Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

“ MAFIA MINYAK GORENG “

Dosen Pengampu : Agus Murtana, S.Sos., M.SI

Shania Putri Kusuma Wardani

2101070

1B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul “MAFIA MINYAK GORENG”. Makalah ini dibuat untuk tugas yang di berikan kepada
saya dalam rangka memahami kelangkaan minyak goreng yang ada di Indonesia.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk mengetahui kelangkaan minyak
goring di Indonesia. Sehingga besar harapan saya, makalah yang saya sajikan dapat menjadi
kontribusi positif bagi pengembangan wawasan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga
laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amin

KLATEN, 05 APRIL 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Minyak Goreng

2.2 Mafia Minyak Goreng

2.3 Alasan Mafia Minyak Goreng Tak Kunjung Dibongkar

2.4 Regulasi Tidak Tepat

` 2.5 Minyak Goreng Mahal, Langka, Mahal Lagi

2.6 Solusi Said Didu Atasi Masalah Minyak Goreng

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok
atau merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng
dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan
maupun perdesaan (Amang, 1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak
seperti: penumisan, penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab
minyak goreng dapat memberikan aroma yang sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih,
membuat makanan menjadi renyah atau crispy, serta penampilan yang lebih menarik
memberikan warna keemasan dan kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus
atau dipanggang.

Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined,
Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang
menjadi bahan makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak
goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial,
ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label
dan periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak
yang diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.

Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng
hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan,
terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini
dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai. Di Indonesia
minyak goreng nabati yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku
kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak
ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).

Menurut Setiadi (2003:11) Keputusan pembelian dari konsumen sangat


dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Sebagian besar
adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar. Jadi, semakin banyak
pengetahuan pemasar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen, semakin besar kemampuan mereka untuk mendesain penawaran produk dan
jasa yang menarik, serta mengenali dan menargetkan segmen-segmen pasar yang berarti.
3 Pentingnya penelitian konsumen untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan konsumen
dan juga bagaimana tanggapannya akan produk yang dikonsumsinya yang berarti
berhubungan dengan kepuasan konsumen serta penelitian dapat berfungsi sebagai basis
untuk pendidikan dan perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting
untuk keputusan kebijakan umum.

Menurut Sumarwan (2011:8) pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen


akan menjadikan konsumen memiliki informasi yang lebih baik mengenai dirinya,
sehingga dapat mengendalikan perilakunya agar dapat menjadikan konsumen yang bijak
dan melindungi dirinya dari praktik-praktik bisnis yang merugikan mereka. Selain itu
penelitian konsumen ini dapat membantu produsen dalam memahami konsumen untuk
mengambil keputusan yang lebih baik. Untuk bersaing di pasaran produsen dapat
memperbaiki kualitas dari produk yang ditawarkan sehingga dapat menarik perhatian
konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Minyak Goreng ?
2. Definisi Mafia Minyak Goreng ?
3. Bagaimana alasan pemerintah tentang Mafia Minyak Goreng ?
4. Bagaimana Regulasinya ?
5. Mengapa Minyak Goreng Menjadi Mahal dan Langka ?
6. Bagaimana solusi mengatasi masalah Minyak Goreng ?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Menganalisis pengaruh kelangkaan Minyak Goreng dan Mafia Minyak Goreng
yang ada di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MINYAK GORENG


Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau
merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan
(Amang, 1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan,
penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat
memberikan aroma yang sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi
renyah atau crispy, serta penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan
kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang.

Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached,
Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan
makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak goreng
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi dan
politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor
: 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan periklanan
makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang diperoleh dari
atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.

Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan
minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan, terutama untuk
menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari
berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai. Di Indonesia minyak goreng
nabati yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain
karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari
segi harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).

2.2 MAFIA MINYAK GORENG


Menurut Said Didu, mafia adalah sekelompok orang yang bergerak secara rahasia untuk
melakukan kejahatan. Berdasarkan definisi tersebut, maka jelas terlihat bahwa mereka adalah
penjahat yang sudah melanggar hukum.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (18/3/2022), Lutfi mengungkap
bahwa ada pihak yang mengalihkan minyak subsidi ke minyak industri dan mengekspor
minyak goreng ke luar negeri. Pihak-pihak ini juga mengemas ulang minyak goreng agar bisa
dijual dengan harga yang tak sesuai harga eceran tertinggi (HET). Mereka itulah yang Lutfi
sebut sebagai mafia minyak goreng. "Ada orang-orang yang tidak sepatutnya mendapatkan
hasil dari minyak goreng ini. Misalnya minyak goreng yang seharusnya jadi konsumsi
masyarakat masuk ke industri atau diselundupkan ke luar negeri," kata Lutfi. Lutfi pun
mengakui bahwa pihaknya tak kuasa mengontrol keberadaan mafia dan spekulan minyak
goreng. Ia meminta maaf sekaligus menyebut bahwa hal ini merupakan akibat dari perilaku
manusia yang rakus dan jahat. "Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak dapat
mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat," katanya.

Namun demikian, Lutfi mengatakan, Kemendag bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri
terus menelusuri keberadaan para mafia itu. Dia mengaku telah memberikan data terkait
praktik mafia minyak goreng ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri agar dapat
diproses hukum. Lutfi bahkan sempat menjanjikan bahwa tersangka mafia minyak goreng
akan diumumkan pada Senin (21/3/2022). "Saya, kita pemerintah, tidak pernah mengalah,
apalagi kalah dengan mafia. Saya akan pastikan mereka ditangkap dan calon tersangkanya
akan diumumkan hari Senin," katanya. Namun, pada hari itu, tak ada satu pun tersangka
mafia minyak goreng yang diumumkan ke publik.

2.3 ALASAN MAFIA MINYAK GORENG TAK KUNJUNG DIBONGKAR


Kepolisian juga masih berkomunikasi dengan Kementerian Perdagangan mengenai target-
target minyak goreng yang dimaksud oleh Menteri Perdagangan.

"Terkait dengan minyak goreng banyak teman tanya sampai saat ini kami belum dapat
respon. Apakah satgas pangan atau Diteksus (Direktorat Ekonomi Khusus) masih melakukan
penelusuran," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, mengutip
detikcom.

"Ya tentu kita harus menjawab karena itu pernyataan seorang pejabat, namun kami sudah
komunikasi tapi belum mendapat respon. Mungkin kaitannya lagi melakukan pertemuan,"
tambahnya.

Sebelumnya dikabarkan, Mendag, mengungkapkan salah satu penyebab krisis minyak goreng
yang terjadi karena ada permainan oknum mafia. Bahkan ia mengaku sudah mengantongi
sejumlah target nama yang dijanjikan akan diungkap pada, Senin (21/3/2022).

Hanya saja sampai saat ini belum ada tanda-tanda terduga mafia minyak goreng itu
diungkapkan kepada publik, seperti yang dijanjikan Lutfi.
"Ada tiga target yang ditetapkan hari Senin, minyak curah subsidi dilarikan ke industri
menengah ke atas, minyak goreng curah subsidi jadi minyak goreng premium, dan minyak
goreng curah subsidi malah dilarikan ke luar negeri. Jadi tiga-tiganya ada calon tersangka.
Nanti akan dikarungin oleh polisi," katanya, dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI,
Jumat (18/3/2022).

2.4 REGULASI TIDAK TEPAT


Sementara, berbeda dari Mendag, Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menyebut bahwa tak
ada mafia minyak goreng. Menurutnya, yang ada hanyalah ketidaktepatan regulasi tata niaga.
“Di sektor pangan memang ada mafia di sejumlah komoditas, tapi tidak ada di minyak
goreng. Yang ada adalah ketidaktepatan dalam regulasi sehingga pengusaha mencari celah
untuk mencari keuntungan," katanya melalui siaran pers dikutip dari Kontan.id, Selasa
(22/3/2022). Menurut Gobel, langka dan mahalnya harga minyak di Indonesia disebabkan
karena masalah pengaturan dalam tata niaga dan kepemimpinan, manajerial, serta pendekatan
pengelolaan minyak goreng. Harus diakui bahwa para pembuat kebijakan melakukan
kesalahan dalam mengatur regulasi. Di saat bersamaan, pengusaha berupaya mencari
keuntungan.

Gobel mengatakan, Kemendag seharusnya memiliki strategi dalam menghadapi gejolak


harga akibat meningkatnya permintaan pasar global terhadap minyak sawit atau crude palm
oil (CPO) dan minyak goreng. Indonesia sebenarnya merupakan negara agraris penghasil
CPO dan minyak goreng terbesar di dunia. Oleh karenanya, menurut Gobel, ini hanya
masalah hilir dan bukan masalah hulu. “Kejadian ini harus menjadi momentum. Kita harus
bangun, jangan cuma tidur. Jangan cuma mengatakan harga (minyak) naik terus menyerah,"
kata dia.

Untuk menyelesaikan kisruh minyak goreng ini, menurut Gobel, pemerintah bisa melibatkan
pengusaha agar ikut bertanggung jawab. Dia mengatakan, persoalan pangan tak bisa
diselesaikan sendiri oleh Kementerian Perdagangan tanpa melibatkan jajaran pemerintah
lainnya seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, hingga Kementerian
ESDM. "Masalah pangan ini bersifat strategis karena menyangkut ketahanan nasional. Jika
tak terkendali masalahnya bisa menjadi politis,” kata dia.

2.5 MINYAK GORENG MAHAL, LANGKA, MAHAL LAGI


Sebagaimana diketahui, terhitung sejak akhir tahun lalu harga minyak goreng melambung
tinggi. Pemerintah sempat mengeluarkan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET). Untuk
minyak goreng curah, ditetapkan HET sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan
sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.
HET yang diterapkan mulai 1 Februari 2022 itu memang sempat membuat harga minyak
goreng di pasaran turun. Namun, keberadaannya menjadi langka di pasaran. Akhirnya,
pemerintah mencabut aturan soal HET. Artinya, harga minyak goreng kemasan diserahkan
ke mekanisme pasar. Setelahnya minyak goreng memang muncul kembali di pasaran. Tetapi,
masalah yang muncul selanjutnya yakni harganya melonjak tinggi.

Mendag sendiri mengaku kebingungan dengan melimpahnya stok minyak goreng usai aturan
HET dicabut. "Saya juga bingung barang ini dari mana? Tiba-tiba keluar semua," katanya
saat berdialog dengan ibu-ibu di sebuah ritel modern di Jakarta dikutip dari Tribunnews,
Minggu (20/3/2022). Terbaru, Lutfi mengaku pihaknya telah menyerahkan ke polisi perihal
data dugaan mafia minyak goreng. Dalam rapat kerja Komite II DPD pada Senin
(21/3/2022), Lutfi mengatakan, sosok tersebut diharapkan terungkap dalam waktu 1-2 hari ke
depan. "Ini merupakan sesuatu yang kami serahkan ke Kepolisian. Semoga dalam waktu 1-2
hari akan diungkap siapa yang bermain sebagai mafia ini," kata Lutfi dalam keterangannya.

2.6 SOLUSI MENURUT SAID DIDU ATASI MASALAH MINYAK GORENG


Said juga memberikan beberapa solusi dalam cuitannya tersebut, antara lain :
1. Buat kebijakan yang tidak menyebabkan disparitas harga yang besar
2. Segera siapkan minyak goreng subsidi dengan mengalihkan subsidi solar ke subsidi
minyak goring.
3. Tugaskan Bulog dan RNI untuk kelola minyak goreng subsidi
4. Produksi minyak goreng subsidi oleh pabrik kecil atau menengah

Terlepas dari apakah memang ada mafia migor atau tidak, jelas bahwa kelangkaan dan
melonjaknya harga minyak goreng memerlukan kebijakan:

1. Menghilangkan oligopoly
2. Meningkatkan peran BUMN
3. Berhati-hati menggunakan sumber pangan untuk energy
4. Menghindari terjadinya oligarki pangan

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mafia adalah sekelompok orang yang bergerak secara rahasia untuk melakukan
kejahatan. Berdasarkan definisi tersebut, maka jelas terlihat bahwa mereka adalah
penjahat yang sudah melanggar hukum. Menurut Lutfi, mafia adalah mereka para
penimbun minyak goreng, dan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu; Menjualnya kembali
ke industri, Melakukan pengemasan ulang (repacking), dan Mengekspornya ke luar
negeri.

Dugaan mafia minyak goreng yang disebut-sebut Menteri Perdagangan (Mendag)


Muhammad Lutfi masih jadi misteri. Sebelumnya, perihal mafia minyak goreng diungkap
langsung oleh Lutfi. Ia mengatakan, langka dan mahalnya harga minyak disebabkan
karena permainan mafia.

Sebagaimana diketahui, terhitung sejak akhir tahun lalu harga minyak goreng melambung
tinggi. Pemerintah sempat mengeluarkan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET). Untuk
minyak goreng curah, ditetapkan HET sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng
kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000
per liter.

3.2 SARAN
Dari kasus tentang Kelangkaan Minyak Goreng, Mahal nya Minyak Goreng, dan Mafia
Minyak Goreng. Semoga pemerintah Indonesia sadar akan langka nya minyak goreng di
Indonesia dan harga nya yang mahal membuat masyarakat menjadi kesal. Pemerintah
sepertinya lupa, harga tinggi dan kelangkaan minyak goreng selalu berkelindan. Ketika
ada salah satu yang 'sakit', penyembuhannya mesti dengan obat yang cocok untuk
keduanya. Tidak bisa parsial. Prinsipnya sederhana, jangan mengobati luka di satu sisi
kalau itu malah berpotensi memunculkan luka baru di sisi yang lain. Akan tetapi, itulah
yang terjadi. Ketika pada Januari 2002 lalu persoalan harga coba diselesaikan dengan
kebijakan satu harga, lalu disusul dengan regulasi harga eceran tertinggi (HET) minyak
goreng Rp14 ribu per liter, seketika itu pula kelangkaan mulai terjadi.
Minyak seolah menghilang dari pasar. Masyarakat menjerit, para pelaku usaha mikro,
terutama pedagang gorengan dan warung makan yang jumlahnya jutaan kelabakan.
Operasi pasar digelar. Orang mengantre dan berjubel demi mendapatkan minyak goreng
murah. Korban berjatuhan, bahkan ada yang meninggal dunia setelah kecapaian
mengantre.

DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/23/05550051/misteri-tersangka-mafia-minyak-
goreng-yang-dijanjikan-mendag?page=1

https://m.bisnis.com/amp/read/20220324/9/1514479/opini-negara-vs-mafia-minyak-goreng

https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2601-lawan-mafia-minyak-goreng

Anda mungkin juga menyukai