Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIK KARTEL HARGA MINYAK GORENG DI

INDONESIA
COOKING OIL PRICE CARTEL PRACTICES IN INDONESIA

Muhammad Rifqi Arfan Maulana1, Heru Sugiyono2


1
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jl. RS. Fatmawati Raya, Pondok Labu, Jakarta Selatan, 12450
Tel/Fax: +62-851-55119614 E-mail: muhammadrifqi@upnvj.ac.id
2
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jl. RS. Fatmawati Raya, Pondok Labu, Jakarta Selatan, 12450
Tel/Fax: +62-815-8771054 E-mail: herusugiyono@upnvj.ac.id

ABSTRAK
Fenomena mengenai kenaikan harga Minyak Goreng di masyarakat
telah berlangsung semenjak tahun 2021. Pemerintah telah mengambil
langkah tegas dengan melakukan investigasi dan menetapkan 27
perusahaan sebagai pihak yang terlibat dalam kasus dugaan kartel harga
Minyak Goreng. Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk
menganalisis mengenai akibat hukum mengenai dilakukannya kartel harga
Minyak Goreng yang dilakukan oleh 27 Perusahaan tersebut dan
menjelaskan bagaimana bentuk perlindungan hukum oleh pemerintah
terhadap pengusaha serta konsumen yang terdampak praktek kartel harga.
Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis normatif serta pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus yang
menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan,
akibat hukum yang ditimbulkan dengan adanya praktik kartel harga adalah
timbulnya sanksi karena melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat serta Permendag Nomor 49 Tahun 2022 tentang Tata Kelola
Program Minyak Goreng Rakyat. Selain itu pemerintah telah
melaksanakan perlindungan hukum dengan menindak lanjuti hasil temuan
investigasi KPPU di pengadilan guna memberikan sanksi kepada terlapor
yang terbukti melanggar peraturan perundang-undangan sehingga
konsumen terbebas dari pengusaha yang merugikan, dan bagi pengusaha
lain dapat melaksanakan kegiatan perekonomian dengan persaingan yang
sehat. Menyikapi temuan dugaan kartel harga Minyak Goreng sepatutnya
pemerintah melakukan analisis mengenai kebijakan terkait guna mencegah
adanya celah hukum yang dapat dimanfaatkan bagi pengusaha untuk
mendapatkan keuntungan dengan melanggar perundang-undangan.

Kata kunci: Kartel; Persaingan Usaha Tidak Sehat; Minyak Goreng.

5
ABSTRACT

The phenomenon of rising prices and scarcity of availability of Cooking


Oil in the community has occurred since the end of 2021. The government
has taken firm steps by conducting an investigation and naming 27
companies as parties involved in the alleged Cooking Oil price cartel
case. The purpose of this study is to analyze the legal consequences of
implementing the Cooking Oil price cartel carried out by the 27
companies and to explain the form of legal protection carried out by the
government for business actors and consumers who are affected by the
practice of the Cooking Oil price cartel in Indonesia. The research in this
article was carried out using a normative juridical method with a statute
approach and a case approach and was analyzed using qualitative data
analysis techniques. The results of the study show that the legal
consequences of price cartel practices are sanctions for violating the
provisions of Law Number 5 of 1999 and Regulation of the Minister of
Trade Number 49 of 2022. In addition, the government has carried out
legal protection by following up on the findings of the KPPU's
investigation in court in order to impose sanctions on the reported party
who is proven to have violated the provisions of the applicable laws and
regulations so that consumers can be freed from business actors who
harm consumers, and other business actors can carry out economic
activity with healthy competition. Responding to the findings of the alleged
cooking oil price cartel, the government should conduct an analysis of
related policies in order to prevent legal loopholes that can be exploited
by business actors to gain profits in ways prohibited by law.

Keywords: Cartel; Unfair competition; Cooking oil.

PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2021 hingga pertengahan tahun 2022 Indonesia sedang
menghadapi krisis kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Kenaikan tersebut
dinilai sebagai akibat dari perekonomian dunia yang memburuk akibat konflik
internasional dan dampak pandemi covid-19 sehingga berpengaruh pada sebagian
besar komoditas nasional.1 Kenaikan harga terhadap komoditas nasional tersebut
memberikan dampak langsung kepada masyarakat mengingat bahwa saat ini
Indonesia sedang berjuang memperbaiki ekonomi nasional dari dampak terjangan
pandemic covid-19 yang merusak perekonomian negara.

1
https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/9K5XvPyk-ksp-klaim-minyak-goreng-curah-
kemasan-permudah-distribusi-dan-jaga-het, diakses pada tanggal 8 Juli 2022 pukul 12.01
WIB.

6
Pada Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan dan
Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Pasal 1 ayat (1)
menjelaskan Pengertian barang kebutuhan pokok merupakan produk yang
mempengaruhi kehidupan banyak pihak, memiliki tingkat kepuasan tinggi
terhadap kebutuhan, dan mendukung kepentingan masyarakat. 2 Harga kebutuhan
pokok masyarakat yang dimaksud adalah minyak goreng. Kegunaan minyak
goreng bagi masyarakat adalah sebagai keperluan utama berdasarkan keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.3

Lonjakan harga migor tentu berdampak pada pengusaha maupun konsumen yang
mana hal tersebut menyebabkan ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan baik yang berkaitan dengan konsumsi maupun keperluan usaha.
Kenaikan harga minyak goreng juga berpengaruh pada tingkat perekonomian
negara dikarenakan dapat menyebabkan ketidakstabilan antara kebutuhan dan
pemenuhannya.4 Seperti yang dimuat dalam bbc.com bahwa harga minyak goreng
telah melambung sejak bulan November 2021 lalu yang mana harga penjualan
minyak goreng tersebut dapat mencapai Rp.24.000,00 di pasaran sehingga
menyebabkan berkurangnya kemampuan masyarakat sebagai konsumen atau
pengguna barang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.5

2
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan dan
Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
3
Asrindah Nasution, 2021, Panic Buying Masyarakat Terhadap Kenaikan dan
Kelangkaan Minyak Goreng di Kota Medan Denai, Jurnal Bisnis Corporate, Vol. 6, No.
3, https://doi.org/10.46576/jbc.v6i2.1845.
4
Jan Horas dan Sri Hartoyo, 2018, Dampak Kenaikan Harga Minyak Bumi Terhadap
Permintaan CPO Untuk Biodiesel dan Beberapa Aspek Pada Industri Kelapa Sawit
Indonesia, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Vol. 2, No. 1,
https://doi.org/10.34203/jimfe.v2i1.699.
5
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60754619, diakses pada tanggal 9 juli 2022
pukul 21.54 WIB.

7
Sebagaimana dikutip dari cnbcindonesia.com peneliti senior LPEM FEB-UI
Mohamad Revido menyebutkan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
mahalnya harga minyak goreng di Indonesia disebabkan tidak mampunya
Kementerian Perdagangan melakukan pengawasan pada distribusi minyak
goreng.6 Dengan ketidakmampuan menjalankan fungsi pengawasan tersebut maka
memberi peluang bagi pengusaha untuk memainkan harga pasar dengan
melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum namun dapat memberi
keuntungan tanpa memperhatikan pengusaha menengah, kecil, dan konsumen.

Pada dasarnya dalam dunia ekonomi setiap individu memiliki hak untuk membeli
barang dengan segala jenis dan dengan beragam pengusaha, serta dalam prinsip
filsafat hukum menjelaskan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk
melaksanakan kegiatan perdagangan.7 Maka dengan itu menjelaskan bahwa tidak
ada pihak yang boleh menghalangi tiap individu untuk melakukan kegiatan
dibidang perekonomian. namun dikarenakan kegiatan perekonomian terkadang
tidak dapat diprediksi secara pasti maka mengakibatkan beberapa pengusaha
berbuat tindakan yang dapat menyebabkan sebagian atau seluruh pihak
mengalami kerugian.8 Seperti yang terjadi sekarang ini sebenarnya masih banyak
sekali tindak pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha terhadap pengusaha lain
yang status ekonominya lebih rendah serta sampai kepada konsumen. Adanya
fenomena tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman dan kecakapan pengusaha
dalam memahami amanat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.9

Konsep persaingan usaha sebenarnya mamppu dijadikan instrumen untuk


menciptakan keefektifan dan kesejahteraan bagi masyarakat apabila dapat
dilaksanakan serta diimplementasikan dengan sebagaimana mestinya, konsep
persaingan usaha tersebut dapat mendorong pengusaha untuk berinovatif untuk

6
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220408140851-4-330048/biang-kerok-harga-
migor-terbang-ternyata-ini-awal-mulanya, diakses pada tanggal 9 Juli 2022 pukul 21.10
WIB.
7
Djoko Imbawani, 2011, Hukum Dagang Indonesia, Setara Press, Malang, hlm. 196.
8
Meita Fadhillah, 2019, Penegakan Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat Oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Kerangka Ekstrateritorial, Jurnal
Wawasan Yuridika, Vol.3, No. 1, hlm. 56.
9
Fatria Hikmatiar, 2018, Kajian Hukum Terhadap Kasus Kartel Minyak Goreng Di
Indonesia (Studi Putusan No.24/KPPU/-1/2009), Jurnal Hukum Bisnis Bonum
Commune, Vol.1, No.1, hlm. 39-40.

8
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan meningkatkan kualitas
barang atau jasa dengan harga yang menarik serta bersaing. Maka dengan
dilaksanakannya konsep persaingan usaha yang baik maka akan menciptakan
perkembangan ekonomi yang signifikan serta bermanfaat bagi pembangunan
nasional.10

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa salah satu


tindakan pengusaha yang dilarang adalah tindakan kartel. Dalam Pasal 11
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjelaskan “Pengusaha dilarang
membuat perjanjian dengan pengusaha pesaingnya, yang bermaksud untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat”.11

Kartel memiliki makna sebagai bentuk perjanjian yang dilaksanakan oleh


beberapa perusahaan dengan tujuan untuk mempengaruhi dan memberikan
dampak pada sebuah barang/atau jasa tertentu agar memperoleh keuntungan yang
monopolistik.12 Sistem kerja kartel dapat mempengaruhi harga pasar dikarenakan
pengusaha yang terlibat dapat secara bebas mempengaruhi harga, produksi,
kualitas, serta kemampuan para pengusaha lain dalam menghadapi jumlah
permintaan dan penawaran terhadap barang tertentu.13 Pada dasarnya kartel
dilaksanakan oleh oknum pengusaha yang terikat oleh perkumpulan dagang
bersama para anggotanya, kartel dapat disebut juga sebagai sindikat yang
membuat sebuah perjanjian kesepakatan secara tertulis bersama para anggota
lainnya dengan usaha sejenis untuk dapat mengendalikan segala jenis hal yang
berkaitan dengan perekonomian yakni harga, wilayah distribusi, dengan tujuan
untuk mendominasi persaingan serta mendapat keuntungan sebanyaknya.14

10
Ibid, hlm. 40.
11
Pasal 11 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
12
Hanif Nur W, 2022, Bayang-Bayang Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha, UB
Press, Malang, hlm. 8.
13
Ananda Nugraha, dkk, 2022, Faktor-Faktor Penyebab Adanya Dugaan Praktek Kartel
Harga Minyak Goreng Di Indonesia, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Vol. 8, No. 15,
hlm. 56.
14
Yuniar Ayu W, 2020, Analisis Pertimbangan Hukum Kasus Kartel Minyak Goreng Di
Indonesia, Jurnal Lex Renaissance, Vol. 5, No. 4, hlm. 896.

9
Kegiatan kartel dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan
perekonomian nasional dikarenakan dengan tindakan tersebut menyebabkan
ketidakefektifan perekonomian yang ditandai dengan menghilangnya
kesejahteraan dan bahkan sampai mengakibatkan terlanggarnya hak-hak
masyarakat, mengganggu ketertiban umum15 bahkan tindak kartel tersebut
bertentangan dengan amanat bangsa. Indonesia memiliki visi yaitu mencapai
masyarakat yang adil dan makmur, yang mana seperti yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.16

Perilaku persaingan usaha tidak sehat dari pengusaha tersebut dapat dicermati dari
kasus dugaan kartel yang dilakukan oleh 27 Perusahaan sawit yang memproduksi
minyak goreng. Seperti yang diketahui bersama bahwa Indonesia sendiri
merupakan salah satu penghasil minyak sawit terbesar. Hal tersebut dapat ditandai
dengan peningkatan hasil sebanyak 2,20% dari tahun sebelumnya (2021) serta
Indonesia juga telah memproduksi 46.500 komoditas sawit per Juli 2022.17
Sehingga dengan adanya keberlimpahan sumber daya alam tersebut maka tidak
menutup kemungkinan bahwa faktor tersebut mampu memberikan kesempatan
bagi para pengusaha tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan.

Beberapa tahun yang lalu Indonesia sudah pernah mengalami permasalahan kartel
minyak goreng di Indonesia tepatnya pada tahun 2009. Pada tahun 2009 tersebut
pemerintah melalui KPPU berhasil membuktikan adanya tindakan persaingan
usaha tidak sehat yang dilakukan oleh setidaknya 20 pengusaha minyak goreng di
Indonesia dengan menerapkan penetapan harga jual. Hasil temuan dan penyidikan
yang dilakukan oleh KPPU terhadap pengusaha tersebut dituangkan dalam
Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-1/2009 tentang kartel minyak goreng.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa KPPU


memiliki wewenang penuh untuk mengawasi kegiatan pengusaha dan menindak
apabila terjadi pelanggaran. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya KPPU juga

15
Op.Cit, Fatria Hikmatiar, hlm. 40
16
Ibid., Fatria Hikmatiar,hlm. 39.
17
https://bisnis.tempo.co/read/1658739/harga-cpo-di-jambi-kembali-turun-kini-jadi-12-
075-per-kilogram, diakses pada tanggal 23 November 2022 pukul 19.11 WIB.

10
memiliki wewenang untuk melakukan penelitian dan penyidikan pada pengusaha
yang diindikasi melakukan persaingan usaha tidak sehat.

Dikarenakan masih ditemukannya kasus kartel minyak goreng di Indonesia


tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa masih lemahnya sistem penegakan
hukum di Indonesia yang mampu menjamin terciptanya persaingan usaha yang
sehat. Adanya kecurangan oleh pengusaha maka tentu menimbulkan kerugian
besar kepada masyarakat baik sebagai pengusaha maupun konsumen, karenanya
terdapat hak sebagai masyarakat yang dirampas oleh pengusaha yang melanggar
undang-undang untuk mendapatkan keuntungan sebesarnya. Untuk mengatasi
fenomena tersebut dibutuhkannya peran pemerintah dalam menghadapi masalah
kecurangan pengusaha serta menjamin hak para konsumen dan pengusaha di
Indonesia.

Maka penulis merumuskan masalah antara lain: 1) Apa akibat hukum praktik
kartel harga minyak goreng di Indonesia? Dan 2) Bagaimana bentuk perlindungan
hukum terhadap konsumen dan pengusaha yang terdampak praktik kartel harga
minyak goreng di Indonesia?

METODE PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian artikel ini penulis jenis penelitian yang digunakan
yaitu yuridis normatif dengan bahan peraturan perundang-undangan dan bahan
hukum yang lainnya. Dengan kata lain penelitian yuridis normatif merupakan
penelitian kepustakaan dikarenakan penelitian tersebut dilakukan dengan meneliti
dan mengkaji hukum yang dikonsepkan dalam perundang-undangan sebagai
kaidah atau norma yang merupakan pedoman berperilaku manusia yang dianggap
pantas.18 Penelitian hukum normatif didasarkan pada bahan hukum primer dan
sekunder, yakni peneliitan yang mengacu pada norma yang terdapat dalam sebuah
peraturan perundang-undangan.19

18
Amiruddin & Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 118.
19
Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 20.

11
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

1. Akibat Hukum Praktik Kartel Harga Minyak Goreng di Indonesia

Akibat hukum diartikan sebagai sebuah dampak yang ditimbulkan dari adanya
sebuah hukum terhadap sebuah aktivitas yang dilakukan oleh subjek hukum itu
sendiri.20 Menurut achmad ali dalam bukunya yang berjudul “Menguak Tabir
Hukum Edisi ke 2” menjelaskan bahwa akibat hukum dapat dikenakan pada:

1. Tindakan atau perbuatan hukum; dan


2. Delik, dalam pidana maupun perdata

Lebih lanjut Achmad Ali menjelaskan bahwa akibat hukum terbagi kedalam tiga
jenis yaitu:

1. Lahirnya, lenyapnya, dan/atau berubahnya sebuah keadaan hukum


tertentu;
2. Lahirnya, lenyapnya, dan/atau berubahnya sebuah hubungan
hukum tertentu;
3. Akibat hukum yang ditimbulkan karena sanksi baik pidana maupun
perdata.

Akibat hukum dapat timbul karena terdapat hubungan hukum yang mengandung
hak dan kewajiban di dalamnya, sehingga dapat dikatakan akibat hukum timbul
karena terdapat aturan yang mengatur mengingat hukum diciptakan dengan tujuan
untuk melindungi hak dan kewajiban setiap individu ataupun kelompok
masyarakat dalam hidup bernegara.

Mengenai Kasus kartel harga Minyak Goreng KPPU telah melakukan investigasi
dan menemukan indikasi persaingan usaha tidak sehat oleh 27 perusahaan
produsen Minyak Goreng di Indonesia. Indikasi pelanggaran tersebut menyangkut
Pasal 5 dan Pasal 19 Huruf C Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan


Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyebutkan bahwa
“Pengusaha dilarang membuat perjanjian dengan pengusaha pesaingnya untuk

20
Achmad Ali, 2015, Menguak Tabir Hukum: Edisi ke-2, Kencana, Jakarta, hlm. 272.

12
menetapkan harga atas mutu suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 19 Huruf C Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
menyebutkan “Pelaku usaha dilarang untuk melakukan kegiatan dengan
pengusaha lain yang menimbulkan praktek monopoli dengan membatasi
peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan”
Beberapa unsur dalam pelaksanaan kartel mencakup:

1. Unsur Pengusaha;
2. Unsur Perjanjian;
3. Unsur Pengusaha Pesaing;
4. Unsur Mempengaruhi Harga;
5. Unsur Mengatur Produksi;
6. Unsur Barang;
7. Unsur Jasa;
8. Unsur Dapat Menyebabkan Monopoli;
9. Unsur Dapat Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Maka sebagai akibat ditemukannya indikasi pelanggaran oleh ke-27 (dua puluh
tujuh) pengusaha tersebut, maka akan timbul kewajiban yang harus dipatuhi oleh
pelanggar tersebut. Kewajiban yang timbul tersebut dapat diberikan dalam bentuk
sanksi. Sanksi atau hukuman yang berikan terhadap pengusaha yang terbukti
melanggar tersebut harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dengan demikian dapat terciptanya keadilan baik dari pelanggar maupun yang
terlanggar. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, menjelaskan tiga bentuk
sanksi yang dapat dikenakan terhadap pengusaha yang terbukti melakukan
pelanggaran dalam ketentuan perundang-undangan. Ketiga jenis sanksi tersebut
diatur dalam Pasal 47 mengenai sanksi administratif, Pasal 48 mengatur mengenai
sanksi pidana pokok dan Pasal 49 mengatur mengenai jenis sanksi pidana
tambahan.

13
Dalam memutuskan jenis sanksi yang dapat diberikan kepada pengusaha yang
terbukti melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 KPPU
perlu menganalisis jenis perbuatan terlarang yang dilakukan oleh pengusaha
berdasarkan ketentuan yang ada didalam dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
tersebut.

Sanksi administratif diatur dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.


Ketentuan dalam Pasal 47 ayat (2) menjelaskan jenis sanksi administratif yaitu:

1. Penetapan pembatalan perjanjian;


2. Perintah kepada pengusaha untuk menghentikan integrasi vertikal;
3. Perintah kepada pengusaha untuk menghentikan kegiatan yang
terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat;
4. Perintah kepada pengusaha untuk menghentikan penyalahgunaan
posisi dominan;
5. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha
dan pengambilalihan saham;
6. Penetapan pembayaran ganti rugi;
7. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua
puluh lima miliar rupiah).

Selanjutnya, sanksi pidana pokok diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 menjelaskan jenis sanksi pidana pokok yang diterapkan
kepada pengusaha yang terbukti melanggar berupa pidana denda serendahnya Rp.
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda
selama 6 (enam) bulan bagi pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan berikut:

1. Pasal 4 mengenai oligopoly;

14
2. Pasal 9 sampai dengan Pasal 14 mengenai pembagian wilayah,
pemboikotan, kartel, trust (gabungan perusahaan), oligopsoni, dan
integrasi vertikal; dan
3. Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28.

Pengenaan sanksi pidana pokok berupa pidana denda dalam Pasal 48 ayat (2)
menjelaskan sanksi pidana denda serendah-rendahnya 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima
miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima)
bulan kepada pengusaha yang melanggar ketentuan:

1. Pasal 5 sampai dengan Pasal 8 mengenai penetapan harga;


2. Pasal 15 mengenai perjanjian tertutup;
3. Pasal 20 sampai dengan Pasal 24 mengenai pemasokan barang,
penetapan biaya produksi, dan persekongkolan; dan
4. Pasal 26 mengenai rangkap jabatan.

Selanjutnya Pasal 48 ayat (3) menjelaskan pidana denda paling rendah sebesar Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3
(tiga) bulan kepada pelanggar Pasal 41 yang menjelaskan mengenai tindakan
menolak pemeriksaan yang dilakukan oleh komisi.

Pidana tambahan dalam Pasal 49 menjelaskan bentuk sanksi dapat berupa


pencabutan izin usaha, larangan menduduki jabatan direksi atau komisaris selama
2 tahun minimal dan 5 tahun maksimal, serta penghentian kegiatan yang
menimbulkan kerugian pada pihak lain. Sanksi tersebut dikenakan kepada
pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 48 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan menunjuk pada ketentuan Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana mengenai jenis pidana tambahan.

2. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pengusaha dan Konsumen Yang


Terdampak Atas Praktik Kartel Harga Minyak Goreng di Indonesia

15
Pada dasarnya negara mempunyai kewajiban untuk menjamin kesejahteraan
rakyatnya. Dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya, Indonesia sebagai negara
hukum tentu memerlukan instrumen-instrumen hukum sebagai upaya
perlindungan hukum terhadap rakyatnya guna mencapai kesejahteraan yang
diinginkan. Kepentingan masyarakat umum perlu diperhatikan pemerintah karena
pada dasarnya kepentingan-kepentingan setiap warga negara dilindungi oleh
hukum. 21Hal tersebut sesuai dengan konsep negara hukum yang mana hukum
dijadikan acuan dan pedoman dalam bertindak agar tidak ada pihak yang
bertindak semena-mena dalam bermasyarakat.22

Maka untuk memenuhi unsur perlindungan hukum tersebut diperlukannya bentuk


upaya perlindungan hukum yang dapat mencapai tujuan hukum yaitu memberikan
kepastian, kemanfaatan, dan keadilan bagi masyarakat. Salah satu teori yang
menjelaskan bentuk perlindungan hukum adalah teori yang diungkapkan oleh
Philipus M. Hadjon, menurutnya perlindungan hukum dipecah dua bentuk yaitu
dapat berupa perlindungan hukum preventif dan represif. Secara singkat
perlindungan hukum preventif sebagai instrument pencegah munculnya sengketa
yang dijelaskan dalam peraturan perundang-undangan, perlindungan hukum
represif merupakan perlindungan hukum yang dilaksanakan sebagai upaya
penanganan sengketa yang berujung pemberian sanksi.

Dalam upaya perlindungan hukum preventif untuk konsumen dan pengusaha yang
terdampak mengenai kelangkaan dan kenaikan harga Minyak Goreng yang
signifikan akibat dugaan kartel harga minyak goreng oleh pengusaha maka pada
bulan oktober 2022 yang lalu pemerintah telah memperbaharui peraturan
mengenai mekanisme pasar di Indonesia yakni Permendag No.49 Tahun 2022
tentang Tata Kelola Program Minyak Goreng Rakyat. Permen tersebut dibentuk
dengan harapan dapat melengkapi kekurangan dari Permendag sebelumnya
mengingat bahwa kebutuhan dan keadaan selalu berkembang serta dapat
menstabilkan harga penjualan Minyak Goreng di pasar sehingga konsumen dapat
memenuhi kebutuhannya dengan harga yang terjangkau. Seperti yang diatur
21
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, hlm. 151.
22
Isnaini Apri dan Shinta Rukmi, 2021, Peran Hukum saat Pandemi sebagai Terobosan
dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat, Jurnal Penelitian Universitas Kuningan,
Vol. 12, No. 1, hlm. 34, https://doi.org/10.25134/logika.v12i01.3723.

16
dalam Pasal 1 Angka 7 Permendag No.49 Tahun 2022 tentang Tata Kelola
Program Minyak Goreng Rakyat tersebut menjelaskan program Minyak Goreng
Rakyat merupakan salah satu program pemerintah dalam mewujudkan tersedianya
Minyak Goreng untuk masyarakat.

Dalam peraturan tersebut juga menjelaskan mengenai distribusi barang yang


merata di seluruh wilayah Indonesia dengan menjual Minyak Goreng tersebut di
Pasar Rakyat, Toko Swalayan, dan Marketplace agar tiap pendistribusian minyak
goreng tersebut secara mudah didapatkan oleh masyarakat.

Dalam Pasal 8 ayat (2) Permendag No.49 Tahun 2022 tentang Tata Kelola
Program Minyak Goreng Rakat menjelaskan mengenai spesifikasi minyak goreng
yang akan didistribusikan harus memenuhi ketentuan yang berlaku seperti:

1. Menggunakan merek MINYAKITA;


2. Menggunakan kemasan 1 liter, 2 liter dan 5 liter;
3. Mencantumkan HET di kemasan;
4. Menggunakan kemasan yang tidak mudah rusak;
5. Menggunakan kemasan yang tidak membahayakan manusia
(foodgrade).

Selanjutnya ketentuan Pasal 10 Ayat (1) dan (2 Permendag No.49 Tahun 2022
tentang Tata Kelola Program Minyak Goreng Rakyat menyebutkan bahwa
“Pengecer wajib menjual MGR dengan harga di bawah atau sama dengan HET.”
Selanjutnya dalam Pasal (2) HET yang dimaksud sebesar:

1. Rp 14.000,00 /liter atau Rpl5.500,00/kg untuk MGR dalam bentuk


curah; dan
2. Rp14.000,00/liter dalam bentuk kemasan.

Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa selain untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat akan harga pemenuhan kebutuhan yang terjangkau,
pemerintah juga memperhatikan kualitas barang yang akan didistribusikan kepada
masyarakat dengan memberikan ketentuan yang harus dipenuhi sebuah Minyak
Goreng sebelum didistribusikan untuk dikonsumsi kepada masyarakat luas.

17
Tidak hanya konsumen, dalam Permendag No.49 Tahun 2022 tentang Tata
Kelola Program Minyak Goreng Rakyat juga memperhatikan keadaan pengusaha.
Seperti yang diatur dalam Pasal 11 yang menyebutkan pemberian insentif kepada
produsen dan eksportir yang mendistribusikan Minyak Goreng dalam bentuk
curah dan kemasan. Insentif yang dimaksud berupa pemberian Faktor pengali
kemasan dan/atau faktor pengali regional sesuai dengan ketetapan direktur atas
nama Menteri.

Dalam Permendag No. 49 Tahun 2022 Tata Kelola Program Minyak Goreng
Rakyat juga menjelaskan mengenai kebutuhan pasokan bahan mentah pembuatan
Minyak Goreng guna memenuhi kebutuhan Minyak Goreng dalam Negeri.
Jumlah kebutuhan dalam negeri tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan provinsi
sehingga dengan begitu diharapkan pemenuhan kebutuhan akan Minyak Goreng
dapat merata se-Indonesia yang tentu akan berdampak pada pemasukan para
pengusaha. Dengan pengaturan dan kalkulasi yang dilakukan oleh pemerintah
melalui program Minyak Goreng Rakyat dapat memberikan kesempatan bagi
pengusaha untuk melakukan kegiatan perekonomian dengan sehat, serta dengan
pendataan dan pengawasan oleh pemerintah yang ketat mempersulit pengusaha
melakukan tindakan curang di kemudian hari.

Selain itu pemerintah Indonesia sampai saat ini juga telah menjalankan
perlindungan hukum represif. Bentuk perlindungan hukum represif yang
dilakukan pemerintah dalam fenomena dugaan kartel harga Minyak Goreng di
Indonesia adalah menjalankan fungsi penanganan sengketa hukum dengan
menindak lanjuti hasil investigasi KPPU terhadap indikasi pelanggaran Pasal 5
dan Pasal 19 Huruf C Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan
semenjak bulan Maret 2022 di meja pengadilan. Proses tindak lanjut investigasi di
pengadilan tersebut dibuktikan dengan siaran pers yang diunggah dalam laman
resmi KPPU. Dalam laman resmi KPPU tersebut menjelaskan bahwa pada tanggal
20 Oktober 2022, KPPU telah melakukan pembacaan pada Laporan Dugaan
Pelanggaran (LDP) yang menjelaskan bahwa para terlapor tersebut (27
pengusaha) diduga melakukan pelanggaran yang menyebabkan kenaikan harga
dan terbatasnya barang yang beredar di masyarakat pada Oktober 2021 sampai
dengan Desember 2021, serta Januari sampai dengan Mei 2022. Lalu pada tanggal

18
15 Desember 2022, KPPU telah menghadirkan Kementerian Perdagangan yang
diwakilkan oleh Koordinator Tim Pengawas Distribusi Barang Pokok dan Barang
Penting di Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen.

Maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah telah


melaksanakan upaya perlindungan hukum sesuai dengan makna perlindungan
hukum oleh Philipus M Hadjon yang menjelaskan bentuk perlindungan hukum
preventif, dibuktikan dengan adanya undang-undang sebagai pencegah lahirnya
sengketa yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999, Permendag Nomor 49 Tahun. Sedangkan perlindungan hukum
represif oleh pemerintah sebagai upaya penanganan sengketa adalah dengan
menindaklanjuti hasil temuan investigasi KPPU di pengadilan guna memberikan
sanksi kepada terlapor apanila terbukti melanggar peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Akibat hukum yang timbul dengan adanya praktik kartel harga Minyak Goreng
di Indonesia adalah timbulnya sanksi sebagai akibat pelanggaran oleh
pengusaha. Didalam kasus kartel harga Minyak Goreng tersebut, sanksi yang
dikenakan kepada pengusaha yang melanggar diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999. Komisi Pengawas Persaingan Usaha menemukan
adanya indikasi pelanggaran terhadap Pasal 5 dan Pasal 19 Huruf C mengenai
penetapan harga dan pembatasan distribusi barang, sehingga sanksi yang
mungkin dikenakan kepada para pengusaha tersebut adalah sanksi pidana
pokok yang diatur dalam pasal 48 ayat (1) dan (2). Selain itu indikasi
pelanggaran yang dilakukan oleh para pengusaha tersebut berpotensi
melanggar Pasal 23 Permendag No.49 Tahun 2022 yang berupa sanksi
administratif.

2. Dalam mengatasi masalah dugaan kartel harga Minyak Goreng pemerintah


telah menjalankan bentuk perlindungan hukum preventif dan represif. Dalam
upaya melaksankan bentuk perlindungan hukum preventif pemerintah telah

19
melaksanakan, menerbitkan, serta memperbaharui peraturan terkait yang
dijadikan pedoman bagi pengusaha maupun konsumen dalam upaya mencegah
adanya pelanggaran yang tidak diinginkan. Beberapa peraturan yang dijadikan
pedoman dalam mencegah terjadinya sengketa adalah Undang-Undang No. 5
Tahun 1999, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, dan Permendag No. 49
Tahun 2022. Sedangkan upaya melaksanakan bentuk perlindungan hukum
represif pemerintah Indonesia sampai saat ini sedang melaksanakan
penanganan sengketa di pengadilan sebagai tindak lanjut dari temuan indikasi
pelanggaran oleh 27 pengusaha yang mana jika terbukti melanggar ketentuan
perundang-undangan akan berujung pemberian sanksi bagi pengusaha yang
terbukti bersalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Ali, Achmad, (2015). Menguak Tabir Hukum: Edisi ke-2, Kencana: Jakarta.
Amiruddin & Zainal Asikin, (2012). Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Atmadjaja, Djoko Imbawani, (2011). Hukum Dagang Indonesia, Setara Press:
Malang.
Marzuki, Peter Mahmud, (2008). Pengantar Ilmu Hukum, Kencana: Jakarta.
Ochtorina, Dyah, dan A’an Efendi, (2014). Penelitian Hukum, Cetakan Pertama,
Sinar Grafika: Jakarta.
Rahardjo, Satjipto, (2000). Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Santoso, M. Agus, (2014). Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat
Hukum, Ctk. Kedua, Kencana: Jakarta.
Soekanto, Soerjono, (1984). Pengantar Penelitian Hukum, UI Press: Jakarta.
Sukarmi & Hanif Nur W, (2022). Bayang-Bayang Kartel Dalam Hukum
Persaingan Usaha, UB Press: Malang.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan dan Penyimpanan
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Permendag Nomor 49 Tahun 2022 Tentang Tata Kelola Program Minyak Goreng
Rakyat.

KARYA ILMIAH
Apri, Isnaini dan Shinta Rukmi. (2021). Peran Hukum saat Pandemi sebagai
Terobosan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat, Jurnal

21
Penelitian Universitas Kuningan, Vol. 12, No. 1,
https://doi.org/10.25134/logika.v12i01.3723.
Dwisvimiar, Inge. (2011). Keadilan Dalam Perspektif Ilmu Hukum, Jurnal
Dinamika Hukum, Vol.11, No.3,
http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2011.11.3.179.
Fadhillah, Meita. (2019). Penegakan Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat Oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Kerangka
Ekstrateritorial, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol.3, No. 1,
http://dx.doi.org/10.25072/jwy.v3i1.217.
Fattah, Damanhuri. (2013) Teori Keadilan Menurut John Rawls, Jurnal Teropong
Aspirasi Politik Islam, Vol. 9, No. 2,
https://doi.org/10.24042/tps.v9i2.1589).
Hikmatiar, Fitria. (2018). Kajian Hukum Terhadap Kasus Kartel Minyak Goreng
Di Indonesia (Studi Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-1/2009), Jurnal
Hukum Bisnis Bonum Commune, Vol.1, No.1,
https://doi.org/10.30996/jhbbc.v0i0.1755.
Horas, Jan dan Sri Hartoyo. (2018). Dampak Kenaikan Harga Minyak Bumi
Terhadap Permintaan CPO Untuk Biodiesel dan Beberapa Aspek Pada
Industri Kelapa Sawit Indonesia, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Vol. 2, No. 1, https://doi.org/10.34203/jimfe.v2i1.699.
Julyano dan Sulistyawan. (2019). Pemahaman Terhadap Asas Kepastian Hukum
Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum, Jurnal Crepido, Vol.1,
No. 1, https://doi.org/10.14710/crepido.1.1.13-22.
Kurniawan, Ryan. (2013). Harmonisasi Hukum Sebagai Perlindungan Hukum
Bagi Pekerja Pada Perusahaan Pailit Ditinjau Dari Perspektif Pancasila
dan Sila Ke Lima, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol. 28, No. 1,
http://dx.doi.org/10.25072/jwy.v28i1.64.
Mawardi. (2010). Keadilan Sosial Menurut John Rawls, Skripsi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
Munthe, Mhd Erwin. (2018). Kemaslahatan Dalam Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen dan Pengusaha Melalui Mekanisme Penetapan Harga
Oleh Negara, Jurnal Hukum dan Syariah, Vol. 9, No. 2,
https://doi.org/10.18860/j.v9i2.5593.
Nasution, Asrindah. (2021). Panic Buying Masyarakat Terhadap Kenaikan dan
Kelangkaan Minyak Goreng di Kota Medan Denai, Jurnal Bisnis
Corporate, Vol. 6, No. 3, https://doi.org/10.46576/jbc.v6i2.1845.
Nova, Andi dkk. (2022). Kenaikan Harga Minyak Goreng dalam Perspektif
Hukum Persaingan Usaha dan Ekonomi, Jurnal Ilmu Hukum, Perundang-

22
undangan, dan Pranata Sosial, Vol. 7, No. 1,
http://dx.doi.org/10.22373/justisia.v7i1.13212.
Nugraha, Ananda, dkk. (2022). Faktor-Faktor Penyebab Adanya Dugaan Praktek
Kartel Harga Minyak Goreng Di Indonesia, Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, Vol. 8, No. 15, https://doi.org/10.5281/zenodo.7040027.
Permata, Dyah. (2018). Perlindungan Hukum Preventif Terhadap Ekspresi
Budaya Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Journal of Intelectual
Property, Vol. 1, No. 1, https://doi.org/10.20885/jipro.vol1.iss1.art2.)
Ruman, Yustinus Suhardi. (2012). Keadilan Hukum dan Penerapannya Dalam
Pengadilan, Jurnal Humaniora, Vol. 3, No. 2,
https://doi.org/10.21512/humaniora.v3i2.3327.
Sinaulan, JH. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Warga Masyarakat, Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Budaya, Vol. 4, No. 1,
https://www.jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/view/67>.
Syarief dan Junaidi. (2021). Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas
Terhadap Implikasi Praktik Insider Trading Dalam Perdagangan Saham Di
Pasar Modal, Journal Law and Policy Transformation, Vol. 6, No. 1,
http://dx.doi.org/10.37253/jlpt.v6i1.4875
Wintansari, Yuniar Hayu. (2020). Analisis Pertimbangan Hukum Kasus Kartel
Minyak Goreng Di Indonesia, Jurnal Lex Renaissance, Vol. 5, No. 4,
https://doi.org/10.20885/JLR.vol5.iss4.art10.

Website
Anon, http://eprints.umm.ac.id/44759/3/BAB%20II.pdf.
Primayoga, N. (2022, Maret 21). Kelangkaan Minyak Goreng: Sesat Kebijakan
Menyengsarakan Rakyat, Menguntungkan Korporasi Sawit.
https://antikorupsi.org/id/kelangkaan-minyak-goreng-sesat-kebijakan-
menyengsarakan-rakyat-menguntungkan-korporasi-sawit#:~:text=Masalah
%20kelangkaan%20dan%20lonjakan%20harga,kelangkaan%20namun
%20menguntungkan%20korporasi%20sawit.
Rosana, F. (2022, November 19). Harga CPO di Jambi Kembali Turun, Kini Jadi
12.075 per Kilogram. https://bisnis.tempo.co/read/1658739/harga-cpo-di-
jambi-kembali-turun-kini-jadi-12-075-per-kilogram.
Tunardi, W. (2021, September 4). Fungsi dan Tujuan Hukum Menurut Para Ahli.
https://jurnalhukum.com/fungsi-dan-tujuan-hukum/#syarat-syarat-agar-
hukum-dapat-berfungsi.

23
Hafizh, R. (2022, Juni 18). Faktor Penyebab Harga Minyak Goreng Naik.
https://kumparan.com/rizqi-hafizh/faktor-penyebab-kenaikan-harga-
minyak-goreng-1yHjPgmQDnT/1.
Anon. (2022, Januari 25). https://portal.asahankab.go.id/2022/01/25/kebijakan-
pemerintah-pusat-subsidi-harga-minyak-goreng/.
Yafiz I dan Pahlevy A. (2022, Maret 19). Minyak goreng melimpah setelah harga
eceran tertinggi dicabut, tapi 'sekarang harganya mahal'.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60754619.
Andrianto R. (2022, April 8). Biang Kerok Harga Migor 'Terbang', Ternyata Ini
Awal Mulanya!. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220408140851-
4-330048/biang-kerok-harga-migor-terbang-ternyata-ini-awal-mulanya.
CNN. (2022 Oktober 3). Kasus Kartel Minyak Goreng, KPPU Segera Sidang 27
Perusahaan. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221003072513-92-
855488/kasus-kartel-minyak-goreng-kppu-segera-sidang-27-perusahaan.

Hukum Online. (2022, September 30). Teori-Teori Perlindungan Hukum Menurut Para
Ahli. https://www.hukumonline.com/berita/a/teori-perlindungan-hukum-menurut-
para-ahli-lt63366cd94dcbc.
Antara. (2022, Juli 6). KSP Klaim Minyak Goreng Curah Kemasan Permudah Distribusi
dan Jaga HET. https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/9K5XvPyk-ksp-
klaim-minyak-goreng-curah-kemasan-permudah-distribusi-dan-jaga-het.
Ratna, D. (2016, April 24). Ini pendapat Andi Hamzah dan Simanjuntak soal
perlindungan hukum. https://www.merdeka.com/pendidikan/ini-pendapat-
andi-hamzah-dan-simanjuntak-soal-perlindungan-hukum.html.

24

Anda mungkin juga menyukai