Anda di halaman 1dari 53

Istilah Entrepreneurship pertama kali diperkenalkan oleh Richard Catilon (1755), berasal dari

kata Entreprende dalam bahasa perancis, yang secara harfiah berarti perantara. Awalnya istilah
ini digunakan untuk mereka yang membeli barang dan menjualnya kembali dengan harga yang
berbeda. istilah ini semakin populer setelah digunakan oleh Jean Baptista Say (1803), seorang
pakar ekonomi, untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu meningkatkan sumber daya
ekonomis dari tingkat produktifitas rendah ke tingkat produktifitas yang lebih tinggi (Winardi,
2003). Pendapatnya erat terkait dengan banyaknya penemuan baru yang mendukung produksi
pada abad 18 tersebut, antara lain penemuan mesin uap, mesin pemintal, dan sebagainya.
Bersama dengan waktu, semakin banyak ahli yang membahas kewirausahaan dari berbagai sudut
pandang dan mencetuskan definisi yang berbeda-beda tentang entrepreneurship. Beberapa
definisi tersebut antara lain :
Richard Cantillon (1775) memahami kewirausahaan secara klasik sebagai bekerja sendiri (self-
employment). Seorang wirausaha membeli barang pada saat ini dengan harga tertentu dan
menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga yang tida menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian (Winardi, 2003).
Entrepreneurship Center at Miami Universitas of Ohio mencetuskan pengertian kewirausahaan
sebagai proses mengindentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, atau cara yang lebih baik dalam menjalankan
sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada
kondisi resiko atau ketidakpastian.
Sementara itu, bapak manajemen modern, Peter F.Drucker mengemukakan pendapatnya tentang
Entrpreneurship sebagai kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Pengertian ini mengandung maksud bahwa seseorang wirausaha adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Senada dengan pendapat Drucker, Zimmerer mendefinisikan Entrepreneurship sebagai suatu
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Begitu juga pendapat Robert D Hisrich & Michael P.
Peter (2005), Entrepreneurship adalah proses penciptaan sesuatu yang baru atau pemberian nilai
baru dengan menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan,
fisik, serta resiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta
kepuasan dan kebebasan pribadi. Tercakup didalamnya adalah metode menstimulasi individu di
dalam organisasi yang mempunyai pemikiran bahwa dia dapat melakukan sesuatu dengan cara
yang berbeda dan dengan hasil yang lebih baik (Hisrich & Peters, 2005)
John Kao (1991:14) dalam Sudjana (2004:131) menyebutkan bahwa Entrepreneurship adalah
sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif,
pengambil risiko dan berorientasi laba. Ini berarti kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku
orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko dan berorientasi laba.




Entrepreneurship adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha atau kegiatan yang mengarah kepada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Inpres No. 4 tahun 1995).
Kedua definisi tentang entrepreneurship tadi nampak memiliki kesamaan, yakni tiga-tiganya
mengemukakan adanya sikap dan perilaku yang terkandung dalam kewirausahaan. Dari sini
dapat diketahui bahwa kewirausahaan pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku seseorang
dalam melakukan suatu kegiatan. Kendati demikian, ada pakar lain yang juga mengemukakan
konsep kewirausahaan dilihat dari sisi yang sedikit berbeda.
Winarto (2004:2-3) menyebutkan bahwa Entrepreneurship (kewirausahaan) adalah suatu.proses
melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kemakmuran bagi
individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat. Sejalan dengan hal itu Hisrich-Peter
(1995:10) dalam Alma (2004:26) memaparkan:
Entrepreneurship is the process of creating something different with value by devoting the
necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risk, and
receiving the resulting rewards of monetary and p ersonal satisfaction and independence.
Dengan kata lain entrepreneurship digambarkan sebagai suatu proses menciptakan sesuatu yang
lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas
jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.
Berkaitan dengan itu, Suryana (2003:10) menerangkan bahwa istilah kewirausahaan dari
terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy, yaitu
syaraf pusat perekonomian atau sebagai tailbone of economy, yaitu pengendali perekonomian
suatu bangsa (Suharto Wirakusumo, 1997:1). Secara etimologi, kewirausahaan merupakan nilai
yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau suatu proses dalam
mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative).
Ada juga pendapat yang menitikberatkan pada faktor manajemen dari kewirausahaan,
sebagaimana dinyatakan oleh Izedonmi and Okafor (2007) :
Entrepreneurship is a process of identification of a business opportunity in ones immediate
environment, combining together resources and establishing an enterprise for the production
and distribution of product(s) or service that emanated from such process
Dari beberapa penjelasan yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa, entrepreneurship
mempunyai lingkup yang cukup luas dan dinamis sifatnya. Adapun yang menjadi titik berat dari
definisi kewirausahaan yang telah disebutkan di atas, ialah adanya proses dan sesuatu yang baru
sebagai hasil kreatifitas yang disertai dengan risiko tertentu.
Dengan demikian sebenarnya aktivitas kewirausahaan tidak hanya berada dalam tataran micro
economy, melainkan masuk juga sebagai pemain ekonomi makro. Dominasi aspek ekonomi yang




melekat pada aktivitas kewirausahaan nampaknya menjadi salah satu penyebab beberapa pakar
yang senantiasa mengaitkan kewirausahaan dengan kegiatan usaha secara praktis dan pragmatis.
Sejauh ini, juga telah terdapat definisi mengenai entrepreneurship yang mepertimbangkan
perspektif bisnis manajerial dan personal. Stevenson, Roberts, dan Grousbeck (1994)
memandang entrepreneurship sebagai suatu pendekatan manajemen dan mendefinisikannya
sebagai pengejaran peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dikendalikan saat ini.
Schraam (2006) mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok
orang memikul resiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasi
teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain. Baringer&Ireland
(2008) medefinisikan entrepreneurship sebagai proses seorang individu mengejar peluang tanpa
memperhatikan sumber daya yang dimiliki saat ini.
Hisrich, Peters, dan Shepherd (2008) memberikan definisi entrepreneurship sebagai proses
penciptaan kekayaan incremental. Karena entrepreneurship ditemui di semua profesi, definisi di
atas dipandang terbatas. Hisrich et al (2008) memberikan definisi yang telah mengakomodir
semua tipe perilaku entrepreneurship sebagai proses menciptakan sesuatu yang baru, yang
bernilai, dengan memanfaatkan usaha dan waktu yang diperlukan, dengan memperhatikan resiko
sosial, fisik, dan keuangan, dan menerima imbalan dalam bentuk uang dan kepuasan personal
serta independensi.
Definisi entrepreneurship oleh Hisrich et al (2008) di atas menekankan empat aspek dasar bagi
seorang entrepreneur, yakni (1) entrepreneurship melibatkan proses penciptaan, ialah
menciptakan sesuatu yang baru. Penciptaan harus memiliki nilai baik untuk entrepreneur dan
audiensnya. (2) entrepreneurship memerlukan waktu dan usaha. Hanya mereka yang melalui
proses entrepreneurship menghargai waktu dan usaha yang mereka gunakan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. (3) entrepreneurship memiliki resiko tertentu. Resiko ini mengambil berbagai
bentuk pada area keuangan, psikologi, dan social. (4) entrepreneurship melibatkan imbalan
sebagai entrepreneur, imbalan yang paling penting adalah independensi, diikuti oleh kepuasan
pribadi.
B. Karakteristik Entrepreneurship
Menurut Izedonmi dan Okafor (2007), individu berkarakteristik wirausaha memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi peluang dan menggerakkan sumber daya untuk mencapaitujuannya.
Menurut Koh (1996) sebagaimana dikutip dalam Izedonmi dan Okafor (2007), karakteristik
wirausaha diidentifikasi sebagai inti utama perilaku dan kinerja seorang wirausaha.
Kedua pakar tersebut kemudian mencatat pula beberapa pendapat para ahli terdahulu mengenai
karakteristik yang dimiliki oleh seoranng wirausaha, sebagai berikut:
1. Kebutuhan (motivasi) berprestasi (McClelland, 1961),
2. Lokus kendali (Rotter, 1966),




3. Pengambilan Risiko (Brockhaus, 1980),
4. Proaktif (Crant, 1996),
5. Toleransi terhadap ketidakpastian (Betaman and Grant, 1993), dan
6. Kreativitas (Drucker, 1985)
Peggy A Lambing & Charles R Kuehl (dalam Hendro dan Chandra, 2006) menyatakan bahwa
setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses memiliki empat unsur pokok, yaitu:
a. Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill)
b. Keberanian (hubungannya dengan Emotional Quotient dan mental)
c. Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)
d. Kreatifitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan
peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan experience).
Geoffrey G.Meredith et al (2002:5-6) mengemukakan daftar ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai profil
wirausaha sebagaimana tersusun dalam tabel II.2.b.

Tabel 1
Ciri-ciri dan Watak Entrepreneur
Sumb
er :
Geoff
rey
G.Me
redith
at al,
2002:
5-6.
Ciri-
ciri entrepreneurship yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa intisari karakteristik
seorang wirausaha ialah kreatifitas. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa seorang
wirausaha dapat dibentuk, bukan lahir begitu saja. Jelaslah bahwa kewirausahaan pada dasarnya
merupakan jiwa dari seseorang yang diekspresikan melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan
inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Adapun orang yang memiliki jiwa tersebut tentu saja
Ciri Ciri Watak
Percaya Diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimis.
Berorientasi pada tugas
dan hasil
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan,
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, dan
inisiatif.
Pengambilan Resiko Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan.
Kepemimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, mudah bergaul,
menanggapi saran dan kritik.
Keorisinilan Inovatif dan kreatif, fleksibel, mengetahui banyak.
Orientasi masa depan Pandangan jauh ke depan.




dapat melakukan kegiatan kewirausahaan atau menjadi pelaku kewirausahaan atau lebih dikenal
dengan sebutan wirausaha (entrepreneur). Sebaliknya, yang tidak memiliki jiwa demikian tentu
tidak bisa disebut sebagai wirausaha meskipun melakukan kegiatan bisnis.
Menurut Frederick et al (2006), 17 Karekteristik yang melekat pada diri entrepreneur adalah
sebagai berikut :
1. Komitmen total, determinasi dan keuletan hati
Entrepreneur adalah mereka yang memiliki komitmen total dan determinasi untuk maju sehingga
dapat mengatasi berbagai hambatan. Kesulitan yang timbul tidak memadamkan semangat
entrepreneur untuk terus berkreasi dan berinovasi.
1. Dorongan kuat untuk berprestasi
Entrepreneur adalah orang yang berani memulai sendiri, tidak terlalu bergantung pada orang lain,
yang digerakkan oleh keinginan kuat untuk berkompetisi, melampaui standar yang ada dan
mencapai sasaran.
1. Berorientasi pada kesempatan dan tujuan
Entrepreneur yang sukses adalah mereka yang fokus pada peluang yang ada. Mereka memulai
usaha dari peluang, memanfaatkan sumber daya yang ada serta menerapkan struktur dan strategi
secara tepat. Mereka menetapkan standar yang tinggi untuk tujuan tetapi masih dapat dicapai.
1. Inisiatif dan tanggung jawab
Entrepreneur adalah pribadi yang independen, bergantung pada dirinya sendiri dan secara aktif
mengambil inisiatif. Mereka suka mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah.
1. Pengambilan keputusan yang persisten
Entrepreneur adalah mereka yang tidak mudah terintimidasi oleh situasi yang sulit. Mereka
adalah pribadi yang percaya diri dan optimis.
1. Mencari umpan balik
Entrepreneur yang efektif adalah pembelajar yang cepat. Tidak seperti kebanyakan orang,
mereka memiliki keinginan kuat untuk mengetahui bagaimana mereka bertindak dengan benar
dan memperbaiki kinerjanya. Umpan balik adalah sentral dari pembelajaran seorang
entrepreneur.
1. Internal locus of control




Entrepreneur yang sukses meyakini diri mereka sendiri. Mereka tidak percaya bahwa
keberhasilan atau kegagalan dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan dan kekuatan serupa
lainnya. Mereka percaya bahwa pencapaian yang dipeloreh merupakan hasil pengendalian dan
pengaruh diri. Entrepreneur juga meyakini bahwa mereka dapat mengendalikan lingkungan
melalui berbagai aktivitas yang dilakukan.
1. Toleransi terhadap ambiguitas
Entrepreneur selalu menghadapi kondisi ketidakpastian. Hal ini terjadi karena kurangnya
informasi yang diperlukan untuk memetakan situasi. Entrepreneur dengan toleransi yang tinggi
terhadap ambiguitas akan menanggapi kondisi tersebut dengan upaya-upaya terbaik untuk
mengatasinya.
1. Pengambilan resiko yang terkalkulasi
Entrepreneur bukanlah penjudi. Ketika mereka terlibat dalam suatu bisnis, mereka telah
memperhitungkan dengan pemikiran yang matang. Mereka selalu menghindari untuk mengambil
resiko yang tidak perlu.
10. Integritas dan reliabilitas
Karakteristik ini merupakan kunci kesuksesan relasi antara pribadi dan bisnis yang membuat
entrepreneur dapat bertahan lama.
11. Toleransi terhadap kegagalan
Kegagalan adalah hal yang biasa bagi entrepreneur. Hal ini merupakan bagian dari pengalaman
pembelajaran. Entrepreneur yang efektif adalah mereka yang cukup realistis dalam menghadapi
kesulitan. Mereka tidak menjadi kecewa, terpukul atau depresi ketika mengalami kegagalan.
Sebaliknya, mereka terus mencari kesempatan karena mereka menyadari bahwa banyak
pelajaran yang dapat dipetik dari kegagalan daripada keberhasilan.
12. Energi tingkat tinggi
Entrepreneur sering menghadapi beban kerja yang berat dan tingkat stres yang tinggi. Hal ini
merupakan hal biasa. Entrepreneur selalu memiliki energi yang tinggi untuk menghadapinya.
13. Kreatif dan Inovatif
Entrepreneur yang sukses adalah mereka yang kreatif dan inovatif. Kreatifitas dapat dipelajari
dan dilatih serta merupakan kunci sukses dalam struktur ekonomi masa kini.
14. Visi




Entrepreneur mengetahui arah bisnis yang akan dijalani. Visi dikembangkan sepanjang waktu
yang menentukan eksistensi bisnis mereka di masa depan.
15. Independen
Entrepreneur menginginkan kebebasan dalam mengembangkan bisnis. Mereka tidak
menginginkan birokrasi yang membelenggu yang dapat menghambat aktivitasnya.
16. Percaya diri dan optimis.
Entrepreneur selalu menghadapi berbagai tantangan tetapi hal itu tidak membuat, kehilangan
kepercayaan diri dan pesimis. Entrepreneur selalu percaya diri dan optimis bahwa mereka dapat
mengatasi berbagai kesulitan yang menghadang.
17. Membangun tim
Meskipun entrepreneur selalu menginginkan otonomi tetapi tidak membatasi keinginannya untuk
membangun tim entrepreneurship yang kuat. Entrepreneur yang sukses membutuhkan tim yang
handal yang dapat menangani pertumbuhan dan perkembangan usaha.
Sementara itu, Barringer dan Ireland (2008) mendeskripkan empat karakteristik utama yang
dimiliki entrepreneur sukses. Keempat karakter tersebut adalah :
Hasrat yang kuat terhadap bisnis.
Karakteristik ini mendeskripsikan kepercayaan entrepreneur bahwa bisnis secara positif akan
mempengaruhi kehidupan manusia dan menjadikan dunia lebih baik untuk ditinggali. Hal ini
juga menjelaskan mengapa banyak eksekutif yang telah mapan meninggalkan pekerjaanya dan
memulai bisnisnya sendiri.
Fokus pada produk dan pelanggan.
Karakteristik ini menekankan betapa pentingnya seorang entrepreneur untuk memahami dua
elemen penting dalam bisnis yaitu bisnis dan pelanggan. Entrepreneur memiliki obsesi untuk
menawarkan produk yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Keuletan meskipun menghadapi kegagalan.
Kegagalan adalah hal yang biasa dalam berbisnis, apalagi jika entrepreneur memulai bisnisnya
yang baru. Beberapa jenis usaha membutuhkan serangkaian eksperimentasi sebelum sukses
diraih. Kegagalan dan kemunduran menjadi bagian dari proses yang mesti dihadapi.
Entrepreneur sukses memiliki keuletan dan kegigihan untuk menghadapi situasi tersebut.
Kepandaian dalam eksekusi.




Bisnis yang sukses tak lepas dari kepandaian entrepreneur mengimplementasikan berbagai
rencananya ketika usaha mulai berjalan. Pepatah China kuno menyatakan bahwa memuka
sebuah bisnis adalah mudah, tapi untuk membuatnya terus buka, adalah sulit. Entrepreneur harus
dapat memadukan berbagai aktivitas: mengeksekusi ide menjadi model bisnis yang riil,
membangun kebersamaan tim, membangun kemitraan, mengelola keuangan, memimpin,
memotivasi karyawan dan sebagainya.
(Wijatno,S. 2009, Pengantar Entrepreneurship, Jakarta, PT Gramedia Widiarsarana.)
Berangkat dari semua teori tentang karakteristik wirausahawan di atas, konsep karakteristik
wirausahawan yang menjadi pemahaman dalam penelitian ini adalah ciri mentalitas khusus
berupa kemampuan, kecenrendungan, sifat, perilaku, dan habit yang mempengaruhi orientasi
individu terhadap wirausaha, dan mendukung kegiatan, kelancaran, serta keberhasilan dalam
berwirausaha. Dari sekian banyak karakteristik wirausahawan yang diungkapkan para ahli
tersebut diatas, yaitu kepercayaan diri, terobsesi oleh peluang, toleransi terhadap resiko, serta
kreatifitas dan inovasi.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Entrepreneurship
2.1.1 Pengertian Entrepreneurship
Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh dan bersifat inovatif menunjukan
suatu jiwa untuk mendorong suatu manajer menjadi orang-orang yang berjiwa entrepreneur,
perusahaan-perusahaan sedang mengembangkan program-program entrepreneurship, maka akan
berkembangnya para entrepreneur individual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan dramatik
dalam masyarakat kita. Dunia entrepreneurship tidak terbatas. Kebanyakan produk dan jasa-jasa yang
kita anggap biasa, dewasa ini muncul dari visi individu-individu yang tidak pantang menyerah.
Pengertian entrepreneurship menurut Zimmerer yang dialih bahasakan oleh Buchari Alma
(2007:67) mengemukakan
Entrepreneur merupakan satu kelompok yang mengagumkan, manusia kreatif dan inovatif.
Mereka merupakan bahan bakar pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena ia memiliki kemampuan
berfikir dan bertindak produktif




Sedangkan menurut Rostand yang dialih bahasakan oleh winardi (2003:23) mengemukakan
entrepreneurship adalah sebagai berikut:
Sebuah proses dinamika dimana orang menciptakan kekayaan inkremental. Kekayaan tersebut
diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan
komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu
Menurut Buchari Alma (2007:26) mengatakan bahwa entrepreneurship adalah sebagai berikut:
kegiatan individual atau kelompok yang membuka usaha baru dengan maksud memperoleh
keuntungan (laba), memelihara usaha itu dan membesarkannya, dalam bidang produksi atau distribusi
barang-barang ekonomi atau jasa
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship adalah seorang yang memulai
suatu bisnis baru dan yang melakukan hal tersebut dengan jalan menciptakan sesuatu yang baru, atau
dengan jalan memanfaatkan sumber-sumber daya dengan cara yang tidak lazim, dengan upaya
menghasilkan nilai bagi para pelanggan

2.1.2 Ciri-ciri Utama Entrepreneur
Karakteristik-karakteristik entrepreneur telah memusatkan perhatian pada sejumlah sifat pada
umumnya dimiliki oleh individu-individu yang memulai dan mengoperasikan usaha-usaha baru. Dengan
berlangsungnya waktu terlihat gejala bahwa para enterpreneur sering kali diidentifikasi melalui cara
mereka berprilaku dan apa yang dicapai oleh mereka melalui macam aneka kegiatan yang dilakukan
oleh mereka.





Sedangkan menurut Prof. Dr. Mahar Mardjono (www.majalahswa.com) mengemukakan ciri-ciri
entrepreneurship adalah sebagai berikut:
Kepemimpinan yang ada pada sosok entrepreneur ditandai dengan kemampuan berorientasi
pada tujuan atau sasaran dalam hubungan kerja mampu menghadirkan suasana personal
kepemimpinannya efektif. Inovasi yang dimaksudkan disini adalah kemampuan menyiasati
berpindahnya sumber daya ekonomi yang tersedia di lingkungan produktivitas rendah ke
lingkungan berproduktivitas tinggi dan mendapatkan hasil yang lebih besar. Dengan kata lain
menghadirkan sesuatu yang memberikan manfaat bagi orang lain yang sebelumnya tidak
dipikirkan. Cara pengambilan keputusan entrepreneur dalam mengambil keputusan memiliki
gaya yang berbeda, mereka lebih didominasi oleh otak kanan yang lebih mengedepankan
berfikir kreatif. Sikap tanggap terhadap perubahan dimaksudkan entrepreneur selalu bereaksi
terhadap perubahan. Working smart dimaksudkan mampu bekerja secara efektif dan efisien.
Mempunyai visi masa depan yaitu pencerminan komitmen, kompetensi dan konsistensi.
Entrepreneur senantiasa setia pada komitmennya dengan melakukan kegiatan-kegitan yang
hanya ada kompetensinya dengan pengembangan dirinya. Dengan demikian, ia senantiasa
tampil konsisten. Sikap terhadap risiko entrepreneur cenderung opportunity focused bukan risk
focused


Sedangkan menurut Winarto (www.vibiznew.com) ada lima ciri unggulan seorang entrepreneur
diantaranya yaitu:




Dari kelima ciri entrepreneur Winarto tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Berani mengambil resiko
artinya berani memulai sesuatu yang serba tidak pasti dan penuh risiko. Dalam hal ini,
tentu tidak semua risiko yang diambil, melainkan hanya risiko yang telah diperhitungkan
secara cermat.
2 Menyukai tantangan
Segala sesuatu yang dilihat sebagai tantangan bukan masalah. Perubahan yang terus terjadi
dan zaman yang serba canggih menjadi motivasi kemajuan, bukan menciutkan nyali seorang
entrepreneur unggulan. Dengan demikian, seorang entrepreneur akan terus memacu
dirinya untuk maju, mengatasi segala hambatan.
3 Punya daya tahan yang tinggi
Seorang entrepreneur harus banyak akal dan tidak mudah putus asa. Ia harus selalu mampu
bangkit dari kegagalan dan tekun.
4 Punya visi jauh kedepan
Segala yang dilakukan punya tujuan jangka panjang meski dimulai dengan langkah yang
amat kecil. Ia punya target untuk jangka waktu tertentu. Usahanya bukan karena latah (ikut-
ikutan).






5 Selalu berusaha memberikan yang terbaik
Entrepreneur akan mengarahkan semua potensi yang dimilikinya. Jika hal itu dirasa kurang,
ia akan merekrut orang-orang yang lebih berkompeten agar dapat memberikan yang terbaik
untuk pelanggan"
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang menafsirkan akan memandang bahwa
enterpreneurship identik apa yang dimiliki baru dilakukan pandangan tersebut tidak tepat, menurut
Suryana (2003:2) dalam bukunya kewirausahaan berpendapat bahwa enterpreneurship adalah:
Jiwa dan sikap entrepreneurship tidak dimilki oleh usahawan akan tetapi dimilki oleh setiap
orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum
seperti karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru dan pimpinan organisasi lainnya.
Entrepreneurship ini dapat ditimbulkan atau dibentuk pada diri seseorang melalui pendidikan
atau pelatihan. Pendidikan dan pelatihan entrepreneurship adalah proses pembelajaran konsep dan
skills untuk mengenali peluang-peluang yang orang lain tidak sanggup melihatnya dan pengetahuan
untuk bertindak sementara yang lain ragu-ragu. Termasuk di dalamnya belajar mengenali peluang
dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya untuk menghadapi resiko dan memprakarsai bisnis baru.
Berdasarkan uraian tersebut, maka entrepreneurship merupakan pemikiran dan tindakan tentang
bagaimana seseorang dapat memanfaatkan peluang dan mengambil resiko dengan melakukan inovasi
tanpa mengandalkan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan, walaupun yang dilakukan itu sulit
dan penuh resiko. Selalu siap untuk mencari alternatif dalam mengatasi tantangan. hambatan, dan
problematika pekerjaan





2.1.3 Faktor Penyebab Kegagalan Enterpreneurship
Suatu kegagalan dan keberhasilan enterpreneurship sangat tergantung pada kemampuan
pribadinya menurut Zimmerer yang diterjemahkan oleh Suryana (2003:44) dalam bukunya
kewirausahaan adalah sebagai berikut: Tidak kompeten dalam manajerial, kurang berpengalaman,
kurang dapat mengendalikan keuangan, gagal dalam perencanaan, lokasi yang kurang memadai, kurang
pengawasan peralatan, sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha, ketidak mamapuan dalam
melakukan peralihan.
Dari definisi diatas yang dikemukan oleh Zimmerer yang diterjemahkan oleh Suryana dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tidak kompeten dalam manajerial tidak kompeten atau tidak memilki kemampuan dan pengetahuan
mengelola usaha penyebab faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha,
kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun
mengintegrasikan oprasi perusahaan
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dalam faktor keuangan
adalah memelihara aliran kas, mengatur pengelolaan dan pengeluaran secara cermat. Kekeliruan
dalam memelihara aliran kas akan menghambat oprasional perusahaan dan mengakibatkan
perusahaan tidak lancar
4. Perencanaan merupakan suatu titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka
akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan
5. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor dalam keberhasilan suatu usaha




6. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan efektif
7. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan akan
menjadi labil dan gagal
8. Wirausaha yang kurang siap menghadapi perubahan tidak akan berhasil karena wirausaha yang
berhasil selalu siap menghadapi perubahan setiap waktu

2.1.4 Faktor Penyebab Keberhasilan Enterpreneurship
Suatu keberhasilan enterpreneurship sangat tergantung pada kemampuan pribadinya menurut
Zimmerer yang diterjemahkan oleh Suryana (2003:46) dalam bukunya kewirausahaan adalah, Ada visi
dan tujuan yang jelas, bersedia untuk mengambil resiko uang dan waktu, berencana dan terorganisir,
kerja kersa sesuai dengan tingkat kepentingannya, mengembangkan hubungan yang baik dengan
pelanggan, pemasok dan karyawan


2.2 Produktivitas
2.2.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas ikut menentukan pembentukan angka indeks pertumbuhan nasional. Suatu negara
atau industri dapat dikatakan mengalami kemajuan jika dapat mengurangi pengorbanan sumber daya,
untuk menghasilkan produk yang lebih besar dengan mutu yang lebih baik. Peningkatan produktivitas
secara keseluruhan akan memajukan potensi pengadaan barang dan jasa dalam jumlah yang lebih besar




untuk setiap pekerja sehingga lebih besar unsur-unsur kebutuhan hidup rakyat yang dapat dipenuhi
sendiri. Ini berarti tingkat kesejahteraan rakyat bertambah tinggi. Alasannya adalah bahwa peningkatan
produktivitas berarti peningkatan pendapatan pekerja, dan peningkatan pendapatan selanjutnya
menambah kuat daya beli masyarakat akan barang dan jasa. Peningkatan produktivitas membutuhkan
perencanaan yang cermat, yang tidak lagi merupakan hasil sampingan dari usaha perencanaan lainnya
tetapi merupakan perencanaan yang berdiri sendiri dengan berbagai upaya yang terkandung di
dalamnya.
Menurut Blocher, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Susty (2001;847) dalam bukunya
Manajemen Biaya mengemukakan mengenai pengertian produktivitas sebagai berikut :
Hubungan antara berapa output yang hasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk
memproduksi output tersebut.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000;22) dalam
bukunya Akuntansi Manajemen menjelaskan sebagai beikut :
Produktivitas adalah berkaitan dengan pembuatan output secara efisien dan secara spesifik
menunjuk pada hubungan antara output (hasil produksi) dan input (bahan baku) yang digunakan untuk
memproduksi output.
Menurut Alma 2003 (www majalahswa com) menyatakan bahwa ada tiga kekuatan internal
yang berpengaruh pada produktivitas, diantaranya yaitu:
1. Proses manajemen




Menyangkut perihal merencanakan internal organisasi, mengintegrasikan, dan mengawasi
segala kegiatan. Jika organisasi strukturnya tidak benar, pekerjaan semrawut, pengawasan
lemah, maka tingkat produktivitas akan menurun.
2. Kepemimpinan manajerial
Berhubungan dengan tujuan perusahaan, penyediaan kondisi kerja, ruangan, ventilasi,
peralatan, yang dapat mendorong pekerja lebih giat dan semangat
3. Motivasi
Faktor-faktor yang dapat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih produktif, meningkatkan
prestasi, mengurangi kesalahan dan meningkatkan efisiensi.

Menurut Umar (2007:81) mengemukakan produktivitas adalah sebagai berikut :
Produktivitas memiliki dua dimensi, dimensi pertama adalah Efektivitas yang mengarah kepada
pencapaian unjuk kerja yang maximal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas, dan waktu yang kedua yaitu Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan
input dengan realisasi penggunaanya atau bagai mana pekerjaan tersebut dilakukan
Produktivitas menurut dewan produktivitas nasional (2007:79) adalah sebagai berikut:
sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini
John soeprihanto (2007:80) berpendapat bahwa produktivitas adalah sebagai berikut :




Perbandingan antar hasil-hasil yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang
dipergunakan atau perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang digunakan (input)
Klingner dan Nanbaldian (2007:82) mengemukakan produktivitas adalah sebagai berikut:
Merupakan pungsi perkalian dari usaha pegawai (effort), yang didukung dengan motivasi yang
tinggi, dengan kemampuan pegawai (ability) yang diperoleh melalui latihan-latihan. Selain keterkaitan
produktivitas dengan usaha sumberdaya manusia, produktivitas juga memiliki hubungan keterkaitan
dengan efesiensi, efektivitas, dan kualitas
Dari beberapa pengertian produktivitas diatas dapat disimpulkan bahwa program peningkatan
produktivitas berupaya untuk mencapai total efisiensi produktif. Peningkatan produktivitas teknis dapat
dicapai melalui penggunaan lebih sedikit input untuk menghasilkan output yang sama atau
memproduksi output lebih banyak dengan jumlah input yang sama.

2.2.2 Jenis-jenis Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas memperlihatkan adanya perubahan-perubahan pada tingkat tertentu,
dengan adanya tingkat pengukuran produktivitas ditingkat perusahaan, pihak manajemen akan
mengetahui bahwa usahanya sedang berkembang. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan
mengukur perubahan produktivitas sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap usaha untuk
memperbaiki produktivitas. Pengukuran produktivitas dapat bersifat prosfektif dan berfungsi sebagai
masukan untuk pengambilan keputusan strtegik.
Jenis-jenis produktivitas menurut Mulyadi (2001:466) dalam bukunya Akuntansi Manajemen
megemukakan sebagai berikut:




1. Produktivitas Total
pengukuran produktivitas total dapat dilakukan dalam dua kondisi, tanpa adanya pertukaran
produktivitas antarmasukan dan dengan memperhitungkan adanya pertukaran produktivitas
antarmasukan

Output Total
Produktivitas Total =
Input Total

2. Produktivitas Parsial
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk setiap masukan secara terpisah atau secara total
untuk keseluruhan masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran. Pengukuran
produktivitas untuk satu masukan pada suatu saat disebut dengan pengukuran produktivitas parsial
Output Total
Produktivitas Total =
Input Total

2.2.3 Tujuan Dan Manfaat Pengukuran Produktivitas
Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu
beroperasi, yang bertujuan agar perusahaan itu dapat meningkatkan daya saing dari produk yang
dihasilkannya di pasar global yang amat kompetitif.




Menurut Vincent yang diterjemahkan oleh Sukoco (2000:24-25) dalam bukunya Manajemen
Produktivitas Total terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi
perusahaan, antara lain:
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan
produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.
2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran
produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara
memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.
4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali
berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.
5. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam
membandingkan tingkat produktivitas di antara organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta
bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global.
6. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang
berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.
7. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya
peningkatan produktivitas terus menerus (continuous productivity improvement)
8. Pengukuran produktivitas terus menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk
menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu
ke waktu.
9. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi
perkembangan dan efektifitas dari perbaikan terus menerus yang dilakukan dalam perusahaan itu.




10. Aktivitas perundingan bisnis (kegiatan tawar menawar) secara kolektif dapat diselesaikan secara
rasional, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.
Dengan adanya pengukuran peroduktivitas di perusahaan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan yaitu dapat membandingkannya dengan produktivitas standar yang telah ditetapkan
manajemen, mengukur tingkat perbaikan produktivitas dari waktu ke waktu, dan membandingkan
dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa.
Adapun tujuan utama mengukuran produktivitas menurut Blocher, Chen, dan Lin yang
diterjemahkan oleh Susty (2001;847) dalam bukunya Manajemen Biaya adalah sebagai berikut :
Memperbaiki operasi dengan cara menggunakan input yang telah sedikit untuk memproduksi
output yang sama atau memproduksi output lebih banyak dengan input yang sama

2.2.4 Bagaimana Meningkatkan Produktivitas
Bidang-bidang yang berkaitan dengan program-program produktivitas antara lain adalah yang
pertama mencakup dinamika struktur organisasi, mengcakup proses-prose dalam manajemen sumber
daya manusia.
Lingkup perbaikan produktivitas menurut Gomes (2007:85) dalam bukunya Manajemen sumber
daya manusia adalah sebagai berikut:
1. Fleksibelitas dalam melakukan prosedur-prosedur pelayanan sipil
2. sentralisasi manajemen yang mendukung pelayanan, antara lain meliputi mengetik daftar gaji dan
pembelian
3. mengumpulkan laporan-laporan keuangan untuk meningkatkan pendapatan




4. desentralisasi yang terpilih atau terorganisasi kedalam unit-unit yang sama
5. pemakaian yang meningkat mengenai ukuran-ukuran kinerja dan standar-standar kerja untuk
memonitori produktivitas
6. konsolidasi pelayanan-pelayanan
7. penggunaan model-model keputusan ekonomi rasional untuk menjadwalkan dan masalah
konservasi energi lainnya

2.2.5 Cara Meningkatkan Produktivitas
Menurut Nasution dalam buku Manajemen Mutu Terpadu yang dikutip dari Ross (2001;209)
mengemukakan cara untuk meningkatkan produktivitas perusahaan sebagai berikut :
1. Menerapkan Program Reduksi Biaya
2. Mengelola Pertumbuhan
3. Bekerja Lebih Tangkas
4. Mengurangi Aktivitas
5. Bekerja Lebih Efektif
Adapun penjelasan dari kutipan cara meningkatkan produktivitas tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
1. Menerapkan Program Reduksi Biaya
Reduksi biaya berarti dalam menghasilkan output dengan kuantitas yang sama, kita menggunakan
input dalam jumlah yang lebih sedikit. Jadi, peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya




berarti output yang tetap dibagi dengan input yang lebih sedikit. Program reduksi biaya mengacu
kepada menghilangkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada aktivitas-aktivitas yang tidak perlu.
2. Mengelola Pertumbuhan
Peningkatan produktivitas melalui mengelola pertumbuhan berarti kita meningkatkan output dalam
kualitas yang lebih besar melalui peningkatan penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil.
Artinya, output meningkat lebih banyak, sedangkan input meningkat lebih sedikit. Dalam
pendekatan peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan, suatu investasi atau
tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan lebih banyak output dari investasi itu sehingga
angka rasio output terhadap input akan meningkat.
3. Bekerja Lebih Tangkas
Peningkatan produktivitas melalui jurus ini adalah dengan menggunakan input yang sama, kita
meningkatkan output. Jadi, produksi meningkat, tetapi jumlah input tetap sehingga akan diperoleh
biaya produksi per unit output yang rendah. Meningkatkan arus perputaran inventori dan
memperbaiki desain produk merupakan aktivitas nyata dari jurus bekerja lebih tangkas.
4. Mengurangi Aktivitas
Jurus ini mengajarkan pada kita untuk mengurangi aktivitas produksi serta menghilangkan atau
membuang asset yang tidak produktif. Jadi, kita meningkatkan produktivitas perusahaan melalui
pengurangan sedikit output dan mengurangi banyak input yang tidak perlu.
5. Bekerja Lebih Efektif
Peningkatan produktivitas melalui jurus ini adalah meningkatkan output, tetapi mengurangi
penggunaan input. Caranya adalah dengan bekerja lebih efektif sehingga kita akan memperoleh
output yang lebih banyak dengan menggunakan input yang lebih sedikit.




Sedangkan menurut Kussriyanto (2001:211) dalam bukunya Manajemen mutu terpadau
mengemukakan bahwa peningkatan produktivitas pada dasarnya dapat dikelompokan dalam empat
bentuk atau cara yaitu sebagai berikut:
1. Pengurangan sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama
2. pengurangan sumber daya sekadarnya untuk memperoleh jumlah produksi yang lenih besar
3. penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar
4. penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih
besar lagi


2.3 Peranan Entrepreneurship Dalam Meningkatkan Produktivitas
Peningkatan produktivitas membutuhkan perencanaan yang cermat, yang tidak lagi merupakan
hasil sampingan dari usaha perencanaan lainnya tetapi merupakan perencanaan yang berdiri sendiri
dengan berbagai upaya yang terkandung di dalamnya.
Partisipasi para karyawan untuk mendukung usaha manajemen sangat diperlukan untuk
keberhasilan usaha peningkatan produktivitas, terutama dalam melakukan tidakan dalam kegiatan
usahanya.
Menurut Winardi (2003:81) dalam bukunya entrepreneur dan entrepreneurship menyatakan
sebagai berikut:
Banyak ahli ekonomi mengambil kesimpulan dan hingga kini masih tetap berlaku, bahwa
problem yang paling fundamental dalam perekonomian adalah menurunnya tingkat




produktivitas, salah satu alasan mengapa perhatian orang terhadap entrepreneurship semakin
meningkat adalah semakin disadarinya peranan entrepreneurship dalam meningkatkan
produktivitas
R.J Gordon yang dialih bahasakan atau diterjemahkan oleh Wahibur Rokhman (2003:122)
Kemampuan pemimpin mempunyai peranan strategis dalam proses produktivitas sebagai agen
perubahan karena dalam kemampuan pemimpin ada proses peningkatan mutu yang seimbang,
penjualan, dan hasil-hasil ekonomi yang lain, serta inovasi dalam pengembangan produk dan
jasa baru, peningkatan kemampuan secara berkesinambungan mampu mencapai produktivitas
yang maksimal
Zimmerer yang dialih bahasakan oleh Buchari Alma (2007:67) mengemukakan
Entrepreneur merupakan satu kelompok yang mengagumkan, manusia kreatif dan inovatif.
Mereka merupakan bahan bakar pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena ia memiliki kemampuan
berfikir dan bertindak produktif
Demikian pentingnya produktivitas bagi pencapaian tujuan organiosasi, maka perhatian
pimpinan terhadap kemajuan produktivitas sangatlah dibutuhkan, melalui kemapuan pimpinan tersebut
akan terjadi kemajuan mutu, penjualan dan hasil-hasil ekonomi yang lain serta inovasi, pengembangan
produk dan jasa baru. Demikian bagi peningkatan disiplin kerja, keterampilan, keahlian, serta kecakapan
pengusaha dapat membuat mereka mampu atau melaksanakan usahanya secara efektif dan efisien.























ENTREPRENEURSHIP
Istilah entrepreneurship diperkenalkan kali pertama oleh Richard Cantillon, seorang ekonom
Irlandia yang berdiam di Perancis pada abad ke-18. Dia mendefinisikan entrepreneurship
sebagai, The agent who buys means of production at cerium prices in order to combine them
into a new product. Dia menyatakan bahwa entrepreneur adalah seorang pengambil resiko.
Tidak lama kemudian J .B Say dan Perancis menyempurnakan definisi Cantillon menjadi, One
who brings other people together in order to build a single productive organism. Artinya
entrepreneur menempati fungsi yang lebih luas. yaitu seorang yang mengorganisasikan orang




lain untuk kegiatan produktif. Baru satu abad berikutnya ekonom Inggris seperti Adam Smith
dan J ohn Stuart Mill membahas tentang konsep ini dan menyatakan bahwa entrepreneurship
merupakan keterampilan yang tidak biasa, tetapi tidak menemukan istilah yang tepat di dalam
bahasa Inggris. Smith dan Mill menyebutnya, business management. John Stuart Mill
memisahkan fungsi entrepreneur antara yang menerima laba dan yang menerima bunga.
Diperluas lagi oleh Schumpeter yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral proses
perkembangan ekonomi. Dalam proses itu entrepreneur melakukan inovasi dalam bentuk cara
atau produk. dan eksploitasi sumber-sumber baru.
Saat ini, ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial,
maupun entrepreneur.
Entrepreneurship adalah jiwa entrepreneur yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu
dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas
serta kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
Intrapreneurship didefinisikan sebagai entrepreneur yang terjadi di dalam organisasi yang
merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.
Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga
kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar
daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan
aturan baru.
Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha.
Hisrich, R.D. dkk., 2005. Entrepreneurship. sixth edition. New York: McGraw-Hill
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga
memiliki sifat-sifat dalam entrepreneurship / kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
Percaya diri
Berorientasikan tugas dan hasil
Pengambil risiko
Kepemimpinan
Keorisinilan
Berorientasi ke masa depan
Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang entrepreneur / wirausaha adalah:
Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan
ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.




Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap
saran dan kritik yang membangun.
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis
yang luas.
Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

















KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN
8
Ciri-ciri Watak
Percaya diri: Keyakinan, kemandirian, individualis, optimisme.
Berorientasi tugas dan
hasil:
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba,
memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad
yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki
inisiatif.




Pengambil resiko: Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka ada
tantangan.
Kepemimpinan: Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul
dengan orang lain dan suka terhadap kritik
membangun.
Keorisinilan: Memiliki inovasi dan kreatifitas tinggi, fleksibel, serba
bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
Berorientasi masa
depan:
Persepsi dan memiliki cara pandang/yang berorientasi
pada masa depan.
Jujur dan tekun: Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja
SIFAT WIRAUSAHAWAN
1. Sifat instrumental, yaitu tanggap terhadap peluang dan
kesempatan berusaha maupun yang berkaitan dengan perbaikan
kerja.
2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi,
mempergunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya
agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya.
3. Sifat keluwesan bergaul, yatu selalu aktif bergaul dengan siapa
saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha menyesuaikan
diri dalam berbagai situasi.
4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja,
tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah
memberikan dirinya kesempatan untuk berpangku tangan,
mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki
tenaga untuk terlibat terus-menerus dalam kerja.
5. Sifat keyakinan diri, adalah dalam segala kegiatannya penuh optimisme
bahwa usahanya akan berhasil. Dia percaya diri dengan bergairah langsung
terlibat dalam kegiatan konkret, jarang terlihat ragu-ragu.
6. Sifat pengambilan resiko yang diperhitungkan, yaitu tidak khawatir akan
menghadapi situasi yang serba tidak pasti di mana usahanya belum tentu
membuahkan keberhasilan. Berani mengambil risiko kegagalan dan selalu
antisipatif terhadap kemungkinan-kemungkinan kegagalan.
7. Sifat swa-kendali, yaitu benar-benar menentukan apa yang harus
dilakukan dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara baru untuk
memperbaiki kinerjanya. Terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuanpenemuan
baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.
9. Sifat mandiri, yaitu apa yang dilakukan merupakan tanggung jawab
pribadi. Keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan
pribadinya.


CIRI-CIRI WIRAUSAHAWAN
Penulis :
Dandan Hendayana,SP
(Koordinator PPL BPP Kec.Cijati Cianjur)
Pendahuluan.
Kondisi negara kita dimana semakin banyak orang terdidik, semakin banyak pula orang yang
menganggur. Sebaliknya kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan




sangat terbatas. Oleh karenanya untuk mengatasi pengangguran yang semakin banyak
harus dilakukan suatu usaha dengan harapan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat. Salah satu alternatif yang paling
diharapkan dalam memberikan jalan keluar bagi masalah pengangguran adalah dengan
wirausaha. Kejelian dalam melihat peluang usaha menjadi salah satu bekal bagi
wirausahawan dalam memberikan lapangan pekerjaan Untuk itu sebagai seorang
wirausahawan tentunya dituntut antara lain selalu bersifat kreatif, inovatif, berani mengambil
resiko, percaya diri, bersemangat dan mampu memecahkan permasalahan. Berbekal dengan
hal-hal tersebut maka seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya, akan bertolak
berupa tuntunan logika rasional, dan didasarkan atas pemahaman dari kekuatan intuisi
profesional yang fleksibel. Kemajemukan pasar sebagai tempat menjual produk saat ini
semakin menjadi pertimbangan bagi perusahaan karena pasar saat ini telah terbagi dalam
segmen-segmen yang besaran range-nya sangat tergantung pada kegunaan produk bagi
pasar itusendiri. Ketepatan pemilihan pasar sebagai salah satu upaya
wirausahawan/entrepreneur mengembangkan bidang usahanya menjadi sangat penting
dalam rangka kontinuitas keberadaan perusahannya. Oleh karena itu penulis akan mencoba
mengangkat permasalahan ini sebagai bahan tulisan, seiring dengan perkembangan
wirausaha maka penulis berusaha menggali lebih dalam kiat apa yang dilakukan oleh
seorang wirausaha dalam menjaring konsumen, agar kontinuitas perusahaan tetap terjaga.
Pengertian wirausaha
Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidakpastian antara ide wirausaha dengan
peluang, ketidakpastian antar sumber daya dengan peluang dan ketidakpastian antara
sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang wirausaha dituntut siap
menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko, mempunyai sifat optimis serta sigap
dalam pengambilan keputusan. Untuk memberi gambaran tentang wirausaha, penulis
kemukakan pendapat dari Geoffrey G. Meredith et al. Para wirausaha adalah orang-orang
yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses sementara Howard H.Stevenson,
mengatakan Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajerial terpadu dimana
merupakan upaya pemanfaatan peluang-peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber
daya yang dimilikinya. Dan H. Leibenstein mendifinisikan entrepreneur sebagai seorang
atau sekelompok individu yang memiliki karakteristik, mampu menggandengkan peluangpeluang
menjadi pasar, mampu memperbaiki kelemahan pasar, bisa menjadi seorang input
2
complementer, dapat menciptakan atau memperluas time bending dan input transforming
entitities. Dengan mengacu pada beberapa pengertian tersebut jelas bahwa seorang
intrepreneur atau wirausaha dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat menunjang
keberhasilannya dalam menekuni dunia usaha.
Karakteristik seorang wirausahawan
Seorang entrepreneur memiliki kecenderungan sifat sebagai berikut;
Percaya diri
Entrepreneur/wirausahawan memiliki kepribadian yang mantap, tidak mudah
terpengaruh oleh pendapat orang lain, memiliki optimisme tinggi atas keputusan
yang diambilnya.
Berorientasi pada tugas dan hasil
Dalam bekerja selalu mendahulukan hasil kerja atau prestasi, tidak malu atau gengsi
dalam melakukan pekerjaan. Memiliki tekad yang kuat dalam bekerja.
Berani mengambil resiko
Wirausahawan tidak takut menjalani pekerjaan dengan resiko besar selama mereka
telah memperhitungkannya akan berhasil mengatasi resiko itu. Mereka menyadari
bahwa prestasi besar hanya mungkin dicapai jika mereka bersedia menerima resiko
sebagai konsekuensi terwujudnya tujuan.
Kepemimpinan yang baik




Seorang entrepreneur selalu dapat menyesuaikan diri dengan organisasi yang
dipimpinnya, berpikiran terbuka dengan mau mendengar kritik dan saran dari
bawahan, dan bersifat responsif terhadap masalah-masalah yang dihadapi
Originalitas
Entrepreneur tidak mau mengekor pada keberhasilan orang lain tapi justru
menemukan sesuatu yang baru, mereka kreatif dan inovatif dan mampu mewujudkan
ide-ide yang muncul
Berorientasi ke masa depan (memiliki visi masa depan)
Entrepreneur selalu tahu bagaimana mengembangkan bidang usahanya di masa
depan tentunya agar kontinuitasnya tetap terjaga. Seorang entrepreneur dituntut
untuk kreatif, karena kreativitas inilah seorang entrepreneur dapat memberikan
pilihan-pilihan baru yang belum sempat dipikirkan orang. Kreatif dari akronimnya
sendiri dapat diartikan sebagai Keinginan untuk maju, Rasa ingin tahu yang kuat,
Enthusiasm (antusiasme/semangat ) yang besar, Analisis yang sistematis, Terbuka
untuk menerima saran dan pendapat orang lain, Inisiatif yang menonjol, berani
mengambil keputusan dan langkah yang berbeda dari orang lain, dan Pikiran yang
terkonsentrasikan pada satu pokok pemikiran.
Keinginan untuk maju Sebagai pembangkit motivasi untuk meraih
kesempatan, dan membentuk pribadi yang tidak mudah menyerah.
Rasa ingin tahu yang kuat mencari sumber informasi, dengan membaca, bertanya
pada orang yang berpengetahuan dan berpengalaman dalam bidang profesi dan
pengetahuan
Enthusiasm ( semangat ) semangat dalam menjalankan pekerjaan merupakan
pendorong motivasi untuk mencapai keberhasilan. Semangat harus tetap dijaga
3
karena dengan menurunnya semangat akan berdampak turunnya target kerja yan
telah ditetapkan.
Analisis yang sistematis Sebelum mengawali pekerjaan yang berorientasi hasil,
diperlukan analisis yang sistematis agar segala sesuatu yang berhubungan dengan
target dapat diprediksikan.
Analisis meliputi :
1. Jangka waktu yang harus ditetapkan
2. Biaya yang diperlukan
3. Jumlah dan jenjang profesi personel yang akan ditugasi melaksanakan
pekerjaan
4. Kemungkinan hasil akhir yang ingin dicapai
5. Dampak yang dapat terjadi karena pelaksanaan pekerjaan
6. Terbuka menerima saran dan masukan dari pihak lain
7. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dalam pengetahuan
dan pengalaman tertentu, sikap terbuka merupakan akses bagi pengetahuan
yang memperkaya wawasan
Inisiatif yang menonjol Inisiatif adalah upaya untuk melaksanakan suatu pekerjaan
atau mewujudkan suatu ide . Keberanian menawarkan inisiatif pada saat kritis pada
suatu kondisi sangat diperlukan dalam kehidupan organisasi.
Pikiran yang terkonsentrasi Memusatkan pikiran pada suatu hal bukan hal yang
mudah. Mengkonsentrasikan pikiran dapat dipelajari, dan tingkat keberhasilannya
ditentukan oleh kemempuan memilih problem dalam tata urutan berdasar urgensi.
Ciri seorang entrepreneur yang selalu berorientasi pada hasil memberikan sifat dimana
mereka akan mengenali dulu kondisi bidang usaha; peluang yang tersedia, target pasar
dari produknya, hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dan bagaimana cara-cara
untuk mengatasi hambatan-hambatan itu.
Memperkirakan Hambatan Yang akan dihadapi
Hambatan usaha sebetulnya telah diperkirakan sejak usaha dimulai namun dalam
kondisi yang tidak menentu dan diluar jangkauan pemikiran kita hal-hal tersebut bisa




juga terjadi, apa sebabnya dan bagaimana menyikapinya perlu kita telusuri dan
tanggulangi.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebuntuan usaha antara lain :
a. Kurangnya persiapan atau perencanaan.
Dalam suatu usaha bahwa perencanaan yang matang mutlak diperlukan, tanpa
perencanaan yang baik mungkin kondisi tertentu akan sulit dihindari. Membuka
usaha tertentu harus ada target yang hendak dicapai, strategi apa yang akan
diterapkan, bagaimana mengantisipasi kemungkinan hambatan yang muncul
secara tiba-tiba, serta cara atau strataegi untuk mengatasinya. Rencana
sebenarnya ibarat sebuah peta yang menunjukkan jalan-jalan yang akan dilalui
dan gambaran secara keseluruhan lika-liku yang dihadapi, dengan demikian
perencanaan yang matang merupakan tuntunan mencapai sasaran yang
diharapkan dari usaha yang dilakukan.
b. Kurang atau lemahnya pengetahuan yang kita miliki.
4
Pemahaman kita tentang sesuatu usaha patut kita pertanyakan sudah cukupkah
pengetahuan kita tentang seluk beluk usaha yang akan kita geluti. Jangan sekalikali
melakukan usaha tertentu tanpa pengetahuan yang memadai, resikonya
terlalu besar dan mungkin kita akan membayar jauh lebih mahal, yakni ancaman
kemandegan dan kegagalan usaha yang telah dirintis sementara modal dan
pengorbanan yang sudah terlanjur besar.
c. Kurangnya sarana dan fasilitas usaha.
Sarana dan prasarana usaha merupakan faktor pendukung kegiatan usaha,
terabaikannya kesiapan fasilitas atau instrumen dalam mendukung suatu usaha
berupa modal, alat-alat produksi, lingkungan yang kondusif akan menghambat
aspek produksi dan menurunkan daya saing termasuk kinerja para karyawan
atau dengan kata lain menjadi faktor penting dan berpengaruh besar dalam
mencapai sasaran atau tujuan dari usaha kita
d. Kurang disiplin atau tidak konsisten dalam menjalankan usaha.
Dalam memulai suatu usaha atau untuk mencapai sesuatu harus dilakukan
secara totalitas, penuh perhatian dan konsisten terhadap seluruh aspek yang
mendukungnya, ketidakkonsistennya terhadap masalah yang dihadapi baik
dalam pengambilan keputusan, melihat peluang pasar maupun mutu produk
merupakan salah satu penyebab dari kebuntuan dan kegagalan suatu usaha.
e. Akibat kondisi tertentu.
Terjadinya kondisi yang tidak menentu sehingga iklim usaha sangat sulit baik
akibat langkanya bahan dasar, kebijakan perdagangan yang kurang memihak
usaha kita, Persaingan yang tidak sehat serta situasi lain yang berakibat pada
hilangnya peluang untuk mengembangkan usaha sehingga usaha kita tidak
dapat berkembang dan bahkan menjurus kepenutupan usaha.
f. Terjadinya situasi beresiko.
Suatu situasi yang memaksa membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih,
dimana hasilnya tidak bisa diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini
mengandung kegagalan atau sukses
Kondisi-kondisi tersebut merupakan sebagian dari penyebab suatu kemandegan usaha atau
justru menimbulkan kegagalan usaha. Kekuatiran terjadinya kebuntuan dan kemandekan
usaha merupakan kondisi alamiah yang bisa terjadi kepada siapa saja hendaknya disikapi
secara wajar dan berupaya mengetahui permasalahannya untuk dicarikan jalan keluarnya,
jiwa entrepreneur yang ada harus ditumbuh kembangkan jangan terkungkung pada
kekuatiran tanpa adanya keberanian menjemput tantangan dalam berusaha.
Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi
Sebagai modal agar kita bisa mengatasi kemandegan usaha, salah satu bekal yang harus
dimiliki seorang entrepeneur adalah memiliki kemampuan dalam mengenali pasar potensial
sebagai sasaran produknya. Karena bukan hal yang mudah untuk membuat masyarakat




yang memiliki beranekaragam selera, gaya hidup, kondisi keuangan, lokasi tempat tinggal
dan perbedaan-perbedaan lain, untuk menyukai dan membeli produk yang dihasilkan.
Penentuan segmen pasar ini menjadi penting karena dengan hal ini maka usaha akan bisa
5
berjalan dengan lebih efektif (tepat sasaran), efisien (hemat) dan membuat orang akan
mengingat perusahaan karena spesialisasi tersebut.
Banyak perusahaan menawarkan produk-produk yang baik. Namun produk-produk tadi
hanya sedikit saja yang akan terjual, bila wirausaha tidak dapat memanfaatkan peluang
pasar. Faktor-faktor yang ada kaitannya dengan menilai peluang-peluang pasar baru meliputi
; riset pasar, pengumpulan data dari berbagai sumber dan memilih lokasi bisnis.
Riset pasar
Riset pasar dapat membuat keputusan pemasaran yang lebih baik dan bertujuan
untuk mengumpulkan informasi dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu riset
pasar dapat membantu untuk :
Menemukan pasar yang menguntungkan, dalam arti dapat membantu
menemukan pasar baru yang dapat dimasuki, dan menemukan pelanggan baru
dalam pasar, sehingga diharapkan dengan melakukan riset pasar dapat mengetahui
tentang produk yang mempunyai potensi untuk masa depan.
Memilih produk yang dapat dijual, dalam arti agar produk dapat terjual tepat
sasaran maka produk yang dibuat benar-benar dibutuhkan oleh para konsumen.
Menentukan perubahan dalam perilaku konsumen, perilaku konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ; budaya, sosial, pribadi dan psikologis.
Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan bukan masalah yang
sederhana. Para pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka
namun bertindak sebaliknya. Hal ini kemungkinan pelanggan tidak memahami
motivasi mereka yang lebih dalam. Untuk memahami motivasi pelanggan maka
perusahaan harus mempelajari pelangaan dengan harapan dapat memberikan
petunjuk bagi pengembangan produk, harga saluran pemasaran, dan unsur bauran
pemasaran lainnya.
Meningkatkan teknik-teknik pemasaran
Merencanakan sasaran-sasaran yang realistik.
Pengumpulan data dari berbagai sumber
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan observasi di
lingkungan sekitar, dengan memahami trend kita dapat mendapatkan informasi
tentang kebutuhan calon konsumen dan tentunya akan didapatkan juga gambaran
pasar yang dapat menjadi target produk. Cara lainnya adalah dengan melakukan
riset kecil yang didasarkan pada observasi pada pelaku-pelaku usaha lain sehingga
dapat dibandingkan antara data dari objek satu dengan lainnya dan dapat ditarik
kesimpulan akan kondisi usaha ataupun pasar sehingga wirausahawan dapat
menentukan target pasar yang dibidik.
Memilih lokasi bisnis
Lokasi tempat usaha menjadi pilihan krusial karena akan menentukan apakah bidang
usaha yang dipilih daat berkembang dengan baik atau justru akan terpuruk. Produk
yang diberikan suatu bidang usaha akan banyak dikenal bahkan diminati konsumen
jika lokasi usaha terletak dekat dari lingkungan mereka. Sebagai contoh bidang
usaha Rumah Makan dengan target para pekerja kantor akan banyak diminati jika
lokasinya dekat dengan gedung perkantoran, atau sebuah Caf dengan konsep alam
akan diminati jika terletak di tempat berpanorama indah dan berudara cukup sejuk.
6
Untuk usaha franchise, franchisor umumnya menerapkan beberapa strategi lokasi,
outlet ditempatkan diantara toko-toko sejenis, serupa tapi tak sama dengan produk
yang dijual toko lain, atau franchisor justru tidak mau bersaing langsung tetapi
menempatkan outet di tempat lain yang mandiri sehingga konsumen tidak ragu untuk
memilih datang kesana. Penentuan lokasi bisnis ditentukan setelah pasar sasaran




telah ditentukan agar efektif dan efisien.
Ciri lain seorang entrepreneur yang khas dan merupakan sifat khususnya adalah selalu
melihat peluang yang dapat dimanfaatkan. Sifat kreatif ini dapat pula diterapkan dalam
menganalisis pasar yang berubah. Minat pasar yang berubah, atau adanya potensi pasar
yang baru menjadi tantangan tersendiri yang harus diatasi oleh seorang
entrepreneur/wirausahawan. Sebagai contoh keberhasilan entrepreneur mengatasi
perubahan potensi pasar. Estee Lauder, Maybelline, dan raksasa kosmetika lain mulai
mengarahkan sasaran pada kaum Afrika-Amerika dengan lini produk yang khusus dirancang
untuk kulit yang lebih gelap. Pada musim gugur 1992, Prescriptives, anak perusahaan Estee
Lauder, meluncurkan lini All Skins-nya yang menawarkan 115 warna alas bedak. Eksekutif
senior menyatakan bahwa All Skins meningkatkan 45 % penjualan Prescriptives sejak lini
baru tersebut diluncurkan. Penjualan Shades of You sari Maybelline, lini kosmetik lain untuk
Afrika-Amerika, mencapai $15 juta dalam 10 bulan pertamanya di pasar. Mereka mulai
memproduksi kosmetika yang khusus diperuntukkan wanita denga kulit lebih gelap karena
melihat peluang baru dari kaum wanita Afrika-Amerika yang secara ekonomi mulai mapan
sejak tahun awal 1990-an.
Penutup
Dalam mengatasi tantangan lapangan kerja yang belum bisa dipenuhi pemerintah,
dibutuhkan entrepreneur-entrepreneur yang mampu memberikan solusi bidang-bidang usaha
baru yang dapat menyerap tenaga kerja. Seorang entrepreneur memiliki sifat kreatif dan jeli
melihat peluang juga memiliki karakter percaya diri, berorientasi pada hasil, berani
mengambil resiko, seorang pemimpin yang baik, originalitas ide yang terjaga, dan memiliki
visi masa depan, harus dapat memahami peluang, tantangan dan hambatan yang mungkin
dihadapi oleh usaha yang dikembangkannya.
Maka dengan memahami hambatan akan dapat mempersiapkan langkah-langkah untuk
mengatasinya, salah satunya dengan mengenali segmen pasar yang baru untuk pemasaran
produk agar kontinuitas perusahaan tetap terjaga. Untuk mengenali pasar baru dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor ; riset pasar, pengumpulan data dari
berbagai sumber dan memilih lokasi bisnis.
Daftar Pustaka
Meredith, Geoffrey G., Nelson, Robert E., Neck, Phllip A.. Kewirausahaan. Teori dan Praktek
(The Practice of Entrepreneurship). Penerbit PPM. 2002
Pietra Sarosa. Kiat Praktis Membuka Usaha, Langkah Awal Menjadi Entrepreneur Sukses.
Elex Media Komputindo. 2004
7
Masud Machfoedz, Mahmud Machfoedz. Kewirausahaan. Metode, Manajemen dan
Implementasi. BPFE-Yogyakarta. 2005
Ryanto Hadi Prayitno. Kewirausahaan. STIA Bagasasi. 2003
Kotler, Phillip. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol.
PT. Prenhallindo. 1997












Pengantar Kewirausahaan
1
Bab 1
Sifat, Kepribadian, dan Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Wirausaha
1.1. Pengertian
ata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa
Inggris,menurut Holt (1992), berasal dari bahasa Prancis yakni
dari entreprendre.The Concise Oxford French Dictionary (1980)
mengartikan entreprendre sebagai to undertake (menjalankan,
melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai); to
attempt (mencoba, berusaha). Dalam bahasa Jerman menggunakan kata
unternerhmer yang diturunkan dari katakerja unternehmen yang berarti
sama dengan arti entrepreneur (Sukardi, 1991). Dalam bahasa
Indonesia Kata wirausaha merupakan gabungan kata wira (=gagah
berani,perkasa) dan usaha. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah
berani atau perkasa dalam usaha.
Ide dan defenisi entrepreneur banyak sekali, Schumpeter seorang pakar
strategi melihat entrepreneur adalah sebuah proses destruktif yang
kreatif, dimana produk-produk atau metode produksi yang sudah ada
dihancurkan dan diganti dengan yang baru. Oleh karena itu
entrepreneuship berkaitan dengan penemuan, pendayagunaan peluangpeluang
yang menguntungkan. Dengan kata lain fungsi spesifik dari
entreprenur adalah inovasi. Inovasi berarti penciptaan nilai sebagai
sumber keunggulan kompetitif. Tanpa inovasi cara/metode baru tidak
akan pernah ditemukan. Melalui inovasi, para entrepreneur akan terus
melakukan ekspansi memperluas daerah pemasaran, menambah jumlah
pelanggan meningkatkan penjualan dan laba.
K
Bab 1: Sifat, Kepribadian, dan Faktor...
2
Adam Smith, yang kita kenal sebagai bapak ekonomi memiliki
pandangan tersendiri. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang
yang mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen
ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi. Ahli ekonomi
perancis Jean Baptise berpendapat bahwa wirausaha adalah orang yang
memiliki seni dan kterampilan tertentu dalam menciptakan usaha
ekonomi yang baru. Sedangkan Cantilon berpendapat bahwa wirausaha
adalah seorang inkubator gagasan-gagasan baru yang sellau berusaha
menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat
paling tinggi.
Secara komprehensif Meng & Liang, (1996), merangkum pandangan
beberapa ahli, dan mendefenisikan wirausaha sebagai: (a) Seorang
inovator (b) Seorang pengambil risiko atau a risk-taker (c) Orang yang




mempunyai misi dan visi (d) Hasil dari pengalaman masa kanak-kanak
(e) Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi. (f) Orang yang
memiliki locus of control internal.
1.2. Sifat-Sifat Wirausaha
Dari berbagai penelitian yang ada ditemukan sembilan belas sifat
penting wirausaha yang diperoleh dari tujuh penelitian yang pernah
dilakukan. Kesembilan belas sifat itu dikelompokkan menjadi enam
sifat unggul (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut.
(1) Percaya diri:(2) Originalitas (3) Berorientasi manusia (4)
Berorientasi hasil kerja (5) Berorientasi masa depan (6) Berani ambil
risiko
Kita akan membahas satu per satu dari keenam sifat tersebut;
1. Percaya Diri, seorang entrepreneur haruslah memiliki sifat
percaya diri yang tercermin dari:
Yakin dan optimisme: ia harus yakin dan optimis bahwa
usahanya akan maju dan berkembang untuk itu Seorang
wirausaha harus mampu menyusun rencana
keberhasilan perusahaannya.
Pengantar Kewirausahaan
3
Mandiri: Tidak mengandalkan dan bergantung orang lain
atau keluarga.
Kepemimpinan, dan dinamis: Seorang wirausaha harus
mampu Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas
yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan
datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya
pada material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
2. Originalitas: seorang entrepreneur haruslah memiliki sifat
orginalitas yang tercermin dari:
Kreatif: mampu mengembangkan ide-ide baru dan
menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan
Inovatif: mampu melakukan sesuatu yang baru yang
belum dilakukan banyak orang sebagai nilai tambah
keungulan bersaing.
Inisiatif/proaktif, mampu mengerjakan banyak hal
dengan baik, dan memiliki pengetahuan. Inisiatif dan
selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar dimana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetap
terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai
pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi Manusia, terdiri dari:
Sifat suka bergaul dengan orang lain berarti anda harus
mampu mengembangkan dan memelihara hubungan baik
dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung
dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan
baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para
pelanggan, pemerintah pemasok, serta masyarakat luas
Komitmen, Komitnen pada berbagai pihak merupakan
ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati.




Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan
kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan.
Responsive terhadap saran/kritik. Menganggap saran dan
kritik adalah dasar untuk mencapai kemajuan. Saran dan
kritik yang masuk di respon dengan baik untuk
Bab 1: Sifat, Kepribadian, dan Faktor...
4
memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, proses bisnis
dan efesiensi perusahaan
4. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri dari sifat:
Ingin berprestasi, kemauan untuk terus maju dan
mengembangkan usaha. IQ dan EQ tidak cukup untuk
memprediksi keberhasilan. Dibutuhkan AQ (Adversity
quotient) yaitu tingkat ketahanan terhadap hambatanhambatan
yang ditemuinya dalam mencapai
keberhasilan. Dalam AQ ada tiga tipe pendaki puncak
keberhasilan, yaitu quitter, champer, dan climber. Tipe
quitter adalah mereka yang langsung menyerah atau
tidak mau memanfaatkan peluang. Tipe champer adalah
mereka yang cepat puas dengan apa yang sudah dicapai
walaupun bisa mencapai keberhasilan yang lebih tinggi
kalau mereka mau. Tipe climber adalah orang yang
terus mendaki tangga keberhasilan hingga mencapai
puncak tertinggi meski menemui berbagai hambatan
atau rintangan.
Ketahanan terhadap berbagai hambatan ini terdiri dari empat
komponen, yaitu reach, ownership & original,control, endurance.
Reach berarti seberapa jauh kemalangan/rintangan yang ditemui itu
mempengaruhi hal-hal lain dalam kehidupan. Ownership & original
adalah persepsi orang terhadap rintangan/hambatan. Control berarti
melihat kemampuan mengontrol hambatan/rintangan dalam kehidupan.
Endurance berarti sejauh mana kita melihat rintangan/hambatan
senagai sesuatu yang terus terjadi atau hanya terjadi secara kebetulan,
cepat berlalu dan tidak akan terjadi lagi.
Berorientasi keuntungan, semua cara dan usaha yang
dilakukan harus mendatangkan profit, karena bisnis
tidak akan bisa bertahan dan berkembang jika tidak ada
profit
Teguh, tekun, dan kerja keras, Kerja keras. Jam kerja
pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ ia datang. Kadang-kadang seorang
Pengantar Kewirausahaan
5
pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya.
Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ideide
baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Penuh semangat, dan Penuh energi. Melakukan semua




aktivitas dengan semangat untuk keberhasilan.
5. Berorientasi masa depan: terdiri dari sifat pandangan ke depan,
ketajaman persepsi. Untuk itu anda harus Memiliki visi dan
tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana
langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui apa
yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut Beorientasi pada
prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang
lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi
perhatian utama. Setiap waktu segala aktivitas usaha yang
dijalankan selalu dievalusi dan harus lebih baik dibanding
sebelumnya.
6. Berani ambil risiko: terdiri dari sifat mampu ambil risiko, suka
tantangan. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat
yang harus dimiliki seorang pengusaha kapan pun dan di mana
pun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
Penelitian Mc Ber & Co di Amerika Serikat pada usaha kecil (dalam
Zimmerer & Scarborough, 1998) menemukan sembilan ciri wirausaha
yang berhasil, yang dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. bersifat proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan asertif;
2. orientasi prestasi, yaitu melihat kesempatan dan bertindak
langsung, orientasi efisiensi, menekankan pekerjaan dengan
kualitas tinggi, perencanaan yang sistematis, monitoring;
3. komitmen dengan pihak lain,yaitu komitmen yang tinggi pada
pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan bisnis yang
mendasar.
Bab 1: Sifat, Kepribadian, dan Faktor...
6
Sukardi(1991) membuat kesimpulan tentang sembilan sifat yang ada
pada wirausaha sebagai berikut:
1. Sifat instrumental, yaitu tanggap terhadap peluang dan
kesempatan berusaha maupun yang berkaitan dengan
perbaikan kerja.
2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi,
mempergunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan
berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari
sebelumnya.
3. Sifat keleluasan bergaul, yaitu selalu aktif bergaul dengan
siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha
menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.
4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam situasi
kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.
Tidak pernah memberi dirinya kesempatan untuk berpangku
tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan,
dan memiliki tenaga untuk terlibat terus-menerus dalam kerja.
5. Sifat keyakinan diri, adalah dalam segala kegiatannya penuh
optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Dia percaya diri
bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkret,jarang
terlihat ragu-ragu.




6. Sifat pengambilan risiko yang diperhitungkan, yaitu tidak
khawatir akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti di
mana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan.
7. Sifat swa-kendali, yaitu benar-benar menentukan apa yang
harus dilakukan dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara
baru untuk memperbaiki kinerjanya. Terbuka untuk gagasan,
pandangan, penemuan-penemuan baru yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.
9. Sifat mandiri, yaitu apa yang dilakukan merupakan tanggung
jawab pribadi.
Pengantar Kewirausahaan
7
1.3. Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (1996), ada empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu (1)
personal achiever, (2) supersalesperson, (3) real manager, dan (4)
expert idea generation.
Personal Achiever. Ciri-ciri wirausaha tipe personal achiever adalah
sebagai berikut:
Memiliki kebutuhan berprestasi;
Memiliki kebutuhan akan umpan balik;
Memiliki kebutuhan perencanaan dan penetapan
tujuan;
Memiliki inisiatif pribadi yang kuat;
Memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk
organisasi;
Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran
penting;
Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh
tujuan pribadi bukan oleh hal lain.
Supersalesperson. Ciri-ciri wirausaha tipe supersalesperson adalah
sebagai berikut:
Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang
lain;
Memiliki keinginan untuk membantu orang lain;
Percaya bahwa proses-proses sosial sangat penting;
Kebuhan memilik hubungan positif yang kuat dengan
orang lain;
Percaya bahwa bagian penjualan sangat penting untuk
melaksanakan strategi perusahaan.
Real managers. Ciri-ciri wirausaha tipe real managers adalah sebagai
berikut:
Keinginan untuk menjadi pemimpin perusahaan;
Ketegasan;
Sikap positif terhadap pemimpin;
Bab 1: Sifat, Kepribadian, dan Faktor...
8
Keinginan untuk bersaing;
Keinginan berkuasa;




Keinginan untuk menonjol di antara orang-orang lain.
The expert idea generator. Ciri-ciri wirausaha tipe expert idea generator
adalah sebagai berikut:
keinginan untuk melakukan inovasi:
Keinginan untuk berinovasi menyebabkan expert idea
generator suka menemukan gagasan baru dan
melaksanakannya. Keinginan untuk berinovasi
konsisten dengan usaha sendiri untuk mencapai
keberhasilan dan merasakan kepuasan pribadi dengan
itu.
menyukai gagasan-gagasan
Suka akan gagasanmencakup banyak unsur, seperti
antusiame, memperlihatkan perhatian terhadap
pendapat orang lain.
Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat
penting untuk menjalankan strategi dan organisasi.
Inteligensi yang tinggi: inteligensi mencakup
kemampuan seperti penilaian dan penalaran,serta
kemampuan untuk menggunakan abstraksi, konsep,
dan gagasan. Juga kemampuan untuk belajar,
menganalisis dan membuat sintetis.
Ingin menghindari risiko. Meskipun banyak orang yang
menganggap sifat suka ambil risiko sebagai esensi
profesi wirausaha, banyak wirausaha yang sangat
berhati-hati, dan baru melangkah kalau betul-betul
sudah yakin. Bagi wirausaha tipe ini, sifat ini memang
penting karena gagasan-gagasannya bisa saja sangat
baru dan aneh.
Menurut Miner (1996) tipe kepribadian wirausaha dapat menentukan
bidang usaha yang akan membawanya kepada keberhasilan.
Berdasarkan penelitiannya, ia menemukan bahwa seorang wirausaha
Pengantar Kewirausahaan
9
akan berhasil bila ia mengikuti achieving route tertentu sesuai tipe
kepribadiannya.
1. Personal achiever akan sukses bila terus-menerus mengatasi
rintangan dan menghadapi krisis, dan dalam menghadapi
segalanya berusaha sedapat mungkin bersikap positif.
2. Supersalesperson akan berhasil kalau memanfaatkan banyak
waktunya untuk menjual dan minta mengelola bisnisnya.
3. Real managers akan berhasil kalau ia memulai usaha baru dan
mengelola sendiri usaha tersebut.
4. Expert idea generation akan berhasil kalau terjun ke bisnis
teknologi tinggi.
1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
a. Motivasi:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial
Research (dalam Zimmerer & Scarborough; 1998) menemukan 69%
siswa menengah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka sendiri.




Motivasi utamanya adalah be their own bosses.
b. Usia:
Menurut National Federation of Independent Businesess, Washington,
usia saat seseorang memulai usaha sendiri adalah sebagai berikut
(dalam Zimmerer & Scarborough, 1998). Usia Kronologis bervariasi.
Ronstandt (dalam Staw1991) menyatakan bahwa kebanyakan
wirausaha memulai usahanya antara usia 25-30 tahun. Sementara Staw
(1991), mengungkapkan bahwa umumnya pria memulai usaha sendiri
ketika berumur 30 tahun dan wanita pada usia 35 tahun. Hurlock
(1991)berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan
perkembangan manusia. Setiap kelompok manusia memiliki cirri-ciri
khas bila dikaitkan dengan perkembangan karier.
Bab 1: Sifat, Kepribadian, dan Faktor...
10
Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock adalah sebagai
berikut:
1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun), masa dewasa
awal sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal
membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seseorang masuk
dalam masa dewasa awal yang memiliki tugas pokok yaitu
memilih bidang pekerjaan yang cocok dalam bakat, minat dan
factor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang
dewasa muda yang bingung dengan pilihan kariernya, situasi
seperti ini bisa juga terjadi dalam wirausaha. Hurlock (1991)
menyebut masa dewasa awal itu coba-coba untuk berkarier.
Itulah sebabnya usia bisa berpengaruh pada tinggi rendahnya
prestasi kerja mereka.
2. Usia dewasa madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun), masa
dewasa madya bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan.
Prestasi puncak padausia ini juga bisa berlaku bagi wirausaha.
3. Usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun), pada masa ini
orang mulai mengurangi kegiatan kariernya atau berhenti sama
sekali.Mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja
danmencurahkan perhatian pada kehidupan spiritual dan sosial.
Pendapat Hurlock senada dengan pendapat Staw (1991) bahwa usia
bisa terkait dengan keberhasilan. Bedanya,Hurlock menekankan pada
kemantapan karier, sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnya
pengalaman. Menurut Staw (1991), usia bisa terkait dengan
keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi
wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang
bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan.
c. Pengalaman:
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan usaha
merupakan predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama bila bisnis
baru itu berkaitan dengan pengalaman bisnis sebelumya. Menurut
Hisrich & Brush (dalam Staw, 1991) wirausaha yang memiliki usaha
maju saat ini bukanlah usaha pertama kali yang dimiliki. Pengalaman
mengelola usaha bisa diperoleh sejak kecil karena pengasuhan yang
Pengantar Kewirausahaan




11
diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha. Dan
hasilnya disajikan dalam tabel berikut:
Pekerjaan Orang Tua Wirausaha
Brockhaus (1982) mencatat empat studi menyatakan bahwa wirausaha
cenderung memiliki ayah wirausaha.
Brockhaus & Nord (1979) menemukan bahwa 31 wirausaha wanita dan
pria St Louis memiliki ayah wirausaha.
Cooper & Dunkelberg (1984) mencatat bahwa 47.5% dari 1394 wirausaha
mempunyai orang tua yang memiliki bisnis sendiri.
Jacobowitz & Vidler (1983) menemukan bahwa 72% wirausaha Negara
Atlantik memiliki orang tua atau saudara wirausaha.
Shapero & Sokol (1982) mencatat bahwa 50% sampai 58% pendiri
perusahaan di Amerika Serikat memiliki ayah wirausaha.
Menurut Staw (1991) ada bukti kuat bahwa wirausaha memiliki orang
tua yang bekerja mandiri atau berbasis sebagai wirausaha. Menurut
Duchesneau et al.(dalam Staw 1991),wirausaha yang berhasil adalah
mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha, karena
mereka memiliki pengalaman luas dalam usaha. Haswell et al.(dalam
Zimmerer & Scarborough, 1998) menyatakan bahwa alasan utama
kegagalan usaha adalah kurangnya kemampuan manajerial dan
pengalaman.Wood (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) juga
menyatakan bahwa kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab
kegagalan usaha.
Dari pendapat dan penemuan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengalaman dalam mengelola usaha memberi pengaruh pada
keberhasilan usaha skala kecil. Dengan demikian, tingkat keterlibatan
seseorang dalam suatu kegiatan usaha bisa menjadi tolak ukur
pengalam dalm berusaha.
Bab 1: Sifat, Kepribadian, dan Faktor...
12
d. Pendidikan:
Pendidikan merupakan syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha.
Dalam penelitiannya terhadap sejumlah wirausaha, Bowen & Robert
(dalam Staw, 1991) merangkum hasil penelitian tentang tingkat
pendidikan wirausaha,dan hasilnya table di bawah ini.
Tingkat Pendidikan Wirausaha Menurut Bowen & Robert
Peneliti Penemuan
Brockhaus (1982) Mengulas empat penelitian yang
menyimpulkan bahwa wirausaha cenderung
memiliki pendidikan yang lebih baik dari
populasi umum, tetapi di bawah para manajer.
Cooper&Dunkelberg
(1984)
Ditemukan bahwa tingkat pendidikan
wirausaha di bawah universitas (64%).
Gasse (1982) Mencatat dari empat studi di mana wirausaha
memiliki pendidikan yang lebih baik daripada
masyarakat umum.
Jacobowitz & Vidler
(1982)




Hasil wawancara dengan 430 wirausaha
menunjukkan bahwa mereka memiliki
pendidikan yang kurang memadai, yaitu 30%
drop-out dari Sekolah Menengah Atas. Hanya
11% lulus dari universitas 4 tahun.
Berdasarkan hasil rangkuman di atas ,dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan rata-rata wirausaha adalah pendidikan menengah atas.
Menurut penelitian Kim (dalam Meng & Liang,1996)pada para
wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yang berhasil memiliki
tingkat pendidikan yang lebih baik daripada wirausaha yang kurang
berhasil. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan salah satu factor yang menunjang
keberhasilan usaha skala kecil,dengan asumsi bahwa pendidikan yang
lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam
mengelola usaha.






















BAHAN TAMBAHAN MAKALHH ::::
Konsep 10 D dari Bygrave
Selanjutnya dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahawan yang berhasil memiliki
sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)
a) Dream, seorang wirausaha mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.
b) Decisiveness, seoorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Merekamembuat
keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dalam dia
mengambil keputusan adalah merupakan factor kunci (key factor) dalam kesuksesan bisnisnya.
c) Doers, begitu wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya.
d) Determination, seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa
tanggungjawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan atau
rintangan yang tidak mungkin diatasi.
e) Dedication, Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang ia
mengorbankan hubunngan kekeluargaann, melupakan hubungan keluarganya untuk sementara.
Semua kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk bisnisnya.
f) Devotion, berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai
pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaann dan produk yang dihasilkannya. Hal ini yang
mendorong ia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang ditawarkan
nya.
g) Details, Seorang wirausaha sangat memperhatikan factor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak
mau mengabaikan factor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan usahanya.
h) Destiny, Seorang wirausaha bertanggungjawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas tidak mau tergantung pada orang lain.
i) Dollars, Wirausaha tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan
memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Mereka
berasumsi jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas mendapat llaba/bonus/hadiah.
Distribute, Seorang wirausaha bersedia mendistribusikanan kepemilikan bisnisnya terhadap
oaring-orang kepercayaannya
BAB III
PENUTUP
Seorang wirausahawan adalah seorang yang mampu melihat ke depan, berfikir dengan penuh
perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternative masalah dan pemecahannya. Kemandirian
merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh wirausahawan dalam memenuhi kebutuhan
usahanya secara realistis. Sifat-sifat yang ada dimakalah adalah sifat dasar manusia yang harus
dikembangkan dan selalu dipertahankan agar dalam berwirausaha mendapatkan kesuksesan dan
keberkahan.
Akhirnya marilah kita merujuk ayat Al Quran :
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar Radu ayat 11)




Demikian makalah ini kami sajikan, semoga dapat bermanfaat. Kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma Buchari, Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta 2002
Hantoro Sirod, Kiat Sukses Berwirausaha, AdiCita
Soemanto, Wasty. 1989. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bina Aksara
A.Khoerussalim Ikhs, To Be The Moslems Entrepreneur, Pustaka Al Kautsar Jakarta 2005
Muhammad Bin Sarrar, Tanngga menuju Sukses, At Tibyan solo
Sedangkan menurut Suryana (2003) ciri-ciri seorang wirausaha sbb :
Ciri Ciri Watak
Percaya Diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas optimisme
Berorientasikan
Tugas dan hasil Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad
kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetic dan inisiatif
Pengambil Resiko Kemampuan mengambil resiko,
suka pada tantangan
Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain,
menanggapi saran saran dan kritik
Keorisinilan Inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber ilmu, serba bisa dan
mengetahui banyak hal
Berorientasi
ke masa depan Pandangan ke depan, perseptif dan perpektif
Daftar ini meliputi watak yang seyogyanya dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi
wirausaha. Mungkin anda tidak membutuhkan seluruh sifat ini, tetapi semakin banyak yang
dimiliki, semakin besar kemungkinan anda menjadi wirausaha.
(Sebuah Lokakarya mengenai kewirausahaan
di East West Center, Honolulu, 1977)











Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (dalam Suryana, 2001:8) misalnya mengemukakan ciri-ciri
dan watak kewirausahaan seperti berikut:
Ciri-ciri Watak
1. 1. Percaya diri

1. 2. Berorientasi pada tugas dan
hasil




1. 3. Pengambilan resiko

1. 4. Kepemimpinan


1. 5. Keorisinilan

1. 6. Berorientasi ke masa depan
Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas, dan optimisme
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras mempunyai dorongan kuat, energetik
dan inisiatif
Kemampuan untuk mengambil resiko yang
wajar dan suka tantangan
Perilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran-saran
dan kritik
Inovatif dan kreatif serta fleksibel
Pandangan ke depan, perspektif
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmmerer (dalam Suryana, 2001:8-9) mengemukakan
delapan karakteristik:
Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu
menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiki yang tinggi




Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk
berhasil
Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera
High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik
Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke
depan
Value of achievement over money, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya
untuk menciptakan nilai tambah
Arthur Kuriloff dan John M Mempil (dalam Suryana, 2001:9) mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan:
Values Behavior
Commitment
Moderate risk
Seeing opportunities
Objectivity
Feedback
Optimism
Money
Proactive management
Staying with a task until finished
Not gambling,cut choosing a middle course
And gasping them
Observing reality clearly
Analyzing timely performance data to guide
activity
Showing confidence in novel situations
Seeing it as resorce and not an end in itself
Managing through reality based on forward
planning
Beberapa ciri kewirausahaan secara ringkas dikemukakan oleh Vermon A musselman, Wasty
Sumanto dan Geoffrey Meredith (dalam Suryana, 2009:10) yaitu: (1) keinginan yang kuat untuk
berdiri sendiri, (2) kemauan untuk mengambil risiko, (3) kemampuan untuk belajar dari
pengalaman, (4) memotivasi diri sendiri, (5) semangat untuk bersaing, (6) orientasi pada kerja
keras, (7) percaya pada diri sendiri, (8) dorongan untuk berprestasi, (9) tingkat energi yang
tinggi, (10) tegas, (11) yakin pada kemampuan sendiri, (12) tidak suka uluran tangan dari
pemerintah/pihak lain di masyarakat, (13) tidak tergantung pada alam dan berusaha untuk tidak
menyerah pada alam, (14) kepemimpinan, (15) keorisinilan, dan (16) berorientasi ke masa
depan dan penuh gagasan




M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (dalam Suryana, 2001:10) mengemukakan
karakteristik kewirausahaan yang berhasil, diantaranya memiliki ciri-ciri:
Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas
Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan bertindak terhadap
peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan
mengutamakan monitoring
Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis
Secara eksplisit, Dan Steinnhoff dan John F Burgess (dalam Suryana, 2001:10) mengemukakan
beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, yaitu:
Memiliki visi dan tujuan yang jelas
Bersedia menanggung risiko waktu dan uang
Berencana dan mengorganisir
Kerja keras sesuai dengan tingkat urgensinya
Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang lainnya
Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan kepribadian
seseorang. The officer of Advocacy of small Business Administration yang dikutip oleh Dan
Steinhoff dan John F Burgess mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil pada
umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai berikut:
Thaey have the self-confidence to work independently work hard and understand that the
risk taking is part of the equation for success
They have organization ability, can set goals, are results-oriented, and take responsibility
for the results of their endeavors-good or bad
They are creative and seek an outlet for their creativity in an entrepreneurship
They enjoy challenges and find personal fulfiment in seeing their ideas through to
completion
Menurut Ahmad Sanusi ada beberapa kecenderungan profil pribadi pewirausaha dan
kewirausahaan yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di antaranya:
Tidak menyenagi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/tetap/sudah teratur/diatur dan jelas. Ia
selalu bosan dengan kegiatan rutinitas sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan
untuk selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu
Mulai suka memandang ke luar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih luas dari soal
yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru
Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian atau prakarsa
atas nama sendiri
Suka bermain-main dengan daya imajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas
serta memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain




Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi terhadap perbedaan
dari pihak lain
Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan dikembangkan, serta
dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak final, bahkan
terbuka untuk modifikasi dan perubahannya
Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yang tercapai timbul rasa percaya diri
dan sikap optimisme yang lebih mendasar
Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas, dijinakan/dikombinasikan dengan mempelajari
keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan pengembangan produk,
penetrasi/pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi perusahaan, keuangan, dan
lain-lain
Meskipun azasnya bekerja keras, cermat dan sungguh-sungguh namun aspek risiko tidak
bisa dilepaskan sampai batas yang dapat diterima
Dengan risiko tersebut, dibuatkanlah tekad, komitmen , dan kekukuhan hati terhadap
alternatif yang dipilih
Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus menerus, maka ruang lingkup
memandang pun jauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses tidak datang tanpa dasar
atau tiba-tiba
Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong kemauan keras untuk
membuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih baik, untuk mencapai hasil lebih baik
bahkan yang terbaik dan berbeda
Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan pihak lain yang
sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika perlu, ia harus ada
kesiapan untuk bersaing
Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap tantangan
untuknmencari berbagai ihtiar
Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian. Ada instrospeksi dan
kesediaan, serta sikap responsif dan arif terhadap umpan balik dan saran
Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan menyimak
informasi dari pihak lain dengan meletakan posisi dan sikap sediri, dan mengendalikan
diri sendiri terhadap sesuatu soal yang dianggap belum jelas
Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan dirinya,
integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu bersikap adil, fair, dan
sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lain.
Menurut Suharyadi (2007:10) bahwa sikap seorang wirausaha dapat dilihat dalam kegiatan
sehari-hari yaitu:
Disiplin yaitu ketepatan komitmen terhadap kewirausahaan terhadap tugas dan
pekerjaannya.
Komitmen tinggi yaitu seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya kepada
konsumen akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan
tersebut mendapat kepercayaan dari konsumen.
Jujur, seorang wirausahawan harus jujur dalam hal karakteristik produk, pelayanan
purnajual yang dijanjikan




Kreatif dan inovatif, seorang wirausahawan harus memiliki daya kreatif dan inovatif
tinggi untuk menciptakan produk terbaru
Mandiri, sikap ini sangat mutlak dimiliki oleh seorang wirausahawan
Menurut Suryana (2001:14) ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing yaitu:
Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya pengambil
risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi
Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi.
Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positif,
dan kreativitas
Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan sudah yang
ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering menghadap ke arah
tertentu supaya berhasil
Wirausaha yang berorientasi pada non=materi, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan,
wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan
menggunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, menurut Suryana (2001:15) ada beberapa nilai hakiki
penting dari kewirausahaan yaitu:
Percaya diri, kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya
Berorientasi tugas dan hasil, seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah
orang yang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik,
dan berinisiatif
Keberanian mengambil risiko tergantung pada daya tarik setiap alternatif, persediaan
untuk rugi, dan kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal. Kemampuan untuk
mengambil risiko ditentukan oleh keyakinan diri, kesediaan untuk menggunakan
kemampuan, dan kemampuan untuk mmenilai risiko.
Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat kepeloporan, keteladanan, tampil
berbeda, lebih menonjol dan lebih menonjol, dan mampu berfikir divergen dan
konvergen
Berorientasi ke masa depan adalah perspektif, selalu mencari peluang, tidak cepat puas
dengan keberhasilan dan berpandangan jauh ke depan
Keorisinilan: kreativitas dan keinovasian. Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir
yang baru dan berbeda, sedangkan keinovasian adalah kemampuan untuk bertindak yang
baru dan berbeda.
Wirausaha adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk
melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai
semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah,
dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi yang tidak berubah, dan
mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial. Menurut Dusselman (dalam




Suryana, 2001:25), seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah
laku sebagai berikut:
Keinovasian, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru
Keberanian untuk menghadapi risiko yaitu usaha untuk menimbang dan menerima risiko
dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.
Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen, yaitu usaha perencanaan, usaha untuk mengkoordinir, usaha untuk
menjaga kelancaran usaha, dan usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha,
Kepemimpinan yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan terhadap
tujuan usaha
Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (dalam Suryana, 2001:25-26) pola tingkah laku
kewirausahaan tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri,
keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan kemauan kuat
Kemampuan hubungan, operasionalnya dapat dilihat dari indikator komunikasi dan
hubungan antar personal, kepemimpinan, dan manajemen
Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga, periklanan dan
promosi
Keahlian dalam mengatur, operasionalnya diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,
perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi
Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang
Mengembangkan pribadi wirausaha identik dengan mengembangkan perilaku wirausaha yaitu
mengenali diri sendiri dan kendala yang dihadapinya sebagai langkah awal. David McClelland
(dalam Suryana, 2001:26) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan yaitu:
Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil risiko yang moderat dan bukan atas
dasar kebetulan belaka
Bersifat energetik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif
Tanggung jawab individual
Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolok ukur
satuan uang sebagai indiaktor keberhasilan
Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang
Memiliki kemampuan berorganisasi, yaitu bahwa seseorang wirausaha memiliki
kemampuan keterampilan, kepemimpinan, dan manjerial
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang
lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Menurut Suryana (2001:28) wirausaha yang
memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Mau mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya
sendiri




Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan
Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan
Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
Ada beberapa alasan seseorang berwirausaha menurut Suryana (2001: 29) yakni:
Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari
pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan
Alasan sosial yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan dihormati,
untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak
Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar
masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan
keluarga, untuk mendapatkan kestiaan suami/isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu
Alasan memenuhi diri, yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk mencapai sesuatuyang
diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif dan
untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Rangkuman

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan hidup. Hakikat dasar
dari kewirausahaan adalah kreativitas dan keinovasian. Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang
baru dan keinovasian adalah berbuat sesuatu yang baru. Kewirausahaan dapat dipelajari dan
diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri karena jelas objek, konsep, teori, dan metode
ilmiahnya.
Objek kewirausahaan meliputi kemampuan merumuskan tujuan dan memotivasi diri, berinisiatif,
kemampuan membentuk modal dan mengatur waktu, mental yang kuat dan kemampuan untuk
mengambil hikmah dari pengalaman.
Watak, sifat, jiwa, dan nilai kewirausahaan muncul dalam bentuk perilaku kewirausahaan dengan
ciri-ciri percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani menghadapi resiko,
kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Jiwa kewirausahaan tidak hanya
dimiliki oleh setiap orang yang memiliki jiwa kreatif dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan
tinggi dan lembaga swadaya masyarakat lainnya baik secara indivisual maupun kelompok.
Keberhasilan wirausaha sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu kemauan, kemampuan,
peluang, dan kesempatan. Ada beberapa alasan mengapa seseorang berminat berwirausaha, yaitu
alasan keuangan, alasan sosial, alasan pelayanan dan alasan memenuhi diri.
DAFTAR PUSTAKA





Alma, B. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta: Jakarta
Suharyadi., Nugroho. A., Purwanto., & Maman. F. Kewirausahaan Membangun Usaha Sukses
Sejak usia Muda. Salemba Empat: Jakarta
Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai