Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok ke-4

Week 9/ Sesi 13
2502164735 – SHOOFIYAH SALWA RURANTI

2502164016 - GIANINA IRENE TANIUS

2201835914 - SUPRIADI MEY ANTO SIAHAAN

2502165504 - IBRAHIM FADHIL ABDILLAH

INFLASI APRIL 2022 DIPROYEKSI MELONJAK, DIPICU MINYAK GORENG DAN


BENSIN

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) berdasarkan survei pemantauan harga


memperkirakan perkembangan harga pada minggu ketiga April 2022 akan mengalami inflasi
sebesar 0,74 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Dengan perkembangan tersebut
inflasi tahunan pada April 2022 diperkirakan mencapai 3,26 persen (year-on-year/yoy) atau
mencapai 1,95 persen sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd). Kepala Grup Departemen
Komunikasi BI Junanto Herdiawan menjelaskan, penyumbang utama inflasi April 2022 hingga
minggu ketiga yaitu komoditas minyak goreng sebesar 0,26 persen mtm, bensin 0,18 persen
mtm, daging ayam ras 0,08 persen mtm, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen mtm.

Di samping itu, penyumbang inflasi lainnya yaitu komoditas telur ayam ras, sabun detergen
bubuk/cair dan jeruk masing-masing sebesar 0,02 persen mtm, serta daging sapi, bawang putih,
tempe, bayam, kangkung, nasi dengan lauk, ayam goreng, rokok kretek dan rokok kretek filter
masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.

“Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ini yaitu tomat dan
cabai rawit masing-masing sebesar -0,02 persen mtm dan -0,01 persen mtm. Junanto
menyampaikan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait
untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat. BI
pun akan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Penulis: Maria Elena

Editor: Muhammad Khadafi

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220422/9/1526034/inflasi-april-2022-diproyeksi-melonjak-
dipicu-minyak-goreng-dan-bensin

Business Economics – R1
Berdasarkan berita di atas, silahkan Anda melakukan analisis terkait kebijakan ekonomi makro
apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah.

1. Kebijakan fiskal apa yang harus dijalankan oleh pemerintah? Jelaskan! (Bobot 20)

Jawaban :

Kenaikan harga BBM, dan komoditas seperti, minyak goreng, telur ayam ras, bubuk
detergen, rokok kretek dan filter memicu risiko inflasi, meskipun masih tergolong inflasi
yang ringan.

Inflasi saat ini lebih banyak disebabkan oeh kontraski biaya produksi yang elambung
akibat dorongan dari kenaikan harga bahan baku salah satunya BBM. Peningkatan biaya
produksi memicu pengurangan jumlah produksi yang berdampak pada pengurangan
jumlah pekerja (PHK). Hal ini juga terjadi pada sector komoditi, telur ayam ras, bubu
detergen, rokok filter dan kretek yang sangat mungkin juga dipicu oleh kenaikan BBM
sebagai ongkos distribusi untuk setiap komoditas di atas

Kebijakaan fiscal yang harus dilakukan pemerintah adalah kebijakan fiscal untuk
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran negara. Pemerintah merancang porsi yang pas antara
penerimaan dan pengeluaran untuk mencapai kestabilan ekonomi. Kebijakan ini adalah
kebijakan fiscal tak disengaja/Insidental. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insidental
yaitu kebijakan berupa penetapan keputusan/aturan untuk melindungi stabilitas ekonomi
sector non pemerintah contohnya penerapan harga eceran tertinggi. Untuk BBM sendiri
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan HET pada BBM adalah untuk
melindungi produsen serta pegawai yang bekerja pada perusahaan tersebut untuk
menghindari pengurangan tenaga kerja (PHK). Komoditas mintak goreng sendiri
mengalami kenaikan harga dikarenakan factor iklim yang mengakibatkan kurangnya
panen sawit, dan anjloknya harga sawit sehingga banyak pelaku atau petani sawit
memilih untuk mengekspor sawit. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk
memberikan subsidi untuk pupuk sawit, kebijakan ini dilakukan agar para petani tetap
bisa mendapatkan keuntungan dengan tetap menjual sawit nya di dalam negeri. Untuk
komoditas lainnya pemerintah juga menetapkan kebijakan yang sama untuk melindungi
produsen dan mengurangi tindakan PHK sehingga tingkat pengangguran Indonesia tidak
mengalami peningkatan.

Business Economics – R1
2. Bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat? (Bobot 20)

Jawaban :

Permintaan agregat adalah jumlah yang akan dibelanjakan oleh sector rumah tangga dan
bisnis. Ketika hendak akan merangsang permintaan agregat, pemerintah akan
mengadopsi kebijakan fiscal ekspansioner. Sebaliknya, ketika ingin mengurangi laju
permintaan agregat, pemerintah mengadopsi kebijakan fiskal kontraksioner. Kebijakan
fiscal ekspansioner dijalankan dengan meningkatkan belanja pemerintah atau
menurunkan pajak. Sebaliknya kebijakan fiscal kontraksioner dijalankan dengan
meningkatkan belanja pemerintah atau menaikkan pajak, Pemerintah mungkin
mengkombinasikan perubahan belanjanya dengan perubahan pajak secara bersamaan
tergantung pada konteks kondisi ekonomi.

Ada sejumlah cara agar kebijakan fiscal dapat mempengaruhi permintaan agregat,
Misalnya, kebijakan ekspansi dapat mengambil satu atau lebih langkah, sebagai berikut

 Pemotongan pajak penghasilan pribadi. Ini meningkatkan pendapatan disposable


dengan tujuan mengingkatkan permintaan agregat dari sekotr rumah tangga

 Pemotongan pajak penjualan (tidak langsung). Ini membuat harga lebih rendah,
yang mana akan menignkatkan pendapatan rill dengan tujuan meningkatkan
permintaan konsumen

 Pemotongan pajak koorporasi untuk meningkatkan laba bisnis, yang dapat


peningkatan pengeluaran modal

 Pemotongan tariff pakal pada tabungan pribadi untuk meningkatkan pendapatan


disposable bagi mereka yang memiliki tabungan, dengan tujuan meningkatkan
permintaaan konsumen

 Peningkatan belanja public untuk barang dan infrastruktur social, seperti jalan,
pelabuhan, rumah sakit dan sekolah, meningkatkan pendapatan pribadi dengan
tujuan meningkatkan permintaan agregat

3. Kebijakan moneter apa yang harus dijalankan oleh pemerintah? Jelaskan! (Bobot 20)

Business Economics – R1
Jawaban :

Kebijakan moneter yang akan dijalankan Pemerintah untuk mengurangi laju inflasi
adalah kebijakan moneter kuantitatif, kebijakan moneter kuantitatif ini merupakan upaya
Bank Sentral untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga. Penawaran
uang yang akan ditambah akan menurunkan suku bunga.

Hal tersebut akan mengakibatkan perkembangan kegiatan ekonomi, sehingga tingkat


kesempatan kerja menjadi lebih tinggi dan jumlah pengangguran akan berkurang.
Kenaikan harga pada BBM, telur ayam ras, rokok filter dan rokok kretek, bubuk
detergen, dan komoditi lainnya akan dapat teratasi dengan adanya kebijakan moneter ini,
meskipun mengalami peningkatan dari segi harga barang baku yang mengakibatkan
harga barang jadi meningkat, di sisi lain pemerintah dengan Bank Sentral berhasil
menekan tingkat pengangguran dengan produsen atau perusahaan tidak melakukan
tindakan pengurangan pegawai atau PHK karena adanya peningkatan pada sector bahan
baku.

Kebijakan moneter kuantitatif ini bisa dilakukan melalui tiga instrument, sebagai berikut

 Operasi Pasar Terbuka, operasi pasar terbuka merupakan upaya untuk


mengendalikan uang yang beredar. Caranya dengan menjual atau membelu
sertifikat Bank Indonesia (SBI)

 Politik Diskonto, Politik Diskonto adalah kegiatan mengatur jumlah yang yang
beredar dengan cara memainkan tingkat bunga Bank Sentral pada Bank Umum

 Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement Ratio), Giro wajib minimum ialah
upaya mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbanknan yang harus disimpan pada Bank Sentral. Jika terdapat
kenaikan tingkat inflasi, Bank sentral akan menaikkan ketentuan cadangan wajib
minimum. Hal ini akan mengakibatkan dana yang akan disalurkan oleh Bank
Umum ke masyarakat berkurang dan tingkat inflasi akan menurun

4. Bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi permintaan agregat? (Bobot 20)

Business Economics – R1
Jawaban :

Pada dasarnya titik keseimbangan tidak selalu berhubungan dengan ekuilibrium. Karena
efek yang diterima bisa saja kebalikannya. Di mana titik permintaan lebih tinggi
disbanding dengan penawaran atau sebaliknya. Dalam buku Principle of
Macroeconomics dikatakan bahwa yang mempengaruhi permintaan agregat terdapat tiga
hal, yaitu

 Efek kekayaan, dimana tingakt konsumsi masyarakat akan bersinggunan


langsung dengan penghasilan masyarakat itu sendiri. Semakin tercukupinya
kebutuhan masyarakat dengan kemampuan daya beli yang semakin tinggi, maka
akan meningkatkan pula permintaan di pasar

 Efek tingkat bunga, efek ini berhubungan dengan simpan pinjam dan obligasi.
Bagaimana caranya seseorang mampu mengembangkan asset yang ia miliki
dengan cara paling mudah. Pilihannya jika ia tidak berinvestasi maka dia akan
menggunakan uangnya untuk berbisnis. Tindakan lama yang masih sering dipakai
orang kebanyakan saat ini adalah dengan menaikkan suku bunga, Maka dengan
senang hati masyarakat akan berbondong-bondong menyimpan uang mereka ke
bank atau bahkan membeli obligasi dengan harapan uang mereka akan bertambah
jumlahnya.

 Efek nilai tukar, efek ini berlaku untuk semua negara yang berpacu pada mata
uang sentral. Masih berkaitan dengan suku bunga. Jika dalam suatu negara suku
bunganya diturunkan, maka para investor akan lebih memilih berinvestasi di luar
negeri. Itu dianggap akan lebih menguntungkan mereka. Dan dampaknya bagi
negara yang biasanya pemasukan dari investasi tersebut ketika secara signifikan
pemasukan itu hilang, dan membuat mata uang terdeperesiasi relative oleh mata
uang asing. Sehingga, barang-barang domestic akan lebih murah ketimbang
barang pesaingnya. Ini akan menimbulkan masalah baru, yakni akan
meningkatkan impor barang secara massif yang berimbas pada matinya barang
domestic jika pemerintah salah kaprah dalam mengambil kebijakan.

Bentuk kurva permintaan agregat adalah downward sloping atau miring kebawah yang
dipengaruhi oleh tiga factor di atas yaitu, efek kekayaan, efek nilai tukar, dan efek suku
bunga, Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang miring
ke bawah, ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut
jenis perekonomian. Teori suku bunga yang dikemukakan oleh Keynes, dalam teori ini
menyatakan bahwa suku bunga berubah-ubah untuk membuat jumlah uang yang beredar

Business Economics – R1
dan permintaan uang menjadi seimbang. Suku bunga yang dimaksud dalam teori Keynes
adalah suku bunga nominal dan suku bunga rill untuk kemudian akan dikembangkan teori
ini dengan memperhatikan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang serta
bagaimana masing-masing bergantung pada suku bunga

5. Apakah deflasi dibutuhkan oleh suatu Negara? Jelaskan! (Bobot 20)

Jawaban :

Deflasi adalah sebuah kondisi saat harga barang yang ada di dalam sebuah negara
mengalami penurunan. Penurunan harga barang-barang tersebut bisa terjadi secara
periodic, langsung, maupun bersamaan. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi
perekonomian suatu negara.

Hal tersebut mungkin akan menguntungkan banyak orang. Orang-orang yang suka
belanja bisa langsung belanja dalam jumlah yang besar. Ketika hal ini terjadi, umumnya
masyarakat akan langsung membelanjakan banyak barang yang dibutuhkan orang-orang
tersebut. Di saat yang bersamaan, deflasi yang terjadi dalam suatu negara ini akan
memiliki dampak yang lebih besar pada para pemilik usaha. Semua pemilik usaha akan
merasakan dampaknya. Baik pemilik usaha barang maupun usaha jasa.

Perusahaan akan terus-menerus dirugikan akibat transaksi tersebut. Hasilnya akan


membuat para penguasa memutar otak. Biasanya para pengusaha akan menyiasatinya
dengan cara mengurangu biaya dalam memproduksi barang, perusahaan itu juga akan
memungkinkan melakukan pengurangan karyawan (PHK) atau pemutusan hubungan
kerja dari perusahaan ke karyawannya bisa dibilang menjadi pilihan yang terbilang
masuk akal. Hal itu terjadi karena ada beberapa pemilik perusahaan yang tidak ingin
mengurangi biaya produksinya pada sector murah. Seperti penggunaan bahan baku yang
lebih murah. Ketika perusahaan mengambil tindakan PHK, maka perusahaan tersebut
akan mempertimbangkan konsumennya. Perusahaan tidak ingin mengambil resiko
terjadinya perubahan produk yang akan mengganggu konsumennya.

Maka dengan itu deflasi di sebuah perekonomian negara tidak terlalu diperlukan, karena
selain akan mengakibatkan kenaikan tingkat pengangguran karena penurunan harga
barang secara terus menerus sehingga perusahaan mengambil langkah untuk mengurangi
biaya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja. Selain memicu peningkatan tingkat
pengangguran, produk yang akan ditawarkan pun akan mengalami penurunan kualitas
karena banyak perusahaan akan memutar otak dengan membeli bahan baku yang lebih
murah karena harga barang yang terus menerus menurun, akibatnya selain mutu produk
yang menurun, produsen pun akan kehilangan kepercayaan konsumen dan konsumen itu
sendiri.

Business Economics – R1
Sumber : https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/pengaruh-kebijakan-moneter-terhadap-
permintaan-agregat-686a8679/detail/,
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebijakan-fiskal-adalah,
https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/pengaruh-kebijakan-moneter-terhadap-permintaan-
agregat-686a8679/detail/, https://bamai.uma.ac.id/2022/10/20/pengertian-deflasi-jenis-model-
penyebab-dan-cara-mengatasinya/,

Business Economics – R1

Anda mungkin juga menyukai