Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN OPERASIONAL

‘Dampak kenaikan harga BBM terhadap prekonomian masyarakat ‘

OLEH :

I PUTU YOGA PRATAMA PUTRA 27 / 2102612010807

MANAJEMEN K MALAM

DOSEN PENGAMPU :
I MADE SUBARGAYASA,SE.,MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Manajemen Operasional dengan pokok
pembahasan ‘Dampak kenaikan harga BBM terhadap prekonomian masyarakat” ini dengan
baik dan tepat waktu.

Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam
mengembangkan wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun para pembaca. Saya juga
berterima kasih pada Bapak I Made Subargayasa,SE.,MM selaku Dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Operasional Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Saya selaku penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini baik dari segi kata, pengejaan kalimat maupun materi karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Sehingga saya berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 KENAIKAN HARGA BBM
2.2 FAKTOR KENAIKAN BBM
2.3 DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP MASYARAKAT
2.4 DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT

2.5 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM

BAB III............................................................................................................................................7
DAMPAKNYA...............................................................................................................................7
3.1 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT.....7
3.2 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PEREKONOMIAN.......................8
BAB IV..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
4.1 KESIMPULAN....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kenaikan harga BBM selalu menimbulkan pro – kontra dikalangan masyarakat yang didukung
oleh banyaknya pendapat yang muncul tanpa diikuti oleh data – data yang akurat sehingga
menimbulkan dilema terhadap masyarakat.Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kebutuhan
strategis bagi masyarakat di desa maupun kota baik kebutuhan keluarga maupun perusahaan,
demikian juga BBM sangat penting bagi sektor industri maupun tranfortasi. Minyak memang
peranan penting dalam kehidupan bangsa indonesia, sumber minyak di indonesia masih terus
dicari dan diusahakandengan berbagai penelitian ilmiah. Walaupun berbagai usaha telah
dilakukan dan akan dijalankan, tetapi cadangan minyak di indonesia tidaklah begitu
menggembirakan. Oleh karena itu, sektor minyak masih saja akan merupakan tumpuan bangsa
Indonesia.

Kebijakan pemerintah siap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, hal ini
dipastikan akan menuai pro-kontra di masyarakat. Pasalnya, kenaikan BBM ini membawa
dampak beruntun pada kenaikan harga sembako dan biaya transportasi. Namun suka tidak suka,
faktor dominan penyebabnya adalah kenaikan harga minyak mentah dunia yang berpengaruh
pada asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP). Ini karena perkembangan perekonomian
global penuh dengan ketidakpastian. Salah satunya krisis ekonomi Eropa yang belum dapat
diatasi hingga gejolak politik di sejumlah negara Timur Tengah yang terus memanas. Semua ini
pada akhirnya memunculkan sentimen negatif. Kenaikan harga BBM ini akan berdampak juga
pada naiknya tarif ongkos angkutan sebesar 40 persen sampai 60 persen. Apabila kenaikan BBM
terjadi, maka hal ini akan semakin memberatkan khususnya para pengusaha moda transportasi
tersebut.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa harga BBM 2022 naik ?


2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan BBM di Indonesia ?
3. Dampak apa saja yang diterima masyarakat atas kenaikan BBM ini ?
4. Apa dampak kenaikan harga BBM terhadap daya beli masyarakat?
5. Dampak kenaikan BBM terhadap produksi industri di Indonesia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui penyebab kenaikan harga bbm


2. Untuk mengetahui faktor penyebab kenaikan harga BBM di indonesia
3. Untuk mengetahui dampam kenaikan BBM bagi masyarakat
4. Untuk mengetahui apa dampak kenaikan harga BBM terhadap daya beli masyarakat
5. Untuk mengetahui dampak kenaikan BBM terhadap industri di indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KENAIKAN HARGA BBM

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tanggal 3 September 2022 Pemerintah menaikkan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diantaranya Solar, Pertalite dan Pertamax dengan
rincian:
Harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter 
Harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter 
Harga Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter
Hal ini dilakukan Pemerintah dalam rangka merespon kenaikan harga minyak dunia yang
semakin tidak terkendali yang tentu saja kondisi ini akan berpengaruh pada anggaran subsidi
energi (BBM) yang akan semakin membengkak. Selain factor kenaikan Indonesia Crude Price
(ICP), kenaikan peningkatan kunsumsi BBM sehingga juga berperan meningkatkan alokasi
anggaran subsidi BBM pada tahun 2022. ICP asumsi pada APBN 2022 yang pada awalnya
ditetapkan hanya pada kisaran $63/barel meningkat tajam menjadi $100/barel. Sekali lagi ini
merupakan imbas dari sanksi yang diberikan kepada Rusia sebagai salah satu produsen minyak
dunia.
Sebagai langkah awal, Pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan anggaran subsidi
BBM. Dari yang awalnya Rp152 triliun pada APBN 2022 menjadi Rp502,4 triliun sesuai
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022. Artinya, Pemerintah telah menaikkan 3,4 kali lipat
dari anggaran awal.Namun peningkatan kompensasi subsidi energi ini belum cukup dan
menurut  Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa jika tidak dilakukan tindakan prefentif
terkait kondisi ini makan kompensasi subsidi energi diperkirakan akan kembali membengkak
hingga Rp.198 triliun hingga sisa periode tahun berjalan. Tentu ini bukan angka yang kecil dan
cukup disayangkan jika nilai subsidi yang sebesar ini hanya akan “menguap” sebagian besar di
jalanan. “Lebih dari 70% subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu yaitu
pemilik mobil pribadi. Mestinya uang negara itu harus diprioritaskan untuk memberikan subsidi
kepada masyarakat yang kurang mampu,” ungkap Presiden saat memberikan keterangan pers
bersama para menteri terkait di Istana Merdeka Jakarta
Fakta yang disampaikan presiden di atas tentu menjadi hal yang perlu menjadi perhatian
dan triger dalam membangun kesadaran kita dalam menggunakan BBM secara efektif dan taat.
Sejatinya BBM yang bersubsidi: Pertaite dan Solar hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang
kurang mampu dan para pelaku ekonomi yang secara output tentu diharapkan dapat menjadi
penggerak roda perekonomian. Subsidi yang diberikan terhadap Solar khususnya salah satunya
bertujuan untuk menekan biaya produksi yang menjadi salah satu komponen pembentuk harga
satuan barang. Selain itu masih banyak para nelayan kita yang masih bergantung akan

3
kebutuhan Solar dalam melakukan usahnya. Namun faktanya, kedua komoditas BBM ini
dinikmati oleh kalangan mampu dan tidak digunakan untuk sector-sektor produktif. Hal ini yang
selalu menjadi concernt pemerintah tentang bagaimana kita bisa memberikan manfaat subsidi
energi ini menjadi tepat sasaran dan tidak dinikmati oleh kalangan mampu. Maka sebagai
langkah antisipasi terhadap potensi kenaikan kompensasi BBM ini pemerintah
melakukan adjustment harga BBM sehingga mendekati harga keekonomian. 
"Saat ini pemerintah membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir
pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM akan
mengalami penyesuaian," ujar Presiden Jokowi
Situasi yang sulit dan terkesan bagi sebagian orang tidak berpihak pada rakyat kecil.
Stereotip ini yang mencul belakangan sebagai konsekunsi atas kebijakan yang tidak popular
bagi pemerintah dan presiden secara khusus. Namun jika kita melihat dengan sudut pandang
luas maka kebijakan itu tentu menjadi kebijakan yang paling visibleyang dapat diambil.
Pemerintah sudah tidak mungkin menahan lagi pembengkakan potensi alokasi kompensasi
subsidi BBM sampai akhir tahun 2022.  Sebagai Langkah awal untuk mewujudkan alokasi subsidi
yang tepat sasaran, Presiden menyebut, Pemerintah akan menyalurkan Bantuan Langsung
Tunai (BLT) BBM sebesar Rp12,4 triliun kepada 20,65 juta keluarga yang kurang mampu sebesar
Rp150 ribu per bulan selama empat bulan terhitung mulai Bulan September. Selain itu
Pemerintah juga menyiapkan anggaran sebesar Rp9,6 triliun untuk 16 juta pekerja dengan gaji
maksimal Rp3,5 juta dalam bentuk bantuan subsidi upah yang diberikan sebesar Rp600 ribu.
Pemulihan dari pandemi Covid-19 yang cepat mengakibatkan mobilitas dan kegiatan usaha
cendrung meningkat. Dampaknya, pemakaian BBM bersubsidi juga meningkat yang akhirnya
sangat membebani APBN. APBN sebagai instrumen keuangan negara harus terjaga
kesehatannya. Tugas Pemerintah untuk mengelola APBN secara berkeadilan. Perlu kami
sampaikan adanya invasi Rusia terhadap Ukraina berimbas pada naiknya harga minyak dunia.
Semula yang diasumsikan 64$ per barrel, sekarang naik menjadi rata-rata 105$ per barrel
dalam APBN. Belum lagi kenaikan harga batu bara, nikel dan lainnya, semua itu ditangkap
dalam Keuangan Negara.
Penyesuaian harga BBM sudah pasti akan berimbas terjadinya inflasi dengan naiknya harga
barang/jasa dan kita harus mengeluarkan uang lebih untuk memenuhinya. Hendaknya kita tidak
perlu panik dan tetap berpikir jernih dalam menghadapinya. Yang perlu kita jalani adalah
bergaya hidup hemat, sehat dan tetap bahagia.
Kita dapat menjalani hidup lebih hemat dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor. Misalkan untuk aktivitas dengan jarak tempuh yang dekat, kita bisa berjalan kaki
atau bersepeda. Selain mengurangi biaya BBM, lebih sehat dan dapat mengurangi polusi udara.
Pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari agar lebih selektif. Pembelian barang/jasa
didasarkan pada kebutuhan bukan keinginan. Pemakaian listrik, air, gas dan lainnya lebih
dihemat agar beban biaya pengeluaran tersebut dapat ditekan. 
Penghematan lainnya terhadap pembiayaan kebutuhan sekunder seperti belanja pakaian,
sepatu, asesoris, liburan/tamasya, nonton bioskop. Barang-barang lama yang masih bagus dan
berfungsi baik, dapat dioptimalkan penggunaannya.

4
Dengan penyesuaian harga BBM, mari kita terapkan jiwa gotong royong, diharapkan golongan
mampu untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi, membayar pajak dan kewajiban lainnya
dengan kesadaran tinggi. Warga yang mampu membantu warga yang tidak mampu agar tetap
memiliki daya beli kebutuhan pokok. Akhirnya, penulis sangat optimis dengan bersatu dan
gotong royong, kita bersama mampu melalui tekanan inflasi ini akibat penyesuain harga BBM.

2.2 FAKTOR KENAIKAN BBM

Faktor yang mempengaruhi kenaikan BBM adalah

1. Kartel Minyak Dunia

Kebijakan menaikkan harga BBM yang diambil pemerintah Indonesia tak lepas dari keputusan
kartel minyak dunia, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). OPEC sendiri
diisi oleh negara-negara eksportir minyak dunia. Salah satu tugasnya adalah memperbaiki
pasokan dan mengontrol harga minyak mentah dunia.

2. Negara Produsen Minyak Dunia

Harga dan pasokan minyak mentah di dunia juga dipengaruhi oleh negara produsen minyak
dunia. Bahkan, 62 persen persediaan minyak dunia berada di kekuasaan negara Timur Tengah
dan berpusat di lima negara, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Irak, dan Kuwait. Gejolak
keamanan dan politik Timur Tengah akan berimbas besar terhadap minyak dunia. Indonesia
sebagai negara konsumen minyak dunia tak bisa berbuat banyak terhadap kondisi tersebut.

3. Perusahaan Minyak

Perusahaan minyak dunia juga punya peran besar dalam menentukan harga BBM di Indonesia.
Mereka punya pengaruh pada minyak terutama terkait dengan simpanan (inventory) dan
pemboran (oil drilling).

4. Permintaan Minyak Dunia

Dalam hukum ekonomi dikatakan bahwa saat permintaan suatu barang besar, maka harga juga
akan naik. Hal itu berlaku pula pada komoditas minyak mentah. Terlebih lagi, kebutuhan
transportasi masyarakat dunia berbahan bakar fosil makin tinggi yang berimbas pada jumlah
permintaan minyak ikut naik.

5
5. Harga Minyak Mentah Dunia

Harga minyak mentah sangat berimbas pada kenaikan BBM di Indonesia. Misalnya, saat harga
minyak mentah global meroket, biaya operasional Pertamina yang menjadi perusahaan
pengimpor BBM juga akan naik.

3. Kurs Rupiah

Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah juga berimbas pada kenaikan harga BBM. Saat nilai tukar
melemah, otomatis pemerintah harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli minyak yang
dibeli dengan dolar AS.

4. Faktor Penyebab Kenaikan BBM Menurut Ahli

Deputy Country Chair and Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea
menilai ada beberapa faktor yang membuat pemerintah melakukan penyesuaian terhadap
harga BBM.

"Terdapat banyak faktor, mulai dari pandemi, kenaikan harga minyak dunia, kondisi pasar, nilai
tukar mata uang asing, hingga pembatasan margin. Komponen itu sangat transparan karena
sudah ditentukan, dan kita tidak bisa keluar dari 'formula' tersebut," ucap Susi, dikutip dari
Antara, Rabu, 7 September.

"Penyesuaian harga dipertimbangkan dari formula harga yang ditentukan. Se-gamblang itu,"
sambungnya lagi. Tak sampai situ, penyesuaian harga akan dilakukan dengan berbagai
pertimbangan. Misalnya, harga produk minyak olahan yang didasarkan pada Mean of Platts
Singapore (MOPS), pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional,
hingga kinerja dan aktivitas promosi perusahaan.

2.3 Dampak kenaikan BBM terhadap masyarakat

1. Penurunan Daya beli


Pertama, akan timbul penurunan daya beli dalam jangka pendek karena income effect
(dampak pendapatan) yang mengalami penurunan. Meski demikian, bebannya akan
berbeda menurut kelas pendapatan rumah tangga. Khususnya kelompok rumah tangga
terbawah atau miskin yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk menghadapi masalah
cashflow jangka pendek.

2. Naiknnya harga bahan Pokok


Selanjutnya, adalah kenaikan harga bahan pokok. Kenaikan harga ini akan sangat
berdampak bagi masyarakat menengah ke bawah.

6
"Tentu memberatkan bagi masyarakat menengah ke bawah yang masih dalam proses
pemulihan ekonomi setelah terdampak adanya pandemic Covid-19," tutur Arin.

3. Peningkatan Angka Pengangguran


Ketiga, kenaikan harga BBM juga berdampak pada aspek sosial masyarakat. Salah
satunya peningkatan angka pengangguran.

Pasalnya, BBM merupakan bahan dasar operasional perusahaan. Kenaikan harga BBM
akan membebani biaya produksi. Akhirnya, perusahaan harus mempertimbangkan
efisiensi produksi.

Maka pilihan yang harus diambil perusahaan adalah menghentikan proses perekrutan
karyawan baru hingga terpaksa pemutusan hubungan kerja (PHK). Sehingga
berpotensi meningkatkan angka pengangguran.

4. Kemiskinan
"Keempat, dengan meningkatnya angka pengangguran, maka akan berujung pada
peningkatan juga tingkat kemiskinan Indonesia, Tingkat kemiskinan per Maret
mencapai 9,54% atau 26,16 juta orang. Turun 0,6 poin atau 1,38 juta orang.
Dibandingkan dengan September 2021, penurunan tingkat kemiskinan mencapai 0,17
poin atau 0,34 juta orang.

Namun, garis kemiskinan mengalami kenaikan 3,975% dibandingkan September 2021


menjadi Rp 505.469 pada Maret 2022.Bukan hal yang tak mungkin, jika tingkat
pengangguran dan tingkat kemiskinan yang meningkat akan menimbulkan kekacauan
hingga demo.

Arin menjelaskan data BPS per Maret 2022 menunjukkan garis kemiskinan mengalami
kenaikan 3,975 persen dibandingkan September 2021 atau menjadi sekitar Rp 505.469.
Sehingga tidak salah jika kondisi-kondisi yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM
mendorong timbulnya permintaan akan kebijakan kompensasi, seperti BLT (Bantuan
Langsung Tunai) maupun BSU (Bantuan Subsidi Upah) sebagai bentuk kompensasi
atas kenaikan harga BBM

2.4 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP DAYA BELI


MASYARAKAT

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tentu akan menurunkan daya beli masyarakat,
khususnya masyarakat kecil yang kondisi ekonominya belum pulih sepenuhnya. Kenaikan harga
BBM bersubsidi akan menurunkan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kecil yang
kondisi ekonominya belum pulih sepenuhnya, seperti tukang ojek, pedagang kaki lima, tukang
bakso, sopir truk dan angkot, buruh/pekerja, pelaku UMKM, Kenaikan harga BBM bersubsidi,
tentu akan menyebabkan terjadinya inflasi terutama di sektor pangan. Kenaikan pertalite dari

7
Rp7.650,00/liter menjadi Rp10.000,00/liter atau sebesar 30 persen, maka inflasi akan naik
sebesar 3,6 persen. Setiap kenaikan 10 persen BBM bersubsidi, inflasi bertambah 1,2 persen.

Pada bulan Juli 2022 inflasi tahunan mencapai 4,94 persen maka angka inflasi akhir tahun
bisa menembus 7—8 persen. Khusus Surabaya, beberapa hari lalu BPS Jatim bahkan merilis
bahwa Surabaya satu-satunya kota dari delapan kota IHK (indeks harga konsumen) di Jawa
Timur yang mengalami inflasi. Kondisi ini akan memukul kehidupan rakyat karena daya beli dan
konsumsi akan makin melemah. Selanjutnya, angka kemiskinan akan meningkat dan
pengangguran makin bertambah.

Besaran bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan subsidi upah (BSU) sebesar Rp24,17
triliun, menurut dia, tidak sebanding dengan tekanan ekonomi yang dihadapi rakyat akibat
dampak pandemi dan angka inflasi yang sudah tinggi. Bahkan, di Surabaya, warga yang berhak
menerima bansos dari pemerintah pusat berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) Kemensos hanya 97.981 KPM (keluarga penerima manfaat). Hal ini, kata dia, masih jauh
dari jumlah warga yang terdampak dan rentan terhadap kenaikan harga BBM subsidi ini.

2.5 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PRODUKSI DAN


INDUSTRI

Dengan adanya kenaikan harga BBM, ternyata tidak hanya berdampak pada beban
kehidupan ekonomi masyarakat secara umum, tetapi juga beban terhadap pelaku bisnis di
Indonesia, yang akibat lebih lanjutnya juga pada masyarakat sebagai konsumen akhir. Adanya
kenaikan harga BBM yang signifikan, ditambah lagi dengan harga listrik yang sudah terlebih
dahulu naik, menyebabkan kalangan industri mengalami kesulitan yang diindikasikan oleh
adanya kenaikan biaya produksi dan operasi (production and operation cost) pada berbagai
sektor Industri di Indonesia. Sektor Industri sebagai penghasil produk harus beroperasi dengan
biaya tinggi (hight cost) dan ini dapat menyebabkan harga produk yang mereka hasilkan juga
naik mengikuti kenaikan harga secara layak (fair price), diantaranya sebagai akibat dari kenaikan
harga BBM tersebut.
Kenaikan harga BBM disadari pula berdampak terhadap biaya produksi dan operasi pada
berbagai sektor industri di Indonesia. Hal ini dikarenakan semua sektor industri merupakan pihak
yang tidak terlepas dari kebutuhannya terhadap bahan bakar, baik itu berupa premium, minyak
tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar. Adanya kenaikan harga BBM untuk
industri mengakibatkan naiknya biaya produksi dan operasi pada berbagai sektor industri
tersebut. Untuk industri elektronik, kenaikan harga BBM diperkirakan akan berdampak pada
kenaikan biaya produksi hingga 10% terhadap total biaya. Sedangkan untuk industri semen
diperkirakan biaya produksinya akan mengalami kenaikan hingga sebesar 30%. Di sektor
pertambangan, kenaikan harga bahan bakar akan menyebabkan biaya operasi meningkat
mencapai US $ 2 ± 3 per ton. Sementara itu, untuk industri tekstil, biaya produksi diperkirakan

8
akan mengalami kenaikan yang cukup berarti yakni sebesar 35%. Kenaikan biaya produksi dan
operasi terbesar, dengan adanya kenaikan harga bahan bakar diakui oleh sektor industri
kehutanan. Kenaikan biaya operasi tersebut diperkirakan akan mencapai hingga 150% untuk
sektor industri kehutanan ini (Warta Ekonomi, 2005).
Berbagai sektor industri tersebut pada posisinya sebagai pemakai bahan bakar, juga pada
perekonomian berfungsi sebagai produsen atau penghasil barang-barang atau produk yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian, adanya kenaikan biaya produksi yang terjadi
pada berbagai sektor industri tersebut, tentunya akan berakibat pula pada beban masyarakat
sebagai konsumen akhir dari hasil produksi mereka. Pada realitanya walaupun sektor industri
terbebani oleh adanya kenaikan harga bahan bakar, akan tetapi beban yang paling besar
bermuara pada para konsumen (customers) yang tiada lain merupakan masyarakat itu sendiri,
dalam bentuk beban kenaikan harga barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat.
 

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital
dalam semua aktifitas ekonomi., masalah BBM menjadi masalah besar yang hingga kini
menjadi topik utama. Kenaikan harga BBM yang baru-baru ini terjadi membawa banyak
dampak, mulai dari kemarahan rakyat sampai kenaikan harga bahan pokok (sembako).
Harga BBM adalah dasar penentuan harga komoditi lain. Jadi kalau BBM naik, maka harga
komoditi lainnya pun akan ikut naik.Kenaikan harga BBM akan selalu di ikuti dengan
kenaikan harga-harga bahan pokok yang kemudian dapat meningkatkan laju inflasi. Selain
itu, kenaikan BBM juga akan memicu para spekulan untuk melakukan penimbunan bahan
pokok, hal ini dapat memunculkan keresahan karena kelangkaan barang dan melambungnya
harga-harga bahan pokok.

Naiknya harga BBM juga mempunyai pengaruh eksponensial terhadap berbagai indikator
ekonomi, yang pada gilirannya akan dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia
secara umum, terutama lapisan menengah ke bawah, khususnya masyarakat kalangan
bawah. Dengan adanya kenaikan atau lonjakan harga BBM tentunya akan berimplikasi
terhadap ekonomi Indonesia. Berbagai kondisi dan fundamental ekonomi tersebut bisa kita
lihat dari indikator-indikator seperti : pertumbuhan ekonomi, kenaikan harga barang-barang
serta tingkat pengangguran dan kemiskinan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumber 1 : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220905113920-17-369292/dampak-
kenaikan-bbm-bagi-masyarakat-harga-harga-selangit/amp

Sumber 2 : https://voi.id/amp/207653/faktor-yang-mempengaruhi-bbm-naik-yang-membuat-
indonesia-tak-bisa-berbuat-banya

Sumber 3 : https://www.parapuan.co/amp/533461103/dampak-kenaikan-bbm-terhadap-sektor-
industri-hingga-umkm-apa-saja

11

Anda mungkin juga menyukai