Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amirul Zikri

No.Bp : 2110243013
Tema : Kenaikan BBM dan Bansos
Kenaikan Harga BBM dan Bansos yang ditujukan untuk masyarakat umum
Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), baik jenis
Pertalite, Solar hingga Pertamax. Bagi masyarakat, jelas ini adalah masalah baru
yang mampu menguras kantong. Dan juga dalam penyaluran produk atau
kebutuhan di masyarakat pastinya membutuhkan bahan bakar minyak untuk
transformasi nya, hal ini lah yang membuat masyarakat teramat menderita dengan
adanya kebijakan ini. Sehingga berpotensi menambah tingkat kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia.
Berdasarkan data yang telah di baca ada beberapa jenis BBM yangumunmnya
digunakan di Negara Republik Indonesia ini antara lain :

 Avgas ( Aviation Gasoline) Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM


jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas didisain
untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran
dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem pengapian.
Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai
dibawah 100 dan juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis Avgas yang
beredar di Indonesia memiliki nilai 100/130.
 Avtur (Aviation Turbine) Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis
khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk
bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution).
performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh
karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya
tahan struktur pada suhu yang rendah.
 Bensin ,Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum untuk
beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran
dengan pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis
bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis
BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai Real Octane Number (RON).
Adanya kenaikan harga BBM di Indonesia tentunya akan berdampak pada daya
beli masyarakat yang semakin menurun, terutama yang dirasakan oleh masyarakat
berdaya beli rendah dan miskin, termasuk bagi mereka yang berada di perkotaan,
dan juga bagi mereka yang berada di wilayah pedesaan. Secara umum dapat
dipahami pula, bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM akan berimplikasi
secara eksponensial terhadap perekonomian Indonesia.
Langkah pemerintah menaikkan harga BBM subsidi pada Sabtu (3/9/2022)
dikecam PP Hima Persis, PP Himi Persis, dan PP Ikatan Pelajar Persis Putri
(IPPI). Kenaikan harga BBM dikhawatirkan memunculkan krisis baru. Menurut
Ketua Umum PP Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam ( Hima Persis ) Ilham
Nurhidayatullah, kenaikan harga BMM di tengah keterpurukan ekonomi
masyarakat setelah badai Covid-19 selama dua tahun lebih, tidak dapat diterima
dengan alasan apa pun. "Kebijakan ini justru akan berdampak serius bagi
kelompok ekonomi menengah dan kelompok ekonomi menengah ke bawah.
Selain itu, kondisi pasar nasional juga belum terlihat stabil. Harga minyak goreng
yang belum kembali pada harga normal seperti sebelum kelangkaan, harga telur
yang juga tengah naik merupakan beberapa fakta yang dihadapi masyarakat kini,"
Bersama Ketua Umum PP Himi Persis Anisa Nurhakim dan Ketua Umum
PP IPPI Luthfi Anbar Fauziah, pihaknya mengeluarkan tiga pernyataan terkait
kenaikan harga BBM ini. Pertama, menolak kebijakan pemerintah menaikkan
harga BBM subsidi. Kedua, meminta pemerintah melakukan perbaikan sistem
distribusi BBM subsidi. Ketiga, mendesak pemerintah untuk menstabilkan harga
bahan pokok di pasaran. Menurut mereka, kenaikan harga BBM pun akan
berdampak pada biaya transportasi logistik. Diperkirakan, harga bahan pangan
dan kebutuhan pokok masyarakat lainnya akan berdampak naik sampai 30% dari
harga normal. "Hal ini tentu berdampak pada daya beli rumah tangga," demikian
pernyataan tersebut. Diketahui, harga BBM resmi naik pada. Pertalite dari
Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 ribu per liter. Solar subsidi dari Rp5.150 liter
menjadi Rp6.800 per liter. Pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter menjadi
Rp14.500 / liter.
Alasan Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi merupakan
penyesuaian terhadap harga minyak mentah dunia yang terus melonjak yang
sudah menembus level USD110 per barel. Kenaikan harga BBM Pertamax
berpotensi menggiring konsumen mencari alternatif ke BBM Pertalite yang lebih
murah. Tanpa pengawasan dalam hal penyaluran yang ketat, hal ini akan
memberatkan keuangan negara dan Pertamina. Beberapa strategi kebijakan yang
dapat dipilih antara lain adalah kebijakan transformasi subsidi energi, kebijakan
formula APM, serta membangun infrastruktur cadangan strategis minyak mentah
dan meningkatkan cadangan operasional BBM harian minimal 30 hari Sampai
saat ini pemerintah masih menjaga stabilitas harga BBM Pertalite, walaupun
sudah menaikkan harga BBM Pertamax. Komisi VI dan VII DPR RI perlu
melakukan upaya pengawasan terhadap pemerintah agar dapat menyusun
kebijakan yang strategis guna menjaga kestabilan harga BBM nasional.
Dalam rangka menjaga stabilitas harga BBM, diperlukan berbagai
formulasi strategi kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah. Untuk mengatasi
tantangan tersebut, pemerintah diharapkan melanjutkan kebijakan transformasi
secara bertahap dari subsidi berbasis komoditas menjadi subsidi berbasis
orang/penerima manfaat. Kebijakan transformasi subsidi energi ini dilaksanakan
dalam rangka menuju skema perlindungan sosial yang menyeluruh. Dengan
kebijakan subsidi/bantuan berbasis target sasaran, diharapkan pengelolaan subsidi
energi lebih tepat sasaran dan lebih efektif dalam pencapaian sasaran penurunan
kemiskinan dan ketimpangan. Subsidi energi terdiri atas subsidi BBM dan LPG
tabung 3 kg, serta
subsidi listrik. Pada periode tahun 2017-2020, realisasi subsidi energi mengalami
perkembangan yang cenderung fluktuatif, terutama dipengaruhi perkembangan
asumsi dasar ekonomi makro dan kebijakan besaran subsidi tetap untuk minyak
solar. Berikut ini gambaran subsidi energi periode 2017- 2022.
BBM merupakan komoditi yang dibutuhkan semua masyarakat, baik itu di
negara maju maupun di negara berkembang, baik itu dibutuhkan oleh masyarakat
berdaya beli tinggi maupun masyarakat berdaya beli rendah. Adanya kenaikan
harga BBM berimplikasi pada seluruh sektor industry, ekonomi, dan gerak
kehidupan masyarakat. Dapat dipahami bahwa seluruh aktivitas transportasi,
distribusi, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari tidak terlepas dari
keperluan akan BBM. Kenaikan harga BBM ini akan menimbulkan efek
eksponensial terhadap berbagai sektor kehidupan industry dan masyarakat pada
umumnya. Oleh sebab itu dapat dipahami jika diketahui bahwa, kenaikan harga
berimplikasi pada makro ekonomi Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan
ketidakmampuan kita dalam memenuhi kebutuhan BBM bagi masyarakat, adalah
diantaranya disebabkan belum dilakukannya pendayagunaan dan pengelolaan
sumberdaya minyak ini secara optimal, baik dari sisi teknologi produksi,
manajemen, sumberdaya manusianya, dan juga faktor-faktor lainnya yang
signifikan.
Program bansos memiliki kriteria bermacam-macam yaitu, Program Kartu
Indonesia Pintar Kuliah merupakan salah satu bantuan dana pendidikan yang
dinaungi oleh Kemendikbud ristek. Beasiswa ini ditujukan bagi mahasiswa yang
ingin melanjutkan pendidikan tinggi namun terhalang akan biaya. Pertama,
sasaran penerima KIP Kuliah Tahun 2022 tidak bertambah bila dibanding tahun
2021 lalu, yakni 185 ribu mahasiswa. Padahal, sampai tanggal 16 Juni 2022,
jumlah pendaftar KIP Kuliah sudah mencapai 758.300 orang. Dalam konteks
pendidikan tinggi KIP Kuliah adalah perluasan atau transformasi dari program
Bidikmisi yang selama ini telah terselenggara.
Kenaikan harga BBM dan Bansos yang ditujukan untuk kalangan
pendidikan rendah.

Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Harga Solar dari
Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Sedangkan pertamax yang non-subsidi naik
menjadi Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.
Beragam respon mengikuti kenaikan harga ini. Salah satunya datang dari dosen
selaku Pakar Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Arin.

"Kenaikan harga BBM sekitar Rp 2.500 akan sangat dirasakan oleh masyarakat
menengah ke bawah. Pasalnya, dampak dari kenaikan harga BBM ini akan
mengakibatkan banyak hal,"tutur Arin dikutip dari laman resmi UM Surabaya,
Selasa (6/9/2022).

Arin menyebut kenaikan harga BBM akan berdampak beberapa hal pada
masyarakat menengah ke bawah. Berikut penjelasannya. Dampak Kenaikan
Harga BBM Bagi Masyarakat Ekonomi Bawah
 Penurunan Daya Beli Pertama, akan timbul penurunan daya beli dalam
jangka pendek karena income effect (dampak pendapatan) yang
mengalami penurunan. Meski demikian, bebannya akan berbeda menurut
kelas pendapatan rumah tangga. Khususnya kelompok rumah tangga
terbawah atau miskin yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk
menghadapi masalah cashflow jangka pendek.
 Naiknya Harga Bahan Pokok Selanjutnya, adalah kenaikan harga bahan
pokok. Kenaikan harga ini akan sangat berdampak bagi masyarakat
menengah ke bawah. "Tentu memberatkan bagi masyarakat menengah
ke bawah yang masih dalam proses pemulihan ekonomi setelah
terdampak adanya pandemic Covid-19," tutur Arin.
 Peningkatan Angka Pengangguran Ketiga, kenaikan harga BBM juga
berdampak pada aspek sosial masyarakat. Salah satunya peningkatan
angka pengangguran.
Pasalnya, BBM merupakan bahan dasar operasional perusahaan.
Kenaikan harga BBM akan membebani biaya produksi. Akhirnya,
perusahaan harus mempertimbangkan efisiensi produksi. Maka pilihan
yang harus diambil perusahaan adalah menghentikan proses perekrutan
karyawan baru hingga terpaksa pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sehingga berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
 Kemiskinan "Keempat, dengan meningkatnya angka pengangguran,
maka akan berujung pada peningkatan juga tingkat kemiskinan
Indonesia," tuturnya. Arin menjelaskan data BPS per Maret 2022
menunjukkan garis kemiskinan mengalami kenaikan 3,975 persen
dibandingkan September 2021 atau menjadi sekitar Rp505.469.

Sejak Kamis, 1 September 2022, pemerintah mulai mencairkan bantuan


langsung tunai (BLT) sebesar Rp 600.000 kepada masyarakat kelompok penerima
manfaat (KPM). Bantuan sosial atau Bansos ini diberikan untuk menjaga daya
beli masyarakat sebagai antisipasi dampak dari kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM).Adapun anggaran yang disiapkan pemerintah untuk bantuan sosial
sebesar Rp 24,17 triliun. Sebanyak Rp 12,4 triliun di antaranya akan dialokasikan
untuk bansos dalam bentuk BLT. BLT BBM itu akan diberikan kepada sebanyak
20,65 juta KPM atau masyarakat miskin senilai Rp 600.000. Bantuan tersebut
akan dibayarkan dua kali atau masing-masing Rp 300.000 per term.  

Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal R. Djoemadi menyatakan bahwa


pihaknya telah menerima 1,5 juta data penerima manfaat dari total 20,6 juta KPM.
BLT akan disalurkan melalui kantor pos di seluruh Indonesia.  Faizal
menargetkan dalam dua minggu, semua penerima manfaat BLT BBM akan
menerima haknya.
Di samping BLT untuk KPM, pemerintah juga akan memberikan bantuan Rp
600.000 kepada 16 juta pekerja dengan gaji maksimum sebesar Rp 3,5 juta. Total
anggaran yang disiapkan untuk bansos pekerja mencapai Rp 9,6 triliun. Adapun
penerima bansos ini akan ditentukan berdasarkan data Kementerian
Ketenagakerjaan. Selain dua jenis bansos itu, pemerintah juga akan
menggelontorkan bantuan subsidi untuk sektor transportasi, seperti angkutan
umum dan ojek. Total anggaran yang disapkan sebesar Rp 2,17 triliun dan
disalurkan melalui pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai