Anda di halaman 1dari 11

Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Negara
Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang sangat berdampak pada masyarakat,
terutama masyarakat yang berkendara baik roda satu maupun roda dua karena bahan bakar
minyak adalah salah satu hal yang perlu digunakan bagi kendaraan.

Kosumsi energi di Indonesia hampir setenganya membutuhan bahan bakar fosil, seperti
sektor industri, sektor transportasi, sektor rumah tangga dan sektor komersial.
Namun, bahan bakar ini juga telah membawa dampak negatif untuk lingkungan, contohnya
kualitas udara yang semakin menurun karena pembakaran bahan bakar minyak dan efek gas
rumah kaca yang terjadi karena gas CO2, seperti yang kita ketahui pembakaran bahan bakar fosil
yang tidak sempurna akan menghasilkan gas CO2, yang lama kelamaan akan menumpuk di
atmosfer. Radoasi sinar matahari yang dipancarkan kebumi seharusnya dipantulkan lagi kembali
ke angkasa, namun penumpukan CO2 ini akan menghalangi pantulan tersebut. Akibatnya radiasi
akan kembali diserap oleh bumi yang akhirnya meningkatkan temperature udara di bumi.

Krisis bahan bakar minyak yang terjadi di dalam negeri hanya bisa teratasi jika
akar permasalahan kelangkaan minyak tanah di analisa penyebabnya. Apalagi menyangkut
minyak tanah, sebagai unsur vital dalam sektor produksi dan transportasi untuk menjalankan
roda perekonomian negara. Hal lain yang mempengaruhi terjadinya krisis minyak tanah adalah
kemampuan kilang tidak dapat memenuhi permintaan minyak, cadangan minyak di hulu masih
rendah, pasar dipengaruhi oleh geopolitik yang buruk di beberapa negara.

B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas muncul permasalahan sebagai berikut :
1. Apa penyebab terjadinya kelangkaan minyak tanah?
2. Bagaimana kebijakan pemeberintah dalam mengatasi kelangkaan Minyak tanah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab kelangkaan minyak tanah.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan pemerintah dalam menghadapi masalah ini.
3. Untuk mengetahui penyelesaian yang di tempuh pemerintah dalam mengatasi kelangkaan
Minyak tanah.
Bab II
Isi

A. Penyebab Kelangkaan Minyak Tanah


1. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan produksi
2. Ketersediaan sumber daya alam yang terbatas
3. Terbatasnya kemampuan manusia
4. Sifat serakah manusia
5. Kurangnya tenaga-tenaga ahli
6. Ketidakbijakkan keputusan pemerintah
7. Terjadi bencana alam
Selain ketujuh penyebab itu, ada 3 faktor lain penyebab kelangkaan minyak tanah, menurut faktor
teknis, faktor spekulatif, dan faktor politik ekonomi.

. 1. Dari sisi teknis, kelangkaan minyak tanah terjadi karena penjual minyak tanah
bersubsidiberkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan lokal dan nasional.
Berkurangnya supply minyak tanah disebabkan adanya program konversi minyak tanah ke gas
LPG dan terjadinya goncangan harga minyak dunia. Dan masalah ini menyebabkan
meningkatnya harga minyak dunia sebesar 40% hanya dalam waktu empat bulan, dan
menyebabkan kemampuan finansial

Pertamina mengimpor minyak mentah dan minyak tanah menjadi sangat terbatas.
Akibatnya Pertamina tidak dapat memenuhi kebutuhan kilang minyaknya yang berdampak pada
berkurangnya pasokan minyak tanah.
2. Dari faktor spekulatif yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Di dalam
negeri adanya minyak tanah bersubsidi dan minyak tanah tidak bersubsidi untuk industri
menyebabkan disparitas harga. Misalnya berdasarkan harga yang ditetapkan Pertamina tanggal
15 Desember 2007 untuk wilayah I, harga solar bersubsidi Rp 4.300 per liter sedangkan harga
solar non subsidi mencapai Rp 8.235 per liter. Perbedaan harga ini menyebabkan terjadinya
pasar gelap minyak tanah. Sehingga sebagian pasokan minyak tanah untuk masyarakat pada
tahap distribusi diselewengkan ke industri, apalagi tingkat kenaikan harga minyak tanah non
subsidi pada Desember ini mencapai 21% lebih. Jadi kebijakan pemerintah menghapuskan
sebagian subsidi memiliki dampak buruk yakni ekonomi gelap.

3. Dari faktor politik ekonomi sangat menentukan penguasaan dan harga minyak
dunia. Faktor ini pula yang menyebabkan spekulasi lokal dan internasional, dan supply yang
tidak berimbang di tingkat nasional. Di Indonesia sejak Orde Baru pemerintah telah
meliberalisasi sektor hulu (upstream) migas sehingga hampir 90% produksi minyak Indonesia
dikuasai. Undang-Undang Penanaman Modal tidak membedakan lagi kedudukan investor dalam
negeri dengan investor asing dan hampir semua sektor perekonomian dibuka untuk investor
asing kecuali sektor-sektor yang tidak memberikan keuntungan. Dengan diundangkannya
Undang-Undang Penanaman Modal arus liberalisasi semakin kuat. Liberalisasi khususnya terjadi
pada sektor-sektor strategis dan memberikan keuntungan besar seperti sektor hilir migas.
Karenanya pemerintah sangat berkepentingan menaikkan harga minyak tanah sehingga margin
keuntungan bisnis hilir minyak tanah semakin tinggi. Margin keuntungan yang tinggi inilah yang
diharapkan pemerintah dapat memberikan daya tarik besar kepada investor asing. Jadi tidak
benar alasan pemerintah mengurangi subsidi untuk menghemat anggaran.
B. Peranan Pemerintah Dalam Menghadapi Kelangkaan Minyak tanah

Dengan politik ekonomi yang bertumpu pada liberalisasinya Kapitalisme, sesungguhnya


pemerintah telah memantapkan konsep laissez faire-nya Adam Smith dalam urusan publik.
Konsep ini mengharuskan urusan publik diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar
(swasta dan asing) tanpa campur tangan pemerintah. Setiap orang menurut Adam Smith harus
diberikan kebebasan berproduksi dan berusaha, bila dibatasi berarti melanggar hak asasi
manusia.

Konteks politik ekonomi Laissez Faire yang diterapkan pemerintah, menjadikan


pemerintah memandang permasalahan pertumbuhan ekonomi sebagai permasalahan utama
dibandingkan permasalahan kemiskinan, pengangguran, pemenuhan kebutuhan pokok
masyarakat, dan pemerataan kesejahteraan. Politik ekonomi ini menempatkan aspek material
lebih tinggi dibandingkan aspek kemanusiaan, sehingga tidaklah aneh masalah peningkatan
produksi dan distribusi minyak tanah dengan cara menarik investor asing lebih diperhatikan
pemerintah dibandingkan masalah mahal dan langkanya harga minyak tanah dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat.

Pemerintah lebih memilih menjadi penjaga malam daripada menjadi ibu bagi masyarakat
yang senantiasa merawat dan menjaga pemenuhan kebutuhan anak-anaknya. Seorang ibu sangat
berkepentingan anak-anaknya tumbuh sehat dan cerdas, memiliki akhlak yang mulia, dan
mampu menjadi manusia yang berguna bagi agama. Sementara pemerintah sebagai penjaga
malam, pekerjaannya hanya menjaga dan melayani harta para investor.

Politik ekonomi Kapitalis ini juga tidak hanya diterapkan di Indonesia, tetapi hampir
seluruh dunia, kecuali di Venezuela dan Bolivia. Di kedua negara ini, pemerintah berperan aktif
mengelola ladang-ladang migas negara mereka. Sama dengan di Indonesia di negara-negara
anggota OPEC dan non OPEC, pemerintah setempat menyerahkan penguasaan ladang-ladang
migas kepada para investor asing. Akibatnya meskipun mayoritas eskportir migas adalah negara-
negara berkembang, tetapi keuntungan dan penguasaan perdagangan migas ada di tangan
perusahaan-perusahaan multinasional dari Amerika, Inggris, Belanda, dan negara-negara maju
lainnya.
C. Penyelesaian Yang Ditempuh Pemerintah Dalam Upaya Menghadapi Kelangkaan Minyak
tanah

Untuk mengatasi krisis atau kelangkaan minyak tanah dan energi, perlu diambil langkah-
langkah yang strategis agar minyak tanah sebagai unsur vital dalam sektor produksi dan
transportasi dapat tersedia secara berkesinambungan. Tentunya untuk mengatasi semua ini
sebagaimana ajakan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono dan wakil Presiden jusuf Kalla, kita
secara bersama-sama melakukan penghematan bahan bakar dan energi guna mengurangi
permintaan akan kebutuhan minyak tanah yang terus meningkat. Upaya penghematan dapat
dilakukan dengan cara membatasi perjalanan, mengurangi penggunaan mobil pribadi,
mengurangi tingkat pemakaian AC yang berlebihan, menyalakan listrik pada saat diperlukan.
Namun, upaya penghematan ini akan berhasil jika dilakukan dengan penuh kesadaran, sungguh-
sungguh dan konsisten.
Penghematan energi di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia
memerlukan strategi nasional dan waktu yang panjang. Hasilnya tidak bisa dinikmati dalam
jangka pendek. Ini harus kita sadari bersama. Kini pemerintah ingin mengatasi kelangkaaan
bahan bakar minyak (minyak tanah) dengan gerakan hemat energi. Dalam rangka itu, pemerintah
mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi. Tapi
perlu digarisbawahi bahwa Inpres No 10/2005 tidak akan efektif mengatasi masalah kelangkaan
minyak tanah dalam jangka pendek.

Tanpa krisis minyak tanah seperti sekarang inipun, penghematan energi seharusnya
sudah menjadi national policy - karena dalam jangka panjang seluruh dunia akan kekurangan
energi. Jadi, hemat energi harus merupakan gerakan jangka panjang. Dalam kaitan ini, harus
mulai dirancang penggunaan energi alternatif berbasiskan pada alam yang tidak terpolusi,
seperti energi matahari dan energi angin. Untuk itu pula perlu dipikirkan langkah-langkah
konkret jangka panjang dengan, misalnya, mengadakan investasi infrastruktur yang diberi
insentif menarik. Gerakan hemat energi sendiri harus dibarengi langkah-langkah sistematis. Jadi,
tidak ada hock dan tanpa pertimbangan business like seperti ditekankan dalam Inpres No
10/2005.
Kesadaran masyarakat sendiri tentang hemat energi selama ini terbilang cukup tinggi.
Penggunaan listrik, misalnya, hanya dilakukan pada saat perlu saja. Karena itu, pada siang hari
lampu penerangan dimatikan. Lampu yang digunakan juga hemat energi.

Program hemat energi dalam jangka pendek. Yang perlu dikerjakan pemerintah adalah
menyediakan minyak tanah dalam jumlah cukup sesuai kebutuhan masyarakat. Pemerintah tentu
sudah mengetahui penyebab kelangkaan minyak tanah sekarang ini. Sungguh ironis kalau
pemerintah sampai tidak tahu-menahu soal itu. Sumber masalah kelangkaan minyak tanah antara
lain terkait biaya operasional Pertamina yang begitu mahal. Biaya pengolahan minyak yang
seharusnya hanya 6 dolar AS, kenapa di Pertamina menjadi 16 dolar AS per barel? Padahal
perusahaan-perusahaan lain bisa menyediakan minyak tanah dengan harga rendah. Ini
merupakan poin tersendiri yang perlu dicermati. Jadi, kalau kelangkaan minyak tanah sekarang
ini tidak bisa diatasi, pemerintah perlu mengambil langkah lebih jauh. Perlu diingat bahwa muara
kelangkaan minyak tanah ini terletak pada ketidakmampuan menteri-menteri terkait. Karena itu,
Presiden tidak perlu sungkan-sungkan mengambil tindakan tegas. Presiden harus berani
merombak anggota kabinet, khususnya menteri-menteri yang tidak mampu menemukan solusi
mengatasi kelangkaan minyak tanah.
BAB III
Penutup

A. Saran
Fluktuasi suplai dan harga minyak bumi seharusnya membuat kita sadar bahwa jumlah cadangan
minyak yang ada di bumi semakin menipis. Karena minyak bumi adalah bahan bakar yang tidak
bisa diperbaharui maka sikap kita adalah harus mulai menghemat bahan minyak bumi.
Tindakan-tindakan kita dalam menghematnya adalah :

1. Membayar pajak dengan teratur


2. Menggunakan minyak tanah sebijak mungkin
3. Mencari dan membuat bahan bakar alternatif seperti biogas dari kotoran hewan
4. Belajar dengan rajin agar kita sebagai penerus bangsa dapat menciptakan mesin
yang dapat mengubah minyak bumi menjadi minyak tanah
5. Menggunakan bahan bakar alternatif seperti sel surya yang memanfaatkan
cahaya matahari
6. Mendukung kebijakan pemerintah seperti ditetapkannya hari minggu sebagai hari
bebas kendaraan

B. Kesimpulan

Berbagai fenomena yang terjadi karena kelangkaan minyak tanah di Indonesia saat ini
seharusnya menjadi cerminan bagi pemerintah agar ke depannya lebih baik lagi dalam
mengambil kebijakan. Kebijakan yang tidak merugikan kalangan bawah atau masyarakat yang
tidak mampu. Hal lain yang perlu dan penting untuk dilakukan, yaitu pemerintah harus
memperlancar suplai dan
distribusi agar persediaan stok minyak tanah tidak berada di bawah 21-22 hari.
Perlunya pemerintah dan DPR melakukan penyesuaian harga patokan minyak
tanah dalam APBN perubahan dari yang ditetapkan 45 dollar AS perbarrel
menjadi pada titik angka yang masuk akal, akibat harga minyak mentah dunia
yang terus naik hingga menembus 58-59 dollar perbarrel.
MAKALAH
KELANGKAAN MINYAK TANAH

Charissa Putri R
Andhru Fahmi
Satha Rossa R
Elva Rahelsa
Rasya Juliano Z

Mata pelajaran : Ekonomi


Guru pengajar : Syarifah

MAN 1 KOTA PRABUMULIH


TAHUN AJARAN 2023/2024

Anda mungkin juga menyukai