Anda di halaman 1dari 12

Makalah Prinsip Dasar Tentang Kontrak Alih Teknologi Pada Perusahaan Joint Venture

DISUSUN OLEH :

YUDI FIRDAUS : 12011900039

KELAS : 3A-HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BINA BANGSA

2020
Kata Pengantar

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah bahasa Indonesia ini sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula, kami kirimkan shalawat beriring salam kepada
junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Makalah kami susun ini berjudul Prinsip Dasar Tentang Kontrak Alih Teknologi Pada
Perusahaan Joint Venture. Makalah ini hadir untuk memenuhi tugas hukum adat Selain itu,
Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Olehnya itu, kami
ucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian.

Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti
demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Serang, November 2019


Penulis

Daftar Isi

Cover ................................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi ......................................................................................................................... .iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Istilah dan Pengertian perusahaan joint venture...................................................................6

2.2 Pengaturan dan pelaksaanaan joint venture........................................................................... 7

2.3Pengawasan Pelaksanaan Joint Venture dan Badan yang Berwenang Melakukan


Pengawasan..8

2.4 kontrak alih joint venture dan dasar hukum....................................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Joint Venture dalah suatu perusahaan yang didirikan oleh dua atau lebih entitas bisnis
untuk menyelenggarakan bisnis bersama dalam jangka waktu tertentu. Adapun dua
perusahaan tersebut adalah perusahaan yang berasal dari dalam negeri dengan perusahaan
dari luar negeri (asing).
Mengacu pada UU No. 25 Tahun 2007,joint venture ini dapat dikategorikan sebagai bentuk
kegiatan penanaman modal asing.
Industrialisasi merupakan tujuan utama bagi negara berkembang untuk dapat
mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berperan dalam pertumbuhan industri. Pengembangan dasar teknologi di negara
berkembang termasuk Indonesia tergantung pada berbagai kapasitas teknologi dan
kemampuan memperoleh teknologi dari negara maju untuk melengkapi usaha-usaha dan riset
nasional serta pertumbuhan teknologi yang diclptakan di dalam negeri. Dalam waktu yang
bersamaari, sebagal negara penerima teknologi tentu akan menerima dampak yang tidak
dapat dihindari baik dalam pola konsumsl, lingkungan maupun nilai-nilai budaya.^ Proses
pengaiihan teknologi melibatkan kegiatan-kegiatan yang sering berhubungan dengan
identifikasi kebutuhan teknologi
sesuai dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi negara yang bersangkutan. Selain
itu faktor lain yang tidak kalah panting iaiah identifikasi hambatan .dalam alih teknologi ke
negara berkembang dan kemudatian-kemudahan yang dapat diberikan oleti negara maju
pemlllk teknologi,yaitu dalam hal penentuan persyaratan yang adil dan raslonal balk dalam
materl teknisnya maupun dalam proses pengalltiannya kepada negara berkemt)ang, sehlngga
dapat membantu .negara tersebut .dalam pengembangan teknologi yang disesualkan dengan
struktur produksl negara yang bersangkutan

1.2 Rumusan Masalah


Apa pengertian dari perusahaan joint venture menurut uu ?
Bagaimana status karyawan perusahaan joint ventureberdasarkan uu?
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Istilah dan Pengertian perusahaan joint venture

joint venture merupakan suatu perusahaan gabungan atau bentuk gabungan dari beberapa
perusahaan dari berbagai negara yang bekerja sama dan menjadi satu perusahaan untuk meraih
konsentrasi kekuatan ekonomi dan tanpa melihat besar atau kecilnya modal.

Kepengurusan joint venture mempunyai pemimpim yaitu Dewan Direktur yang dipilih oleh para
pemegang saham dan pendiriannya harus mempunyai bentuk hukum PT (Perseroan Terbatas).

Dalam joint venture ada suatu istilah joint venture agreeement atau joint venture contract atau
kontrak joint venture. Peter Mahmud menyatakan kontrak joint venture adalah suatu kontrak atau
perjanjian antara dua perusahaan untuk mendirikan suatu perusahaan baru yang disebut denga
perusahana joint venture

karakteristik Joint Venture


Terdapat beberapa karakteristik dari joint venture atau perusahaan gabungan, antara lain sebagai
berikut:

 Perusahaan baru yang dibentuk oleh beberapa perusahaan lain dengan bersama-sama.
 Di Indonesia, perusahaan gabungan adalah kerjasama antara perusahaan domestik dan
asing
 Modalnya dalam bentuk saham yang didapat atau disediakan oleh perusahaan pendiri
dengan perbandingan yang ditetapkan dari masing-masing perusahaannya.
 Kekuasaan dan hak suara berdasarkan dari banyak saham yang setiap perusahaan pendiri.
 Perusahaan pendiri joint venture tetap mempunyai eksistensi dan kebebasan masing-
masing
 Risiko tangging jawab dihadapio bersama pada setiap partner melalui perusahana yang
berlainan.
2.2 Pengaturan dan pelaksaanaan joint venture

joint venture merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam modal yang dilakukan


oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui usaha patungan untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
 
Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan penanaman modal asing
(“PMA”) sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 huruf (c) UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (“UU Penanaman Modal”).
 
Berdasarkan Pasal 27 UU Penanaman Modal, maka Pemerintah mengoordinasi kebijakan
penanaman modal, baik koordinasi antar instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar
instansi Pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar pemerintah daerah. Koordinasi
pelaksanaan kebijakan penanaman modal ini dilakukan oleh Badan Kepala Koordinasi
Penanaman Modal (“BKPM”). BKPM merupakan lembaga independen non-departemen yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Presiden kemudian menetapkan Peraturan
Presiden No. 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 3
September 2007 (“Perpres No. 90/2007”).
 
Sesuai dengan Pasal 28 UU Penanaman Modal dan Pasal 2 Perpres No. 90/2007, maka
BKPM memiliki tugas utama untuk melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang
penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 
Dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, BKPM mengeluarkan Peraturan Kepala
BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal pada 23 Desember 2009 (“Perka BKPM No. 13/2009”). Pengendalian
Pelaksanaan Modal ini dimaksudkan untuk melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan
tanggung jawab penanam modal.
 
Tujuan dari pengendalian pelaksanaan modal ini adalah agar dapat:
 
i.  memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan
hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;
ii.  melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang dihadapi oleh
perusahaan;
iii. melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan penggunaan fasilitas
fiskal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan.
2.3 Pengawasan Pelaksanaan Joint Venture dan Badan yang Berwenang Melakukan
Pengawasan

Pengawasan pelaksanaan penanaman modal diatur dalam Pasal 6 huruf (c) Perka BKPM No.
13/2009 dilakukan melalui:
(i)     penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan
fasilitas yang telah diberikan;
(ii)   pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan
(iii) tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal.
 
Badan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal tersebut
adalah:
a.      Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (“PDKPM”) terhadap
seluruh kegiatan penanaman modal di kabupaten/kota;
b.      Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (“PDPPM”) terhadap penanaman
modal yang kegiatannya bersifat lintas kabupaten/kota dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan menjadi kewenangan pemerintahan provinsi;
c.      BKPM terhadap penggunaan fasilitas fiskal penanaman modal yang menjadi kewenangan
pemerintah;
d.      instansi teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha.
 
Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana disebut di atas, PDKPM melakukan
koordinasi dengan instansi daerah terkait. Sedangkan PDPPM melakukan koordinasi dengan
PDKPM dan instansi daerah terkait, di mana BKPM melakukan koordinasi dengan PDKPM,
PDPPM dan instansi daerah terkait.
 
Dalam hal-hal tertentu, BKPM dapat langsung melakukan pemantauan, pembinaan dan
pengawasan atas kegiatan penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
provinsi atau kabupaten/kota. Demikian sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Perka BKPM No.
13/2009. Perka BKPM ini kemudian diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun
2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (“Perka BKPM
No. 7/2010”).
2.4 kontrak alih joint venture dan dasar hokum

Sumber hukum:
Pasal 6 dan Pasal 23 ayat (1) UU No.1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing
(UUPMA)
 Pasal 6: ada bidang yang tertutup untuk penanamam modal asing secara penguasaan
penuh dan wajib mengikut sertakan pelaku usaha dan pihak Indonesia.
 Bidangnya: pelabuhan, produk, tansmisi, distribusi tenaga listrik umum,
telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api umum, pembangkit
tenaga atom dan mass media
 Membentuk perusahaan PMA dan perjanjiannya disebut dengan Joint Venture
Agreement Anatomi Kontrak Joint Venture
 Sumber hukum: Pasal 6 dan Pasal 23 ayat (1) UU No.1 Tahun 1967 Tentang
Penanaman Modal Asing (UUPMA)
 Kedua pihak membentuk perusahaan baru yang disebut joint venture – 2 sistim
hukum yang berbeda
 Alasan: - pihak lokal menguasai pasar dalam negeri - kepastian memiliki bahan baku
- penguasaan 10 % saham menunjukkan tidak semuanya perekonomian dikuasai
asing
Karakteristik Kontrak Joint Venture

 Masing-masing pihak adalah pemegang saham perusahaan joint venture


 Pemegang saham mayoritas biasanya berbentuk perusahan asing menjadi induk
perusahaan dari perusahaan joint venture
 Wajib melakukan alih tehnologi
 Harus menjaga rahasia dagang atau trade secret Tidak boleh memiliki perusahaan
pesaing dalam produksi yang sama
 Bahkan tidak boleh memiliki 20 % lebih saham dari perusahaan go publik (karena
dapat menjadi controlling share) Anatomi Perjanjian Joint Venture
 Judul perjanjian
 Tanggal perjanjian
 Para pihak
 Kata sepakat
 Mengenai sesuatu
 Tidak melanggar hukum/sesuatu yang halal Anatomi Perjanjian Joint Venture
 Pasal 1: Defenisi
 Pasal 2: Besarnya modal dan proporsi masing masing pemegang saham
 Pasal 3:Kemungkinna pengalihan saham kepada pihak yang lain
 Pasal 4: Penambahan modal dan pengeluaran saham baru
 Pasal 5: Mengenai kepengurusan : Dewan Komisaris dan Direksi Anatomi Perjanjian
Joint Venture Pasal 6: Technical Assistance
 Pasal 7 : Lisensi dan Merek Dagang
 Pasal 8: Kerahasiaan
 Pasal 9: Tidak bersaing (non competition)
 Pasal 10: Penggantian para pihak
 Pasal 11: Wanprestasi (Default )
 Pasal 12: Peringatan (Notice)
 Pasal 13: Ganti rugi (compentsation ) Anatomi Perjanjian Joint Venture
 Pasal 14: Keadaan darurat (Force Majeur )
 Pasal 15: Hukum yang berlaku (applicable law)
 Pasal 16: Penyelesaian sengketa (dispute settlement)
 Pasal 17: Bahasa
 Pasal 18: Jangka waktu perjanjian
 Pasal 19: Pengakhiran perjanjian (termination )
 Pasal 20: Amandemen/Perubahan
 Pasal 21: Keseluruhan perjanjian (entirety)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Joint venture adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh dua atau lebih entitas bisnis
untuk menyelenggarakan bisnis bersama dalam jangka waktu tertentu. Adapun dua
perusahaan tersebut adalah perusahaan yang berasal dari dalam negeri dengan
perusahaan dari luar negeri (asing).
Mengacu pada UU No. 25 Tahun 2007, joint venture ini dapat dikategorikan sebagai
bentuk kegiatan penanaman modal asing. Tujuan utamanya yaitu agar perusahaan
yang memberikan kekuatan ekonomi kepada perusahaan induk mendapatkan
keuntungan bersama.
Perlu diketahui, joint venture berbeda dengan CV (capital venture). Perbedaannya
adalah umurnya lebih pendek dari CV. Anggota dari joint venture biasanya
disebut venture/partner/sekutu. Salah satu perusahaan yang menerapkan sistem ini di
Indonesia adalah PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia. PT Nestle Indofood Citarasa
Indonesia merupakan gabungan dari dua perusahaan, PT Nestle S.A dan PT Indofood
Sukses Makmur Tbk.

UU Ketenagakerjaan mengatur ketenagakerjaan secara materiel, yang berisi pengaturan hukum


mengenai hak dan kewajiban para pihak yang menjadi subjek pengaturan UU Ketenagakerjaan.
Di sisi lain, UU PPIH mengatur urusan ketenagakerjaan secara formal, mencakup pengaturan
atas cara dan prosedur para pihak membela haknya apabila terjadi sengketa.
 
Pasal 1 angka 3 UU Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa :
 
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
 
Sementara itu, pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.[2] Hubungan antara pekerja/buruh disebut dengan hubungan kerja, yang
didefinisikan oleh Pasal 1 angka 15 UU Ketenagakerjaan sebagai berikut:
 
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
 
Dengan demikian maka harus dipahami terlebih dahulu bahwa hubungan Anda dan perusahaan
tempat Anda bekerja didasarkan pada perjanjian kerja, unsur perkerjaan, upah, dan
perintah.  Perjanjian kerja sendiri adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.[3]
 
Dalam kaitannya dengan permasalahan Anda, dimana perusahaan tempat Anda bekerja
melakukan joint venture dan Anda diminta bekerja untuk kedua perusahaan tersebut, maka Anda
harus melihat kembali isi dari perjanjian kerja yang telah Anda sepakati dengan perusahaan
tempat Anda bekerja.
 
Apabila hal tersebut tidak diatur dan bertentangan dengan isi perjanjian kerja Anda, ataupun
perjanjian kerja addendum (tambahan) atau amandemen (perubahan), maka dapat dikatakan
bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu bentuk wanprestasi. Apabila terdapat tekanan
terhadap Anda untuk tetap melaksanakannya, maka perbuatan tersebut dapat dikategorikan
sebagai suatu perbuatan melawan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/04/pengertian-joint-venture-karakteristik-manfaat-
unsur-jenis-pihak-kelebihan-kekurangan.html
file:///C:/Users/asus/Downloads/4948-8171-1-PB.pdf
file:///C:/Users/asus/Downloads/4948-8171-1-PB.pdf
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-pengertian-joint-venture-jenis-contoh-dan-manfaatnya/
file:///C:/Users/asus/Downloads/hk_609_slide_anatomi_kontrak_joint_venture.pdf
file:///C:/Users/asus/Downloads/hk_609_slide_anatomi_kontrak_joint_venture.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d5aa96523dfb/status-karyawan-dalam-
perusahaan-ijoint-venture-i/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4da7214a4789f/pengaturan-dan-
pengawasan-pelaksanaan-joint-venture/

Anda mungkin juga menyukai