Disusun Oleh :
Nim : 202011161
Kelas : Manajemen 4B
FAKULTAS MANAJEMEN
2020/2021
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a) Bagi Dosen
Manfaat bagi dosen adalah dapat memberikan bimbingan pada mahasiswa
dengan topik judul sesuai dengan keahlian dosen dan juga pengalaman
dosen dalam bimbingan.
b) Bagi Peneliti
Manfaat yang didapat bagi peneliti adalah dapat mengimplementasikan ilmu
yang sudah dipelajari di perkuliahan, terutama tentang penyebab adanya
krisis energy terhadap kelangkaan minyak goreng
2. Deskripsi Kasus
Akan tetapi kebijakan tersebut belum mampu menjawab permasalahan. Pada Maret
2022 antrian minyak goreng masih terjadi. Sebelumnya, bahkan ada dugaan
terdapat penimbunan di berbagai tempat. Alih-alih mencari akar permasalahan,
pemerintah justru mencurigai warga melakukan penimbunan minyak goreng.
Selain kebijakan yang telah disebutkan, terdapat kebijakan pemerintah yang diduga
secara langsung ataupun tidak langsung memicu kelangkaan serta kenaikan harga
minyak goreng. Kebijakan tersebut adalah Program Mandatori Biodiesel 30% (B30).
Program tersebut diatur melalui Peraturan Menteri ESDM No.32 tahun 2008 tentang
Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga BBN sebagai bahan bakar.
Program B30 berbentuk insentif bagi pengusaha yang mencampur biodiesel dengan
BBM jenis solar melalui program B30. Insentif didapat dari negara melalui BPDPKS
dan telah berlangsung sejak Januari 2020. Akan tetapi program tersebut mendorong
pengusaha untuk mengalihkan produksi CPO dari industri pangan ke biodiesel,
sehingga timbul masalah dalam produksi minyak goreng.
Pada tahun 2020, insentif bagi pengusaha mencapai Rp 28,09 triliun. Pada tahun
2021, besaran melonjak hingga Rp 51,95 triliun Sedikitnya 27 korporasi telah
menerima insentif tersebut dan berpotensi bertambah di masa yang akan datang.
3. Pembahasan
a). Faktor apa saja yang menyebabkan penurunan supply minyak goreng?
CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling
banyak diminati oleh masyarakat dunia. Saat ini harga CPO di pasar dunia sedang
mengalami kenaikan harga. Kenaikan itu dari 1100 dolar AS menjadi 1340 dollar.
Akibat kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak
goreng ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri. "Produsen akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar apabila menjual minyak goreng ke luar negeri,"
jelasnya.
Faktor kedua adalah kewajiban pemerintah terkait dengan program B30. Program
830 adalah program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 30 persen diesel
dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis solar.
Saat ini, terang Rossanto, konsumsi yang seharusnya digunakan untuk minyak
goreng digunakan untuk produksi biodiesel. Hal itu karena ada kewajiban untuk
pengusaha CPO agar memenuhi market produksi biodiesel sebesar 30 persen.
Faktor ketiga adalah kondisi pandemi Covid-19 yang belum selesai. Ada beberapa
negara di belahan dunia lain yang sedang mengalami gelombang ketiga Covid-19.
Konsumen luar negeri yang selama ini menggunakan minyak nabati juga mulai
beralih ke CPO. "Sehingga ada kenaikan permintaan di luar negeri terkait ekspor
CPO," terangnya.
Ketika melakukan OP, Pemerintah yakin harga minyak goreng kembali normal
dengan menyalurkan minyak goreng kemasan sederhana sebanyak 11 juta liter
seharga Rp14.000 per liter. Operasi pasar dilakukan dengan minyak goreng murah
disalurkan merata ke ritel modern dan langsung kemasyarakat lewat pasar
tradisional. Namun, faktanya dari sejak bulan September 2021 hingga akhir
Desember 2021 dan bahkan Januari 2022 belum juga terjadi penurunan harga
minyak goreng di masyarakat. Harga Minyak Goreng kemasan bermerek sempat
naik hingga Rp35.000 per liter. Namun, faktanya Minyak Goreng masih tersedia
dalam jumlah yang cukup.
Artinya, masyarakat yang memiliki uang atau memiliki kemampuan untuk menebus
harga minyak goring Rp35.000 per liter itu ada di pasaran. Jadi jelas Minyak Goreng
sesungguhnya tidak langka, akan tetapi harganya mahal. Apa penyebab harga
Minyak Goreng mahal. Minyak Goreng tidak langka akan tetapi harganya naik
hampir 100 persen dari harga sebelumnya.
Nah, mengapa banyak berita dan pihak menilai Minyak Goreng langka? Hal itu bisa
jadi melihat kondisi pada pertengahan Januari dan bulan Februari 2022 terlihat
Minyak Goreng hilang di pasaran dan masyarakat sulit mendapatkan Minyak Goreng
sedangkan harga Minyak Goreng sudah tidak mahal atau kembali kepada harga
normal Rp14.000,- per liter. Kembalinya harga Minyak Goreng kepada harga normal
karena pemerintah melakukan kebijakan Minyak Goreng dengan satu harga.
Keluarlah Peraturan Menteri Perdagangan yang memuat minyak goreng kemasan
sederhana dan premium dipatok Rp14.000/liter. Kebijakan harga Minyak Goreng
satu harga itu berlaku mulai pada 19 Januari 2022. Pemerintah menggunakan
sistem insentif terhadap untuk menutup selisih harga.
4. Rekomendasi/Usulan
Untuk langkah kedepan idealnya produksi dan distribusi harus dipisahkan supaya
tidak terjadi konflik kepentingan (khususnya bagi produsen yang terintegrasi dengan
jaringan distribusi). Konsekuensinya, distribusi harus dilakukan oleh lembaga
pemerintah atau unsur pemerintah, misalnya RNI, BULOG, PPI. Namun mereka
tidak siap secara finansial. Ini perlu penanganan dari Kementerian Keuangan.
Kemudian perbaiki SIMIRAH dan segera tetapkan lembaga surveyor-nya. Hambatan
utama memang terjadi di distributor kecil dan pengecer yang membuat seolah-olah
minyak goreng langka.
Isu minyak goreng akan selalu muncul saat harga tinggi. Untuk menjamin minyak
goreng terjangkau, tetap perlu ada program bersubsidi jika harga CPO tinggi seperti
apa yang dilakukan Malaysia. Subsidi harus targeted dan terbatas, yaitu pada
kelompok masyarakat miskin (kemungkinan diperlukan volume sekitar 2,5 juta
kiloliter/tahun). Minyak goreng subsidi sebaiknya dikemas sederhana ukuran 1 liter,
sehingga lebih higienis. Namun konsekuensinya minyak goreng curah harus tidak
ada.
5. Penutup
A. Kesimpulan
CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling
banyak diminati oleh masyarakat dunia. Saat ini harga CPO di pasar dunia sedang
mengalami kenaikan harga. Kenaikan itu dari 1100 dolar AS menjadi 1340 dollar.
Akibat kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak
goreng ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri.
. Sesungguhnya Minyak Goreng (Migor) tidak langka. Kalau harganya mahal, benar.
Minyak Goreng sesungguhnya tidak langka, akan tetapi mahal. Fakta yang ada,
kenaikan harga minyak goreng sudah terjadi mulai bulan September 2021. Naiknya
harga minyak goreng itu entah mengapa sulit untuk turun atau dikembalikan kepada
harga normal. Dikatakan sulit turun karena pemerintah sudah melakukan peredaman
harga Minyak Goreng yang melambung tinggi itu. Peredaman dilakukan seperti
biasanya yakni melakukan Operasi Pasar (OP).
Daftar Pustaka
https://jurnalhukumindonesia.com/kenapa-minyak-goreng-masih-saja-langka-ini-
pemaparan-ekonom-unair/
https://antikorupsi.org/id/article/kelangkaan-minyak-goreng
https://www.icdx.co.id/news-detail/publication/still-going-strong-cpo-surrounded-by-
positive-sentiment
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5756087/krisis-energi-pengertian-penyebab-
dan-cara-mengatasinya
https://news.detik.com/kolom/d-6037831/mencari-solusi-kelangkaan-minyak-goreng
https://pemkomedan.go.id/artikel-22322-tidak-langka-minyak-goreng-hanya-
harganya-mahal.html