Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP AFEKSI

DAN KOGNISI KONSUMEN

ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia akibat pengaruh melemahnya nilai
rupiah terlepas dari kesalahan konsep pembangunan masa lalu. Namun,
Melemahnya ekonomi saat ini disebabkan oleh pandemi covid-19 yang
menyebabkan naiknya harga minyak goreng dikarenakan persediaan yang
menipis. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengukur pengaruh kenaikan harga
minyak goreng terhadap afeksi dan kognisi konsumen. Metode penelitian ini
adalah menggunakan studi literature. Data dalam peneltian ini bersumber dari
jurnal-jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan tulisan ini. Dari hasil tulisan
ini diketahui bahwa Dengan adanya wabah Covid-19 yang menyebar di seluruh
dunia menyebabkan perlambatan ekonomi salah satunya perlambatan pada
ekonomi Indonesia pada tahun 2020 sebesar 0,28%. Per tanggal 19 Januari
2022 Pukul 00.01 waktu setempat, telah diberlakukan kebijakan dari Menteri
Perdagangan satu harga minyak goreng kemasan yaitu Rp14.000,00/liter sampai
pada tanggal 18 April 2022 harga minyak goreng curah mencapai Rp. 18.000,00/
liter yang menyebabkan panic buying pada konsumen. Sikap konsumen minyak
goreng terhadap kenaikan harga minyak goreng dapat dilihat dari aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek konatif. Aspek kognitif adalah konsumen minyak goreng
tentang kenaikan harga minyak goreng di Indonesia beserta sebab dan
akibatnya. aspek afektif konsumen minyak goreng adalah perasaan terhadap
sebab dari kenaikan harga minyak goreng itu sendiri, yang menunjukkan
perasaan tidak senang.
Kata Kunci: Minyak Goreng, Afeksi, Kondisi

ABSTRACT
The economic crisis that hit Indonesia was due to the influence of the weakening
of the rupiah, despite the misconceptions of past development. However, the
current weakening of the economy is caused by the covid-19 pandemic which
causes the price of cooking oil to rise due to depleting supplies. The purpose of
this paper is to measure the effect of rising cooking oil prices on consumer
affection and cognition. This research method is using literature study. The data
in this research are sourced from journals and books related to this paper. From
the results of this paper, it is known that the Covid-19 outbreak that spread
throughout the world caused an economic slowdown, one of which was a
slowdown in the Indonesian economy in 2020 by 0.28%. As of January 19, 2022,
at 00.01 local time, the Minister of Trade's policy of one packaged cooking oil
price is Rp. 14,000.00/liter until 18 April 2022, the price of bulk cooking oil
reaches Rp. 18.000,00/liter which causes panic buying to consumers. The
attitude of cooking oil consumers to the increase in cooking oil prices can be
seen from the cognitive, affective, and conative aspects. The cognitive aspect is
the consumer of cooking oil regarding the increase in the price of cooking oil in
Indonesia and its causes and consequences. The affective aspect of cooking oil
consumers is the feeling of the cause of the increase in the price of cooking oil
itself, which shows a feeling of displeasure.
Keywords: Cooking Oil, Affection, Condition

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia akibat pengaruh melemahnya


nilai rupiah terlepas dari kesalahan konsep pembangunan masa lalu .Kebijakan
yang berorientasi pada pengembangan usaha skala besar justru semakin
melemahkan tatanan ekonomi nasional. Ketergantungan usaha besar pada
komponen impor dan modal asing menyebabkan mereka rentan terhadap nilai
tukar Banyak orang mengatakan bahwa ekonomi kita dalam keadaan kritis,
namun ini tidak dapat dipandang sama rata, dibeberapa wilayah Indonesia
banyak usaha kecil yang tidak terkena dampak krisis ,justru banyak dari mereka
yang menikmati hasil dari merosotnya nilai rupiah (Sutrisno Iwantoro,2002,)

Minyak goreng adalah salah satu komoditas dari sembilan bahan pokok
yang bersifat strategis dan multiguna. Kedua sifat tersebut membuat minyak
goreng menjadi salah satu komoditas yang memiliki peranan yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Harga minyak goreng beberapa minyak gorengn ini
mengalami peningkatan yang cukup tinggi, hal ini disebabkan meningkatnya
harga CPO dunia yang ikut memicu peningkatan harga CPO domestik dan
jumlah persedian CPO untuk pasar domestik. Kenaikan harga akan berdampak
langsung kepada konsumen pengguna minyak goreng baik konsumen rumah
tangga maupun konsumen industri terutama untuk industri pengolahan makanan
skala kecil dan menengah.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan


mengatakan kenaikan yang signifikan itu belakangan disebabkan karena harga
bahan baku dalam negeri yang dikontrol sepenuhnya oleh fluktuasi pasar dunia.
Kemendag mencatat harga minyak goreng curah per April 2022 berada di angka
Rp18,759 per liter atau naik sebesar 50,3 persen dari torehan periode yang
sama minyak gorengn lalu di posisi Rp12.475. Sementara itu, harga minyak
goreng kemasan premium pada awal April 2022 di posisi Rp26.170 per liter atau
naik 73,2 persen dari torehan pada periode yang sama minyak gorengn lalu
sebesar Rp15.103 per liter. Namun demikian, Di sisi lain
juga terjadi perilaku panic buying oleh konsumen dalam membeli minyak goreng
satu harga yang seharusnya tidak dilakukan. Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) mengkritik intervensi pemerintah bahwa harga minyak goreng
satu harga tidaklah efektif. YLKI memandang ada beberapa aspek yang perlu
disorot. Pertama adalah lemahnya pemahaman konsumen terkait panic buying.

“Edukasi dan kesadaran masyarakat perlu terus ditingkatkan oleh semua


pihak, berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya,” kata anggota Pengurus
Harian YLKI, Agus Suyatno seperti dikutip Antara.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) sempat berencana menghentikan


penjualan minyak goreng curah sejak 1 Januari 2022. Pemerintah  mewajibkan 
penjualan minyak goreng hanya dalam bentuk kemasan, yang nantinya akan
memberikan informasi terkait produk. Namun kemudian Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor 36 minyak gorengn 2020 dibatalkan.

Industri minyak goreng tidak terlepas dari industri hulu, yakni industri CPO
domestik. Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik,komoditas CPO juga
memiliki orientasi ekspor yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan
CPO dunia yang setiap minyak gorengn meningkat dengan laju 1,96% per
minyak gorengn. Kelebihan permintaan CPO di pasar dunia mencerminkan laju
permintaan lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan produksi,
sehingga harga CPO dunia terus meningkat. Peningkatan harga tersebut
berdampak pada fluktuasi ekspor CPO Indonesia dan sekaligus dapat
mengakibatkan kenaikan harga minyak goreng domestik. Oleh sebab itu, untuk
melindungi konsumen dalam negeri, studi tentang stabilisasi harga ini menarik
untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeminyak gorengi
bagaimana pengaruh kenaikan harga minyak goreng terhadap afeksi dan kognisi
konsumen.

TUJUAN PENELITIAN

Kinerja sub-sektor minyak kelapa sawit disampaikan diatas dapat


memberikan gambaran mengenai bagaimana kiranya pengaruh kenaikan harga
minyak sawit ini terhadap afeksi dan kognisi masyarakat. Dalam hal ini kenaikan
harga minyak sawit akan dibahas untuk mengetaui dampak-dampak yang
ditimbulkan akibat kenaikan harga tersebut. Untuk itu secara spesifik dapat
disusun beberapa tujuan penelitian sebagai berikut : Mengukur pengaruh
kenaikan harga minyak goreng terhadap afeksi dan kognisi konsumen

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka.


Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature research)
merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan,
gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi
akademik (academic-oriented literature). Adapun sifat dari penelitian ini adalah
analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh,
kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan
baik oleh pembaca. Data dalam peneltian ini bersumber dari jurnal-jurnal dan
buku-buku yang berkaitan dengan tulisan ini. teknik pengumpulan data yang
digunakan penulis yaitu menyimak dan mencatat informasi penting dalam
melakukan analisis data dengan cara reduksi data, display data dan gambaran
kesimpulan, sehingga mendapatkan suatu gambaran kesimpulan mengenai studi
literatur untuk dikembangkan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk validasi
datanya menggunakan triangulasi sumber data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kalkulasi dari model ekonomi, mewabahnya Covid-19


memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 sebesar 0,28%.
Pergeseran sementara pada konsumsi rumah tangga terjadi karena
kekhawatiran penularan virus sehingga masyarakat mengurangi aktivitas di luar
rumah. Selain itu, pengeluaran untuk konsumsi kebutuhan pangan sangat
meningkat. Akibatnya diperkirakan terjadi penurunan konsumsi agregat 0,21%
dan berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5%.
(Bisnis Indonesia, 10 Maret 2020).

Untuk menangkal dampak ekonomi dari Covid-19, pemerintah harus


mengendalikan pasokan karena kenaikan harga, terutama harga pangan sebagai
salah satu pemicu utama inflasi. Upaya jangka pendek dari pemerintah perlu
difokuskan pada insentif harga- harga produk konsumsi karena kontribusi sektor
konsumsi dominan dalam perekonomian Indonesia. Penurunan 10% harga
berpotensi meningkatkan output sebesar 0.18% dan meningkatkan pendapatan
rumah tangga sebesar 0.26% (Media Indonesia, 2 Maret 2020). Apalagi dalam
waktu dekat masyarakat akan menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri. Pemerintah
memastikan masyarakat tidak khawatir dengan akibat Covid-19 akan mengalami
kesulitan bahan makanan.

Per tanggal 19 Januari 2022 Pukul 00.01 waktu setempat, telah diberlakukan
kebijakan dari Menteri Perdagangan satu harga minyak goreng kemasan yaitu
Rp14.000,00/liter sampai pada tanggal 18 April 2022 harga minyak goreng curah
mencapai Rp. 18.000,00/ liter . Namun, kebijakan tersebut dinilai belum
sepenuhnya efektif di pasar mengingat pedagang di pasar tradisional dan
warung kecil belum mendapat informasi yang jelas tentang mekanisme
penggantian subsidi.

Hal tersebut menyebabkan harga di luar ritel ratarata masih berlaku


menyesuaikan nilai kulakannya, sehingga membuat sebagian masyarakat
mengalami panic buying. Sikap konsumen minyak goreng terhadap kenaikan
harga minyak goreng dapat dilihat dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
konatif (Secord dan Backman dalam Azwar, 2003). Aspek kognitif adalah
konsumen minyak goreng tentang kenaikan harga minyak goreng di Indonesia
beserta sebab dan akibatnya. aspek afektif konsumen minyak goreng adalah
perasaan terhadap sebab dari kenaikan harga minyak goreng itu sendiri, yang
menunjukkan perasaan tidak senang. Sebenarnya konsumen agak
mengeminyak gorengi mengenai sebab dari kenaikan harga minyak goreng,
namun karena efek dari naiknya harga minyak goreng disebabkan menipisnya
persediaan minyak goreng, maka mereka menyatakan perasaan tidak senang.
Mengenai perasaan, sudah pasti semua orang juga akan merasa tidak senang
jika terjadi kenaikan harga barang kebutuhan, karena konsumen berpikir jika
harga naik berarti harus mengeluarkan uang lebih untuk membelinya.

Oleh karena itu, dengan adanya punic buying, mendorong masyarakat untuk
memborong pasokan minyak goreng yang ada, meskipun di pasar sudah sudah
tersedia yang dibutuhkan. Akibatnya, minyak goreng kembali langka di pasaran.
Jadi secara tinjauan consumer behavior, panic buying bukanlah dipicu oleh
kelangkaan, melainkan karena publik mempersepsi tidak adanya kejelasan
jaminan ketersediaan barang yang mereka butuhkan. Kondisi ketidakpastian
tersebut kemudian menimbulkan perasaan terancam dan tidak aman.

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kesimpulan dari tulisan ini adalah:

1. Dengan adanya wabah Covid-19 yang menyebar di seluruh dunia


menyebabkan perlambatan ekonomi salah satunya perlambatan pada
ekonomi Indonesia pada tahun 2020 sebesar 0,28%.
2. Per tanggal 19 Januari 2022 Pukul 00.01 waktu setempat, telah
diberlakukan kebijakan dari Menteri Perdagangan satu harga minyak
goreng kemasan yaitu Rp14.000,00/liter sampai pada tanggal 18 April
2022 harga minyak goreng curah mencapai Rp. 18.000,00/ liter yang
menyebabkan panic buying pada konsumen.
3. Sikap konsumen minyak goreng terhadap kenaikan harga minyak goreng
dapat dilihat dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Aspek
kognitif adalah konsumen minyak goreng tentang kenaikan harga minyak
goreng di Indonesia beserta sebab dan akibatnya. aspek afektif
konsumen minyak goreng adalah perasaan terhadap sebab dari kenaikan
harga minyak goreng itu sendiri, yang menunjukkan perasaan tidak
senang.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2003. Sikap Manusia: Teori &Pengukurannya. Pustaka


Pelajar.Yogyakarta.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Balai


Pustaka.Jakarta.
Irianto, Heru. 2007. Perilaku Konsumen Minyak Goreng Sawit Di Kota
Surabaya.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEPA): Vol. 3 No. 3 Februari
2007: 97-107.
Galo. W,. 2002. Metode Penelitian. Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai