Anda di halaman 1dari 2

Rivaldo Enggal Saputra

14020122120041
Proses Kebijakan Publik – Kelas 4

Peristiwa Publik yang saya ambil yaitu Kenaikan BBM.


Pada tanggal 3 September 2022 menjadi salah satu peristiwa terbesar karena semua
bahan bakar minyak di Indonesia dinaikkan harganya sampai saat ini, untuk yang pertalite
semula dari Rp.7.650 menjadi Rp.10.000. Hal tersebut mulai menjadi porak poranda hingga di
perbincangkan di publik Indonesia, karena memang semua masyarakat Indonesia
menggunakan bahan bakar tersebut untuk menunjang kehidupan. Hal tersebut terlalu menjadi
dampak dan dirasakan oleh semua masyarakat karena semua orang menggunakannya,
masyarakat keberatan hingga sempat pendemoan dilakukan juga sehingga suasana di Indonesia
tidak kondusif pada saat itu. Pemerintah tidak semata-mata melakukan kenaikan bahan bakar
tersebut, pasti ada alasan khusu dibaliknya seperti kenaikan harga minyak mentah dunia dan
ICP (Indonesian Crude Price). Sehingga kondisi ini akan mengakibatkan meningkatnya
besaran beban subsidi APBN dan pemerintah secara terpaksa melakukan tindakan tersebut
yang memang sudah tau akan berakibat begini. Hal tersebut selalu dibincangkan oleh public
sehingga secara tidak sadar hal tersebut menjadi “masalah” di Indonesia yang dirasakan oleh
kaum menengah-keatas dan yang terparah menengah-kebawah.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kenaikan harga BBM ini akan menyebabkan
kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi yang terjadi karena BBM ini adalah sektor vital dari sebuah
produksi dan transportasi. Kenaikan 2.450 rupiah untuk pertalite diperkirakan pemerintah akan
menumbuhkan inflasi sebesar 1,7 % dan menurunkan subsidi sebesar 57 triliun (menurut
jurnal fhui.law.ui.ac.id).
Peristiwa tersebut tentunya sangat memicu terhadap dampak mekanisme yang terjadi untuk
membuat perubahan kebijakan, karena dimulai dari segi finance (keuangan) peristiwa tersebut
membuat akan meningkatkan biaya transportasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
biaya hidup secara keseluruhan. Hal tersebut dapat memicu inflasi seperti yang sudah
dipaparkan diatas, karena biaya transportasi juga merupakan faktor penting dalam rantai
pasokan dan distribusi barang dan jasa, yang lain dapat mempengaruhi neraca pembayaran
suatu negara, terutama jika negara tersebut merupakan importir besar minyak mentah.
Kenaikan biaya impor energi dapat mempengaruhi saldo perdagangan dan nilai tukar mata
uang negara tersebut.
Dari segi resources (sumber daya) tentunya kenaikan harga BBM dapat mempengaruhi
sumber daya manusia dan sumber daya finansial, keta hal tersebut menurut saya menjadi yang
terkena dampak paling krusial. Dalam SDM sendiri yang terkena dampaknya yaitu dari biaya
hidup dan mobilitas masyarakat dan dalam SDF dapat menyebabkan inflasi, mengurangi daya
beli konsumen, dan mempengaruhi keuntungan bisnis.
Dari segi intencity (intensitas) kenaikan harga BBM akan cenderung mengurangi intensitas
penggunaan BBM secara langsung. Hal ini dapat mempengaruhi intensitas penggunaan
kendaraan pribadi, tetapi karena pada faktanya memang mayoritas kita bergantung pada
kendaraan pribadi untuk berkegiatan jadi hal tersebut menjadi kurang dirasakan. Tetapi kita
dapat juga mencari alternative lain seperti menggunakan transformasi publik.
Dari segi scope (jangkauan) dapat berdampak pada berbagai aspek dalam masyarakat,
ekonomi, dan lingkungan. Hal tersebut pasti menjadi dampak yang paling terlihat karena dari
masyarakat kenaikan BBM akan dirasakan oleh seluruhnya bahkan oleh dunia akibat dari
bahan minyak mentah dunia naik, begitu pula dengan yang lainnya.
Tentunya jika kita melihat dari 4 faktor yang sudah dianalisis diatas terkait dengan peristiwa
public tersebut yaitu kenaikan BBM, pastinya hak tersebut akan memicu dampak untuk
membuat perubahan kebijakan karena jika dilihat dari 4 faktor yang kita amati kenaikan BBM
ini menjadi masalah public yang memang dirasakan oleh semua masyarakat hingga oleh
birokrasi sendiri juga, bahkan memberikan juga dampak-dampak yang diberikannya.
Kesimpulan
Pada tanggal 3 September 2022 menjadi salah satu peristiwa terbesar karena semua bahan
bakar minyak di Indonesia dinaikkan harganya sampai saat ini, untuk yang pertalite semula
dari Rp. 7. 650 menjadi Rp. 10. 000. Hal tersebut mulai menjadi porak poranda hingga di
perbincangkan di publik Indonesia, karena memang semua masyarakat Indonesia
menggunakan bahan bakar tersebut untuk menunjang kehidupan. Hal tersebut terlalu menjadi
dampak dan dirasakan oleh semua masyarakat karena semua orang menggunakannya,
masyarakat keberatan hingga sempat pendemoan dilakukan juga sehingga suasana di Indonesia
tidak kondusif pada saat itu. Pemerintah tidak semata-mata melakukan kenaikan bahan bakar
tersebut, pasti ada alasan khusu dibaliknya seperti kenaikan harga minyak mentah dunia dan
ICP Indonesian Crude Price. Sehingga kondisi ini akan mengakibatkan meningkatnya besaran
beban subsidi APBN dan pemerintah secara terpaksa melakukan tindakan tersebut yang
memang sudah tau akan berakibat begini.

Setelah kita tau peristiwa itu, hal tersebut memicu adanya perubahan kebijakan baru, yaitu
pemerintah (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus melakukan penghitungan
anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun 2022. Hal ini mengingat harga ICP yang terus
bergerak naik ataupun turun.
Sebelumnya melalui Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, Pemerintah menaikkan
anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi tiga kali lipat. Dalam hal ini, kenaikan subsidi
untuk BBM dan LPG dari Rp77,5 triliun ke Rp149,4 triliun, serta untuk listrik dari Rp56,5
triliun naik ke Rp59,6 triliun. Kemudian, kompensasi untuk BBM dari Rp18,5 triliun menjadi
Rp252,5 triliun dan kompensasi untuk listrik dari semula Rp0 menjadi Rp41 triliun - ungkap
Menkeu pada kesempatan tersebut.
Dari hal tersebut kita tau, bahwa sebelumnya terkait kebijakan yang mengatur BBM pasti sudah
diatur, tapi sesudah adanya peritiwa kenaikan BBM pada tanggal 3 September tersebut
tentunya pembentukan perubahan kebijakan tidak bisa terelakkan atau mendorong adanya
trigerring mechanism impactful.

Anda mungkin juga menyukai