bbm merupakan salah satu kebutuhan primer bagi semua masyarakat sampai saat ini,
kenaikan harga bbm yang di lakukan pemerintah tentunya bukan kebijakan yang
semestinya karena dimana pada saat ini masyarakat masih atau baru memulai kembali
membangun ekonomi setelah menghadapi wabah covid 19 dimn pada saat itu banyak
yang di berhenti kan untuk bekerja dalam arti lain di phk, dan banyak yg tidak bisa atau
tidak dapat mencari uang untuk memenuhi kebutuhnya karna keterbatasan wabah covid
19. kebijkan dengan menaikan harga bbm tentu akan menyengsarakan rakyat di saat
sekarang, karena akan di ikuti dengan kebutuhan pokok yang lain yang juga akan naik
sehingga kebijakan tersebut perlu di evaluasi kembali. Ketika saat kebijakan kenaikan
harga bbm, pemerintah harus membuat kebijakan lain yang dimn akan mempermudah
ekonomi masyrakat di tengah lemahnya eknomi pada saat ini.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan,
kenaikan harga BBM subsidi dilakukan diwaktu yang tidak tepat, terutama untuk jenis
Pertalite. Bhima menilai bahwa, masyarakat belum siap menghadapi kenaikan harga
tersebut, sehingga dapat menimbulkan ancaman stagflasi, yakni naiknya inflasi yang
signifikan, yang tidak dibarengi dengan kesempatan kerja.
Ia menjelaskan, kenaikan harga BBM bersubsidi ini bukan hanya sekadar berdampak
pada harga energi dan biaya transportasi kendaraan pribadi, namun akan berdampak ke
hampir semua sektor. Misalnya harga pengiriman bahan pangan akan naik disaat yang
bersamaan pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal,
terutama pupuk.
2. Revisi Perpres Nomor 69 Tahun 2021 perubahan Atas Perpres Nomor 191 tahun
2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak
5. Usut tuntas permasalahan limbah pertamina di karang harapan yang merusak lahan
pertanian warga
7. Meminta transparansi mengenai jumlah dan distribusi subsidi BBM di Kota Tarakan.