanya
krisis energi di Uni Eropa, Tiongkok, dan India yang menyebabkan negara-
negara tersebut melakukan peralihan ke minyak nabati. Faktor lainnya, yaitu

4
gangguan logistik selama pandemi Covid-19, seperti berkurangnya jumlah
kontainer dan kapal," terang Oke beberapa waktu lalu.
Akibat terganggunya logistik, harga minyak goreng juga mengalami
kenaikan cukup tajam. Adapun kebutuhan minyak goreng nasional sebesar 5,06
juta ton per tahun, sedangkan produksinya bisa mencapai 8,02 juta ton.
"Meskipun Indonesia adalah produsen crude palm oil (CPO) terbesar,
namun kondisi di lapangan menunjukkan sebagian besar produsen minyak
goreng tidak terintegrasi dengan produsen CPO. Dengan entitas bisnis yang
berbeda, tentunya para produsen minyak goreng dalam negeri harus membeli
CPO sesuai dengan harga pasar lelang dalam negeri, yaitu harga lelang KPBN
Dumai yang juga terkorelasi dengan harga pasar internasional. Akibatnya,
apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga CPO di dalam
negeri juga turut menyesuaikan harga internasional," jelas Oke.

C. Tindakan Pemerintah Dalam Mengatasi Naiknya Harga Minyak Goreng


Kemendag memprediksi harga minyak goreng juga berpotensi terus terkerek
kenaikan harga CPO di pasar dunia ini. Selain dipicu kenaikan harga CPO di pasar
global, kenaikan harga minyak goreng juga disokong meningkatnya permintaan
bahan baku untuk biodiesel dalam rangka program B30. Kemudian, turunnya
jumlah panen kelapa sawit di dalam negeri juga turut mendorong kenaikan harga
bahan baku minyak goreng tersebut.
Untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng yang saat ini sudah di
atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Kemendag, pemerintah
berencana mensetop ekspor CPO atau ekspor minyak sawit mentah. Kemudian,
pemerintah juga melakukan koordinasi dengan pengusaha minyak goreng melalui
surat dari Ditjen Perdagnagan Dalam Negeri Kemendag.
Dalam surat itu, Kemendag akan meminta agar seluruh produsen minyak
goreng tetap menjaga pasokan dalam rangka stabilisasi harga dan ketersediaan

5
minyak goreng melalui penyediaan minyak goreng kemasan sederhana di pasar
ritel dan pasar tradisional yang dijual sesuai HET.
Selanjutnya, Kemendag akan mendorong agar produsen yang memiliki lini
industri kelapa sawit terintegrasi dari hulu ke hilir supaya menyediakan CPO
dengan harga khusus untuk diproduksi jadi minyak goreng dalam memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Selain itu, Kemendag juga berkoordinasi dengan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan untuk menaikkan bea
keluar CPO.

D. Kondisi Pemasaran Minyak Goreng Hingga Kini


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melihat ada indikasi yang
mengarah pada kartel dari kenaikan harga minyak goreng yang terjadi
belakangan ini. Namun hal itu masih bersifat dugaan dan masih harus
dibuktikan. Indikasinya kartel minyak goreng terlihat saat perusahaan-
perusahaan besar di industri minyak sawit kompak untuk menaikkan harga
secara bersamaan.
Berdasarkan data Consentration Ratio (CR) yang dihimpun KPPU pada
2019 terlihat pula bahwa sekitar 40 persen pangsa pasar minyak goreng
dikuasai oleh empat perusahaan besar yang juga memiliki usaha perkebunan,
pengolahan CPO, hingga beberapa produk turunan CPO seperti biodiesel,
margarin, dan minyak goreng. Komisioner KPPU Ukay Karyadi mengatakan
pihaknya turut mendorong pemerintah agar pelaku usaha dalam negeri
semakin banyak, bukan hanya berafiliasi tetapi pemiliknya sama atau satu
orang saja.
Ia bilang, meski banyak merek minyak goreng di pasaran Indonesia,
sebenarnya beberapa merek di antaranya dimiliki satu grup perusahaan yang
sama. "Kalau ada minyak goreng berbagai merk tapi perusahaan itu itu saja,

6
sehingga posisi tawar konsumen menjadi lemah. Kalau berbeda pemilik
perusahaan dari setiap satu merk, konsumen memiliki pilihan," katanya
memberikan gambaran. Menurut dia, dalam mencermati kondisi di lapangan,
domain KPPU adalah mengawasi pelaku ekonomi agar tidak melakukan
pelanggaran persaingan usaha. Selain itu, lanjut dia, KPPU juga sementara
menelaah penyebab kenaikan harga minyak goreng sebagai kontribusi dari
kebijakan yang ada atau prilaku dari perusahaan.
Pasalnya, terdapat aturan atau kebijakan yang menerapkan persyaratan
untuk membangun pabrik minyak goreng, sedikitnya harus memiliki 20 persen
lahan sawit untuk mendukung produksinya. Lihat Foto Ilustrasi harga minyak
goreng mahal(Muhammad Idris/Kompas.com) Akibatnya, pabrik minyak skala
kecil di daerah sangat sulit membangun pabrik minyak goreng. Padahal era
1970-1980an pabrik minyak goreng lokal tumbuh subur memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat. Namun kini hanya pabrik minyak goreng skala besar
saja yang beroperasi seperti di Jawa Timur dan Sumatera Utara.
1. Indikasi kartel
Indikasi lainnya terkait dugaan kartel sebagai bentuk adanya
kesepakatan perusahaan minyak goreng untuk menaikkan harga bersama,
kata Ukay, ini juga menjadi pemantauan KPPU. "Kompak naiknya ini harga
minyak goreng. Ini yang saya katakan ada sinyal terjadinya kesepakatan
harga. Tapi ini secara hukum harus dibuktikan," kata Ukay.
Dalam paparan hasil penelitian yang dilakukan KPPU selama tiga bulan
terakhir, lembaga itu mendapati bahwa kenaikan minyak goreng
disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku utamanya yaitu minyak kelapa
sawit di level internasional akibat permintaannya yang meningkat. "Ini
perusahaan minyak goreng relatif menaikkan harga secara bersama-sama

7
walaupun mereka masing-masing memiliki kebun sawit sendiri. Perilaku
semacam ini bisa dimaknai sebagai sinyal bahwa apakah terjadi kartel,"
katanya.
Direktur Ekonomi KPPU, Mulyawan Renamanggala, menjelaskan pelaku
usaha terbesar minyak goreng di Indonesia adalah pelaku usaha yang
terintegrasi dari perkebunan sawit dan pengolahan CPO. Sebagai
komoditas global, kenaikan harga CPO akan menyebabkan produksi minyak
goreng harus bisa bersaing dengan produk CPO yang diekspor.
Hal itu menyebabkan ketika harga CPO global sedang tinggi, maka
produksi minyak goreng kesulitan mendapatkan bahan baku lantaran
produsen akan lebih mengutamakan ekspor ketimbang memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Lihat Foto Warga mengantre untuk membeli
minyak goreng dengan harga Rp.14.000 per liter dalam operasi pasar , Rabu
(19/1/2022).(KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA)
"Ini kami lihat agak sedikit aneh, karena sebenarnya produsen minyak
goreng ini perusahaan di kelompok yang ekspor CPO atau yang punya
kebun. Sepertinya pelaku usaha yang lakukan ekspor ini, meski punya
usaha minyak goreng, namun mereka tetap mengutamakan pasar ekspor
karena itu dapat meningkatkan keuntungan mereka," katanya.
2. Kecurigaan YLKI
Sebelumnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menduga
ada praktik kartel di balik meroketnya minyak goreng di Indonesia. Hampir
tiga bulan, lonjakan harga minyak masak di dalam negeri melesat tanpa
kendali. Para produsen kompak menaikkan harga dengan dalih
menyesuaikan dengan harga minyak sawit di pasar global. Sejak dua bulan
terakhir, minyak goreng juga berkontribusi besar terhadap inflasi.

8
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, menyebutkan ada beberapa
indikasi perilaku kartel di balik kenaikan harga minyak goreng di negara
pengekspor sawit terbesar dunia ini. "Saya curiga ada praktek kartel atau
oligopoli. Dalam UU tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat," kata Tulus saat dikonfirmasi Kompas.com. Kartel
sendiri merujuk pada sekelompok produsen yang mendominasi pasar yang
bekerja sama satu sama lain untuk meningkatkan keuntungan sebesar-
besarnya dengan menaikan harga, sehingga pada akhirnya konsumen yang
dirugikan. Indikasi kartel paling tampak dari lonjakan harga minyak goreng,
lanjut Tulus, adalah kenaikan harga minyak secara serempak dalam waktu
bersamaan. Baca juga:
Di sisi lain, selama ini minyak goreng yang beredar di pasaran juga
dikuasai oleh segelintir perusahaan besar. "Kalau kartel pengusaha
bersepakat, bersekongkol menentukan harga yang sama sehingga tidak
ada pilihan lain bagi konsumen," terang Tulus. Kalau pun kenaikan harga
dipicu lonjakan permintaan, hal itu bukan alasan mengingat Natal dan
Tahun Baru (Nataru) sudah berlalu, namun harga minyak goreng masih saja
tinggi. Terlebih, Indonesia adalah negara produsen sawit terbesar di dunia.
Untuk pasar ekspor, produsen minyak sawit bisa berpatokan pada harga
internasional.
Harga minyak CPO di pasar dunia yang tengah melonjak, tidak bisa jadi
alasan untuk menaikkan harga minyak goreng yang dijual di dalam negeri.
Harga minyak goreng harus mengacu pada harga eceran tertinggi (HET)
yang sudah ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan
(Kemendag). "Kita kan penghasil CPO terbesar, kita eksportir bukan
importir, jadi bisa menentukan harga CPO domestik. Jangan harga

9
internasional untuk nasional," ujar Tulus. Menjual minyak goreng dengan
harga mahal di dalam negeri tentunya mencedarai konsumen. Mengingat
sejatinya, perusahaan besar juga menanam sawitnya di atas tanah negara
melalui skema hak guna usaha (HGU).
Di sisi lain, pemerintah juga banyak membantu pengusaha kelapa sawit
dengan membantu membeli CPO untuk kebutuhan biodiesel. Bahkan
pemerintah membantu pengusaha sawit swasta dengan mengucurkan
subsidi biodiesel besar melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa
Sawit (BPDPKS). Soal kenaikan harga karena alasan banyaknya pabrik
minyak goreng yang tidak terintegrasi alias tidak memiliki kebun sawit juga
tidak masuk akal. Ini karena hampir semua pemain besar produsen minyak
goreng juga menguasai perkebunan kelapa sawit. Minyak goreng yang
diproduksi para pemain besar juga ikut melonjak.
3. Operasi pasar belum maksimal
Kebijakan operasi pasar yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan
harga minyak goreng ternyata belum merata. Salah satunya di Kulon Progo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kulon Progo Sudarna mengatakan, harga minyak goreng di pasaran diakui
belum ada tanda-tanda penurunan. Hal itu karena operasi pasar yang belum
dilakukan secara merata.
Sebelumnya, ia mengaku mendapatkan alokasi 6.000 liter dari Disperindag
DIY. Namun operasi pasar minyak goreng ini hanya menyasar desa-desa dan
pedagang kreatif di alun-alun Wates. Alasannya karena diminta harus
membayar terlebih dahulu baru dipasok.
Dari berbagai elemen dan instansi yang ditawari kerja sama melakukan
operasi pasar minyak goreng, dikatakan, hanya pemerintah desa yang sanggup
membayar awal. "Untuk mendapatkan alokasi minyak goreng (satu harga itu),

10
harus membayar terlebih dahulu, sehingga hanya ada beberapa desa yang
sanggup membayar dahulu, baru dipasok," jelasnya dikutip dari Antara.
Dengan kondisi itu, menurutnya harga minyak goreng diprediksi masih
akan lama mengalami penurunan di pasar. Karena para pedagang akan memilih
untuk menghabiskan stok mereka terlebih dahulu. Sementara itu kondisi yang
sama juga terjadi di Banda Aceh. Harga minyak goreng curah terpantau masih
stabil tinggi hingga saat ini. Hal itu karena para pedagang memilih untuk
menghabiskan stok yang sebelumnya dibeli dengan harga tinggi.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

11
 Minyak goreng) adalah minyak atau lemak (yang harganya makin hari makin
gak ngotak) yang berasal dari pemurnian bagian tumbuhan, hewan, atau dibuat
secara sintetik yang dimurnikan dan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan.
 Penyebab kenaikan harga minyak goreng, yaitu:
1. Lonjakan harga minyak nabati dunia
Kenaikan harga minyak goreng saat ini dipengaruhi oleh harga crude palm oil
(cpo) dunia yang naik menjadi us$ 1.340/mt.
2. Permintaan biodiesel untuk program b30
Tujuan program ini ialah agar semakin mengurangi laju impor bbm sehingga
meningkatkan devisa negara.
3. Pandemi covid-19
Pandemi covid-19 menjadi penyebab utama harga minyak goreng terus
merangkak naik. Pasalnya akibat covid-19 produksi cpo ikut menurun drastis,
selain itu arus logistik juga ikut terganggu.
 Tindakan pemerintah dalam mengatasi naiknya harga minyak goreng yaitu
dimana, kemendag akan meminta agar seluruh produsen minyak goreng tetap
menjaga pasokan dalam rangka stabilisasi harga dan ketersediaan minyak goreng
melalui penyediaan minyak goreng kemasan sederhana di pasar ritel dan pasar
tradisional yang dijual sesuai HET.
 Indikasinya kartel minyak goreng terlihat saat perusahaan-perusahaan besar
di industri minyak sawit kompak untuk menaikkan harga secara bersamaan
yang berdampak minyak semakin langkah.

B. Saran

Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok pembahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

12
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan
baik demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220112174134-92-745801/harga-
minyak-goreng-masih-naik-di-pedagang-besar
https://ekonomi.bisnis.com/read/20211214/12/1477493/stabilisasi-harga-minyak-
goreng-pemerintah-pakai-jurus-ini
https://nasional.kontan.co.id/news/kemendag-akan-tempuh-sejumlah-langkah-
ini-untuk-menekan-kenaikan-harga-minyak-goreng
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220106062500-4-304982/bunda-jangan-
ngamuk-ini-3-penyebab-harga-minyak-goreng
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4851993/harga-minyak-goreng-melonjak-
hingga-40-persen-dalam-setahun

Anda mungkin juga menyukai