Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP

KEBERLANGSUNGAN USAHA INFORMAL PEDAGANG

Nama Anggota Kelompok

1. Elvira Novita Tanjung


2. Rika Leriani
3. Nurul Nikmah
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Harga Minyak Goreng Terhadap Keberlangsungan
Usaha Informal Pedagang”
Makalah ini disusun kami dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah
sedikit pengetahuan bagi teman-teman sekalian. Namun karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 07 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..
1.2 Permasalahan …………………………………………………………………..
1.3 Tujuan …………………………………………………………………..
1.4 Manfaat …………………………………………………………………..
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Teori Umum ( Pendapat Para Pakar ) ………………………………….
2.2 Kajian teori yang berhubungan dengan tema ………………………………….
BAB III PEMBAHASAN
2.1 3.1 Pembahasan yang berkaitan dengan Tema ………………………………….
2.3 3.2 Analisis dan Konsep Implementasinya ………………………………….
2.4 DAFTAR PUSTAKA …………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida yang
berasal dari bahan nabati, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk pendinginan dan
telah melalui proses rafinasi atau pemurnian yang digunakan untuk menggoreng.
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau
merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan
(Amang, 1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan,
penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat
memberikan aroma yang sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi
renyah atau crispy, serta penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan
kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang. Buana (2001) dalam
Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein
merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang
mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan
masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi dan politik.
Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan periklanan
makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang diperoleh dari
atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna. Minyak goreng secara umum terdiri
dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati
adalah yang paling banyak digunakan, terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah
didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa,
kelapa sawit, dan kedelai. Di Indonesia minyak goreng nabati yang paling sering digunakan
adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara
penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan (Amang,
1996:38).
Minyak goreng kelapa sawit terbagi dalam dua jenis, yaitu minyak goreng curah dan
minyak goreng kemasan yang bermerek. Minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan
yang bermerek merupakan sama-sama hasil dari proses industri namun berbeda dari kualitas
prosesnya.
Untuk minyak goreng kemasan yang bermerek penyaringannya dilakukan 3-4 kali,
sedangkan minyak goreng curah hanya dilakukan 1 kali penyaringan. Sehingga jika dilihat
dari warnanya sangat berbeda, minyak goreng kemasan yang bermerek bewarna lebih jernih
di bandingkan dengan minyak goreng curah yang berwarna kuning keruh.
Dilihat dari aspek kebersihan serta kualitas produk, minyak goreng curah tidak sebaik
minyak goreng kemasan yang bermerek. Minyak goreng curah di distribusikan dalam drum-
drum dengan wadah terbuka sehingga membuat kebersihannya tidak terjamin. Sedangkan
minyak goreng kemasan yang bermerek lebih higenis, lebih sehat dan kemasan lebih layak.
Dari segi kandungan minyak goreng curah kadar lemaknya lebih tinggi dibandingkan
dengan minyak goreng kemasan yang bermerek. Selanjutnya diikuti dengan harganya minyak
goreng curah relatif lebih murah dari pada minyak goreng kemasan yang bermerek.
Beredarnya minyak goreng curah di pasaran serta berbagai macam produk minyak goreng
kemasan yang bermerek yang semakin gencar ditawarkan membuat konsumen memiliki
banyak pilihan dalam melakukan pembelian.
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
suatu produk, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang membuat konsumen
membeli dan mengkonsumsi produk minyak goreng curah hingga saat ini, ditengah semakin
banyaknya para pesaing dalam menyusun strategi pemasaran yang menekankan pada faktor-
faktor tersebut. Menurut Setiadi (2003:11) Keputusan pembelian dari konsumen sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Sebagian besar adalah
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar. Jadi, semakin banyak pengetahuan
pemasar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, semakin
besar kemampuan mereka untuk mendesain penawaran produk dan jasa yang menarik, serta
mengenali dan menargetkan segmen-segmen pasar yang berarti.
Pentingnya penelitian konsumen untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan konsumen
dan juga bagaimana tanggapannya akan produk yang dikonsumsinya yang berarti
berhubungan dengan kepuasan konsumen serta penelitian dapat berfungsi sebagai basis untuk
pendidikan dan perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk
keputusan kebijakan umum. Menurut Sumarwan (2011:8) pemahaman yang baik mengenai
perilaku konsumen akan menjadikan konsumen memiliki informasi yang lebih baik mengenai
dirinya, sehingga dapat mengendalikan perilakunya agar dapat menjadikan konsumen yang
bijak dan melindungi dirinya dari praktik-praktik bisnis yang merugikan mereka. Selain itu
penelitian konsumen ini dapat membantu produsen dalam memahami konsumen untuk
mengambil keputusan yang lebih baik. Untuk bersaing di pasaran produsen dapat
memperbaiki kualitas dari produk yang ditawarkan sehingga dapat menarik perhatian
konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

1.2 Permasalahan
1. Apa penyebab naiknya harga minyak?
2. Sejauh mana dampak kenaikan minyak terhadap keberlangsungan usaha
informal pedagang?
3. Upaya apa yang semestinya dilakukan pemerintah untuk mengurangi
tekanan terhadap pedagang baik secara langsung maupun tidak langsung?
4. Bagaimana Penawaran dan Permintaan Membuat Keseimbangan Harga?
5.

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui sejauh mana dampak kenaikan harga minyak terhadap
keberlangsungan usaha informal pedagang.
 Memaparkan kebijakan yang semestinya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi tekanan terhadap pedagang.

1.4 Manfaat
a. Kepada Penelitian
Memberikan informasi kepada pembaca tentang dampak ketika Minyak
goreng mengalami kenaikan dan apa dampaknya terhadap keberlangsungan usaha
informal pedagang
Memberikan acuan bagi pemerintah terkait dengan pelaksanaan peraturan
pemerintah yang melarang penggunaan minyak goreng curah serta menjadi
pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan di ambil oleh pemerintah.
Manfaat penelitian ini bagi penelitian yang akan datang adalah sebagai acuan
dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku konsumen
terhadap minyak goreng curah.

b. Kepada Penulis
Memberikan manfaat bagi penulis berupa pemahaman yang lebih mendalam
mengenai Dampak kenaikan minyak goreng terhadap keberlangsungan usaha
informal pedagang
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Teori Umum


1. Pengertian harga

Harga dalam ekonomi termasuk salah satu unsur buran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan. Harga dimaksudkan untuk mengkomunikasikan posisi nilai
produk yang disebut produsen. Besar kecilnya volume penjualan dan laba yang di
peroleh perusahaan tergantung kepada harga yang ditetapkan perusahaan terhadap
produk.

Harga dalam bahasa Inggris dikenal dengan price. Harga merupakan nilai
yang diberikan pada apa yang dipertukarkan. Harga bisa juga berarti kekuatan
membeli untuk mencapai kepuasan dan manfaat. Semakin tinggi nilai tukar dari
barang atau jasa tersebut.

Menurut kamus ekonomi, harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan
untuk satu unit barang atau jasa. Para ahli ekonomi sering kali mengartikan harga
dalam pengertian yang lebih luas untuk menunjukan apa saja, uang maupun barang,
yang harus dibayarkan. Harga yang di maksud adalah jumlah uang yang harus
dibayarkan untuk barang atau jasa yang ditawarka. Dalam hal ini, harga tidak hanya
berupa uang tapi juga berupa barang. Barang atau jasa yang telah diberikan ditukar
dengan barang lain yang mempunyai nilai guna.

Menurut Kotler dan Basu Swastha, harga adalah sejumlah uang yang
diberikan oleh konsumen kepada penjual atau pemasar untuk memperoleh produk
berikut pelayanannya. Harga yang dimaksud adalah sejumlah uang yang dikeluarkan
oleh konsumen kepaa penjual beserta pelayanan yang diberikan.

Menurut Fandy, harga dapat diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya


iuran, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya.
Hatga yang dimaksud adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membayar
jasa yang telah diterima, misalnya gaji, upah, dan sewa.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah
nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh
pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut
pelayanannya.

2.1.2 Konsep Harga


Buchari Alma mengatakan bahwa dalam teori ekonimi, pengertian harga, nilai
dan utilty merupakan konsep yang paling berhubungan dengan penetapan harga. Yang
dimaksud dengan utility dan value sebagai berikut :

1. Utility
Adalah suatu atribut yang melekat pada suatu barang , yang memungkinkan
barang tersebut memenuhi kebutuhan, keinginan, dan memuaskan konsumen.

2. Nilai (value)
Adalah suatu produk untuk ditukar dengan produk lain. Nilai ini dilihat dalam
situasi barter yaitu pertukaran barang dengan barang. Saat ini kegiatan perekonomian
sudah tidak melakukan barter, melainkan menggunakan uang sebagai ukuran yang
disebut harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.
Definisi diatas memberikan arti bahwa harga merupakan sejumlah uang yang
digunakan untuk menilai untuk mendapatan produk maupun jasa yag dibutuhkan
konsumen.
Selain harga mempunyai konsep harga, ada juga dimensi strategi harga. Harga
merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang membutuhkan pertimbangan
cermat. Ini dikarenakan adanya sejumlah dimensi strategik harga dalam hal :
a. Harga merupakan pernyataan dari suatu produk.
b. Harga merupakan aspek yang sangat jelas bagi para pembeli.
c. Harga adalah determinan utama permintaan.
d. Harga berkaitan dengan pendapatan dan laba.
e. Harga memengaruhi citra dan strategi positioning dalam pemasaran
produk pretisius yang mengutamakan citra kualitas dan eksklusivitas,
harga menjadi unsur penting.
f. Harga bersifat fleksibel.

2.1.3 Tujuan penetapan harga


Melalui penetapan harga, terlihat posisi kelayakan produk dari nilai ekonomisnya.
Terdapat beberapa tujuan dari penetapan harga yaitu :
- Kestabilan harga
Usaha pengendalian harga diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang
harga ,khususnya bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.
- Mencapai penghasilan atas investasi
Biasanya besar keuntungan dari suatu investasi telah ditetapkqn persentasenya dan
diperlukan penetapan harga dari barang yang dihasilkan.
- Penetapan harga untuk meningkatkan laba
Hal ini menjadi acuan setiap bisnis bisa bertahan.

2.1.4. Metode penetapan harga


- Mark up
Mark up adalah metode penetapan harga yang berpedoman pada harga awal
produk atau harga beli yang dijumlahkan dengan keuntungan.
- Bedasarkan pesaing
Metode ini berpatokan pada pesaing yang telah menjual produk sejenis dipasaran.
Dengan tetap memantau perkembangan harga dipasaran.
- Penetapan BEP
Metode ini berpedoman pada total biaya pengelaran dan hasil yang diterima
secara menyeluruh. Dimana metode ini bertujuan untuk menemukan
keseimbangan pasar.
- Berdasarkan permintaan pasar
Metode penetapan ini adalah dengan mendengarkan keluh kesah konsumen untuk
bisa mendapatkan pasar. Meskipun harga berdasarkan permintaan pasar, tentunya
kualitas dan kusntitas juga tetap dijaga.
- Penetapan biaya harga plus
Metode penetapan harga yang menerapkan penghitungan jumlah keseluruhan
biaya yang digunakan.

Kenaikan harga sembako


Sembako adalah singkatan dari Sembilan bahan pokok yang terdiri atas berbagai
bahan bahan makanan dan minuman yang secara umum sangat dibutuhkan masyarakat secara
umum. Tanpa sembako kehidupan rakyat bisa terganggu karena sembako merupakan
kebutuhan pokok utama sehari hari yang wajib ada dijual bebas di pasar. Salah satunya
adalah minyak goreng. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan
periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang
diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani
dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan, terutama
untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat
dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai.
Di Indonesia minyak goreng nabati yang paling sering digunakan adalah minyak
goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa
sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan yang berkaitan dengan Tema


Kenaikan harga minyak goreng saat ini dipengaruhi oleh harga Crude Palm Oil (CPO)
dunia yang naik menjadi US$ 1.340/MT. CPO dunia yang naik memicu peningkatan harga
CPO domestic dan jumlah persediaan CPO untuk pasar domestik. Kenaikan harga CPO ini
menyebabkan harga minyak goreng ikut naik cukup signifikan.
Pandemi Covid-19 juga turut menjadi faktor penyebab harga minyak goreng terus
merangkak naik. Pasalnya akibat Covid-19 produksi CPO ikut menurun drastis, selain itu
arus logistik juga ikut terganggu karna berkurangnya jumlah kontainer dan kapal. Akibatnya,
harga minyak goreng mengalami kenaikan yang cukup tajam karena terhambatnya supply
sehingga memepengaruhi ketersediaan minyak goreng. Hal tersebut tentu dpengaruhi pula
dengan Hukum Permintaan dan penawaran. Dimana ketika barang langka sementara
kebutuhan tinggi, maka akan akan mempengaruhi harga jual.

2. Hukum Permintaan dan Penawaran

Dalam dunia ekonomi pasti kita mengenal tentang istilah permintaan dan penawaran.
Dimana istilah ini selalu ada ketika kita melakukan kegiatan atau aktivitas yang berhubungan
dengan ekonomi mulai dari yang berskala kecil, seperti transaksi jual beli yang ada di pasar
maupun yang berskala besar, seperti ekspor dan impor. Penawaran dan permintaan menjadi
satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri, misalkan di suatu tempat ada sebuah kegiatan
yaitu permintaan, pasti disitu juga terjadi penawaran hingga menemukan satu titik yang sama
antara kedua pihak yang sedang melakukan transaksi. Permintaan adalah sejumlah barang
atau jasa yang akan dibeli atau diminta dengan harga dan waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan.

a. Hukum permintaan

Jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta akanJika harga naik, maka jumlah
barang yang diminta akan berkurang dan sebaliknya jika harga turun, maka jumlah barang
yang diminta akan bertambah (Oka A. Yoeti, 2008:18). permintaan bisa dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu :
1. Permintaan absolute

Permintaan ini diartikan sebagai keseluruhan permintaan terhadap barang ataupun


jasa, baik yang memiliki tenaga beli, kemampuan beli maupun yang tidak memiliki sama
sekali

Contoh Permintaan Absolut : adalah ketika Anda ingin membeli mobil tetapi saat ini
pendapatan Anda masih belum cukup.

2. Permintaan efektif

Permintaan ini didefinisikan sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang
disertai dengan adanhya kemampuan daya beli.

Contoh Permintaan Efektif : barang yang ada di rumah karena permintaan efektif.


Artinya, kulkas tersebut ada di rumahmu karena orang tuamu memiliki kemampuan untuk
membelinya.

3. Permintaan potensial

Hal ini hampir sama dengan permintaan efektif, permintaan ini diikuti dengan adanya
kemampuan daya beli, namun masih belum ada sebuah keinginan untuk membeli dari
konsumen.

 Contoh Permintaan Pontesial : Ibu Emi mempunyai uang yg banyak untuk membeli
perhiasan,tapi ibu Emi tidak berkeinginan membeli perhiasan

4. Permintaan individu

Permintaan individu merupakan permintaan yang dilakukan oleh seorang individu


atau satu konsumen saja.

Contoh Permintaan Individu: seorang IBU Membeli sebuah Baju di Toko Pakaian Dan
IBU ini meminta tolong kepada Penjual untuk mencarikan baju yang berwarna merah,
sehingga penjual mengambilkan baju warna merah Dan memberikannya kepada seorang IBU
tersebut. Berdasarkan contoh ini maka terdapat satu permintaan dari seorang Ibu yang
membeli baju.
5. Permintaan pasar

Permintaan ini lawan dari permintaan individu, dimana yang hanya dilakukan oleh
satu konsumen saja, namun perminmtaan pasar ini dilakukan oleh banyak konsumen yang
berada di pasar.

Contoh Permintaan Pasar: suatu toko tas menjual berbagai tas, jika tas yang
ditawarkan maka tingkat barang tinggi dan jumlah penawaran banyak, dan juga sebaliknya.

b. Hukum Penawaran

Jika barang turun, maka jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang. Sebaliknya
jika harga barang naik, maka jumlah barangyang ditawarkan akan bertambah (Oka A. Yoeti,
2008:21). Ada beberapa jenis penawaran, antara lain :

1. Penawaran marginal

Penawaran marginal adalah sebuah penawaran yang dilakukan oleh penjual


dengan syarat mampu menjual suatu produk dengan harga pasaran.

2. Penawaran super marginal

Hampir sama dengan penawaran marginal, penawaran super marginal in i


adalah sebuah penawaran yang dilakukan oleh seorang penjual yang bisa menjual
produknya di atas harga pasar.

3. Penawaran individu

Sesuai dengan namanya berarti penawaran ini merupakan suatu penawaran


yang dilakukan oleh individu, seperti penjual sepatu yang melakukan penawaran.

4. Penawaran pasar

Berbeda dengan penawaran individu yang hanya dilakukan oleh satu orang
individu namun penawaran ini dilakukan oleh banyak penjual yang ada di pasar.

Berdasarkan penjelasan diatas, kenaikan minyak goreng juga dipengaruhi oleh


kelangkaan barang ketika kebutuhannya sedang tinggi dan tidak adanya barang subtitusi
pengganti minyak goreng karena minyak goreng tersebut adalah salah satu komoditas dari
sembilan bahan pokok yang bersifat strategis dan multiguna. Kedua sifat tersebut membuat
minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang memiliki peranan yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Harga minyak goreng beberapa tahun ini mengalami peningkatan
yang cukup tinggi, hal ini disebabkan meningkatnya harga CPO dunia yang ikut memicu
peningkatan harga CPO domestik dan jumlah persedian CPO untuk pasar domestik.
Kenaikan harga minyak goreng baik curah maupun dalam kemasan yang terjadi di
banyak tempat memukul tak hanya konsumen tapi juga para pedagang . Kenaikan harga ini
tentunya berdampak langsung kepada konsumen pengguna minyak goreng baik konsumen
rumah tangga maupun konsumen industri terutama untuk industri pengolahan makanan skala
kecil dan menengah. Salah satu jenis usaha dalam industri pengolahan makanan yang
menggunakan minyak goreng sebagai salah satu bahan baku utama dan vital dalam proses
produksinya adalah usaha penggorengan kerupuk.
Kota Bekasi adalah salah satu Kota di daerah Jababeka yang mengalami kenaikan
harga minyak goreng tertinggi yaitu sekitar 41,5 persen per kg. Kenaikan harga minyak
goreng yang tinggi di Kota Bekasi akan mempengaruhi kondisi usaha penggorengan kerupuk
di Kota Bekasi.Dalam jangka beberapa bulan belakang, kenaikan harga minyak tersebut
sudah memberi dampak merugikan bagi usaha informal pedagang. Kenaikan harga tersebut
terjadi hampir di semua merek minyak goreng dalam kemasan. Berdasarkan laporan
Kementerian Perdagangan per 20 Januari harga minyak goreng kemasan sederhana tercatat
naik 3,26 persen menjadi Rp19.000 per liter. Sementara itu, harga minyak goreng kemasan
premium menjadi Rp20.800 per liter atau naik 4 persen dari posisi akhir tahun lalu.

Dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, minyak goreng mempunyai andil
terhadap inflasi umum sebesar 0,31%. Semenjak Juli 2020, minyak goreng telah
menunjukkan kenaikan harga sebesar 46,32%. Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis (PIHPS) per 31 Desember 2021, harga minyak goreng telah mencapai Rp 19.900,00
per liter.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan,


bahwa kenaikan harga crude palm oil (CPO) berdampak besar terhadap kenaikan harga
minyak goreng sebagai turunannya.

“Kenaikan harga CPO saat ini memang berdampak terhadap konsumen yaitu kenaikan
harga minyak goreng sebagai salah satu turunannya. Namun di sisi lain juga memberikan
insentif kepada kesejahteraan petani yang terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Petani
Perkebunan Rakyat (NTPR),” ungkap Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto.

Kenaikan ini juga berakibat pada kesejahteraan rumah tangga yang sebelumnya dapat
memenuhi hampir semua kebutuhannya, tapi setelah langkanya bahan-bahan pokok mereka
mulai membatasinya. Dan itu sangat mengganggu ketentraman rumah tangganya. Seharusnya
masyarakat dapat mengesampingkan kebutuhan sekunder dan tersier dan harus lebih
mengutamakan kebutuhan primer yang berperan dalamkehidupan sehari-hari. Ini merupakan
suatu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat.

Dalam mengatasi naiknya harga minyak goreng, disebutkan juga bahwa saat ini
pemerintah bersama dengan produsen minyak goreng dan pengusaha ritel membuat program
penyediaan 11 juta liter minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp 14.000 per liter yang
dilakukan melalui skema operasi pasar, khususnya menjelang periode Natal 2021 dan Tahun
Baru 2022.

Kebijakan lain yang dilakukan Kementerian Perdagangan adalah dengan


mengeluarkan larangan dan/atau pembatasan (lartas) terhadap ekspor minyak sawit (crude
palm oil/CPO), palm olein, dan minyak jelantah.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengatakan pemerintah harus memastikan,


program subsidi minyak goreng sebanyak 1,2 miliar liter seharga Rp 14 ribu yang dijalankan
saat ini tidak terjadi kecurangan Ia pun menegaskan, kebijakan lartas yang akan diterapkan
bukan berarti melarang ekspor sepenuhnya.

"Untuk memastikan tidak ada kecurangan itu, kita akan melartaskan, bukan melarang.
Untuk minyak jelantah, palm olein, dan CPO," kata Lutfi dalam konferensi pers, Selasa
(18/1/2022).

Adapun kecurangan yang dimaksud yakni mengekspor minyak sawit ke luar negeri
yang harganya telah disubsidi oleh pemerintah. Praktik tersebut harus dicegah agar
masyarakat bisa mendapatkan pasokan minyak goreng dengan harga terjangkau secara
mudah.

Menteri Perdagangan Lutfi juga menuturkan bahwa upaya tengah berupaya dalam
menstabilkan harga minyak goreng dan menjaga pasokan agar kebutuhan masyarakat tetap
terpenuhi,kepada Komisi VI DPR RI di tengah melonjaknya harga komoditas tersebut di
pasar internasional.

“Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kemmendag, rata-rata


harga Crude Palm Oil (CPO) dunia berbasiskan CPO Ex Dumai, hingga Januari 2022 sudah
encapai harga Rp. 13.249 per liter. Harga tersebut lebih tinggi 77,34 persen dibandingkan
Januari 2021” (Muhamad Lutfi, Komplek Parlemen,Senayan, Jakarta, Senin 31 Januari
2022)

Kemendag juga berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan


harga terjangkauPemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) buka suara
terkait melonjaknya harga minyak goreng. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan pihanya bakal melakukan sejumlah
langkah.

"Pemerintah akan memantau sesuai harga acuan khusus untuk minyak goreng kemasan
sederhana. Sedangkan untuk kemasan lainnya tetap mengikuti mekanisme pasar," ujar Oke
Nurwan Rabu (27/10/2021).

Oke mengatakan pemerintah akan memastikan ketersediaan dan pemenuhan minyak


goreng dengan harga terjangkau maka dilakukan perluasan penyediaan minyak goreng
kemasan melalui berbagai saluran distribusi, baik ritel maupun pasar tradisional dengan
skema pembiayaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Yang
diatur melaui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2022.

Kemudian pada 19 Januari 2022, pemerintah menetapkan kebijakan harga minyak


goreng setara dengan Rp. 14.000 per liter yang diberlakukan untuk pasar modern dan
tradisional melalui Permendag No. 3 Tahun 2022 tentang Penyediaan Minyak Goreng
kemasan untuk kebutuhan masyarakat dalam kerangka pembiayaan oleh BPDPKS.

Kemudian pada 26 Januari 2022, Kemendag menerbitkan Permendag No. 6 Tahun


2022 tentang Penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kelapa sawit dengan
mempertimbangkan evaluasi penetapan minyak goreng satu harga.

1. HET minyak goreng curah sebesar Rp. 11.500 per liter


2. HET minyak goreng kemasan sederhana Rp. 13.500 per liter
3. HET minyak goreng premium Rp. 14.000 per liter

Sementara itu di tempat berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian


Airlangga Hartarto ketika memimpin Rapat Komite Pengarah BPDPKS, Selasa (18/1/2022)
mengatakan, dalam rapat tersebut diputuskan untuk selisih harga minyak goreng akan
diberikan dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS) sebesar Rp 7,6 triliun.

Ia menambahkan, minyak goreng kemasan dengan harga khusus tersebut akan


disediakan sebanyak 250 juta liter per bulan selama jangka waktu 6 bulan. Pemerintah,
lanjutnya, juga akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin, minimal 1 bulan
sekali, terkait implementasi kebijakan ini. 

“Pemberlakuan kebijakan satu harga untuk minyak goreng yakni sebesar Rp 14 ribu
per liter akan dimulai pada Rabu tanggal 19 Januari 2022 pukul 00.00 WIB di seluruh
Indonesia," tuturnya.

Diketahui, minyak goreng kemasan dengan harga khusus tersebut akan


disediakan sebanyak 250 juta liter per bulan selama jangka waktu 6 bulan. Pemerintah juga
akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin minimal 1 bulan sekali terkait
implementasi kebijakan ini.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Supply

1. Harga Barang menjadi faktor utama besar kecilnya penawaran. Semakin tinggi harga
barang, maka semakin tinggi pula penawaran yang dilakukan oleh konsumen.

2. Jumlah Penjual atau ProdusenJika jumlah produsen suatu barang tertentu tinggi, maka
jumlah penawaran terhadap barang tersebut juga akan tetap tinggi. Misalnya, jika suatu
daerah menjadi sentra penghasil sepatu. Maka penawaran sepatu di daerah tersebut akan
tinggi.

3. Bencana Alam
Jika terjadi bencana alam pada suatu daerah penghasil suatu produk. Maka bisa dipastikan
bahwa jumlah produksi barang tersebut akan menurun dan mempengaruhi tingkat
penawarannya.

4. Harga Barang Pengganti

Apabila harga suatu barang meningkat maka penawaran terhadap barang pengganti akan
mengalami peningkatan karena penjual akan menawarkan barang pengganti sebagai alternatif
barang utama yang mengalami kenaikan. Contohnya harga kopi meningkat menyebabkan
harga barang penggantinya yaitu teh terlihat lebih rendah, sehingga penjual lebih banyak
menjual teh.

5. Biaya Produksi

Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya
untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong,
dan sebagainya.

Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang barang diproduksi akan tinggi.
Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit.

6. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan.
Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan
barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan
biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang
banyak. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi
menimbulkan dua efek, yaitu produksi dapat ditambah dengan lebih cepat dan biaya produksi
semakin murah sehingga keuntungan bertambah tinggi.

7. Pajak

Pajak yang merupakan ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya harga. Jika pajak suatu barang menjadi tinggi, maka permintaan
akan berkurang, sehingga penawaran juga akan berkurang.

8. Perkiraan Harga di Masa Depan

Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah penawaran. Jika
perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik, sedangkan penghasilan masyarakat
tetap, maka perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya
pada saat krisis ekonomi, harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif
tetap. Akibatnya perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut
tidak laku.
9. Kebijakan Pemerintah dan Situasi Politik

Kebijakan pemerintah juga memengaruhi komoditas pasar. Misalnya kebijakan kenaikan bea
cukai atau penghapusan bea cukai. Selain kebijakan pemerintah, situasi politik dalam suatu
negara juga memengaruhi penawaran. Jika suatu negara dalam situasi politik yang kritis,
maka semakin tinggi penawaran pasar.

3.2 Analisis dan Konsep Implementasinya


Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq) pertama kali didatangkan dari daerah pesisir
tropis Afrika Barat. Indonesia dan Malaysia adalah daerah yang paling sesuai
sebagai daerah pengembangan kelapa sawit. Sekarang ini Malaysia dan Indonesia
merupakan dua negara utama produsen minyak kelapa sawit yang menguasai
sekitar 85 persen pangsa pasar dunia (Pahan, 2008). Pengembangan areal dan
produksi kelapa sawit di Indonesia terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu
melalui perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar
swasta. Ciri utama perkebunan rakyat adalah areal yang menyebar, luasan
pemilikan lahan/kebun yang relatif tidak merata, tingkat penerapan tehnologi yang
masih rendah dan manajemen yang belum rapi. Secara nasional laju pertumbuhan
areal perkebunan rakyat mencapai 6,78 persen (Agustian dan Hadi, 2002). Luas
area pertanaman kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak
tahun 1999 hingga tahun 2006. Peningkatan tertinggi terjadi dalam kurun waktu
2000–2001 yaitu seluas 555 358 hektar (13,36 persen) dan kurun waktu 2005–
2006 yaitu seluas 621 109 hektar (11,39 persen). Hasil perkiraan sementara untuk
tahun 2007 hingga tahun 2009, luas area pertanaman kelapa sawit di Indonesia
masih akan terus mengalami peningkatan seluas 350 135 hektar pada tahun 2007
dan 350 135 hektar pada tahun 2009. Dan sekarang  luas perkebunan minyak
kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektare (ha) pada 2021.

secara keilmuan diharapkan memberi manfaat sebesarnya bagi,


1. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian ilmu Ekonomi.
2. Mendukung teori dan studi terdahulu didalam kajian ilmu ekonomi diteliti
3.Menolak serta mengagas sesuatu yang baru didalam kajian ilmu ekonomi.

Selain dari hal disampaikan ini diharapkan juga sebagai gagasan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, kemudian bagi pemerintah Indonesia dalam
menetapkan kebijakan serta kepada pengusaha dibidang kelapa sawit namun
secara khusus diharapkan studi ini juga memberi manfaat yaitu ;
1. Dengan mengetahui pengaruh dari volume produksi minyak goreng terhadap
perubahan harga minyak goreng. adalah sebagai informasi kepada produsen
minyak goreng dan juga kepada Departermen Perdagangan untuk penetapan
kebijakan.
2. Dengan memahami perubahan pendapatan perkapita (GDP) terhadap perubahan
harga minyak goreng. Ditujukan sebagai informasi kepada Departermen
Perdagangan tentang dasar didalam permintaan minyak goreng dipasar nasional.
3. Dengan membuktikan perubahan indeks harga konsumen terhadap perubahan
harga minyak goreng. Diharapkan menjadi suatu informasi kepada Pemerintah
yakni Departermen Perdagangan didalam mengantisipasi laju inflasi didalam
negeri.
4. Dengan mengamati dampak pajak ekspor CPO Indonesia terhadap harga
minyak goreng. Menjadi suatu informasi kepada Depatermen Keuangan dan
Departermen Perdagangan tentang hubungan sebab akibat dari kebijakan harga
yang diambil.
5. Dengan mengungkap pengaruh dari nilai tukar Rp/US$ (kurs) terhadap
perubahan harga minyak goreng. Ditujukan sebagai informasi kepada Bank
Sentral tentang pengaruh nilai tukar uang terhadap harga barang pokok didalam
negeri.
6. Dengan mengetahui pengaruh dari volume produksi CPO terhadap perubahan
harga minyak goreng, adalah sebagai informasi kepada produsen minyak goreng
dan Departermen Perdagangan untuk kebijakan perdagangan minyak goreng
7. Dengan mengungkap pengaruh harga minyak goreng terhadap harga CPO
Internasional. Diharapkan sebagai informasi kepada Departermen Perdagangan
dalam menetapkan kebijakan perdagangan harga minyak goreng.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kenaikan minyak goreng dipengaruhi oleh harga CPO dunia yang nak menjasi US$
1.340/MT.CPO duni yang naik memicu peningkatan harga CPO domestik dan jumlah
persediaan untuk pasar domestik.
2. Pandemi Covid-19 juga turut menjadi faktor penyebab minyak goreng naik karena
produksi CPO ikut menuru drastis, selain itu Covi-19 juga turut mempengaruhi arus
logistic.
3. Kota Bekasi adalah salah satu Kota di daerah Jababeka yang mengalami kenaikan
harga inyak goreng tertinggi yaitu sekitar 41,5 persen per kg dan mempengaruhi
usaha informal yang berada di Bekasi

4. Minyak goreng mempunyai andil terhadap inflasi umum sebesar 0,31%. Semenjak
Juli 2020, minyak goreng telah menunjukkan kenaikan harga sebesar 46,32%.
Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per 31 Desember
2021, harga minyak goreng telah mencapai Rp 19.900,00 per liter.
5. Dalam mengatasi naiknya harga minyak goreng, saat ini pemerintah bersama dengan
produsenminyak goreng dan pengusaha ritel membuat programpenyediaan 11 juta
liter minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp. 14.00 per liter melalui skema
operasi pasar.

6. Pemerintah akan memastikan ketersediaan dan pemenuhan minyak goreng dengan


harga terjangkau maka dilakukan perluasan penyediaan minyak goreng kemasan
melalui berbagai saluran distribusi, baik ritel maupun pasar tradisional dengan skema
pembiayaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Yang
diatur melaui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2022.
7. Pada 19 Januari 2022, pemerintah menetapkan kebijakan harga minyak goreng setara
dengan Rp. 14.000 per liter yang diberlakukan untuk pasar modern dan tradisional
melalui Permendag No. 3 Tahun 2022 tentang Penyediaan Minyak Goreng kemasan
untuk kebutuhan masyarakat dalam kerangka pembiayaan oleh BPDPKS.
8. Pada 26 Januari 2022, Kemendag menerbitkan Permendag No. 6 Tahun 2022 tentang
Penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kelapa sawit dengan
mempertimbangkan evaluasi penetapan minyak goreng satu harga.

Anda mungkin juga menyukai