2101070
1B
S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul “MAFIA MINYAK GORENG”. Makalah ini dibuat untuk tugas yang di berikan kepada
saya dalam rangka memahami kelangkaan minyak goreng yang ada di Indonesia.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk mengetahui kelangkaan minyak
goring di Indonesia. Sehingga besar harapan saya, makalah yang saya sajikan dapat menjadi
kontribusi positif bagi pengembangan wawasan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga
laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amin
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined,
Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang
menjadi bahan makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak
goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial,
ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label
dan periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak
yang diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng
hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan,
terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini
dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai. Di Indonesia
minyak goreng nabati yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku
kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak
ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).
1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Menganalisis pengaruh kelangkaan Minyak Goreng dan Mafia Minyak Goreng
yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached,
Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan
makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Minyak goreng
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi dan
politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor
: 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan periklanan
makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang diperoleh dari
atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan
minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan, terutama untuk
menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari
berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai. Di Indonesia minyak goreng
nabati yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain
karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari
segi harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).
Namun demikian, Lutfi mengatakan, Kemendag bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri
terus menelusuri keberadaan para mafia itu. Dia mengaku telah memberikan data terkait
praktik mafia minyak goreng ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri agar dapat
diproses hukum. Lutfi bahkan sempat menjanjikan bahwa tersangka mafia minyak goreng
akan diumumkan pada Senin (21/3/2022). "Saya, kita pemerintah, tidak pernah mengalah,
apalagi kalah dengan mafia. Saya akan pastikan mereka ditangkap dan calon tersangkanya
akan diumumkan hari Senin," katanya. Namun, pada hari itu, tak ada satu pun tersangka
mafia minyak goreng yang diumumkan ke publik.
"Terkait dengan minyak goreng banyak teman tanya sampai saat ini kami belum dapat
respon. Apakah satgas pangan atau Diteksus (Direktorat Ekonomi Khusus) masih melakukan
penelusuran," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, mengutip
detikcom.
"Ya tentu kita harus menjawab karena itu pernyataan seorang pejabat, namun kami sudah
komunikasi tapi belum mendapat respon. Mungkin kaitannya lagi melakukan pertemuan,"
tambahnya.
Sebelumnya dikabarkan, Mendag, mengungkapkan salah satu penyebab krisis minyak goreng
yang terjadi karena ada permainan oknum mafia. Bahkan ia mengaku sudah mengantongi
sejumlah target nama yang dijanjikan akan diungkap pada, Senin (21/3/2022).
Hanya saja sampai saat ini belum ada tanda-tanda terduga mafia minyak goreng itu
diungkapkan kepada publik, seperti yang dijanjikan Lutfi.
"Ada tiga target yang ditetapkan hari Senin, minyak curah subsidi dilarikan ke industri
menengah ke atas, minyak goreng curah subsidi jadi minyak goreng premium, dan minyak
goreng curah subsidi malah dilarikan ke luar negeri. Jadi tiga-tiganya ada calon tersangka.
Nanti akan dikarungin oleh polisi," katanya, dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI,
Jumat (18/3/2022).
Untuk menyelesaikan kisruh minyak goreng ini, menurut Gobel, pemerintah bisa melibatkan
pengusaha agar ikut bertanggung jawab. Dia mengatakan, persoalan pangan tak bisa
diselesaikan sendiri oleh Kementerian Perdagangan tanpa melibatkan jajaran pemerintah
lainnya seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, hingga Kementerian
ESDM. "Masalah pangan ini bersifat strategis karena menyangkut ketahanan nasional. Jika
tak terkendali masalahnya bisa menjadi politis,” kata dia.
Mendag sendiri mengaku kebingungan dengan melimpahnya stok minyak goreng usai aturan
HET dicabut. "Saya juga bingung barang ini dari mana? Tiba-tiba keluar semua," katanya
saat berdialog dengan ibu-ibu di sebuah ritel modern di Jakarta dikutip dari Tribunnews,
Minggu (20/3/2022). Terbaru, Lutfi mengaku pihaknya telah menyerahkan ke polisi perihal
data dugaan mafia minyak goreng. Dalam rapat kerja Komite II DPD pada Senin
(21/3/2022), Lutfi mengatakan, sosok tersebut diharapkan terungkap dalam waktu 1-2 hari ke
depan. "Ini merupakan sesuatu yang kami serahkan ke Kepolisian. Semoga dalam waktu 1-2
hari akan diungkap siapa yang bermain sebagai mafia ini," kata Lutfi dalam keterangannya.
Terlepas dari apakah memang ada mafia migor atau tidak, jelas bahwa kelangkaan dan
melonjaknya harga minyak goreng memerlukan kebijakan:
1. Menghilangkan oligopoly
2. Meningkatkan peran BUMN
3. Berhati-hati menggunakan sumber pangan untuk energy
4. Menghindari terjadinya oligarki pangan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mafia adalah sekelompok orang yang bergerak secara rahasia untuk melakukan
kejahatan. Berdasarkan definisi tersebut, maka jelas terlihat bahwa mereka adalah
penjahat yang sudah melanggar hukum. Menurut Lutfi, mafia adalah mereka para
penimbun minyak goreng, dan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu; Menjualnya kembali
ke industri, Melakukan pengemasan ulang (repacking), dan Mengekspornya ke luar
negeri.
Sebagaimana diketahui, terhitung sejak akhir tahun lalu harga minyak goreng melambung
tinggi. Pemerintah sempat mengeluarkan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET). Untuk
minyak goreng curah, ditetapkan HET sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng
kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000
per liter.
3.2 SARAN
Dari kasus tentang Kelangkaan Minyak Goreng, Mahal nya Minyak Goreng, dan Mafia
Minyak Goreng. Semoga pemerintah Indonesia sadar akan langka nya minyak goreng di
Indonesia dan harga nya yang mahal membuat masyarakat menjadi kesal. Pemerintah
sepertinya lupa, harga tinggi dan kelangkaan minyak goreng selalu berkelindan. Ketika
ada salah satu yang 'sakit', penyembuhannya mesti dengan obat yang cocok untuk
keduanya. Tidak bisa parsial. Prinsipnya sederhana, jangan mengobati luka di satu sisi
kalau itu malah berpotensi memunculkan luka baru di sisi yang lain. Akan tetapi, itulah
yang terjadi. Ketika pada Januari 2002 lalu persoalan harga coba diselesaikan dengan
kebijakan satu harga, lalu disusul dengan regulasi harga eceran tertinggi (HET) minyak
goreng Rp14 ribu per liter, seketika itu pula kelangkaan mulai terjadi.
Minyak seolah menghilang dari pasar. Masyarakat menjerit, para pelaku usaha mikro,
terutama pedagang gorengan dan warung makan yang jumlahnya jutaan kelabakan.
Operasi pasar digelar. Orang mengantre dan berjubel demi mendapatkan minyak goreng
murah. Korban berjatuhan, bahkan ada yang meninggal dunia setelah kecapaian
mengantre.
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/23/05550051/misteri-tersangka-mafia-minyak-
goreng-yang-dijanjikan-mendag?page=1
https://m.bisnis.com/amp/read/20220324/9/1514479/opini-negara-vs-mafia-minyak-goreng
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2601-lawan-mafia-minyak-goreng