0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
159 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang korporasi dan pertanggungjawaban pidananya. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir yang dapat dipidana apabila terbukti melakukan tindak pidana. Pemidanaan dapat ditujukan kepada korporasi atau pengurusnya, dan korporasi harus bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan tindak pidananya.
Dokumen tersebut membahas tentang korporasi dan pertanggungjawaban pidananya. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir yang dapat dipidana apabila terbukti melakukan tindak pidana. Pemidanaan dapat ditujukan kepada korporasi atau pengurusnya, dan korporasi harus bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan tindak pidananya.
Dokumen tersebut membahas tentang korporasi dan pertanggungjawaban pidananya. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir yang dapat dipidana apabila terbukti melakukan tindak pidana. Pemidanaan dapat ditujukan kepada korporasi atau pengurusnya, dan korporasi harus bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan tindak pidananya.
- Yang dimaksud korporasi adalan, Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.” 2. Apakah korporasi dapat dipidana? - Bahwa bila memang korporasi terbukti melakukan tindak pidana maka korporasi tersebut dalakukan pemidanaan,Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI pasal 4 ayat 1 yang berbunyi ‘Korporasi dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana sesuai dengan ketentuan pidana Korporasi dalam undang- undang yang mengatur tentang Korporasi” 3. Siapa yang harus bertanggungjawab kiteka korporasi terjerat masalah pidana? - bila korporasi melakukan tindak pidana maka pemidanaan kepada korporasi itu sendiri atau pengurusnya Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI 23 Ayat 1 dan Ayat 3 yang berbunyi ““(1)Hakim dapat menjatuhkan pidana terhadap korporasi atau pengurus, atau korporasi dan Pengurus;(3)Penjatuhan pidana terhadap korporasi dan/atau pengurus sebagaimana dimaksud ayat 1 tidak menutup kemungkinan penjatuhan pidana terhadap pelaku lain yang berdasarkan ketentuan undang- undang terbukti terlibat dalam tindak pidana tersebut.”” 4. Bagaimana cara Hakim menilai kesalahan Korporasi? - Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI pasal 4 ayat 2 yang berbunyi ‘Dalam menjatuhkan pidana terhadap Korporasi, Hakim dapat menilai kesalahan Korporasi sebagaimana ayat (1) antara lain: a. Korporasi dapat memperoleh keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut atau tindak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan Korporasi; b. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana; atau c. Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana” 5. Tindak pidana apa saja yang biasanya dilakukan oleh korporasi? 6. Bagaimana bila terjadi kerugian terhadap pihak ketiga yang di akibatkan tindak pidana oleh korporasi? - Bila terjadi kerugian terhadap pihak Ketiga akibat tidak pidana yang disebabkan koporasi maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan ganti rugi, Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI pasal 20 yang berbunyi “Kerugian yang dialami oleh korban akibat tindak pidana yang dilakukan oleh Korporasi dapat dimintakan ganti rugi melalui mekanisme restitusi menurut ketentuan perundangundangan yang berlaku atau melalui gugatan perdata” 7. Bagaimana langkah penegak hukum bila korporasi atau pengurusnya kurang koopratif dalam pemeriksaan? - Bila pengurus korporasi tidak koopratif maka penegak hukum dapat membawa yang bersangkutan secara paksa Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI berdasarkan pasal 11 ayat 4 “Dalam hal Korporasi telah dipanggil secara patut tidak hadir, menolak hadir atau tidak menunjuk Pengurus untuk mewakili Korporasi dalam pemeriksaan maka penyidik menentukan salah seorang Pengurus untuk mewakili Korporasi dan memanggil sekali lagi dengan perintah kepada petugas untuk membawa Pengurus tersebut secara paksa.” 8. Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dan Pengurus - Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI berdasarkan pasal 3 yang berbunyi “Tindak pidana oleh Korporasi merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh orang berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan hubungan lain, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang bertindak untuk dan atas nama Korporasi di dalam maupun di luar Lingkungan Korporasi.” 9. Bagaimana cara pelaksanaan putusan pidana pada korporasi - Berdasarkan PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI berdasarkan pasal 23 ayat 1, 2, dan 3 yang berbunyi “(1) Hakim dapat menjatuhkan pidana terhadap Korporasi atau Pengurus, atau Korporasi dan Pengurus. (2) Hakim menjatuhan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada masing-masing undang-undang yang mengatur ancaman pidana terhadap Korporasi dan/atau Pengurus. (3) Penjatuhan pidana terhadap Korporasi dan/atau Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menutup kemungkinan penjatuhan pidana terhadap pelaku lain yang berdasarkan ketentuan undang- undang terbukti terlibat dalam tindak pidana tersebut”