Anda di halaman 1dari 6

SISTEM POLITIK INDONESIA

ANALIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG DISERTAI PROGRAM-


PROGRAM PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH KELANGKAAN MINYAK
GORENG

Dosen: Ilfan Baharuddin,S.Sos.,M.Ap

DISUSUN OLEH :

Yusuf Nadil A Rasid ( 2022 51 016 )

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUKU

2022/2023
DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG

Minyak goreng merupakan salah satu dari bahan pokok yang memiliki
komoditas dari Sembilan bahan pokok yang bersifat strategis dan memiliki multiguna.
Dan beberapa waktu lalu kenaikan harga minyak goreng mengalami kenaikan yang
signifikan yang tertentunya berdampak pada kebutuhan manusia yang khususnya
para Industri Kecil Menengah (IKM) yang memproduksi menggunakan minyak goreng.

Dari hasil analisa saya .Minyak goreng merupakan salah satu dari bahan pokok
yang memiliki komoditas dari Sembilan bahan pokok yang bersifat strategis dan
memiliki multiguna. Sebagaimana yang kita lihat bahwa minyak goreng sangat penting
apalagi didalam perekonomian Indonesia. Dan dari yang kita lihat beberapa tahun
belakangan ini bahwa harga minyak goreng tersebut mengalami kenaikan yang cukup
tinggi. Diantara berbagai komoditas kebutuhan pokok. Minyak goreng juga
merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok.

Menurut Permendag NO 11 Tahun 2022 yang baru mengatur HET Minyak


goreng curah. Dalam Permendag baru itu

HET Minyak goreng curah

Rp.14.000/liter atau Rp.15.500/kg dar sebelumnya Rp.11.000/liter. Sementara


Permendag NO 6 Tahun 2022 sendiri yang sudah dicabut berisi penetapan harga
eceran tertinggi (HET) Minyak goreng sawit.

Bisa kita lihat dat dari Badan Pusat Statistika (BPS) menjelaskan bahwa harga
minyak goreng mencapai 33,78% secara tahunan pada bulan Desember 2021. Dan
rata-rata harga minyak goreng yang diecerkan dan beredar. Minyak goreng ecereran
ini sebesar
Rp.21.125/liter. Dan angka tersebut mengalami kenaikan sampai dengan
tahun 2022.

Kenaikan dari harga minyak goreng sendiri yang menjadi permasalahan global,
dan salah satu yang terkena dampak dari kenaikan minyak goreng yang dimana
kenaikan harga minyak goreng tersebut dirasakan khususnya Industri Kecil Menengah
(IKM).

PENYEBAB TERJADINYA KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG


Dari hasil analisia saya, berikut penyebab terjadinya kenaikan harga minyak goreng :
1. Kenaikan Harga Minyak Nabati Dunia
Rupanya, kenaikan harga minyak goreng nabati tak hanya terjadi di Indonesia
tetapi terjadi juga di seluruh dunia. Saat ini, harga Crude Palm Oil (CPO) atau minyak
nabati mentah telah melonjak menjadi US$ 1.340/mT atau setara dengan
Rp19.291.243,-. Terjadinya kenaikan harga minyak mentah dalam skala global sangat
berpengaruh terhadap kenaikan harga minyak nabati mentah termasuk minyak
goreng di pasaran.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati
Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, membeberkan alasan mengapa harga minyak
mentah di dunia melonjak tinggi. Beliau mengatakan bahwa permintaan minyak
nabati semakin meningkat setelah kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
protokol kesehatan COVID-19 mulai longgar. Tetapi di sisi lain, produksi minyak nabati
dunia anjlok 3,5% di tahun 2021 dan menyebabkan terganggunya suplai minyak
mentah untuk olahan minyak lainnya.

2. Penerapan Kebijakan B30


Sejak kuartal pertama tahun 2020 silam, pemerintah telah menerapkan
kebijakan B30. Kebijakan ini mewajibkan para perusahaan bahan bakar minyak di
Indonesia untuk mencampur bahan bakar minyak jenis solar sebanyak 70% dengan
biodiesel sebanyak 30%. Tujuan dari diadakannya kebijakan ini adalah untuk
menghemat bahan bakar fosil yang serba terbatas dengan cara mencampur bahan
bakar lain dalam proses pengolahan bahan bakar minyak. Kebijakan mencampurkan
BBM jenis solar dengan biodiesel telah dilakukan oleh banyak negara lainnya, akan
tetapi dengan kadar biodiesel dibawah 30% yakni tidak setinggi kebijakan B30 yang
diterapkan oleh Indonesia.
Awalnya, pemerintah meluncurkan kebijakan B30 untuk mengurangi laju
impor BBM sehingga meningkatkan devisa negara. Namun, kebijakan ini berdampak
pada bertambahnya permintaan CPO di Indonesia yang kemudian turut berkontribusi
sebagai penyebab kelangkaan bahan baku minyak goreng di Indonesia. Untuk
menahan laju harga minyak goreng di pasaran, GIMNI mencoba untuk melakukan lobi
pada pemerintah agar meringankan kebijakan B30 menjadi B20. Melalui usulan
tersebut, harapannya kebijakan B20 dapat menekan jumlah permintaan minyak
nabati mentah yang terus meningkat untuk mengurangi angka konsumsi hingga 3 juta
ton yang dapat mencukupi jumlah kebutuhan minyak goreng di dalam negeri.

3. Terganggunya Arus Logistik


Selain dari angka produksi minyak nabati mentah yang anjlok, arus logistik
yang berperan dalam distribusi minyak nabati mentah pun ikut macet. Penyebabnya
tak lain adalah pandemi COVID-19 yang masih belum kunjung teratasi. Banyak pekerja
kasar pada sektor logistik terkena PHK karena dampak dari pandemi COVID-19 yang
menyerang stabilitas perusahaan-perusahaan logistik. Selain itu, kondisi finansial
perusahaan logistik yang tak kunjung membaik juga berdampak langsung pada jumlah
unit transportasi yang mereka miliki untuk kegiatan distribusi bahan baku.

Macetnya arus logistik selama pandemi COVID-19 mengakibatkan biaya yang harus
produsen keluarkan semakin banyak termasuk biaya ekspedisi. Ditambah lagi, biaya
ekstra yang dikeluarkan untuk ekspedisi tidak dapat membuat produk mereka sampai
dengan segera ke tangan konsumen karena faktor kurangnya tenaga kerja. Alhasil,
minyak goreng menjadi semakin langka dan mahal di pasaran.
PROGRAM-PROGRAM PEMERINTAH MENGATASI KELANGKAAN MINYAK GORENG
Peningkatan harga minyak goreng dan bahan bakunya selama pandemi hingga
awal tahun 2022 mendorong pemerintah mengambil kebijakan untuk memastikan
keterjangkauan dan ketersediaan minyak goreng bagi masyarakat. Beberapa
kebijakan yang diambil pemerintah adalah ;

1. Wawancara
Teknik pengumpulan data ini dilakukan secara langsung oleh peneliti dalam
bentuk tanya jawab atau wawancara oleh narasumber yang bertindak sebagai
informan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Seperti
kuesioner, pertanyaan wawancara perlu diujikan kemampuannya supaya peneliti
dapat memperoleh data yang dibutuhkan.

2.Observasi
Teknik pengumpulan data observasi dilakukan dengan pengamatan langsung.
Peneliti melakukan pengamatan di tempat terhadap objek penelitian untuk
diamati menggunakan pancaindra yang kemudian dikumpulkan dalam catatan
atau alat rekam. Observasi terbagi menjadi tiga yaitu observasi partisipatif,
observasi terus terang atau tersamar dan observasi tak berstruktur.

3. Dataset Statistik
Dataset yang digunakan biasanya dikumpulkan oleh pihak ketiga yang memiliki
otoritas. Peneliti tidak perlu menyebar kuesioner dan hanya mengakses dataset
hasil survei lembaga lain terkait permasalahan yang diteliti. 4.
Minyak goreng merupakan salah satu bahan pangan pokok yang masyarakat butuhkan
sehari-hari dan kelangkaan komoditas tersebut akan berdampak pada tidak
tercukupinya kebutuhan pangan dan industri masyarakat. Masyarakat juga harus
turut kooperatif dalam melaksanakan kebijakan pemerintah dan diharapkan dapat
menakar kebutuhan masing-masing demi kepentingan bersama. Edukasi terhadap diri
sendiri sangatlah penting untuk menambah kepekaan terhadap kondisi
perekonomian di dunia.
REFERENSI
Alrasyd, H., kasim, & Deksino, G. R. (2022). Kewaspadaan Nasioanal dalam
menghadapi ancaman kelangkaan minyak goreng sebagai bentuk perwujudan bela
negara. Jurnal Kewarganegaraan, Universitas Pertahanan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai