Anda di halaman 1dari 6

Analisis Dampak Kelangkaan Minyak Goreng terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia
Penulis
Muhamad Faiq Ulul Albab
202110170311098
Akuntansi C

Pertumbuhan ekonomi Indonesia


Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok bagi ibu rumah tangga. Akhir-
akhir ini banyak kasus yang terjadi tentang kelangkan minyak goreng, kasus ini mendapatkan
masalah yang sangat serius bagi perekonomian di Indonesia. Dengan adanya kelangkaan ini,
tidak hanya harga minyak goreng yang mengalami kenaikan namun sebagian harga barang
pokok lainnya pun ikut naik.
Investasi dapat menjadi yang terpenting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Investasi itu akan berdampak positif saat proses produksi dalam bisnis yang semakin maju,
dan konsumsi rumah tangga ikut berdampak menjadi naik. Investasi ini perannya sangat
penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap pembangunan negara (infrastruktur).
PDB atau pendapatan nasional akan mendukung pemerintah untuk membangun negara jika
meningkatnya pendapatan. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin tahun terjadi
peningkatan maupun penurunan pada triwulan 1-2022 terhadap triwulan 1-2021 tumbuh
sebesar 5,01%. Pertumbuhan ini sebagian besar terjadi pada lapangan usaha. Transportasi dan
pergudangan tumbuh secara cepat sebesar 15,79%; diikuti dengan pelayanan lainnya sebesar
8,24%; Informasi sebesar 7,14%; adanya gas dan listrik 7,04%. Tatkala itu yang memiliki
peran paling penting pada bidang pengolahan industri tumbuh 5,07%. Sedangkan pada
kehutanan, perikanan, beserta perdagangan eceran dan besar. Perbaikan sepedah motor dan
mobil tumbuh sebesar 1,16% dan 5,71%.
Data diatas menunjukakan pertumbuhaan PDB pada beberapa lapangan usaha
Susunan PDB di Indonesia berdasarkan lapangan usaha atas harga yang berlaku atas
triwulan 1-2022 tidak berubah. Perekonomian Indonesia ini masih dipengaruhi oleh
pengolahan industri sebesar 19,19%; perdagangan eceran dan besar, perbaikan motor dan
mobil sebesar 13,09%; perikanan, kehutanan dan pertanian sebesar 12,55%; pengalihan dan
pertambangan sebesar 10,48%; beserta struktur sebesar 10,42%. Peran kelima sektor usaha
ini dalam perekonomian Indonesia mencapai 65,73%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap triwulan 1-2022 mengalamu penyusutan
hingga sebesar 0,96% dibandingkan dengan triwulan 4-2021. Lapangan usaha yang
mengalami penyusutan pertumbuhan cukup jauh seperti jasa kesehatan dan kegiatan sosial
sebesar 16,54%; pelayanan pendidikan 15,04%; dan pemerintahan administrasi, jaminan
sosial dan pertahanan sebesar 11,40%. Dibagian lain lapangan usaha dengan pencapaian
tertinggi dicapai oleh perikanan, kehutana, dan pertanian sebesar 9,09%; pelayanan asuransi
dan keuangan sebesar 4,17%; pelayanan perusaanan sebesar 3.64%; dan pelayaan lainnya
sebesar 3,14%.
Data diatas menunjukkan tentang pertumbuhan PDB pada beberapa lapang usaha

Produksi minyak goreng indonesia


Minyak goreng merupakan produk olahan yang melibatkan berbagai komponen dalam
suatu sistem disebut dengan sistem agribisnis. Oleh karena itu, merumuskan kebijakan
pengembangan dan pengolahan industri minyak goreng ini harus dilakukan dari perspektif
agribisnis, industri minyak goreng hanya salah satu subsistem produksi dan produksi kelapa
dan kopra dan minyak kelapa mentah (CCO). Hasil tandan buah segar (TBS) dan minyak
sawit mentah (CPO) sebagai minyak sawit pemasok bahan baku.
Berdasarkan karakteristik tanaman semusim, luas panen kelapa dan kelapa sawit
memiliki respon yang lebih kecil terhadap perubahan variabel penjelas, dengan elastisitas
jangka pendek 0,0212-0,1067 dan elastisitas jangka panjang 0,0276-0,5768. Seperti halnya
luas panen, produktivitas tanaman kelapa dan kelapa sawit kurang responsif terhadap
perubahan variabel penjelas, dengan elastisitas jangka pendek 0,0225-0,2434 dan elastisitas
jangka panjang 0,0342-0,3705. Pada tahun 2020 produk industri minyak sawit di Indonesia
mulai dari persediaan awal, total produksi, total konsumsi lokal, total ekspor, konsumsi lokal
dan ekspor, dan sampai ke persediaan akhir naik akan tetapi, pada tahun 2021 mengalami
penurunan. Berikut data data yang menunjukkan stok awal, total produksi hingga persediaan
akhir.
Dari data di atas bisa kita lihat bahwa pada pada tahun 2020 industri minyak goreng
mengalami kenaikan akan tetapi, pada saat tahun 2021 industri minyak goreng mengalami
penurunan secara drastis. Mulai dari bulan Januari sampai desember tahun 2020 sampai 2021
bisa kita lihat perbedaanya pada tabel di atas. Mungkin berpengaruh dengan tahun sekarang
tahun 2022 terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang semakin berkurang
ditambah lagi pada tahun 2022 terjadi kelangkaan minyak goreng.

Penyebab dan dampak kelangkaan minyak goreng di Indonesia


Terjadinya kelangkaan minyak goreng di Indonesia ini disebabkan oleh ketidak
adanya persediaan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Diduga
krlangkaan ini disebabkan oleh oknum-oknum menimbun minyak goreng sehingga minyak
goreng menjadi langka. Kelangkaan ini menimbulkan berbagai macam masalah dalam
pertumbuham ekonomi di Indonesia. Kelangkaan minyak goreng CPO atau bisa di sebut
Crude Palm Oil adalah menduduki teratas sebagai minyak goreng paling populer di asia
bahkan di bumi. Pada waktu ini pasaran CPO naik daun. Ini telah meningkat dari $ 1.100
menjadi $ 1.340. Karena kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih untuk
menjual minyak goreng mereka ke luar negeri daripada di dalam negeri. “Produsen akan
lebih untung jika menjual minyak goreng ke luar negeri,” jelasnya. Faktor kedua adalah peran
pemerintah dalam kaitannya dengan program B30 Program B30 merupakan program
pemerintah yang mewajibkan 30 persen solar dicampur dengan 70 persen solar. “Ada
pergeseran ke arah produksi biodiesel,” jelasnya. Rossanto menjelaskan, saat ini minyak
nabati digunakan untuk produksi biodiesel karena pengusaha CPO berkomitmen untuk
menguasai 30 persen pasar produksi biodiesel. Faktor ketiga adalah keadaan belum usainya
pandemic covid-19, ada beberapa negara di belahan dunia lainnya yang mengalami covid-19
hingga tahab ke 3. Konsumen dari luar negri yang dulunya memakai minyak nabati atau
minyak goreng juga beralih ke CPO. “Oleh karena itu, adanya peningkatan CPO diekspor ke
luar negri karena banyak permintaannya.” jelasnya. Rossanto mencontohkan, produsen
minyak goreng di wilayah tertentu masih sedikit. Pada saat yang sama, minyak goreng
didistribusikan di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan biaya distribusi
meningkat. Dari sisi logistik, saat ini harga peti kemas lebih mahal dari sebelumnya, harga
pengiriman atau handling juga mengalami kenaikan. Faktor ini telah menyebabkan kenaikan
harga minyak goreng. Rossanto mengatakan kenaikan harga minyak goreng umumnya akan
mendorong inflasi. Efek ini dapat mempengaruhi berbagai sektor, termasuk industri
makanan, rumah tangga dan semua industri yang menggunakan minyak goreng sebagai bahan
baku. Itu terasa pada inflasi, terutama dari sisi IHK.
Dampak kelangkaan minyak goreng antara lain tekanan publik kepada pemerintah
untuk menurunkan harga bahan pokok, termasuk minyak goreng, dan memaksa Presiden
Jokowi memecat menteri perdagangan yang gagal mengendalikan harga minyak dan bahan
pokok lainnya. Efek selanjutnya adalah membuat resep minyak kelapa non-sawit.
Dampaknya terhadap masyarakat yaitu sulitnya mendapatkan minyak goreng dengan kualitas
bagus dan kualitas yang biasa. Selain dampak pada metode memasak, dampak lain yang
dilaporkan adalah pasokan minyak goreng ilegal ke wilayah tersebut. Salah satunya adalah 18
ton minyak goreng yang diduga disita secara ilegal oleh TNI Angkatan Laut di Labuan Bajo,
NTT Simangala. Kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh naiknya harga CPO
internasional hingga 2 kali lipat, berdampak pada harga pokok produksi Harga minyak
goreng di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat segnifikan dari mulai 1-Maret
sampai 29-Maret. Perhatiakn tabel dibawah tentang harga minyak goreng pada bulan Maret
2022.

Solusi terhadap kelangkaan minyak goreng di Indonesia

Kelangkaan minyak goreng ini terjadi di seluruh Indonesia. Sejak akhir tahun 2021,
masalah kelangkaan minyak goreng dan kenaikan harga telah muncul. Meski adanya
kebijakan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Kebijakan pemerintah yaitu menaikkan
pajak ekspor minyak goreng, karena harda di luar negri sekarang ini sangat menguntungkan
atau bisa dibilang cukup menjanjikan. Kebijakan selanjutnya ada relaksasi kebijakan biodesel
30 persen (B30), kebijakan biodesel dari 30 persen karena cukup tinggi dapat diturunkan
hingga 20 sampai 15 persen. Kebijakan lainnya yaitu melakukan operasi pasar, pemerintah
mendatangi para produsen minyak goreng untuk memberikan kebutuhan dalam negri terlebih
dahulu sebelum di ekspor keluar negri “ dengan menerapkan kebijakan tersebut 15-35 persen
yang di produksi harus di jual di Indonesia. Namun ternyata dari kebijakan diatas ternyata
belum berhasil dalam mengatasi kelangkaan minyak goreng. Pada maret 2022 masih terjadi
kelangkaan minyak goreng. Selanjutnya upaya pemerintah dalam mengatasi kelangkaan
minyak goreng tersebut yaitu dengan menetapkan harga eceran tertinggi yakni minyak
goreng curah Rp.11.500/liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp.13.500/liter, dan
kemasan premium Rp.14.000/liter.

Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan mencabut harga eceran
tertinggi minyak goreng yang dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi kelangkaan minyak
goreng. Pada tanggal 16 Maret 2022 pemerintah melakukan ketentuan baru. Dengan
pencabutan harga eceran tertinggi maka minyak goreng yang berkemasan akan diserahkan
kepada mekanisme pasar sedangkan minyak goreng curah ditetapkan dengan harga eceran
tertinggi dengan harga Rp.14.000/liter.

Daftar pustaka
Afriyanti, D. (2022). DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU. Jurnal Khazanah Ulum
Perbankan Syariah (JKUPS), 6(1), 1-16.

Fitrayatra, E., Sari, N. R. S., & Burhan, P. (2022). Respon Krisis IRT Mengenai Pemberitaan
Kelangkaan Minyak Goreng. Jurnal Politikom Indonesiana, 7(1), 26-39.

Kusnadi, H. A., Anggraini, S., & Batubara, M. (2022). Analisis Kelangkaan Minyak Goreng Terhadap
Masyarakat Medan. Ekonomi Bisnis Manajemen dan Akuntansi (EBMA), 3(1), 445-456.

Ma’ruf, A., & Wihastuti, L. (2008). Pertumbuhan ekonomi indonesia: determinan dan
prospeknya. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 9(1), 44-55.

Statistik, B. P. (2014). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Berita resmi statistik, 17(16/02), 1-9.

Syahputra, R. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di


Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika, 1(2), 183-191.

Anda mungkin juga menyukai