Anda di halaman 1dari 4

Permasalahan dan Solusi

Permasalahan
Menurut “Market Brief 2014” oleh Kementrian Perdagangan menyatakan bahwa
Indonesia adalah salah satu produsen minyak atsiri terbesar di dunia untuk beberapa
komoditi. Keberuntungan lainnya, adalah dari 70 jenis minyak atsiri yang beredar di
pasaran dunia, 40 jenisnya terdapat di Indonesia. Namun baru minyak atsiri jenis
nilam dan sereh wangi yang diproduksi secara komersial (Perkebunannews.com,
2018).
Bentuk bahan yang diekspor ke beberapa negara di dunia adalah bahan setengah jadi,
ini sangat disayangkan dengan segala SDA yang ada di Indonesia yang seharusnya
bisa lebih dieksplor kembali dan diproses sendiri untuk dijadikannya bahan jadi saat
diekspor yang justru akan memperbesar harga jual ketimbang mengekspor barang
setengah jadi.
Berikut adalah 10 besar negara eksportir Minyak Atsiri dunia (2009-2013) :
Mantan Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo pernah mengatakan dalam satu
diskusi di Bogor pada 17 Mei 2014, “…90% produksi minyak atsiri nilam dunia ada
di Indonesia. Tetapi sayangnya yang menikmati justru Singapura. Karena yang
menjual, yang mengolah itu Singapura.”
Indonesia merupakan pemasok utama minyak atsiri jenis nilam. Menurut data Market
Study Essential Oils and Oleoresin (ITC), dalam per tahun Indonesia memproduksi
minyak nilam mencapai 450 ton yang kemudian disusul Cina sekitar 50-80 ton, dari
total produksi nilam dunia yang mencapai 500-550 ton per tahun. Dari data di atas
terlihat bahwa Indonesia pemasok 90% kebutuhan minyak nilam dunia.
Berdasarkan salah satu permasalahan diatas betapa besar keuntungan yang diperoleh
Singapura, apalagi minyak atsiri yang mereka beli dari Indonesia, termasuk dari Aceh
adalah bahan dalam bentuk segar dengan harga yang murah yang dengan melalui
teknologi penyulingan, bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi minyak
atsiri dan dijual dengan harga yang mahal.

Solusi
Pada era ini, persaingan pasar minyak atsiri Indonesia dengan negara
lain akan semakin ketat. Untuk itu, diperlukan adanya standar mutu nasional dan
internasional. Konsumen minyak atsiri akan terus meningkat waktu demi waktu tidak
hanya di Indonesia, negara produsen minyak atsiri lainnya juga pasti akan mengalami
peningkatan. Konsumen pada jaman sekarang juga cenderung berpaling
menggunakan bahan yang berbahan alami ketimbang berbahan sintetik.
Beberapa faktor mempengaruhi kualitas dari minyak atsiri seperti jenis
atau varietas baku yang digunakan, penanganan bahan segar, proses pengeringan,
proses produksi minyak dan penetuan mutu minyak atsiri. Dengan dipenuhinya
faktor-faktor penunjang kualitas dan mutu dari minyak atsiri, maka persaingan
perdagangan minyak atsiri antar negara dapat dianulir karena kualitas terjamin dari
minyak atsiri asal Indonesia.(MustaminY,2015)
Untuk meningkatkan daya saing industri minyak atsiri Indonesia, telah ditetapkan
strategi pengembangan sbb.:
1. Komoditas Unggulan.
Diantara beragam produk ekspor minyak atsiri Indonesia, minyak nilam, minyak akar
wangi, minyak pala dan minyak cengkeh perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
terus dikembangkan mengingat kinerja ekspornya dan posisi penting di pasaran dunia.
2. Pengembangan Sentra Produksi.
Kesesuaian agroklimat dan sosial budaya (termasuk tradisi) suatu daerah terhadap
komoditas tanaman atsiri tertentu sangat menentukan dalam pengembangan sentra
produksi. Dukungan berupa akses terhadap sarana produksi akan meningkatkan
produktivitas dan mutu bahan baku suatu sentra produksi.
3. Peningkatan Mutu Produk.
Pengembangan dan penerapan standar proses produksi , standar alat, standar mutu
yang berlaku dan sesuai dengan permintaan pasar, serta standar harga dikaitkan
dengan mutu perlu segera diupayakan. Untuk itu diperlukan dukungan semua
pemangku kepentingan untuk terwujudnya berbagai standar tersebut.
4. Peningkatan dan Stabilisasi Harga.
Tingkat dan fluktuasi harga produk minyak atsiri antara lain ditentukan keseimbangan
supply & demand pasar dunia. Untuk itu diharapkan peran pemerintah dan eksportir
yang lebih intensif dalam memberikan pembinaan, penyuluhan dan informasi kepada
petani/penyuling untuk mengantisipasi kondisi dan kebutuhan pasar dunia.
5. Peningkatan Kesejahteraan Petani/Penyuling.
Peningkatan keuntungan dapat diupayakan melalui peningkatan produktivitas dan
peningkatan efisiensi proses produksi. Hal lain yang sangat penting adalah kepastian
pasar. 5 Pembinaan yang lebih intensif dan terarah dari pemerintah/lembaga litbang
dan kemitraan dengan eksportir sangat diperlukan.
6. Penguatan Kelembagaan Petani/Penyuling.
Hampir semua petani/penyuling minyak atsiri mempunyai posisi tawar yang lemah
terhadap berbagai pihak. Terbentuknya kelembagaan kelompok petani/penyuling yang
berfungsi baik dapat memperbaiki akses kepada modal usaha dan pasar.
7. Peningkatan Nilai Tambah.
Nilai tambah produksi minyak atsiri Indonesia masih rendah. Di lain pihak telah
tersedia kapasitas litbang di Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian untuk
menghasilkan produk turunan minyak atsiri yang bernilai tambah tinggi. Pemanfaatan
hasil kegiatan penelitian dan pengembangan melalui diseminasi ke pelaku usaha
dalam rangka peningkatan nilai tambah produk minyak atsiri Indonesia. Misalnya
proses ekstraksi dan fraksinasi minyak atsiri menjadi turunan/derivatnya (flavour and
fragrance).
8. Pengembangan Minyak Atsiri Baru.
Setidaknya terdapat 7 jenis minyak atsiri baru yang sangat potensial untuk
dikembangkan secara komersial. (1) Minyak anis (anis oil), (2) Minyak permen
(cornmint oil), (3) Minyak kemangi (basil oil, Reunion Type), (4) Minyak sereh
(lemongrass, East Indian Type), (5) Minyak sereh dapur (lemongrass, West Indian
Type), (6) Minyak jeringau (calamus oil), dan (7) Minyak bangle. (Gunawan Wein ,
2009)
Berdasarkan solusi yang telah diberikan diatas oleh Wein Gunawan -Ketua Umum
Atsiri Indonesia, inti sebenarnya adalah kita harus lebih bisa mengoptimalkan segala
SDM untuk memanfaatkan dan mengelola SDA yang begitu bermacam-macam. Di
negeri yang kaya ini seharusnya menjadi ladang kita untuk terus berpikir bagaimana
cara mengeksplor lebih banyak lagi minyak yang ada di Indonesia untuk kita olah
sendiri. Menumbuhkan industri komersial yang melibatkan bahan dari minyak atsiri
dalam pembuatannya juga merupakan hal yang baik karena potensi pasar dalam
negeri yang cukup besar. Jauh lebih baik kita memproduksi sendiri barang mentah
dari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dibanding mengimpor
barang jadi dari luar yang mana baranf mentahnya dari negeri sendiri. Disamping itu
penjelasan tentang apa itu minyak atsiri, bagaimana pengolahannya, barang apa saja
yang dapat dihasilkan dari minyak atsiri, dan lain sebagainya dapat kita sosialisasikan
kepada siswa atau mahasiswa sebagai Agent of Change yang akan membawa
kemajuan bagi Indonesia.

Daftar Pustaka

Gunawan, W. (2009). KUALITAS DAN NILAI MINYAK ATSIRI, IMPLIKASI PADA


PENGEMBANGAN TURUNANNYA.
MUSTAMIN, Y. (2015). PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI TUMBUHAN
INDONESIA SEBAGAI POTENSI PENINGKATAN NILAI EKONOMI.
PERDAGANGAN, K. (2014). MARKET BRIEF 2014. Dalam Minyak Atsiri (HS 3301).

Anda mungkin juga menyukai