Sabtu (3/9/22) pukul 14.30 wib. Pemerintah resmi menaikkan harga BBM subsidi.
Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dalam konferensi pers nya di
kanal youtube Sekretariat Presiden. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Arifin Tasrif mengumumkan menyebut bahwa harga pertalite berubah
menjadi Rp. 10.000 per liter dari yang sebelumnya Rp. 7.650 per liter, Solar
subsidi berubah menjadi Rp. 6.800 per liter dari yang sebelumnya Rp. 5.150 per
liter, Pertamax non subsidi yang berubah menjadi Rp. 14.500 per liter dari yang
sebelumnya Rp. 12.500 per liter.
Salah satu penyebab utama dalam kenaikan harga BBM di Indonesia adalah
melonjaknya harga minyak dunia. Tentunya hal ini tidak hanya dirasakan oleh
Indonesia saja, melainkan seluruh pelosok dunia. Melonjaknya harga minyak
dunia ini membuat pemerintah tidak sanggup lagi untuk menahan harga BBM
subsidi. Hal ini dibuktikan dengan angka beban subsidi energi APBN sudah
mencapai angka Rp 502 triliun.
Tidak hanya itu, salah satu penyebab mengapa pemerintah menanggung beban
subsidi sebanyak itu adalah pembelian BBM subsidi yang tidak tepat sasaran.
Tentunya agar kenaikan BBM subsidi ini dapat berjalan dengan sukses atau tidak
membebani masyarakat, pemerintah telah berupaya untuk membuat beberapa
regulasi terkait hal ini.
Salah satu upaya pemerintah agar penyaluran Pertalite dapat tepat sasaran adalah
mengubah regulasi pembatasan pembelian BBM subsidi. Hal ini dilakukan
dengan merevisi Perpres (Peraturan Presiden) No 191 Tahun 2014 tentang
Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Usulan revisi peraturan ini sudah berlandaskan sebuah kajian yang dibentuk oleh
badan pengurus harian (BPH) Migas yang di dalamnya sudah terdapat skema
pembatasan pembelian BBM subsidi. Salah satu usulan tersebut adalah mengubah
regulasi atas kriteria kendaraan yang dapat menggunakan BBM subsidi. Jika
peraturan ini sudah disahkan, maka kendaraan yang memiliki mesin di atas 1.400
cc tidak diperbolehkan “minum” Pertalite. Dengan adanya uji coba ini, kini
mobil hanya dapat mengisi BBM Pertalite 120 liter per hari. Jika mobil tersebut
mengisi melebihi kapasitas yang disarankan, maka sistem secara otomatis akan
mengunci pompa bensin. Hal ini sudah diterapkan di seluruh SPBU Pertamina di
Indonesia.
Selain itu, naiknya harga BBM memiliki penyebab dibaliknya yaitu sebagai
berikut.
Karena efek perang Rusia dan Ukraina ekspor minyak mentah menjadi sulit
sehingga menyebabkan harga minyak mentah naik dan negara Indonesia sebagai
pengimpor minyak mau tidak mau harus tetap membeli minyak walaupun harga
melonjak tinggi, karena jika tidak mengimpor minyak lama kelamaan akan terjadi
inflasi.
Perang Rusia-Ukraina juga menjadi penyebab naiknya harga BBM sebab Rusia
menjadi pemasok 10% minyak global dan Negara Timur Tengah menjadi
produsen 31% minyak mentah global.
Saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga sedang melemah. itu tentu
saja akan menambah beban anggaran pemerintah untuk membeli BBM dari luar
negeri. Kenaikan harga BBM pasti menimbulkan dampak yang signifikan pada
perekonomian Indonesia dan masyarakat. berikut dampak yang ditimbulkan akibat
kenaikan harga BBM.
4. Kenaikan Tingkat Inflasi
Menurut Nailul Huda peneliti INDEF mmengatakan bahwa "inflasi yang terjadi
akibat kenaikan harga BBM Pertalite itu bisa mencapai 8%-8,5%. Angka ini
relatif sangat tinggi sekali jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir yang
memang angka inflasi kita berada diatas sekitar 2%-3%. Artinya adalah nanti
akan ada terjadi lonjakan inflasi yang cukup signifikan dengan kenaikan inflasi
yang dampak nya akan lebih jauh lagi." Ketika harga-harga naik kemudian tidak
ada penambahan penghasilan secara signifikan maka daya beli masyarakat
semakin menurun. Hal ini akan memberikan impact kepada konsumsi rumah
tangga yang relatif melambat dan akan mempengaruhi kelambatan dari
pertumbuhan ekonomi.
PONDASI ATTERBERG`22