Anda di halaman 1dari 2

1. Apa yang dimaksutd dengan korporasi?

- Yang dimaksud korporasi adalan, Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK
PIDANA OLEH KORPORASI pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Korporasi adalah kumpulan orang
dan/atau kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.”
2. Apakah korporasi dapat dipidana?
- Bahwa bila memang korporasi terbukti melakukan tindak pidana maka korporasi tersebut
dalakukan pemidanaan,Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK
PIDANA OLEH KORPORASI pasal 4 ayat 1 yang berbunyi ‘Korporasi dapat dimintakan
pertanggungjawaban pidana sesuai dengan ketentuan pidana Korporasi dalam undang-
undang yang mengatur tentang Korporasi”
3. Siapa yang harus bertanggungjawab kiteka korporasi terjerat masalah pidana?
- bila korporasi melakukan tindak pidana maka pemidanaan kepada korporasi itu sendiri
atau pengurusnya Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA
OLEH KORPORASI 23 Ayat 1 dan Ayat 3 yang berbunyi ““(1)Hakim dapat menjatuhkan pidana
terhadap korporasi atau pengurus, atau korporasi dan Pengurus;(3)Penjatuhan pidana
terhadap korporasi dan/atau pengurus sebagaimana dimaksud ayat 1 tidak menutup
kemungkinan penjatuhan pidana terhadap pelaku lain yang berdasarkan ketentuan undang-
undang terbukti terlibat dalam tindak pidana tersebut.””
4. Bagaimana cara Hakim menilai kesalahan Korporasi?
- Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI pasal
4 ayat 2 yang berbunyi ‘Dalam menjatuhkan pidana terhadap Korporasi, Hakim dapat menilai
kesalahan Korporasi sebagaimana ayat (1) antara lain: a. Korporasi dapat memperoleh
keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut atau tindak pidana tersebut dilakukan
untuk kepentingan Korporasi; b. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana; atau c.
Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan,
mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum
yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana”
5. Tindak pidana apa saja yang biasanya dilakukan oleh korporasi?
6. Bagaimana bila terjadi kerugian terhadap pihak ketiga yang di akibatkan tindak pidana oleh
korporasi?
- Bila terjadi kerugian terhadap pihak Ketiga akibat tidak pidana yang disebabkan koporasi
maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan ganti rugi, Berdasarkan PERATURAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI pasal 20 yang berbunyi “Kerugian
yang dialami oleh korban akibat tindak pidana yang dilakukan oleh Korporasi dapat
dimintakan ganti rugi melalui mekanisme restitusi menurut ketentuan perundangundangan
yang berlaku atau melalui gugatan perdata”
7. Bagaimana langkah penegak hukum bila korporasi atau pengurusnya kurang koopratif dalam
pemeriksaan?
- Bila pengurus korporasi tidak koopratif maka penegak hukum dapat membawa yang
bersangkutan secara paksa Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK
PIDANA OLEH KORPORASI berdasarkan pasal 11 ayat 4 “Dalam hal Korporasi telah dipanggil
secara patut tidak hadir, menolak hadir atau tidak menunjuk Pengurus untuk mewakili
Korporasi dalam pemeriksaan maka penyidik menentukan salah seorang Pengurus untuk
mewakili Korporasi dan memanggil sekali lagi dengan perintah kepada petugas untuk
membawa Pengurus tersebut secara paksa.”
8. Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dan Pengurus
- Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI
berdasarkan pasal 3 yang berbunyi “Tindak pidana oleh Korporasi merupakan tindak pidana
yang dilakukan oleh orang berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan hubungan lain, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang bertindak untuk dan atas nama Korporasi di
dalam maupun di luar Lingkungan Korporasi.”
9. Bagaimana cara pelaksanaan putusan pidana pada korporasi
- Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI
berdasarkan pasal 23 ayat 1, 2, dan 3 yang berbunyi “(1) Hakim dapat menjatuhkan pidana
terhadap Korporasi atau Pengurus, atau Korporasi dan Pengurus. (2) Hakim menjatuhan
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada masing-masing undang-undang
yang mengatur ancaman pidana terhadap Korporasi dan/atau Pengurus. (3) Penjatuhan
pidana terhadap Korporasi dan/atau Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menutup
kemungkinan penjatuhan pidana terhadap pelaku lain yang berdasarkan ketentuan undang-
undang terbukti terlibat dalam tindak pidana tersebut”

Anda mungkin juga menyukai