Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KELOMPOK 5 KIMIA INDUSTRI

MATERI 2 : CPO ( Crude Palm Oil )

OLEH :
190403045 Ismi Muhammad Putra
190403049 Miranda Azalia
190403051 Kania Khalisah0049jjjjj

TEKNIK INDUSTRI B
Universitas Sumatera Utara
2019

1
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “CPO ( Crude Palm Oil)”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat


bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih


dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Medan,27 September 2019

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….. 2

BAB II ISI
2.1 Definisi CPO………………………………………………………................ 3
2.2 ejarah CPO………………………………………………............................... 3
2.3 Perkembangan Industri Cpo………………………………………………… 4
2.4 Jenis Industri Hulu dan Hilir……………………………………………...… 5
2.5 Lahan Produksi Kelapa Sawit…………………………………………….… 7
2.6 Bahan Baku dan Komposisi ……………………………………………….. 8
2.7 Proses Pembuatan CPO…………………………………………..………… 13
2.8 Jenis Minyak Kelapa Sawit……………………………………………….... 14
2.9 Penyebaran Hasil Produksi CPO…………………………………………………… 12
2.10 Dampak CPO……………………………………………………………………… 20

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 16
3.2 Saran………………………………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menghasilkan minyak
sawit mentah (CPO; crude palm oil) menjadi andalan komoditi ekspor Indonesia. Kelapa
sawit memiliki peran strategis karena (1) kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak
goreng sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Hal
ini penting karena minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok
kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjagkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
(2) kelapa sawit sebagai salah satu komoditi pertanian andalan non migas, mempunyai
prospek yang baik sebagai sumber pendapatan devisa maupun pajak (3) Dalam proses
produksi maupun pengolahan mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Cyirillus Benikrisanto, 2006).
Minyak kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang sangat menguntungkan
Karena harga minyak sawit di pasaran Internasional cenderung mengalami peningkatan.
Pengembangan kelapa sawit baik melalui perluasan areal, peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi minyak sawit perlu terus dilakukan agar mampu bersaing di pasar International.
Perkembangan luas areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia semakin bertambah
dari tahun 2001-2010, yang diikuti dengan produksi yang cenderung meningkat pula. Tahun
2009-2010 produksi kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1.204.020 ton.
Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia sebagai salah satu negara pemasok minyak
sawit mentah dunia, untuk lebih meningkatkan daya saingnya di pasar.

1.2 Perumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan semen CPO ( Crude Palm Oil ) ?
b. Bagaimana sejarah CPO ?
c. Bagaimana perkembangan industry kelapa sawit ?
d. Apa-Apa saja contoh Industri hulu dan hilir kelapa sawit ?
e. Bagaimana lahan produksi kelapa sawit?
f. Apa bahan baku dan komposisi CPO ?
g. Bagaimana proses pembuatan CPO ?
h. Apa saja jenis minyak kelapa sawit ?
i. Bagaimana penyebaran hasil produksi CPO?
j. Bagaimana dampak dari CPO?

4
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan semen CPO ( Crude Palm Oil )
b. Untuk mengetahui bagaimana sejarah CPO
c. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan industry kelapa sawit
d. Untuk mengetahui Apa-Apa saja contoh Industri hulu dan hilir kelapa sawit
e. Untuk mengetahui lahan produksi kelapa sawit
f. Untuk mengetahui bahan baku dan komposisi CPO
g. Untuk mengetahui proses pembuatan CPO
h. Untuk mengetahui jenis minyak kelapa sawit
i. Untuk mengetahui penyebaran hasil produksi CPO
j. Untuk mengetahui dampak dari CPO

5
BAB II
ISI

2.1 Defenisi Crude Palm Oil


Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel yang
didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis
dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. (Reeves,1979 dalam
wikipedia.org). Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan beta-karoten
yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang
dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak
kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna
(minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar
lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan
minyak kelapa 86%. (Harold McGee, 2004)

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit mentah yang
diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit dan
belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan
pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit
sebesar 90% digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening,
pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan
makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri
oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta
surfaktan.

Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan penyusun utama minyak


nabati dan hewani. Asam lemak yang terkandung di dalam CPO sebagian besar adalah asam
lemak jenuh yaitu asam palmitat. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara
atom-atom karbon penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai paling sedikit
satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya. Asam lemak jenuh bersifat
lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dari pada asam lemak tak jenuh.Ikatan ganda pada asam
lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi).Keberadaan ikatan
ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk yaitu bersifat tidak
stabil dan bersifat stabil.

2.2 Sejarah Kelapa Sawit


Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di
tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat
yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit
berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan
perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K.

6
Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran
kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari
Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai
tahun 1910.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya
(lalu Malaysia). Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,
dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus
berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat
sebagai energi alternatif.

Indonesia patut berbangga karena, Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun
Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan ternyata,
kelapa sawit tersebut merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari
Afrika.

2.3 Perkembangan Industri Crude Palm Oil


Hasil analisis yang dilakukan FAO (2001), Mielke (2001), dan Susila (2002)
menunjukkan bahwa propek pasar CPO di pasar internasional relatif masih cerah. Hal ini
antara lain tercermin dari sisi konsumsi yang diperkirakan masih terbuka dengan laju
pertumbuhan konsumsi CPO dunia diproyeksikan mencapai sekitar 3.5%-4.5% per tahun
sampai dengan tahun 2005 (Gambar 1). Dengan demikian, konsumsi CPO dunia pada tahun
2005 diproyeksikan mencapai 27.67 juta ton. Untuk jangka panjang, laju peningkatan
konsumsi diperkirakan sekitar 3% per tahun.
Peningkatan yang signifikan terutama akan terjadi pada nega¬ra yang sedang
berkembang seperti di Cina, Pakistan, dan juga Indonesia. Indonesia diperkirakan akan
mengalami peningkatan konsumsi dengan laju sekitar 4%-6% per tahun. Konsumsi CPO di
Cina dan Pakistan diproyeksikan juga akan tumbuh dengan laju sekitar 4-6% per tahun
(Susila 2001).
Sejalan dengan peluang peningkatan konsumsi yang masih terbuka, FAO (2001)
menyebutkan bahwa peluang peningkatan produksi sampai dengan 2005 mendatang masih
terbuka dengan laju sekitar 4-5% per tahun (Gambar 2). Produksi CPO dunia pada tahun
2005 diperkirakan sekitar 27.68 juta ton.
Produksi CPO dunia pada dekade mendatang masih akan didominasi oleh Malaysia
dan Indonesia. Malaysia sebagai produsen utama akan mengalami peningkatan produksi
dengan laju 2.8% per tahun. Indonesia diperkirakan masih akan mempunyai peluang untuk

7
peningkatan produksi dengan laju antara 7.6% per tahun, sehingga produksi CPO Indonesia
pada tahun 2005 mencapai 10 juta ton (Susila, 2002)
Perdagangan (ekspor-impor) CPO dunia diproyeksikan meningkat dengan laju
sekitar 3.8% per tahun untuk periode 2000-2005. Dengan perkembangan yang demikian,
maka volume perdagangan pada tahun 2005 diproyeksikan sekitar 19.16 juta ton (FAO
2001).
Malaysia dan Indonesia tetap merupakan negara pengekspor utama dengan peluang
peningkatan ekspor masing-masing sekitar 3.2% dan 6.5% per tahun. Dari sudut alokasi
pangsa pasar, Indonesia diperkirakan masih menguasai pasar untuk negara-negara di
beberapa Eropa Barat seperti Inggris, Italia, Belanda, dan Jerman. Malaysia lebih banyak
menguasai pasar China (1.8 juta ton), India (1.7 juta ton), EU (1.5 juta ton), Pakistan (1.1 juta
ton), Mesir (0.5 juta ton), dan Jepang (0.4 juta ton)
Seperti kebanyakan harga produk primer pertanian, harga CPO relatif sulit untuk
diprediksi dengan akurasi yang tinggi. Harga cenderung fluktuatif dengan dinamika yang
perubahan yang relatif sangat cepat. Dengan kesulitan tersebut, maka proyeksi harga yang
dilakukan lebih pada menduga kisaran harga untuk periode 2000-2005. Jika tidak ada shock
dalam perdagangan dan produksi, maka harga CPO di pasar internasional pada periode
tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan situasi harga tahun 2001 yang
dengan rata-rata sekitar US$ 265/ton. Di samping itu, mulai menurunnya stok pada periode
menjelang 2005 juga mendukung perkiraan tersebut. Dengan argumen tersebut, harga CPO
sampai dengan 2005 diperkirakan akan berfluktuasi sekitar US$ 350-450/ton (Susila dan
Supriono 2001).
Peluang Pasar Indonesia
Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO Indonesia yaitu
konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya meningkat dengan laju sekitar 8% per
tahun, peluang konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan meningkat dengan laju
antara 6% pada tahap awal dan menurun menjadi sekitar 4% pada akhir dekade mendatang.
(Gambar 4). Untuk periode 2000-2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan
laju 5%-6% per tahun. Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju peningkatan konsumsi
diperkirakan adalah 3%-5% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka konsumsi
domestik pada tahun 2005 dan 2010 masing-masing adalah 3.92 juta ton dan 4.58 juta ton.
Selain mengandalkan pasar domestik, pasar ekspor merupakan pasar utama CPO
Indonesia. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7-8%
per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi,
kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya
tingkat pajak ekspor.
Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5%, maka ekspor CPO
Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4-8% per tahun pada periode 2000-2010
(Gambar 5). Pada periode 2000-2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5%-8% per tahun
sehingga volume ekspor pada periode tersebut sekitar 5.4 juta ton. Pada periode 2005-2010,
volume ekspor meningkat dengan laju 4%-5% per tahun yang membuat volume ekspor
menjadi 6.79 juta ton pada tahun 2010.

8
2.4 Jenis Industri Kelapa Sawit Hulu Maupun Hilir

1. Industri hulu yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain.

2. Industri hilir yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.

Berbagai produk olahan minyak sawit menjadi produk pangan yang merupakan industry
hilir , antara lain adalah minyak goreng, margarin, shortening,
vegetable ghee/vanaspati, confectioneries fat, filling/cream, spread fat, filled milk,
Cocoa Butter Alternatves (CBE/CBS/CBR) dan berbagai produk emulsifier lainnya.

Sejumlah produk hasil industri pengolahan minyak sawit, contohnya minyak dan lemak
nabati untuk pangan (oleofood), produk nonpangan/bahan kimia berbasis minyak sawit
(oleochemical), dan bahan bakar nabati seperti biodiesel dari minyak sawit.

Pemanfaatan minyak sawit dan inti sawit untuk produk pangan lebih mengarah pada
stabilitasnya dalam bentuk semi solid pada suhu ruang serta digunakan sebagai
substitusi lemak hewani dan minyak nabati yang karakteristiknya tidak dapat
menyamai kelapa sawit. Disamping karakteristik tersebut, minyak sawit dan
turunannya memiliki harga yang relatif murah dibanding soft-oil atau minyak non
tropis seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak canola, dan minyak rapeseed.

Berbagai produk olahan minyak sawit menjadi produk pangan, antara lain adalah minyak
goreng, margarin, shortening, vegetable ghee/vanaspati, confectioneries fat, filling/cream,
spread fat, filled milk, Cocoa Butter Alternatves (CBE/CBS/CBR) dan berbagai produk
emulsifier lainnya.
Pemanfaatan minyak sawit pada produk pangan yang terbesar adalah sebagai minyak goreng,
terutama di negara-negara yang eating-habit-nya banyak mengkonsumsi makanan yang
melalui proses penggorengan. Minyak goreng sawit terbukti memiliki karakter tahan panas
yang tinggi dibandingkan minyak goreng berbasis minyak non tropis seperti minyak kedelai,
minyak canola, dan minyak jagung. Minyak goreng sawit sangat sesuai dipakai di industri
pangan yang membutuhkan minyak goreng dengan durability tinggi (memiliki karakter tahan
panas yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi), seperti industri mi instan, snack, dan
makanan beku (frozen foods).

9
Minyak goreng sawit atau RBD palm olein ialah minyak fraksi cair berwarna kuning
kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi RBD palm oil atau crude palm oil dan telah
mengalami proses pemurnian. Kelebihan minyak sawit sebagai bahan baku minyak goreng
adalah kandungan asam oleat yang relatif tinggi yaitu sekitar 40%. Asam oleat adalah asam
lemak yang mengandung satu ikatan rangkap sehingga selama proses penggorengan relatif
lebih stabil dibandingkan dengan minyak nabati lain, yang mengandung asam lemak dengan
ikatan rangkap.

Margarin diperoleh dari fraksi padat yang merupakan emulsi tipe water in oil (w/o), yaitu
fase air yang berada dalam fase minyak. Pada produksi margarin, minyak sawit yang
berbentuk cair dikristalisasi terlebih dahulu menjadi lemak padat melalui proses hidrogenasi.
Selain minyak/lemak sebagai bahan baku utamanya, bahan-bahan lain yang dibutuhkan pada
proses produksi margarin adalah bahan tambahan yang larut minyak (fat soluble) dan larut air
(water soluble) seperti pewarna, lesitin, garam, emulsifier, bahan pengawet, vitamin A dan D
dan sebagainya. Margarine mempunyai tekstur padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu
rendah, dan bersifat plastis.
Produk olahan minyak sawit lainnya yang bernilai jual tinggi dan menjadi komoditi ekspor,
terutama bagi negara-negara di kawasan Timur Tengah adalah vegetable
ghee/vanaspati. Vanaspati atau vegetable ghee adalah minyak atau lemak dengan tekstur
semi padat dan berupa suspensi yang terbuat dari minyak nabati yang telah mengalami proses
pemurnian. Vaspati mempunyai titik leleh yang ideal di atas suhu ruang dan bercita rasa
seperti lemak hewan dengan penambahan flavoring agent. Keunggulan vanaspati adalah
bebas kolesterol, karena seluruh lemaknya dari fraksi minyak sawit dan bebas asam
lemak trans, karena tanpa hidrogenasi parsial.
Shortening atau dikenal dengan mentega putih adalah lemak padat yang umumnya berwarna
putih dan mempunyai titik leleh, sifat plastis, dan kestabilan tertentu. Shortening biasanya
dibuat dengan proses pencampuran dua jenis atau lebih lemak/minyak hewani atau nabati,
baik minyak yang telah mengalami proses hidrogenasi ataupun tidak. Shortening banyak
digunakan dalam bahan pangan terutama pada pembuatan kue dan roti panggang, yang
berperan memperbaiki cita rasa, struktur, tekstur, keempukan dan memperbesar volume kue
dan roti setelah dipanggang.
Cokelat adalah produk yang secara struktur tersusun dari material padat (solid) yang tersebar
dalam minyak / lemak. Material padat tersebut dapat berupa gula, tepung cokelat maupun
susu. Pembuatan coklat menggunakan dua jenis lemak yaitu lemak dari buah kakao yang
menghasilkan produk “real chocolate” dan lemak sawit pengganti lemak cacao yang
menghasilkan produk “compound chocolate”. Lemak pengganti lemak Cacao di dalam

10
produk compound chocolate disebut juga sebagai Cocoa Butter Alternative (CBA).
CBA dibagi dalam tiga jenis yaitu Cocoa Butter Equivalent (CBE), Cocoa Butter
Replacer (CBR) dan Cocoa Butter Substitute (CBS). Minyak/lemak sawit dan inti sawit
mengandung tipe gliserida (POO, PSO, SSO) sehingga memungkinkan untuk membuat
pengganti lemak cocoa. Selain itu, minyak/lemak sawit dan inti sawit mempunyai kandungan
lemak padat (solid fat content, SFC) pada temperatur ruang di atas 50%.

2.5 Lahan Produksi Kelapa sawit


Di dalam pelaksanaan persiapan lahan, perkebunan rakyat mempunyai komitmen
pelestarian lingkungan “environmental sustainability”. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 1995 yang menyangkut pengembangan perkebunan nasional.
Untuk mendukung kebijakan di atas, komitmen pekebun adalah menerapkan metode “zero
burning” yaitu land clearing perkebunan tanpa pembakaran. Land clearing dengan metode
“zero burning” memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Terjaganya kelestarian
keanekaragaman hayati (flora dan fauna),mencegah terjadinya pencemaran udara karena
asap,mempertahankan unsur hara tanah yang berasal dari pelapukan limbah hutan. mencegah
terjadinya penyebaran kebakaran ke lahan masyarakat dan kebun. Persiapan lahan adalah
kegiatan persiapan areal sampai areal tersebut siap ditanami kelapa sawit. Persiapan lahan
dilakukan pada semua areal perencanaan pertanaman yang dimulai dari proses perencanaan,
penataan kebun, penentuan tata batas, imas, tumbang, rumpuk sampai areal siap tanam. Pada
praktik persiapan lahan juga dilihat kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan adalah penggambaran
tingkat kecocokan lahan untuk penggunaan tertentu. Suatu wilayah mempunyai kelas
kesesuaian lahan yang berbeda-beda terhadap macam-macam penggunaannya. Dengan
demikian setiap lahan dapat dipetakan menurut kesesuaiannya, misalnya lahan untuk tanaman
kopi, karet, kakao, kelapa sawit dll. Penekanan dalam kesesuaian lahan yaitu mencari lokasi
yang mempunyai faktor-faktor yang menguntungkan bagi keberhasilan produksi atau
penggunaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasi peta tanah dalam kaitannya
dengan persyaratan tumbuh berbagai tanaman dan pengelolaan yang diperlukan. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih lahan yang sesuai, yaitu : Menilai persyaratan
tumbuh tanaman yang akan diusahakan dengan mengetahui sifat-sifat tanah dan lokasi yang
mempunyai pengaruh yang merugikan bagi tanaman, mengidentifikasikan dan membatasi
lahan yang mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan paling banyak dan sifat yang
merugikan paling sedikit bagi tanaman yang akan diusahakan. Kualitas kesesuaian lahan
yang optimum bagi kebutuhan tanaman merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan yang
paling baik (S1). Kualitas lahan di bawah optimum merupakan kesesuaian lahan antara kelas
yang cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Di luar batasan tersebut di atas merupakan
lahan-lahan yang tergolong tidak sesuai. Dalam aspek hukum, juga menjadi hal yang wajib
dipenuhi dalam aktivitas pembukaan lahan. Untuk mendapatkan nilai ekonomis dalam
budidaya perkebunan kelapa sawit dibutuhkan areal kebun yang relatif luas minimal 5.000
hektar Keadaan tanah memenuhi syarat/layak dari sisi teknis kebun, Status areal sesuai
peruntukannya dapat diurus, pelepasannya/tidak masuk dalam kawasan yang dilarang,
Kelengkapan perijinan dan legalitas.
Berkebun sawit tidak hanya asal menanam lantas menunggu kebun berproduksi, sebab
memahami karakteristik komoditas strategis ini juga butuh dilakukan, supaya hasilnya bisa

11
memuaskan. salah satunya paham jenis lahan, iklim dan cara merancang blok kebun,
termasuk membuka lahan tanpa membakar.

Lantaran diangap sebagai tanaman yang tak butuh perawatan khusus, kerap kali masyarakat
menanam kelapa sawit secara asalan, kendati tidak semuanya melakukan hal demikian. Sebab
itu memhami tanaman ini menjadi modal penting bagi berhasilnya membudidayakan
perkebunan kelapa sawit.

Pohon kelapa sawit akan tumbuh subur di wilayah tropis yang panas sepanjang tahun dengan
suhu optimal antara 28 hingga 32 derajat celcius. Apabila suhu turun dibawah 25 derajat
celcius, jumlah pelepah sawit akan berkurang dan seringkali mudah terserang penyakit,
sehingga berakibat pada turunnya produktifitas. Sementara suhu yang panas membuat
pertumbuhan pelepah daun yang cukup dan pada akhirnya akan menghasilkan TBS yang
banyak.

Ketinggian tempat yang ideal antara 500 m dpl. Kecepatan angin 5?6 km/jam untuk
membantu proses penyerbukan. Pohon kelapa sawit juga memerlukan penyinaran matahari
yang lama, memperoleh penyinaran sekitar 5 – 7 jam per hari, proses photosintesa akan kuat
terjadi dan kemampuan menyerap air serta nutrisi dalam tanah menjadi lebih sempurna.
Kondsi demikian mendorong daun akan tumbuh lebih besar besar, buah akan menjadi cepat
matang dan kandungan minyak pada buah akan lebih banyak.

Kelapa sawit memerlukan tanah yang relatif datar dengan lapisan tanah yang tebal, tidak
tergenang dan jenis-jenis tanah subur untuk mendukung sehingga pertumbuhan-nya akan
berlangsung secara optimal sehingga produksi TBS dapat meningkat secara signifikan.
Berikut Jenis Tanah yang Baik untuk Kelapa Sawit :

1. Latosol
Merupakan tanah yang memiliki warna merah hingga coklat sehingga sering disebut dengan
tanah merah. Sifat sifatnya seperti mudah menyerap air, merupakan tanah dalam, memiliki
kandungan bahan organik yang sedang dengan pH tanah netral hingga asam. Jenis tanah
Latosol ini banyak dijumpai di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Jawa, Sulawesi Utara
dan Papua. Selain untuk kelapa sawit, tanah Latosol juga sangat baik untuk tanaman
Palawija, Padi, Karet dan Kopi.

2. Organosol
Merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan bahan organik dan merupakan salah
satu jenis tanah yang subur dan terbagi menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut.
Jika tanah humus tidak perlu dibahas lagi karena banyak yang sudah tahu kekayaan unsur
hara didalamnya, sedangkan untuk tanah gambut cenderung masam sehingga kurang cocok
untuk tanaman lain, hingga saat ini baru kelapa sawit yang cocok tumbuh di tanah gambut.

3. Alluvial
Tanah aluvial merupakan tanah dengan ciri ciri mirip dengan latosol yang terbentuk dari hasil
pengendapan material halus dari aliran sungai. Jenis tanah ini sering ditemukan di Daerah
Aliran Sungai (DAS). Berwarna kelabu dengan struktur dengan sedikit lepas lepas dan
mengenai tingkat kesuburan tanah Alluvial tergantung dari jenis material yang dibawah oleh
aliran sungai. Tanah ini sangat cocok ditanami padi, palawija, buah buahan, tembakau dan
berbagai tanaman palma seperti aren dan kelapa.

12
2.6 Proses Pemilihan Bahan Baku dan Komposisinya

Gambar 2.1 adalah skema bahan baku serta komposisi dari industry kelapa sawit

Perkebunan kelapa sawit (PKS) pada umumnya mengelolah bahan baku berupa
Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit
(Kernel). Proses pengolahan kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari
beberapa tahapan yaitu:
1. Jembatan Timbang

Jembatan Timbang Hal ini sangat sederhana, sebagian besar sekarang menggunakan
sel-sel beban, dimana tekanan dikarenakan baban menyebabkan variasi pada system listrik
yang diukur. Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan system
computer untuk meliput berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati
jembatan timbang berhenti ± 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal
dan akhir adalah berar TBS yang diterima dipabrik.
2. Penyortiran
Pada tahap selanjutnya kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangan. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura.
Kriterria matang panen merupakan factor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun
penerimaan TBS (Tandan Buah Segar). Kematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen
minyak dan ALB (Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada table berikut :

13
Kematangan buah Rendemen minyak (%) Kadar ALB (%)

Buah mentah 13 – 17 1,6 – 2,8

Setengah matang 18 – 24 1,7 – 3,3

Buah matang 25 – 31 1,8 – 4,4

Buah lewat matang 27 – 31 3,8 – 6,1

Setelah penyortiran, buah sawit tersebut dimasukkan ke tempat penimbunan


sementara ( Loading ramp ) lalu diteruskan ke stasiun perebusan sawit (Palm Oil
Sterilizer).

14
2.7 Proses Pembuatan CPO

1. Proses Perebusan (Sterilizer)

Lori buah yang telah diisi Tandan Buah Segar dimasukan ke dalam sterilizer
dengan memakai capstan. Sterilizer saat ini ada berbagai model:

 Sterilizer Horizontal (konvensional)


 Vertical Sterilizer
 Continuous Sterilizer (CS) – Hak Paten CB-MODIPALM (Malaysia)
 Oblique Sterilizer

Tujuan perebusan :

1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas (ALB/FFA)


2. Mempermudah proses pelepasam buah sawit pada threser
3. Menurunkan kadar air buah sawit
4. Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari
biji

Bila poin ke-2 tercapai secara efektif, maka semua poin-poin yang lain akan
tercapai juga. Sterilizer horizontal (konvensional) memiliki bentuk panjang 26 m dan
diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plate dengan tebal 10 mm yang
mempunyai fungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya
untuk proses membuang air kondesat agar proses pemanasan di dalam sterilizer tetap
seimbang.

Dalam proses perebusan minyak yang terbuang± 0,8 % . Dalam melakukan proses perebusan
diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke
sterilizer 2,7 -3 kg/cm2 , dengan suhu 140° C dan direbus selama 90 menit.

2. Proses Penebah (Threser Process)

15
Ada beberapa alat/mesin disini:

a. Hoisting Crane (jika memakai rebusan horizontal)


Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori buah sawit dan
menuangkan isi lori buah sawit ke bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat
tersebut berisi Tandan Buah Sawit yang sudah direbus.

b. Threser (Bantingan)
Fungsi dari Thresing adalah untuk melepaskan buah sawit dari janjangannya (tandan
sawit) dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong
(tandan kosong sawit) ke empty bunch conveyor (konveyor tandan kosong sawit).

c. Proses Pengempaan (Pressing Process)


Proses Kempa adalah dimulai dari pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit
dengan jalan pelumatan (di mesin digester) dan pengempaan (di mesin screw press
sawit). Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan
minyak. Proses ini terdiri dari :

d. Digester
Setelah buah pisah dari janjangan (tandan sawit), lalu buah dikirim ke Digester
dengan cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang berfungsi untuk membawa
buah sawit ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah sawit keatas,
lalu masuk ke distribusi conveyor (distributing conveyor) yang kemudian
menyalurkan buah sawit masuk ke Digester.

Di dalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh, akan diputar
atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk (stirring arm) yang terpasang pada
bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau
mengeluarkan buah sawit dari digester ke screw press.

Fungsi Digester :

 Melumatkan daging buah sawit


 Memisahkan daging buah sawit dengan biji (nut)
 Mempersiapkan Feeding ke dalam mesin screw Press
 Mempermudah proses pengepresan minyak di mesin screw Press PKS
 Proses pemanasan / melembutkan buah sawit

16
Digester Pabrik Sawit

e. Screw Press (mesin kempa ulir sawit)

Fungsi dari Mesin Screw Press dalam proses produksi kelapa sawit adalah untuk
memeras berondolan buah sawit yang telah dicincang, dilumat di digester untuk mendapatkan
minyak kasar. Buah – buah sawit yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau –
pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk ke
dalam mesin kempa ulir sawit ( palm oil twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang
ditahan oleh cone, berondolan buah sawit tersebut diperas sehingga melalui lubang –
lubang presscage, minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju
stasiun klarifikasi (clarification station) , sedangkan ampas (cake) dan biji (nut) masuk ke
stasiun kernel.

Screw Press / Kempa Ulir Sawit

Cara Kerja Mesin Screw Press (Kempa Ulir Sawit) Motor listrik adalah sumber
gerakan yang berfungsi untuk menggerakkan mesin screw press sawit ( double screw
press). Screw press Kelapa Sawit dihidupkan melalui Control panel (panel kendali) sekaligus
sistem hidroliknya, lalu dimasukkan air panas (hot water)dengan suhu 90°C melalui pipa
masuk (pipe inlet).

Motor listrik akan memutar pulley (puli) melalui poros motor dengan daya 30 Kw
dengan putaran 1475 rpm (untuk kapasitas screw press 15 Ton per jam) .Pulley akan
menggerakkan sabuk penghantar putaran ke pulley yang terpasang pada poros (as) yang
menghubungkan ke gear reducer (gearbox) ,dan gear reducer(gearbox) digerakkan poros

17
utama yang dihubungkan dengan kopling (coupling) .Poros (as)
utama menggerakkan roda gigi (gear) perantara yang mengakibatkan kedua poros berulir
akan bergerak berlawanan arah dengan putaran yang sama.

Pada ujung ulir terdapat dua buah konis (conical) yang digerakkan dengan bantuan
sistem hidrolik dengan gerakan maju-mundur (forward/backward) sesuai dengan tekanan
yang dibutuhkan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil pengepresan dan tekanannya
sebesar 30-50 bar.

Minyak sawit yang dihasilkan oleh mesin press dialirkan ke oil vibrating screen
(mesin ayakan getar) dan kemudian dialirkan ke crude oil tank untuk diproses lebih
lanjut,sedangkan serabut (fibre) dan biji buah sawit(nut) yang masih mengandung 4% minyak
dialirkan ke cake breaker conveyor (CBC) untuk proses selanjutnya. Motor listrik memutar
poros screw press yang di reduksi (dikurangkan) oleh gearbox dan putarannya dari 1475 rpm
menjadi 12 rpm.

Kapasitas mesin screw press yang direncanakan harus sesuaikan dengan


kapasitas olahan pabrik sawit. Dalam menentukan kapasitas mesin screw press sawit yang
akan dipergunakan , maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

 Sebelum kelapa sawit masuk kedalam screw press , massa awal buah kelapa sawit
telah berkurang. Hal ini disebabkan karena berlangsungnya proses penebahan pada
mesin thresher / stripper / bantingan. Massa sawit yang berkurang yang dimaksud
adalah berupa tandan kosong sawit yang dipindahkan dengan konveyor.

 Untuk dapat memperoleh hasil pressing yang baik ,maka perlu


diperhatikan mesin screw press harus dalam keadaan selalu penuh. Kondisi ini
dibutuhkan untuk memperoleh efisiensi yang lebih baik dari penekanan terhadap
buah sawit, sebab jika banyak ruang kosong pada saat penekanan maka hasilnya
tidak maksimal.

Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk menggerakan


mesin double screw press dihidupkan melalui panel kendali sekaligus sistem hidroliknya,
lalu dimasukkan air panas dengan suhu 90°C melalui pipa masuk (pipe inlet). Motor listrik
hidup memutar pulley melalui poros motor dengan daya 22 Kw (untuk mesin screw press
kapasitas 15 Ton/jam) dan putaran 1450 rpm. Pulley menggerakkan V-belt (sabuk )
menghantarkan putaran ke pulley yang terpasang pada poros yang menghubungi ke gearbox,
dari gearbox digerakan poros utama yang dihubungkan dengan kopling. Poros (As) utama
menggerakan roda gigi perantara sehingga mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak
berlawanan arah dangan putaran yang sama.

Detail Kerja Mesin Screw Press Prinsip kerja ekstraksi minyak melalui mesin screw
press ini adalah dengan menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat
ulir yang berputar sehingga minyak dapat keluar lewat lubang-lubang press cage. Besarnya
tekanan di kempa ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang akan
di press. Mesin Kempa Ulir Sawit (screw press) ini terdiri dari sebuah selinder yang
berlubang lubang didalam terdapat sebuah ulir yang berputar. Tekanan kempa ulir diatur oleh

18
dua buah kerucut (konis) berada pada kedua ujung pengempa, yang bergerak maju mundur
secara hidrolik.

Tekanan hidrolik sekitar 50 – 70 kg / cm3 mengakibatkan ampas basah.


Kehilangan minyak (oil losses) pada ampas (cake) dan biji (nut) akan mempengaruhi
pada proses stasiun selanjutnya, ampas (cake) yang basah akan mengakibatkan pembakaran
di dalam dapur Boiler tidak sempurna. Tekanan yang terlalu tinggi misalnya 70 kg /
cm3 akan mengakibatkan kehilangan inti (kernel losses) yang tinggi sehingga keseimbangan
dalam mesin ini sangat diperlukan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah ampas kempa (press cake) yang keluar harus
merata dalam arti tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, jika terjadi gangguan /
kerusakan, sehingga mesin screw press harus berhenti untuk waktu yang lama maka untuk
mencegah hal – hal yang tidak diiginkan, mesin screw press harus selalu di periksa dan
menjalankan perawatan rutin (berkala) pada screw press.

Kecepatan putar mesin Kempa Ulir harus disesuaikan dengan kapasitas Tandan Buah
Segar (buah sawit) yang akan dipress, dengan tujuan agar efisiensi proses pressing lebih
maksimal supaya target yang diiginkan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan ketentuan –
ketentuan yang diterapkan oleh PKS sesuai proses pengolahan tbs di pabrik kelapa sawit.

Dalam Mesin Screw Press (Kempa Ulir Sawit) ini terdiri sebuah silinder yang
berlubang – lubang dan di dalamnya terdapat 2 buah ulir yang berputar berlawanan arah dan
tekanan screw press diatur oleh 2 buah konis (cone)
berada pada bagian ujung press, yang dapat digerakan maju mundur secara hidrolik.

Dalam proses pengolahan kelapa sawit di pabrik, Minyak sawit yang keluar dari
Feeder Screw dan main Screw ditampung dalam talang minyak (oil gutter) dan untuk
mempermudah pemisahan , pengaliran minyak pada Feeder Screw dilakukan injeksi uap dan
penambahan air panas (salah satu bagian proses pengolahan kelapa sawit menjadi cpo)
Dalam proses di screwpress ini kita juga perlu ada manajemen proses pengolahan limbah
padat kelapa sawit.

3. Proses Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Setelah melewati proses Screw Press (masih banyak proses produksi di


pabrik kelapa sawit yang akan dijelaskan dalam artikel lain) maka didapatlah minyak kasar
/ Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Palm Oil masuk ke
stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :

 Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press (salah satu proses pabrik sawit) maka Crude Palm Oil yang
mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap
Tank adalah untuk menampung pasir/manangkap pasir yang ada. Temperatur pada
sand trap mencapai 95 °C

19
 Vibro Separator / Vibrating Screen (Ayakan Getar)

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut
(fiber) yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran (simetris) , dan pada Vibro
kontrol perlu penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor supaya Getaran
berkurang dan pemisahan lebih efektif.

 Continuous Settling Tank (CST) / Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari Continuous Settling Tank (CST atau sering disebut juga Clarification
Settling Tank) adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (Non Oily Solid
/ NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan
tengah sedangkan Non Oily Solid (NOS ) dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan
berada pada lapisan bawah.

Fungsi Skimmer dalam CST adalah untuk membantu mempercepat pemisahan


minyak dengan cara mengaduk (stirring) dan memecahkan padatan serta mendorong
lapisan minyak yang mengandung lumpur (Sludge). Temperatur yang cukup (95 °C)
akan memudahkan proses pemisahan ini.

Prinsip kerja didalam CST dalam proses pengolahan pada pabrik kelapa sawit adalah
dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda berat jenis.
Prinsip bejana bertekanan diterapkan dalam mekanisme kerja di CST (continuous
settling tank) sesuai alur proses produksi pabrik kelapa sawit.

Bagan Kerja CST

 Oil Tank

20
Fungsi dari Oil Tank adalah sebagai tempat sementara Oil sebelum
diolah oleh Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil (koil
pemanas) untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95° C. Kapasitas Oil
Tank bermacam macam tergantung kapasitas PKS.

 Oil Purifier (Pemurni Minyak)

Fungsi dari Oil Purifier (pemurni minyak)


adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak sawit dengan prinsip kerja
sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu
sekitar 95o C.

 Vacuum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer dalam proses produksi kelapa sawit menjadi cpo adalah
untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Cara kerjanya sendiri adalah
minyak disimpan dalam bejana melalui nozzle/ Nozel. Suatu jalur re-
sirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana supaya jikalau
ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan men-sirkulasi
minyak kedalam bejana.

 Sludge Tank (Tangki Lumpur)

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat tampung sementara sludge ( bagian dari
minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge
seperator / sludge centrifuge (low speed separator). Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu
sekitar 95° C.

 Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam
sludge (lumpur) dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

 Rotary Brush Strainer ( Saringan Berputar)

Fungsi dari Rotary Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat
pada sludge (lumpur) sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Separator / Sludge
Centrifuge. Brush Strainer ini terdiri dari saringan dan sikat (besi) yang berputar.

 Sludge Separator / Low Speed Sludge Centrifuge

Fungsi dari Sludge Seperator / Low Speed Sludge Centrifuge adalah untuk
mengambil minyak yang masih terkandung dalam sludge dengan prinsip gaya
sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya (BJ) lebih kecil
akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki
pisah (separating tank). Sludge Separator ada terdiri atas : Low Speed (sering disebut
juga Sludge Centrifuge) dan High Speed Separator. Mesin ini adalah salah satu bagian
dari mesin untukproses pengolahan limbah pabrik kelapa sawit / proses pengolahan
limbah cair pabrik kelapa sawit.

21
 Storage Tank (Tangki Timbun CPO)

Fungsi dari Storage Tank (Tangki Timbun) dalam proses pengolahan kelapa sawit
sampai menjadi cpo adalah untuk penyimpanan sementara
minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus rutin
dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan
secara rutin supaya temperatur nya terjaga, selain itu apabila terjadi kebocoran pada
pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO dan terganggunya
proses pengolahan pabrik minyak kelapa sawit / proses produksi industri kelapa sawit

4. Proses Pengolahan Biji ( Kernel Station )

Sudah dijelaskan bahwa setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan
Fiber. Fiber tersebut akan masuk ke stasiun Kernel (alur proses pengolahan pabrik kelapa
sawit), dibawah ini ada beberapa alat dalam proses pengolahan biji (salah satu proses
pengolahan kelapa sawit menjadi pko):

 Cake Breaker Conveyor (CBC)

Kegunaan dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan
gumpalan Cake dari stasiun Press (mesin screw press) ke depericarper.

 Depericarper
Kegunaan dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler (ketel uap). Fungsi kerjanya
adalah tergantung pada berat massa, yang berat massanya lebih ringan (fiber) akan
terhisap oleh fan / blower. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk menuju ke
Nut Polishing drum.

22
Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :

1. Membersihkan biji (nut) dari serabut – serabut yang masih melekat


2. Membawa nut (biji) dari Depericarper ke Nut transport
3. Memisahkan nut (biji) dari sampah (dirt)
4. Memisahkan gradasi nut (biji)

 Nut Silo

Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut (biji) sebelum
diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut (biji) dengan
menggunakan mesin nut Cracker / Ripple
Mill, maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater)

 Riplle Mill (Nut Cracker)

Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut (biji) . Pada Ripple Mill terdapat
rotor rod bagian yang berputar serta Ripple Plate bagian yang diam. Nut (biji sawit)
masuk diantara rotor dan Ripple Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan
cangkang dari nut (biji sawit).

 Claybath

Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah
(broken kernel) yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan
berdasarkan kepada perbedaan berat jenis (BJ) . Bila campuran cangkang dan inti
dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang
dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan
terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel (inti
sawit) memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan kalsium karbonat sedangkan
cangkang berat jenisnya lebih besar.

23
 Hydro Cyclone
Fungsi dari Hydro Cyclone adalah:
1. Mengutip kembali inti yang terikut dalam cangkang
2. Mengurangi loses (inti cangkang) dan kadar kotoran (dirt)

 Kernel Tray Dryer

Fungsi dari Kernel Tray Dryer adalah untuk mengurangi kadar air (moisture content)
yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti
(kernel) akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB
(Asam Lemak Bebas / Free Fatty Acid) juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan
yaitu atas 70 derajat celcius, tengah 60 derajat celsius, bawah 50 derajat celcius. Pada
sebagian Pabrik Sawit ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah
60 derajat celsius, dan bawah 70 derajat celcius.

 Kernel Storage

Fungsi dari Kernel Storage (Penyimpanan Inti) ini adalah untuk tempat penyimpanan
inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya
berupa bulk Kernel silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan / blower agar uap
yang masih terkandung dalam inti (kernel) dapat keluar dan tidak menyebabkan
kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur pada Inti
(kernel).

2.8 Beberapa Jenis Minyak Kelapa Sawit :


1. Crude Palm Oil
2. RBD Palm Oil
3. RBD Palm Olein
4. RBD Palm Stearin
5. Palm Mid Fraction

24
1. Crude Palm Oil

 CPO didapatkan dari sabut ( mesocarp ) buah kelapa sawit.


 Warnanya Oranye dan sedikit mengeras pada suhu ruang,namun menjadi
berwarna merah dengan sedikit pemanasan
 Merupakan bahan baku untuk Pabrik Refinery dan produknya

2. Refined Bleached Deodorized Palm Oil ( RBDPO )


 RBDPO atau RPO di dapat dari refinasi CPO
 Cairan kuning muda dan agak mengeras pada suhu ruang namun mencair
menjadi berwarna kuning jernih bila sedikit dipanaskan
 Digunakan sebagai minyak goring pada industry, seperti mie instant atau
makanan ringan
 Digunakan juga sebagai bahan baku untuk industry margarine, shortening dan
es krim.

3. RBD Plm Olein


 RBDPOL atau ROL didapatkan dari fraksinasi RPO utuk memisahkan bagian
yang cair (olein) dari bagian minyak yang padat (stearin)
 Berwarna kuning bening dan cair pada suhu ruangan dan tidak mempunyai
kontaminasi
 Digunakan sebagai minyak goreng pada industry makanan seperti mie goring
dan makanan ringan
 Digunakan juga sebagai bahan baku pada industry pembuatan margarine,
shortening
 Difraksinasikan untuk mendapatkan Palm Mid Fraction.

4. RBD Palm Stearin


 RBDPS atau RPS didapat dari fraksinasi untuk memisahkan olein dan
stearine.
 Berwarna putih padat pada suhu ruang,mencair menjadi kuning bening dengan
sedikit pemanasan
 Dipergunakan pada industry margarine dan shortening
 Juga digunakan sebagai bahan baku industry sabun,lilin dan oleochemical

5. Palm Mid Fraction


 Lemak khusus yang didapat dari fraksinasi bertingkat
 Sangat cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan cokelat tiruan
bersama campuran lemak lauric dan juga berpotensi dalam beberapa
margarine dengan formula khusus

25
 Mempunyai karakteristik IV yang luas.

2.9. Penyebaran Hasil Produksi CPO


Produksi CPO Indonesiayang begitu tinggi tidak sepenuhnya dapat terserap oleh
pasar domestik meskipun jumlah konsumsi terus mengalami peningkatan. Untuk itu,
kelebihan jumlah produksi diekspor ke pasar dunia hasil produksi CPO Indonesia digunakan
untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dan permintaan ekspor dari berbagai Negara.
Dengan semakin meningkatnya produksi dalam negeri maka akan meningkatkan laju ekspor
CPO ke berbagai negara.
Adapun Negara-negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia adalah India,Belanda,
Pakistan, Malaysia dan Cina. Meskipun merupakan salah
satu penghasil CPO terbesar di dunia, Malaysia tetap mengimpor CPO dari Indonesia dalam
rangka memenuhi kebutuhan industri hilir dalam negrinya.
Volume dan nilai ekspor CPO itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nilai
kurs, adanya kebijkan pemerintah mengenai pajak ekspor, adanya isu lingkungan dari Uni
Eropa, kondisi perkebunan kelapa sawit itu sendiri, keterbatasan akan modal usaha, hingga
masalah rumitnya birokrasi dalam perizinan usaha.
Ada juga hasil produksi CPO Indonesia yang di ekspor ke Negara Brazil. Salah satu sasaran
hasil produksi CPO Indonesia ialah Market Brief Brazil. Negara-negara pemasuk produk CPO ke
Brazil terbesar adalah Indonesia, Equador, dan sedangkan dari ASEAN adalah Malaysia, Singapore,
Thailand. Dan ekspor Indonesia selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun.

 POTENSI PASAR PRODUK CPO & TURUNANNYA DI BRAZIL

Produk CPO dan turunanya di Brasil diperuntukkan terutama untuk industri kosmetik, seperti
dilalporkan oleh ABRAPALMA – Brazilian Association of Palm Oil Producers Brazil bahwa
Brasil pengguna terbesar kedua kosmetik di dunia setelah Amerika Serikat. Hal lainnya
produk ini juga di produksi sebagai makanan komersial seperti untuk obat suplement dan juga
minyak goreng dan lain-lain. Di Brasil produk yang berasal dari minyak sawit ini juga
digunakan di dalam industri biodiesel, namun saat ini hasil produksinya lebih digunakan
untuk sektor kosmetik dan makanan karena harga pasar yang lebih baik. Adalah sudah tepat
jika dunia usaha Indonesia yang memiliki orentasi pasar ke Brasil tetap fokus pada produk
turunan minyak kelapa sawit sealin juga CPO seperti bagan di bawah ini dimana Indonesia
selama ini mengekspor produk CPO dan turunannya hanya pada jenis produk diluar minyak
kelapa sawit mentah / palm oil, dimana Indonesia saat ini adalah pemasuk terbesar untuk
pasar Brasil.

26
2.10 Dampak Dari Adanya CPO

Dampak Positif :
1. CPO memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan dengan jenis minyak
nabati lain.
2. Memperluas lapangan pekerjaan
3. Menambah devisa melalui ekspor impor

Dampak Negatif :
1. Tidak ramah lingkungan
2. Menyebabkan berkurangnya lahan perkebunan maupun hutan
3. Deforestasi memakan sedikitnya 8 juta hektar hutan di Indonesia.
4. Deforestasi juga mengancam habitat spesies fauna seperti gajah pigmi
Kalimantan, gajah Sumatra, harimau Sumatra, badak Sumatra, dan dua
spesies orangutan yang hidup di hutan Kalimantan dan Sumatra.
Menurut Greenpeace, produksi minyak sawit mengakibatkan deforestasi 25%
hutan di Indonesia pada tahun 2009 sampai 2011.
5. Pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk pekerja anak dan sistem rentenir
juga terjadi di perkebunan Kalimantan dan Sumatra.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prospek pertumbuhan industri kelapa sawit ini sangat cerah mengingat permintaannya
yang terus meningkat, baik akibat dari pertambahan yang alami seperti kenaikan pertambahan
penduduk yang otomatis akan meningkatan permintaan minyak goreng, berkembangnya
industri hilir, dan yang terakhir yang cukup mempengaruhi kenaikan permintaan CPO dunia
secara signifikan yaitu pengembangan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat diuntungkan dengan adanya
perubahan penggunaan energi dunia ini karena hanya dua negara yang mendominasi
industri/perkebunan kelapa sawit, yaitu Malaysia dan Indonesia. Malaysia pertumbuhannya
cenderung melambat karena adanya keterbatasan lahan, sedangkan di Indonesia potensi
pengembangan lahannya masih terbuka luas.

3.2 Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu dilakukan pengembangan pabrik dan jalur
transportasinya untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi kerja yang lebih baik dalam
berproduksi CPO.
2. Sebaiknya perusahaan membuat suatu rencana kerja sehingga produksi CPO akan semakin
optimal dan juga perencanaan produksi yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang
apabila pabrik telah berjalan.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnbcindonesia.com/news/20180422181549-4-12006/untuk-roti-
sampai-bbm-ini-jenis-cpo-yang-diekspor-ri-ke-ue

https://www.academia.edu/31838605/EKSPOR_CRUDE_PALM_OIL_CPO_INDONESIA
http://djpen.kemendag.go.id/membership/data/files/5ab95-cpo-dan-turunannya.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi_minyak_sawit_di_Indonesia

29

Anda mungkin juga menyukai