DISUSUN OLEH:
NIM : 221010500519
UNIVERSITAS PAMULANG
2022
KATA PENGANTAR
Muhamad sadam
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Jenis-Jenis Inflasi
a. Berdasarkan Tingkat Keparahan
1. Inflasi ringan (creeping inflation) : Besarnya inflasi ini di bawah 10%
dalam setahun.
2. Inflasi sedang : Besarnya inflasi antara 10% - 30% setahun.
3. Inflasi berat : Besarnya inflasi antara 30% - 100%.
4. Hiperinflasi : Besarnya inflasi ini diatas 100% dalam setahun.
b. Berdasarkan Sumbernya
1. Importer Inflation
Inflasi ini berasal atau bersumber dari luar negeri, yang terjadi
karena adanya kecenderungan kenaikan barang-barang di luar negeri.
2. Domestic Inflation
Inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam negeri sendiri, yang
akan memengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Domestic
inflation terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
mengalami kenaikan.
c. Berdasarkan Penyebabnya
1. Demand Full Inflation
Adalah inflasi yang timbul karena adanya kenaikan yang sangat
tinggi terhadap permintaan barang dan jasa.
2. Cost Push Inflation
Adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa, bukan karena adanya ketidak
seimbangan antara permintaan dan penawaran. Selain demand full
inflation dan cost push inflation, ada beberapa jenis inflasi jika
dilihat dari faktor penyebabnya, yaitu:
a) Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat dari
adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu
besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau
produksi agregat. Inflasi Dorongan Biaya Inflasi dorongan
biaya terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi
yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi
proses produksi dari suatu perusahaan.
b) Inflasi Struktural
Inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai kendala
atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran
menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang
meningkat.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan
distribusi (kurangnya produksi (product or service) juga termasuk kurangnya
distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini
dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti kebijakan fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur
dan regulasi.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan
pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait
dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya
permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment,
dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar
yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak
faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi
spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan
secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan dan penawaran, atau juga karena terbentuknya
posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi
(penimbunan), sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di
pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam
hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM, inflasi yang terjadi
disebabkan oleh adanya tekanan dalam proses produksi dan distribusi. Para
produsen akan mengurangi jumlah barang yang akan diproduksi atas
pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun proses produksi tetap
lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari kenaikan
harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan
mengalami kenaikan.
2.2 Dampak Kenaikan Harga BBM
Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa
kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal,
sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian
masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan
BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Meskipun
demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif.
a. Dampak Positif
➢ Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar
alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan
Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi.
Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit
untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara
yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai
kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik,
mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.
Faktor yang satu ini juga sangat berpengaruh terhadap harga barang-barang,
khususnya sembako. Jika stok/pasokan barang banyak maka harga barang
cenderung menurun, dan sebaliknya jika pasokan barang sedikit maka harga
barang akan naik. Hal ini dapat kita lihat pada saat panen raya banyak produk-
produk pertanian yang harganya anjlok seprti tomat,cabe,dan sebagainya.
2.6 Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Pendapatan Masyarakat
Pengaruh kenaikan harga BBM akan sangat terasa untuk para buruh
nasional. "Kenaikan BBM akan sangat dirasakan oleh kalangan buruh nasional
kita, perjuangan mereka kemarin untuk menaikkan upah minimumnya terasa sia-
sia," ujar anggota komisi IX DPR RI Herlini Amran. Legislator Partai Keadilan
Sejahtera ini melanjutkan, daya beli buruh yang diharapkan naik pasca kenaikan
UMK kemarin, seperti tercabik-cabik akibat kenaikan harga BBM. Apalagi, 46
Komponen KHL dalam Permenaker 17/2005 sudah otomatis akan naik nominal
harganya. "Contoh sederhana, harga sandang, pangan, sewa kamar pasti dan lain-
lainnya pasti akan naik, sedangkan revisi komponen KHL untuk menyesuaikan
harga komponen tersebut di lakukan pada akhir tahun.
Kenaikan harga BBM juga dapat berakibat naiknya biaya produksi yang
menyebabkan kenaikan biaya produksi sehingga membebankan kenaikan biaya
produksi tersebut kepada pekerja, seperti menunda pembayaran gaji, memotong
gaji atau mengurangi jumlah pekerja. Anggota DPR asal Kepulauan Riau ini
meminta Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (kemenakertras) untuk
mengimbau Apindo agar tidak melakukan hal-hal tersebut kepada karyawannya,
akibat dampak kenaikan harga BBM yang berdampak pada sektor Industri.
Herlini meminta pemerintah sebaiknya mengkaji ulang dampak dari kenaikan
harga BBM yang nyata-nyatanya berdampak luas pada masyarakat kelas
menengah kebawah seperti kalangan buruh ini. "Jelang kenaikan BBM ini saja,
harga obat generik ditetapkan naik 6 sampai 9 persen oleh Kemenkes, salah satu
alasannya adalah akibat kenaikan harga BBM," ujarnya.
Masih ada solusi lain untuk mengatasi kenaikan harga minyak dunia selain
menaikkan harga BBM bila Pemerintah mau kreatif dan tidak selalu mencari
solusi yang paling mudah. Seperti melakukan penghematan anggaran dengan
melakukan diet ketat untuk tidak belanja hal-hal yang tidak penting,
memaksimalkan pendapatan pajak agar tidak bocor dan lain-lainnya. "Asal ada
good will saja dari pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM," ujarnya.
BAB III
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan
dari masalah yang dibahas. Inflasi merupakan melemahnya atau menurunnya nilai
mata uang karena banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat, atau suatau
keadaan dimana terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan terjadi secara
terus-menerus (continue).
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak bagi masyarakat.
Baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang signifikan akan
terjadi pada tingkat inflasi dan pada kondisi perekonomian nasional. Dampak
kenaikan harga BBM terhadap inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat
persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah, dan
akan berdampak pula pada harga berbagai jenis barang dan jasa. Kondisi
perekonomian akan mengalami goncangan, ketidakstabilan akan terjadi. Iklim
investasi akan menurun, sehingga berpengaruh pada jumlah pendapatan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah
dengan kebijakan moneter. Seluruh instrumen kebijakan moneter efektif dalam
mengurangi dan mengatasi inflasi.
3.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Pemerintah hendaknya memilih waktu yang tepat untuk mengeluarkan
kebijakan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
2. Jika inflasi terjadi akibat dampak dari kebijakan pemerintah, diperlukan suatu
langkah yang tepat dalam mengatasi inflasi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA