Anda di halaman 1dari 3

Data Valid

Saat ini, masyarakat digemparkan dengan keputusan pemerintah, yakni menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini dikarenakan bias dari ketidakstabilan
geopolitik global yang membuat selisis harga jual BBM bersubsidi dengan hara dunia
semakin meninggi. Maka dari itu, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM
dengan cara mengurangi subsidi agar APBN tidak terkuras dan perekonomian nasional tidak
jatuh. Pemerintah akan mempertimbangkan kenaikan harga BBM dengan mengurangi subsidi
untuk meringankan beban APBN. Berdasarkan katadata.co.id dengan mengutip dari
Kementerian Keuangan, penyebab dari naiknya harga BBM disebabkan oleh Kurs, Volume
konsumsi BBM dan Harga IPC. Pertama, nilai tukar rupiah atau kurs saat ini sudah melemah
menjadi Rp 14.898/US$ per 29 Agustus 2022, yang sebelumnya berada pada Rp 14.450/US
$. Kedua, meningkatnya mobilitas masyarakat akibat pemulihan ekonomu juga menjadi
faktor pendorong dalam peningkatan volume konsumi BBM. Yang sebelumnya volume
konsumsi pertalite sebesar 23,05 juta Kilo Liter (KL) menjadi 29,07 juta KL. Kemudian solar
dari 15,1 juta KL menjadi 17,4 juta KL.Per Agustus 2022, harga eceran BBM bersubsidi
bahkan jauh dari harga keekonomian. Berdasarkan asumsi Indonesia Crude Price (ICP) US$
105/barel, maka harga riil solar yang dijual di masyarakat harusnya Rp 13.950 per liter.
Namun, karena masih disubsidi pemerintah, harga jual solar saat ini masih Rp 5.150 per liter
sehingga selisih harganya mencapai Rp 8.800 per liter. Berdasarkan selisih tersebut, artinya
sebesar 63,1 persen harga solar disubsidi pemerintah. Begitu pula dengan Pertalite, dengan
harga riil seharusnya Rp 14.450 per liter, namun saat ini masih Rp 7.650 per liter karena
Pertalite pun masih disubsidi pemerintah sebesar 47,1 persen. Untuk Pertamax, harga riil
seharusnya Rp 17.300, dan saat ini masih dengan harga Rp 12.500 per liter, dan sebesar 27,7
persen ditanggung oleh pemerintah.
Harga LPG seharusnya Rp 18.500 per kg, namun saat ini Cuma Rp 4.250 per kg, dan sebesar
77 persen disubsidi oleh pemerintah melalui Pertamina.1

Variabel Independen
Subsidi BBM diatur dalam 2Undang-Undang No. 12 Tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang berbunyi “Anggaran untuk subsidi energi yang

1
Farah. H. V. (2022). Mengapa Harga BBM Harus Naik?. katadata.co.id. Diakses melalui
https://katadata.co.id/padjar/infografik/6311b1f23cdeb/mengapa-harga-bbm-harus-naik.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.
merupakan bagian dari Program Pengelolaan Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat disesuaikan dengan kebutuhan realisasi pada tahun anggaran berjalan berdasarkan
realisasi harga minyak mentah (ICP) dan nilai tukar rupiah”. Berdasrkan pernyataan
pemerintah melalui Menteri 3Keuangan Sri Mulyani mengatakan, anggaran subsidi dan
kompensasi energi akan kembali melambung sebesar Rp 198 triliun, jika tidak ada kenaikan
harga BBM Pertalite dan Solar. Saat ini anggaran subsidi dan kompensasi energi untuk 2022
dipatok sebesar Rp 502,4 triliun. Anggaran tersebut seudah melambung Rp 349,9 triliun dari
anggaran semula sebesar 151,1 triliun untuk menahan kenaikan harga energi di masyarakat.
Namun, dengan kondisi saat ini, anggaran tersebut tidak akan mengakomodasi hingga akhir
tahun karena kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan kurs rupiah, dan konsumsi
Pertalite dan Solar yang melebihi kuota. Kenaikan harga BBM diresmikan oleh Presiden Joko
Widodo pada Sabtu, 3 September 2022 pukul 14.30. Keputusan ini ditujukan untuk
mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM akan mengalami
penyesuaian. Adapun penjabaran penyesuaian harga BBM yaitu harga pertalite dari Rp 7.650
per liter menjadi Rp.10.000 per liter. Harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp
6.800 per liter. Harga Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.

Dalam hal implikasi harga terhadap makro ekonomi, bagi masyarakat di berbagai negara-
negara berkembang menjadi sesuatu yang berarti atau kenaikan harga BBM dan implikasinya
terhadap Makro Ekonomi Indonesi. Berkenaan dengan harga BBM dan implikasinya
terhadap kondisi makro ekonomi, Samuelson (2004) telah memperlihatkan gambaran umum
yang terjadi pada negara-negera di dunia, bahwa adanya kenaikan harga BBM, dalam hal ini
berupa goncangan harga minyak dunia berpengaruh nyata terhadap kondisi makro ekonomi,
diantaranya dicerminkan adanya Gross Domestic Product (GDP) riil yang menurun, tingkat
pengangguran (unemployment) yang meningkat, dan tingkat inflasi yang menunjukkan
kenaikan hingga pada utang negara. Kenaikan harga BBM dapat mengurangi subsidi dari
pemerintah, hal inipun berdampak pada pengurangan beban APBN.

3
Kompas.com. (2022). Harga BBM Pertalite, Solar, hingga Pertamax Resmi Naik Mulai Hari Ini. Diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/03/13372151/harga-bbm-pertalite-solar-hingga-pertamax-resmi-
naik-mulai-hari-ini.
Referensi:
Farah. H. V. (2022). Mengapa Harga BBM Harus Naik?. katadata.co.id. Diakses melalui
https://katadata.co.id/padjar/infografik/6311b1f23cdeb/mengapa-harga-bbm-harus-naik.

Kompas.com. (2022). Harga BBM Pertalite, Solar, hingga Pertamax Resmi Naik Mulai Hari
Ini. Diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2022/09/03/13372151/harga-bbm-
pertalite-solar-hingga-pertamax-resmi-naik-mulai-hari-ini.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2014.

Anda mungkin juga menyukai