Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

PERKONOMIAN INDONESIA

“ Kelangkaan Minyak Goreng“

Di Susun Oleh :

Nama : Pangeran Sidiq M. Sangadji


Npm : 2021-07-141

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARUSALAM AMBON
2022
Soal :

1. Bagimana Pertumbuhan Ekonomi Dan Perubahan Struktur Ekonomidi Saat Minyak


Goreng Mengalami Kelangkaan ?
2. Bagimana Minyak Goreng Mengalami Kelangkaan
3. Bagiman Peran Pemerintah Dalam Menghadapi Kelangkaan Minyak Goring
4. Bagimana Tanggapan Anda Tentang Permintaan Dan Penawaran, Serta Perubahan
Apa Yang Terjadi

Jawab :

1. Kenaikan Harga Dan Kelangkaan Minyak Goreng Diperkirakan Menimbulkan


Kerugian Ekonomi Yang Tidak Sedikit. Berdasarkan Laporan Institut For
Demographic And Poverty Studies (Ideas), Kerugian Ekonomi Akibat Naiknya Harga
Minyak Goreng Mencapai Rp3,38 Triliun.
Nilai Kerugian Tersebut Merupakan Akumulasi Dari Dua Periode Pada April-
September 2021 Dan Oktober 2021-19 Januari 2022.  Secara Rinci, Kerugian
Masyarakat Akibat Kenaikan Harga Minyak Goreng Pada April-September 2021
Sebesar Rp0,98 Triliun. Sedangkan, Kerugian Mencapai Rp2,4 Triliun Pada Oktober
2021-19 Januari 2022.
Berdasarkan Kelas Ekonominya, Masyarakat Dengan Pengeluaran Per Kapita
Sebesar Rp1 Juta-Rp1,5 Juta Per Bulan Mengalami Kerugian Paling Besar, Yakni 0,82
Triliun. Kerugian Tersebut Dihitung Dengan Menggunakan Asumsi Konsumsi Minyak
Goreng Sebesar 2,21 Juta Liter Per Hari. Kelompok Dengan Pengeluaran Per Kapita
Sebesar Rp600 Ribu-Rp 800 Ribu Per Bulan Mengalami Kerugian Sebesar Rp0,54
Triliun.
Lalu, Kelompok Dengan Pengeluaran Per Kapita Sebesar Rp800 Ribu - Rp 1 Juta
Per Bulan Merugi Rp0,46 Triliun. Sedangkan, Kelompok Yang Mengalami Kerugian
Paling Rendah Memiliki Pengeluaran Di Bawah Rp300 Ribu Sebulan, Yakni Rp0,03
Triliun. Di Atasnya Ada Kelompok Dengan Pengeluaran Di Atas Rp5 Juta, Yakni
Rp0,07 Triliun. Berdasarkan Wilayahnya, Kerugian Ekonomi Terbesar Dari Krisis
Minyak Goreng Dialami Oleh Rumah Tangga Di Jawa, Yakni Rp1,99 Triliun.
Posisinya Disusul Oleh Konsumen Rumah Tangga Di Sumatera Dengan Kerugian
Sebesar Rp0,85 Triliun.
2. Kelangkaan Minyak Goreng Di Indonesia Masih Terus Terjadi. Pakar Ekonomi Universitas
Airlangga (Unair) Rossanto Dwi Handoyo SE Msi Phd Menyebutkan Bahwa Kelangkaan
Minyak Goreng Di Pasaran Tidak Terlepas Dari Mekanisme Penawaran Dan Permintaan
Atau Supply And Demand.
Minyak Goreng Merupakan Salah Satu Komoditas Penting Di Indonesia. 
Berdasarkanâ IHK (Indeks Harga Konsumen) Indonesia, Minyak Goring  Memiliki
Kontribusi Yang  Besar. Hal Tersebut Karena  Minyak Goring  Merupakan Salah Satu Barang
Yang Dikonsumsi Masyarakat Setiap Harinya. Bobot Terhadap Inflasinya  Juga Cukup
Tinggi, Ucap Rossanto,Dalam Rilis Yang Diterima, Selasa (1/3/2022).
Kelangkaan Minyak Goreng Disebabkan Karena Ada Kenaikan Dari Sisi Permintaan 
(Demand) Dan Penurunan Dari Sisi Penawaran (Supply). Beberapa Faktor Berikut Menjadi
Penyebabkan Penurunan Supply, Utamanya Produsen Mengalami Penurunan Dalam
Memasarkan Minyak Goreng Di Dalam Negeri.

CPO (Crude Palm Oil) Merupakan Salah Satu Jenis Minyak Nabati Yang Paling Banyak
Diminati Oleh Masyarakat Dunia. Saat Ini Harga CPO Di Pasar Dunia Sedang Mengalami
Kenaikan Harga. Kenaikan Itu Dari 1100 Dolar AS Menjadi 1340 Dollar.
Akibat Kenaikan CPO, Produsenâ Minyak Goring  Lebih  Memilih  Menjual Minyak Goreng
Ke Luar Negeri Dibandingkan Ke Dalam Negeri. Produsen Akan Mendapatkanâ 
Keuntunganâ Yang Lebih Besar Apabila Menjual Minyak Goreng Ke Luar Negeri,  Jelasnya.
Faktor  Kedua  Adalah  Kewajiban Pemerintah Terkait Dengan Program B30. Program B30
Adalah Program Pemerintah Untuk Mewajibkan Pencampuran 30 Persen Diesel Dengan 70
Persen Bahan Bakar Minyak Jenis Solar. Ada Peralihan Menuju Ke Produksi Biodiesel,
Terangnya. Saat Ini, Terang Rossanto, Konsumsi Yang Seharusnya Digunakan Untuk Minyak
Goring  Digunakan Untuk Produksi Biodiesel. Hal Itu Karena Ada
Kewajiban Untuk Pengusaha CPO Agar  Memenuhi Market Produksi Biodiesel Sebesar 30
Persen.

Faktor Ketiga Adalah Kondisi Pandemi Covid-19 Yang Belum Selesai. Ada Beberapa


Negara Di Belahan Dunia Lain Yang Sedang Mengalami Gelombang Ketiga Covid-
19. Konsumen Luar Negeri Yang Selama Ini Menggunakan  Minyak Nabati Juga
Mulai Beralih Ke CPO. Sehingga Ada Kenaikan Permintaan Di Luar Negeri Terkait
Ekspor CPO, Terangnya.

Rossanto Menekankan Bahwa Produsen Minyak Goreng Hanya Ada Di Beberapa Daerah
Saja. Sedangkan Proses Distribusi Minyak Goreng Dilakukan Ke Berbagai Daerah Di
Indonesia. Hal Tersebut Menyebabkan Kenaikan Harga Distribusi. Berkaitan Dengan Logistik,
Harga Kontainer Saat Ini Lebih Mahal Dari Sebelumnya. Shipping Atau Perkapalan
Juga Mengalami Kenaikan Harga. Faktor Itu Mendorong Harga Kebutuhan Minyak Goreng
Mengalami Kenaikan.

Rossanto Mengungkapkan, Naiknya Harga Minyak Goreng Akan Mendorong Inflasi Secara
Umum. Dampak Yang Ditimbulkan Dapat Memengaruhi Beberapa Sector, Di Antaranya
Sektor Industri Makanan, Rumah Tangga, Dan Semua Produksi Yang Menggunakan Bahan
Baku Minyak Goreng.Oleh Karena Itu Dampaknya Juga Akan Lebih Terasa Terhadap Inflasi
Terutama Dari Segi IHK, Jelasnya.

Selain Itu PENYEBAB Kelangkaan Stok Hingga Mahalnya Harga Minyak Goreng Di


Pasaran Yang Membuat Masyarakat Menjerit Kini Terungkap. Kejaksaan Agung Baru-
Baru Ini, Tepatnya Pada Selasa (19/4/2022) Mengumumkan Empat Tersangka Dalam
Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi Kebijakan Pemberian Fasilitas Ekspor Minyak
Goreng Tahun 2021/2022.

Salah Satu Dari Tiga Tersangka Yang Menjadi Sorotan Ialah Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI (Dirjen PLN Kemendag)
Indrasari Wisnu Wardhana. Selain Itu, Ketiga Tersangka Lainnya Dalam Kasus Ini
Yaitu, Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia Master Parulin Tumanggor, Senior
Managar Corporate Affair Permata Hijau Group (PHG) Stanley MA, Dan Picare Tagore
Sitanggang Selaku General Manager Di Bagian General Affair PT Musim Mas.

Jaksa Agung ST Burhanuddin Mengatakan Tersangka Indrasari Diduga Telah Melakukan


Perbuatan Melawan Hukum, Yakni Dengan Menerbitkan Persetujuan Ekspor Terkait
Komoditi Crude Palm Oil Atau CPO Dan Produk Turunannya Kepada Sejumlah
Perusahaan Di Antaranya Permata Hijau Group Wilmar Nabati Indonesia, PT Multimas
Nabati Asahan, Dan PT Musim Mas.
Menurut Burhanuddin, Nama-Nama Perusahaan Yang Mendapat Persetujuan Ekspor
Minyak Goreng Tidak Memenuhi Syarat Untuk Diberikan Izin Tersebut. Sehingga Para
Tersangka Diduga Melanggar Pasal 54 Ayat (1) Huruf A Dan Ayat (2) Huruf A B E Dan
F Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Perdagangan

Di Kala Sulitnya Masyarakat Mendapatkan Stok Minyak Goreng, Pejabat Tinggi


Eselon I Di Lingkungan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Justru Bermain Dan
Menjadi Salah Satu Dalang Di Antara 3 Mafia Migor Yang Ditetapkan Kejagung Sebagai
Tersangka. Sebelum Adanya Penetapan Tersangka Ini, Peliknya Persoalan Minyak Goreng
Memang Sudah Terjadi Sejak Akhir Tahun 2021 Lalu. Diawali Dengan Melonjaknya
Harga Minyak Goreng Curah Yang Mencapai Rp18.711 Per Kilogram (Kg), Hingga
Sempat Menyentuh Level Tertinggi Di Harga Rp20.000/Kg. Sementara Migor Kemasan
Premium Bisa Tembus Rp25.000 Per Liternya.

3. setidaknya ada tiga hal yang harus diupayakan oleh pemerintah. Dengan penerapan tiga hal
tersebut, diharapkan kelangkaan minyak goreng dalam negeri bisa teratasi.

A. Menaikkan Pajak Ekspor Minyak Goreng


Harga minyak goreng dunia mengalami kenaikan dari yang awalnya di harga $1100 menjadi
$1340. Untuk itu, pemerintah perlu menyeimbangkan kebutuhan dalam negeri dan luar
negeri.Harga minyak luar negeri saat ini memang cukup menjanjikan. Namun apabila dirasa
kurang efektif dalam mendorong kebutuhan pasar dalam negeri, pemerintah dapat menerapkan
pajak ekspor minyak goreng menjadi lebih tinggi.

“Dengan begitu pemerintah dapat memastikan pasokan minyak goreng dalam negeri
tercukupi,” Kebijakan perdagangan juga bisa dilakukan pemerintah dengan menaikturunkan
kebijakan ekspor. Apabila kebutuhan dalam negeri masih kurang, maka pemerintah bisa
menaikkan pajak ekspor sehingga mengurangi motivasi produsen domestik untuk mengekspor
minyak ke luar negeri karena pajak tinggi.. Hal tersebut akan mendorong produsen melakukan
ekspor ke luar negeri sehingga tidak ada yang menumpuk di gudang.

B. Relaksasi Kebijakan Biodiesel 30 Persen (B30)


Kedua, menurut Rossanto, pemerintah dapat melakukan relaksasi atau pengenduran
kewajiban produsen untuk memenuhi kebutuhan biodiesel 30 persen. Persentase biodiesel bisa
dikurangi menjadi 20 persen selama masa gejolak kelangkaan minyak goreng terjadi. “Jika
dirasa masih cukup tinggi, bisa diturunkan lagi sampai 15 persen,” tambahnya.
C. Melakukan Operasi Pasar
Dalam jangka pendek, pemerintah bisa melakukan operasi pasar. Misalnya dengan melacak
dari produsen harus memiliki kewajiban untuk mensuplai kebutuhan dalam negeri terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan ekspor. Pemerintah harus memastikan pasokan minyak
goreng dalam negeri terpenuhi dengan harga yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat.

“Misalnya dengan menerapkan kebijakan 20-30 persen dari produksi harus dipasarkan di
dalam negeri,” imbuhnya. Efektivitas kebijakan-kebijakan tersebut lebih terasa jika intervensi
di sektor hulu lebih diutamakan daripada di sektor hilir. Operasi pasar terbuka yang dilakukan
pemerintah di sektor hilir dengan menjual minyak goreng dengan harga murah, dinilai kurang
efektif.

4.

Pada bulan januari hingga memasuki pekan terakhir bulan februari harga minyak goreng di
bandrol dengan harga 14.000/kg namun memasuki bulan maret hingga sekarang minyak goreng
di bandrol mulai dari harga 20.000-24.000 harga puncak kemahalanya pada bulan maret dengan
harga 24.000 yang sangat mempersulitkan ekonomi rumah tangga, namun sekarang pemerintah
telah menamilisir harga minyak goring dengan harga 20.000/kg walaupun kenaikan terus
bertambah tapi tuntutan masyarakat akan minyak goreng pun terus bertambah seiring dengan
adanya kelangkaan hal ini karena minyak goreng merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam mengelolah makanan.
Telah di jelaskan bahwa kenaikan harga minyak goreng mengalami kenaikan mulai dari pekan
akhir februari hingga sekarang (Q1) hal ini juga tidak mempengaruhi permintaan minyak goreng di
pasar pada awal bulan januari hingga pecan terakhir bulan februari harga minyak goreng masih di
katakana normal sehingga permintaan dan penawaran masih di katakana normal.

Pada bulan maret hingga memasuki bulan april minggu ke dua kenaikan harga minyak kelapa
mengalami kenaikan yang begitu tajam hingga menembus 24.000/kg selain ini juga pada bulan ini
kelangkaan minyak kelapa terjadi sehingga mau dan tidak mau permintaan mengalami peningkatan
akibat kelangkaan hal ini tidak berpengaruh pada kenaikan harga minyak goreng .hal ini karena
minyak kelapa sebagai bahan pokok utama dalam memasak.

Pada bulan april sekarang harga minyak goreng mulai menurun dengan di bandrol 20.000/kg selain
itu stok minyak goreng mulai kembali pulih akibatnya permintaan pun menurun

Anda mungkin juga menyukai