Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENYEBAB NAIKNYA HARGA MINYAK GORENG

DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMKM

DI MANDAILING NATAL

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Metode Penelitian Ekonomi I

DOSEN PENGAMPU

Enni Sari Siregar,M.E

DISUSUN OLEH :

AZIZAH RAHMA NASUTION (21080007)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi telah menghasilkan banyak kemajuan, antara lain meningkatnya kesejahteraan rakyat.
Kemajuan pembangunan yang telah dicapai didorong oleh kebijakan pembangunan di berbagai bidang.
Peluang-peluang usaha yang tercipta dalam kenyataannya belum membuat seluruh masyarakat mampu dan
dapat berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai sektor ekonomi. Sebagai negara hukum dan negara
kesejahteraan, Indonesia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur materil dan spiritual
yang dalam pelaksanaannya berdasarkan pada Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa sistem ekonomi
yang dianut negara adalah ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial sebagai citacita pembangunan ekonomi. Untuk itu dalam menyusun
kebijakan perekonomian negara harus senantiasa berusaha menghilangkan ciri-ciri negatif yang terkandung
dalam sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialisme, yaitu free fight liberalism yang membenarkan
eksploitasi terhadap manusia, etatisme dimana negara beserta aparaturnya meminimumkan potensi dan daya
kreasi unit ekonomi di luar sektor negara, dan pemusatan ekonomi pada salah satu kelompok yang bersifat
monopoli yang merugikan masyarakat.1

Indonesia sebagai konsumen dan sekaligus produsen sawit terbesar di dunia dan menguasai 55 persen
pasar global dengan total ekspor CPO (Crude Palm Oil) kita mencapai 37,3 juta ton pada tahun 2020.
Indonesia sudah menjadi produsen minyak sawit nomor satu di dunia sejak 2006, menyalip posisi yang
selama bertahun-tahun sudah ditempati Malaysia, dengan pertumbuhan rata-rata 3,61 persen per tahun.
Menyedihkan memang karena kekurangan kita dalam mengantisifasi harga bahan pangan yang
mempengaruhi inflasi tentunya. Dari berbagai sumber menyebutkan penyebab harga minyak goreng naik terus
karena kenaikan permintaan, dimana terjadi kesenjangan kebutuhan dan ketersedian. Permintaan dan
penawaran (Demand and Supply) menggambarkan interaksi hubungan yang terjadi di antara dua pihak, yakni
penjual dan pembeli. Apabila penjual menerima banyak permintaan produk dari pelanggan, otomatis hal itu
menyebabkan ketidakseimbangan antara pembelian dan produksi. Akibatnya, kelangkaan dapat terjadi
termasuk dalam hal ini adalah minyak goreng dan harga makin mahal.
1
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), hlm. 4.
Namun kenyataan di masyarakat setelah terjadinya penurunan harga yang terjadi yaitu ketersediaan
minyak goreng di toko ritel, pasar tradisional bahkan di supermarket menjadi langka. Kondisi tersebut
menjadi berpengaruh terhadap aktifitas UMKM makanan di mana proses produksinya menggunakan
minyak goreng

Ditambah adanya persaingan usaha antar pebisnis minyak goreng. Persaingan Usaha merupakan
ekspresi kebebasan yang dimiliki setiap individu dalam rangka bertindak untuk melakukan transaksi
perdagangan di pasar. Persaingan usaha diyakini sebagai mekanisme untuk dapat mewujudkan efisiensi dan
kesejahteraan masyarakat. Bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan tercipta kemanfataan bagi
masyarakat konsumen, yaitu berupa pilihan produk yang bervariatif dengan harga pasar serta kualitas tinggi.2

Persaingan usaha memang dapat membantu meningkatkan kualitas suatu produk barang dan atau jasa
yang dihasilkan oleh pelaku usaha, dengan harga yang terjangkau oleh konsumen, sehingga tidaklah berlebihan
bila dikatakan bahwa adanya persaingan usaha yang sehat itu dianggap sebagai katalisator menuju
perkembangan industri, usaha, dam ekonomi pada umumnya.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dibalik praktik bisnis itu adanya berbagai macam
persaingan misalnya ada persaingan yang sehat dan persaingan yang tidak sehat. Tentu saja, perilaku anti
persaingan seperti persaingan usaha tidak sehat itu tidak dikehendaki, karena mengakibatkan in-efisiensi
perekenomian berupa hilangnya kesejahteraan, bahkan mengakibatkan keadilan ekonomi dalam masyarakat
pun terganggu dan timbulnya akibat-akibat ekonomi dan sosial yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan,ketertiban,maupun kepentingan umum.

Urgensi stabilisasi harga minyak goreng didasari oleh adanya kenyataan bahwa Indonesia
merupakan produsen sawit terbesar di dunia. Hal ini yang manjadi momok di masyarakat, sebab akibat
atau dampak dari kenaikan harga minyak goreng tak hanya berpengaruh pada hasil penjualan dan daya beli
masyarakat, namun juga pada melonjaknya harga komoditas pangan yang lain

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa masalah dalam
penelitian ini adalah kenaikan yang fluktuatif pada harga minyak goreng. Kemudian dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dengan menganalisa penyebab naiknya harga minyak goreng dan pengaruhnya
terhadap UMKM.

B. Identifikasi Masalah
2
Irna Nurhayati, Kajian Hukum Persaingan Usaha: Kartel Antara Teori dan Praktik, Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan Perkembangan
Hukum Bisnis, 2011, No. 2, hlm.6.
1. Penyebab naiknya harga minyak goreng di Mandailing Natal
2. Kenaikan harga minyak goreng di Mandailing Natal
3. Faktor yang mempengaruhi naiknya harga minyak goreng di Mandailing Natal
4. Dampak naiknya harga minyak goreng terhadap UMKM di Mandaling Natal
5. Kebijakan pemerintah dalam menanggulangi naiknya harga minyak di Mandailing Natal

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam masalah yang diteliti maka peneliti memberikan batasan
masalah dalam penelitian ini yaitu penyebab naiknya harga minyak goreng, faktor yang mempengaruhi
kenaikan harga minyak goreng, dampak naiknya harga minyak goreng terhadap UMKM di Mandailing Natal.

D. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab naiknya harga minyak goreng di Mandailing Natal?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi naiknya harga minyak goreng di Mandailing Natal?
3. Bagaimana dampak naiknya harga minyak goreng di Mandailng Natal?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga minyak goreng di Mandailing Natal


2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi naiknya harga minyak goreng di Mandailing Natal
3. Untuk mengetahui dampak naiknya harga minyak goreng di Mandailng Natal

BAB II

KAJIAN TEORI

A, Penyebab Naiknya Harga Minyak Goreng


Seperti diketahui bahwa kenaikan harga minyak goreng mulai terjadi pada akhir tahun 2021. Dari
beberapa sumber menyebutkan bahwa kenaikan ini dipicu oleh adanya lonjakan harga minyak nabati dunia,
Permintaan Biodiesel untuk Program B30, Pandemi Covid-19 yang secara tidak langsung mengambil andil
dalam tingginya harga minyak goreng melalui menurunnya cadangan minyak sawit dunia berbarengan dengan
menurunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu produsen pasokan minyak terbesar serta adanya
kendala logistic

Pabrik minyak goreng lebih banyak berada di sumatera, jawa dan diikuti Sulawesi dan kalimantan maka
Ketika akan mendistribusikan kedaerah lain otomatis mengahsilkan biaya yang berbeda-beda antar daerah. Hal
ini akan memicu masalah kelangkaan. Jika menilik dari sisi regulasi tentang kebijakan 1 harga ini mengacu
kepada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 3 Tahun 2022 tentang Pengadaan Minyak Goreng Kemasan
untuk keperluan Masyarakat dalam konteks Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS).

Pasar menganggap bahwa pasokan minyak goreng tidak memadai, dalam kenyataannya serapan
domestik dari seluruh produksi CPO Indonesia hanya berkisar 35%, sementara Sebagian besar yang mencapai
65 persen diserap oleh pasar ekspor. Jika permasalahan mahalnya harga minyak goreng bukan dari segi jumlah
pasokan minyak goreng maka kebijakan di atas hanyalah kebijiakan yang tidak efisien. Karena inti dari
permasalahan tingginya harga minyak goreng bukanlah dari segi jumlah produksi yang disediakan untuk
kebutuhan dalam negeri, namun lebih pada menitikberatkan pada harga yang melambung tinggi.

B. Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Goreng

Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau merupakan salah
satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dalam
kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada
di perkotaan maupun perdesaan (Amang, 1996: 37). Peristiwa kenaikan harga minyak goreng belakangan ini
memaksa masyarakat untuk memikirkan kembali kegiatan produksinya. Kebijakan pemerintah tentang harga
minyak goreng adalah untuk membantu masyarakat tetap berproduksi, memperoleh keuntungan maksimal, dan
setidaknya meringakan ekonomi keluarga (Effendi, 2022).

Dengan harga minyak goreng yang tinggi, hal ini dapat berdampak yang cukup signifikan untuk
UMKM di Mandailing Natal, maka dari itu perlu menyusun strategi kinerja untuk menjaga kualitas produk
yang mereka hasilkan dan yang dijual. Singkatnya, kenaikan harga minyak goreng sangat berpengaruh dalam
keputusan perusahaan untuk mengurangi atau meningkatkan produksi
Faktor utama pendorong kenaikan permintaan minyak kelapa sawit adalah harga yang relatif rendah
dibandingkan dengan harga kompetitornya seperti minyak kedelai, minyak biji matahari, minyak kacang tanah,
dan minyak lobak. Sebagian besar negara pengimpor minyak kelapa sawit tidak hanya memanfaatkannya
sebagai bahan pangan atau bahan baku industri, namun juga sebagai biodesel, sumber energi alternatif minyak
bumi. Sehingga harga minyak kelapa sawit di pasaran sangat penting, terkait pembelian yang akan dilakukan
oleh konsumennya. Harga menjadi faktor penting untuk menentukan nilai jual dari produk yang dihasilkan.
Harga juga berpengaruh terhadap keuntungan produsen. Harga juga menjadi pertimbangan utama seorang
konsumen untuk membeli, sehingga perlu pertimbangan khusus untuk menentukan harga tersebut. Hal ini juga
berlaku bagi harga minyak kelapa sawit yang ditetapkan dalam kurs dolar AS.

C. Dampak Naiknya Harga Minyak Goreng

Masalah sosial terkait kenaikan harga minyak goreng merupakan topik yang saat ini sedang ramai
diperbincangkan di pelosok Indonesia. Tidak dapat dipungkiri terjadinya kenaikan harga tersebut menimbulkan
tantangan dan dampak signifikan bagi sekelompok pedagang kecil. Dimana adanya permasalahan ini secara
sengaja dapat mempersulit pedagang untuk mencari dan menemukan minyak goreng di berbagai warung
terdekat hingga toko kelontong lainnya. Peranan minyak goreng begitu sangat berpengaruh dalam aktivitas
perekonomian dan juga kesejahteraan masyarakat, tentunya dengan menaikkan harga minyak goreng akan
berdampak langsung pada aktivitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
pokok masyarakat dan UMKM.

Kenaikan harga minyak goreng ini sangat membebankan masyarakat, terutama masyarakat atau pelaku
UMKM cenderung menggunakan bahan pokok minyak goreng secara berulang-ulang. Sedangkan pendapat
para masyarakat paling dominan tidak setuju apabila adanya kenaikan harga minyak goreng karena sangat
mempengaruhi pendapatan. Bagi rumah tangga dengan adanya kenaikan harga minyak gorenh ini tentunya
menambah kenaikan pengeluaran biaya sehari-hari. Tidak menutup kemungkinan juga terjadi bagi UMKM ,
dimana menurut pelaku UMKM dengan adanya kenaikan harga minyak goreng membuat mereka ragu untuk
mengurangi porsi atau menaikan harga

Dengan kenaikan harga minyak goreng ini akan mendorong inflasi secara umum yang berdampak akan
menimbulkan beberapa sektor, di antaranya sektor industri makanan, rumah tangga, dan semua produksi yang
menggunakan bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu, dampaknya juga akan lebih terasa terhadap inflasi
yang terjadi. Bagi para pedagang makanan memiliki dampak yang sangat besar adalah kurangnya keuntungan
yang didapatkan . Hal ini dikarenakan agar pedagang tetap berusaha menstabilkan harga dagangan tanpa
mengurangi bentuk dan besaran produk yang dijual. Namun bagi beberapa para pedagang, ada yang
mengambil kebijakan dengan menaikkan harga dagangannya mereka beberapa denga harga dua kali lipat. Hal
ini dilakukan karena mereka tidak mau menanggung kerugian. Namun hal itu, tetap menjadi beban tersendiri
bagi mereka karena dikhawatirkan akan mengurangi minat para pembeli karena harga dagangannya yang naik.

Tabel. Cakupan Survei Pola Distribusi Perdagangan Minyak Goreng

2018 Menurut KBLI 2015

No KBLI 2015 Uraian KBLI 2015

(1) (2) (3)

1. 10415 Industri minyak goreng bukan minyak kelapa dan

minyak kelapa sawit

2. 10423 Industri minyak goreng kelapa

3. 10437 Industri minyak goreng kelapa sawit

4. 46315 Perdagangan Besar Minyak dan Lemak Nabati

5. 47111 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang

Yang Utamanya Makanan, Minuman Atau


Tembakau Di Supermarket/minimarket

6. 47112 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang


Yang Utamanya Makanan, Minuman Atau
Tembakau

Bukan Di Supermarket/minimarket (Tradisional)

Gambar. Perkembangan produksi minyak sawit indonesia

tahun 2000 – 2017 ( ribu ton )


Gambar. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia Tahun 2013 - 2017

39,57%
LUAR NEGERI 1,46%
0,07%
0,02%
29,96%

97,83%Distributor 69,76%Pedagang Eceran 70,04%Rumah Tangga


12,95%

5,59% 71,28% 65% 0,62% 28,72%

Industri
Sub distributor 0,05%
Pengolahan
69,60%
Importir
4,09% 0,36%
1,51%

30,22% 0,43%
5,64%Supermarket/
0,18% Agen
Swalayan Kegiatan Usaha
0,06%
Lainnya
11,28% 29,36%
26,56%
4,9%
1,35%
32,6%
0,12%Pedagang Grosir
17,27% 0,06%Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba

0,29% Eksportir
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Gambar. Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Nasional


1,
3,13%

7,75% Distributor 53,65%Pedagang Eceran 96,35%Rumah Tang


WILAYAH 0,01%
PEMBELIAN DARI
LUAR PROVINSI 80%

0,02% Agen

Sumatera Barat
(25,22%) 33,93%
10,92%
0,01%

Riau (0,05%) 0,52%


Supermarket/ Indus
0,01% Pedagang Grosir
Swalayan Peng
Jambi (0,05%)

Bengkulu (10,86%)
21,50% Eksportir

Lampung (0,03%)

DKI Jakarta (0,23%)

Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Gambar. Pola Distribusi Minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2023 selama dua minggu, dimulai
dari minggu ketiga sampai minggu keempat bulan Mei, tepatnya pada tanggal 14,19,
21, dan 23 Mei.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Lama Panyabungan yang terletak di


Kabupaten Mandailing Natal yang mengambil data dari seorang pedagang minyak
goreng, pemilihan seorang penjual minyak goreng dikarenakan seorang distributor
yang penting untuk setiap kebutuhan memasak terutama di Indonesia sedikit banyak
menggunakan minyak goreng sebagai bahan untuk memasak. Untuk memperoleh
data yang diperlukan, kami menggunakan teknik pengumpulan data wawancara semi
terstruktur di mana subjek yang diteliti dapat memberikan jawaban yang bebas dan
tidak terbatas, tetapi subjek yang diteliti tidak boleh keluar dari jalan yang telah
ditentukan sebelumnya.

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjudul “Analisis Penyebab Naiknya Harga Minyak Goreng dan
DampaknyaTerhadap UMKM di Mandailing Natal” menggunakan pendekatan
kualitatif di mana jenis penelitian ini menggali dan memahami makna pada sejumlah
individu atau kelompok orang yang berasal dari masalah sosial (Creswell, 2014)
pendekatan ini mampu menggambarkan suatu fenomena lebih dalam dan mampu
menceritakan bagaimana suatu isu atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari secara lebih dekat, sehingga diharapkan penelitian ini dapat melihat
bagaimana fenomena minyak goreng dapat dianalisis melalui sudut pandang
pengguna dalam menggali dan memahami makna pada sejumlah individu atau
kelompok orang yang berasal dari masalah sosial. Fokus penelitian ini adalah
bagaimana persepsi dan manajemen krisis ibu rumah tangga terkait isu krisis
kelangkaan minyak goreng. Selain itu, paradigma yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus, penelitian studi kasus adalah desain penelitian yang
mengungkap kasus tunggal atau massal dalam kurun waktu tertentu. Fokus penelitian
studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu peristiwa, baik itu individu,
kelompok budaya maupun potret kehidupan (Creswell, Hanson, & Clark, 2007).

Data yang diperoleh dikategorikan ke dalam pola-pola yang telah ditentukan


sebelumnya sehingga dapat disajikan sesuai dengan rumusan masalah penelitian,
kemudian menghubungkan kategori dan klasifikasi yang telah diperoleh dengan
referensi ilmiah atau dengan teori yang terkait sehingga dapat ditarik kesimpulan.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah para pedagang minyak goreng yang berada di
pasar lama Panyabungan. Alasan pemilihan pedagang minyak goreng dijadikan
sebagai subjek karena pedagang adalah salah satu distributor yang mengetahui
banyak informasi terkait dengan kenaikan harga minyak goreng. Di sini, narasumber
yang terlibat dalam penelitian ini baik yang diwawancarai secara langsung atau
narasumber artikel terkait tengah menghadapi tahap akut dalam tahapan krisis
menurut Steven Fink. Pada tahap ini narasumber sedang berada dalam krisis yang
sesungguhnya akibat dari gejala-gejala yang tidak disadari di tahap prodromal.
Gejala-gejala di tahap ini mulai terlihat jelas, ditandai dengan munculnya
pemberitaan mengenai ibu-ibu yang rela mengantri untuk mendapatkan minyak
goreng curah, krisis juga semakin kompleks manakala muncul pernyataan Ibu
Megawati yang dinilai tidak memiliki empati kepada ibu rumah tangga. Sehingga,
krisis yang dialami oleh ibu rumah tangga dalam kelangkaan minyak goreng ini
semakin nyata.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti


untuk mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data (subyek maupun sampel
penelitian).
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data yang dilakukan peneliti pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta(participant observaction), wawancara
mendalam (in depth interview), dan dokumentasi.

1) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di
wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014).
Wawancara dilakukan pada saat terjun langsung ke pasar lama Panyabungan,
yaitu peneliti berinteraksi langsung dengan pedagang minyak goreng. Dengan
demikian peneliti memperoleh data yang lebih banyak terkait kenaikan harga
minyak goreng sehingga peneliti dapat memahami penyebab kenaikan harga
minyak goreng dan dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang tidak
diketahui.
Teknis pelaksanaan wawancara dilakukan secara sistematis. Yang dimaksud
secara sistematis adalah wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti
menyusun instrument pedoman wawancara.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-
hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam
penelitian kualitatif taknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian
hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori,
atau hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti menggali sumber penyebab kenaikan harga
minyak goreng dari para pedagang, kemudian meminta sebagian arsip
penjualan minyak goreng pada setiap bulan untuk dijadikan sebagai bahan
menyusun laporan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai