Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMBAHASAN JOINT VENTURE

DISUSUN OLEH :

1. Inung Puspa Rani 201912120


2. Bayu Widyawan 201912141
3. Selamet Ade Nur Cahyono 201912147

FAKULITAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN


AKUNTANSI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 13 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Joint Venture ..............................................................................................6


2.2. Jenis Ciri-Ciri Joint Venture .........................................................................................6
2.3. Kontrak Joint Venture ...................................................................................................6
2.4. Manfaat Joint Venture ...................................................................................................7
2.5. Para Pihak Objek Joint Venture ....................................................................................7
2.6. Jangka Waktu Kontrak Joint Venture ...........................................................................8
2.7. Kelebihan Dan Kelemahan ...........................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

Pembagian Laba Dalam Perjanjian Joint Venture ..............................................................9


Faktor Penyebab Perusahaan Melakukan Joint Venture ....................................................12
Perkembangan Perusahaan Setelah Melakukan Joint Venture ..........................................13
Barang Yang Belum Terjual ..............................................................................................14
Joint Venture Yang Belum Selesai ....................................................................................15
Contoh Kasus .....................................................................................................................16

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ................................................................................................................18


4.2. Saran ...........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Usaha patungan atau yang biasa disebut  Joint Venture merupakan suatu pengertian yang
luas. Dia tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-masing pihak melakukan
penyertaan modal (equity joint ventures) tetapi juga bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang
lebih longgar, kurang permanen sifatnya serta tidak harus melibatkan partisipasi modal. Yang
pertama mengarah pada terbentuknya suatu badan hukum, sedangkan pola yang kedua
perwujudannya tampak dalam berbagai bentuk kontrak kerjasama (contractual joint ventures)
dalam bidang manajemen (management contract),  pemberian lisensi (license agreement),
bantuan teknik dan keahlian(technical assistance and know-how agreement), dan sebagainya.
Dengan  joint venture diharapkan dapat menghimpun sinergi dari berbagai pihak, khususnya
pihak yang menguasai pasar dan pihak yang menguasai teknologi produksi. Setiap negara
selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dankemakmuran rakyatnya.
Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara satu negara dengan
negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah menarik sebanyak
mungkin investasi asing masuk ke negaranya. Menarik investasi masuk sebanyak mungkin ke
dalam suatu negara didasarkan pada suatu mitos yang menyatakan bahwa untuk menjadi
suatu negara yang makmur, pembangunan nasional harus diarahkan ke bidang industri.

Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang sangat penting sebagai
alatuntuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan investasi akan memberikan
dampak  positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya
supply teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi maupun teknologi
permesinan, danmenciptakan lapangan kerja. Penanaman modal asing merupakan salah satu
bentuk utamatransaksi bisnis internasional, di banyak negara, peraturan pemerintah tentang
penanaman modal asing mensyaratkan adanya joint venture, yaitu ketentuan bahwa
penanaman modal asing harus membentuk joint venture dengan perusahaan lokal untuk
melaksanakan kegiatan ekonomi yang mereka inginkan. Dibukanya peluang bagi investor

4
asing untuk menanamkan modalnya diIndonesia, maka dengan sendirinya dibutuhkan
perangkat hukum untuk mengatur pelaksanaannya, agar investasi yang diharapkan
memberikan keuntungan yang besar dan meningkatkan perekonomian Indonesia. Joint
venture agreement merupakan langkah awal dalam membentuk perusahaan joint venture.
Dimana di dalam perjanjian joint venture agreement berisikan kesepakatan para pihak tentang
kepemilikan modal, saham, peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan,
kepengurusan, teknologi dan tenaga ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akanterjadi,
dan berakhirnya perjanjian joint venture pengusaha asing dan pengusaha lokal membentuk
suatu perusahaan baru yang disebut perusahaan joint venture di mana mereka menjadi
pemegang saham yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana pembagian laba dalam perjanjian joint venture ?
2) Apa faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan joint venture ?
3) Bagaimana perkembangan perusahaan setelah melakukan joint venture ?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1) Pembaca dapat diharapkan mengetahi pembagian laba dalam joint venture
2) Pembaca mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan suatu perusahaan
melakukan joint venture.
3) Pembaca dapat mengetahui bagaimana perkembangan suatu perusahaan setelah
melakukan joint venture.
4) Diharpkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
5) Sebagai pemenuhan tugas kelompok dan pengembangan pengetahuan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN JOINT VENTURE

Joint venture secara umum dapat diartikan sebagai suatu persetujuan antara dua pihak
atau lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan. Persetujuan yang dimaksud
adalah kesepakatan yang didasari atas suatu perjanjian yang harus tetap berpedoman kepada
syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Joint venture adalah kerjasama beberapa pihak untuk menyelenggarakan usaha bersama
dalam jangka waktu tertentu. Biasanya kerjasama berakhir setelah tujuan tercapai atau
pekerjaan selesai. Perbedaan antara joint venture dengan persekutuan firma (CV) adalah
umur joint venture jauh lebih pendek dari pada umur persekutuan yang biasa.

Anggota joint venture disebut venture / partner / sekutu. Sekutu bisa perseorangan,
persekutuan (firma atau CV), dan bisa pula perseroan terbatas (PT). Pada umumnya, semua
sekutu ikut mengelola jalannya perusahaan. Salah satunya sebagai managing partner atau
sekutu pemimpin.

2.2. CIRI-CIRI JOINT VENTURE


1) Merupakan perusahaan baru yang didirikan bersama oleh beberapa perusahaan.
2)  Modal terdiri dari pengetahuan dan modal yang disediakan para pendiri.
3) Joint venture antara perusahaan asing dengan modal nasional harus berbentuk
Perseroan Terbatas.

2.3. JENIS KONTRAK JOINT VENTURE


1. Joint Venture domestic
2. Joint Venture internasional
Menurut pasal 8 ayat (1) SK Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 15/SK/1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan

6
Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing,
bidang usaha yang wajib mendirikan perusahaan Joint Venture adalah :
1) Pelabuhan
2) Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum
3) Telekomunikasi
4) Pelayanan
5) Penerbangan
6) Air minum
7) Kereta api umum
8) Pembengkit tenaga atom
9) Mass media

Faktor PMA wajib mengadakan usaha patungan (Joint Venture) dengan perusahaan
domestic adalah kerena usaha-usaha tersebut tergolong penting bagi Negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak. Sedangkan yang dilarang untuk penanaman modal asing adalah
bidang-bidang yang berkaitan dengan pertahanan Negara, sperti produksi senjata, mesiu, alat-
alat peledaj dan peralatan perang.

2.4. MANFAAT JOINT VENTURE


Manfaat dari kontrak Joint Venture :
1) Pembetasan resiko
2) Pembiayaan
3)  Menghemat tenaga
4) Rentabilitas
5) Kemungkinan optimasi know-how
6) Kemungkinan pembetasan kongkurensi (saling ketergantungan)

2.5. PARA PIHAK OBJEK JOINT VENTURE

Para pihak yang terkait dalam kontrak ini adalah perusahaan penanaman modal asig
(PMA) dengar warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia. Badan hukum
Indinesia ini terdiri dari Bdan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi,
perusahaan PMA, perusahaan PMDN, perusahaan Non-PMA/PMDN.

7
Objek dari kontrak Joint Venture adalah adanya kerjasama patungan antara perusahaan
penanaman modal asing (PMA) dengan warga Negara Indonesia dan/atau bahan hukum
Indonesia.

2.6. JANGKA WAKTU KONTRAK JOINT VENTURE

Ditentukan oleh para pihak, yang dituangkan dalam kontrak Joint Venture. Berdasarkan
hasil kajian, angka waktu yang ditentukan adalah selama 20 tahun dan dapat diperpanjang.
Dalam PP Nomor 20 Tahun 1994, penanaman modal asing diberikan izin usaha untuk jagka
waktu 30 tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi komersial.

Penyelesaian Sengketa : Hukum yang digunakan dalam kontrak Joint Venture adalah
hukum Indonesia. Sedangkan penyelesaian sengketa yang tidak dapat diselesaikan oleh para
pihak, maka harus tunduk pada ketentuan International Chambers of Commerce (ICC).

2.7. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


Kelebihan :
1) Kekuasaan dan hal suara didasarkan pada banyaknya saham yang ditanam
oleh masing – masing Perusahaan Pendiri.
2)  Perusahan Join Venture tetap memiliki eksistensi dan kebebasan masing – masing.
3) Dapat memanfaatkan skala ekonomi dan spesialisasi.

Kelemahan :

1) Tanggung jawab terhadap semua resiko dibagi antar masing-masing patner.
2) Resiko rahasia tersebar lebih besar.
3) Resiko tertipu oleh partner usaha lebih besar
4) Hutang peerusahaan menjadi tanggung jawab bersama, dan seluruh harta jadi
jaminannya

8
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1. PEMBAGIAN LABA DALAM PERJANJIAN JOINT VENTURE

Seperti halnya persekutuan, maka laba joint venture juga hak para anggota. Oleh karana
itu, laba joint venture akan dibagikan kepada para sekutu. Cara (metode) pembagian labanya
juga akan diatur di dalam perjanjian. Metode pembagian laba yang dipakai juga sama dengan
metode pembagian laba persekutuan, yaitu :

a. Laba dibagi sama,


b. Laba di bagi dengan ratio tertentu,
c. Laba dibagi sesuai dengan ratio modal, yaitu :
1) Modal mula-mula
2) Modal awal periode
3) Modal akhir periode
4) Modal rata-rata.
d. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dibagi menurut
cara a, b atau c.
e.  Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan bonus dan sisanya dibagi menurut
cara a, b atau c.
f. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal, gaji serta bonus dan sisanya
dibagi menurut cara a, b atau c.

Dalam hubungannya dengan joint venture yang belum selesai, timbul masalah akuntansi,
yaitu mengenai pengakuan laba atau rugi joint venture yaitu apakah perlu mengakui rugi -
laba atas joint venture yang belum selesai. Perlu tidaknya mengakui rugi - laba joint venture
yang belum selesai harus memperhatikan prinsip-prinsip yang mendasari pengakuan rugi laba
(pendapatan dan biaya).

Dalam hal anggota joint venture mengakui laba atas joint venture yang belum selesai ini
menimbulkan 2 masalah, yaitu penentuan besarnya laba atau rugi yang diakui dan
pencatatannya akan tergantung pada metode akuntansi yang digunakan.

9
A. Metode Akuntansi Terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi dengan metode ini maka


besarnya laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Apabila diperlukan maka
untuk menghitung laba atau rugi tersebut diperlukan penyesuaian. Laba atau rugi
tersebut akan dibagi sesuai dengan rasio atau metode pembagian laba yang disepakati.
Dengan metode ini maka masing-masing sekutu hanya akan mencatat bagian laba atau
rugi yang menjadi haknya. Dalam metode ini joint venture akan mengelenggarakan
rekening-rekening berikut:

a. Aktiva,
b. Utang,
c. Modal untuk masing-masing sekutu,
d. Penghasilan,
e. Biaya.

B. Metode Akuntansi Tidak Terpisah

Apabila joint venture menggunakan metode akuntansi tidak terpisah maka besarnya


laba / rugi dapat diketahui dari saldo rekening joint venture, yaitu :

a. Laba, apabila rekening Joint venture bersaldo kredit


b.  Rugi, apabila rekening Joint venture bersaldo debit.

Seperti yang dijelaskan bahwa joint Venture hanya bisa dihitung laba / ruginya
apabila telah berakhir usaha yang menjadi obyeknya maka dalam pembukuan ini
mengalami hal - hal yang perlu dilakukan karena pembukuan secara tidak terpisah
sedikit berbeda dari pembukuan secara terpisah, yang membedakan adalah hak - hak
para anggota di dalam joint venture dapat ditentukan pada setiap saat yang menyangkut
aktivitas joint venture.

Hak-hak para anggota adalah selisih antara jumlah komutatif semua rekening yang
mempunyai saldo debit dengan jumlah komulatif semua rekening yang mempunyai
saldo kredit dari pembukuan yang diselenggarakan oleh anggota yang bersangkutan.
Rekening - rekening dengan saldo debet menunjukkan aktiva joint venture (termasuk

10
biaya yang dibayar dimuka). Sedangkan rekening -rekening yang mempunyai saldo
kredit adalah rekening yang menunjukkan kewajiban - kewajiban joint venture kepada
pihak ketiga dan hak - hak anggota di dalam joint venture.

Dalam metode ini Joint Venture tidak menyelenggarakan secara mandiri namun
akuntansi terhadap Joint Venture diselenggarakan oleh masing-masing sekutu (partner).
Dalam hal ini akuntansi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Managing partner
Rekening yang diselenggarakan managing partnet meliputi:
 Rekening Aktiva – Joint Venture
Rekening ini menunjukan semua aktiva joint venture. Rekening ini akan
didebit kalau bertambah dan dikredit kalau berkurang.
 Rekening Utang – Joint Venture
Rekening ini menunjukan semua utang joint venture. Rekening ini akan
didebit kalau berkuramg dan dikredit kalau bertambah.
 Rekening Sekutu
Rekening sekutu hanya akan diselenggarakan untuk non-managingg partner.
Besarnya hak (modal) sekutu yang bersangkutan tidak kelihatan secara langsung
di dalam rekening tertentu, akan tetapi dihitung dengan cara membandingkan
jumlah saldo debit dengan jumlah saldo kredit.
 Joint Venture
Rekening ini merupakan gabungan dari rekening pendapatan dan beban yang
akan menunjukakan pada saldo laba atau rugi. Sehingga jika saldo debit akan
menunjukan rugi dan sebaliknya saldo kredit akan menunjukan laba.
b. Non-managing partner
Non-managing partner hanya menyelenggarakan 2 macam rekening, yaitu:
 Rekening Joint Venture
Pemakaian rekening ini sama dengan pemakaian rekening “Joint Venture”
yang diselenggarakan oleh managing partner, yaitu didebit dengan biaya dan
dikredit dengan pendapatan, sehingga saldonya menunjukan laba atau rugi.

11
 Rekening Sekutu (Rekening Panrtner)
Rekening modal yang diselenggarakan oleh non-managing partner ada 2, yaitu:
a) Rekening partner
Rekening ini dipakai untuk menampung aktiva bersih joint venture
yang dititipkan pada managing partner dan hak atau modal managing
partner. Oleh karena itu saldo rekening ini menunjukkan selisih aktiva
bersih venture (selisih aktiva-joint venture dengan utang-joint venture)
dengan modal managing partner.
b) Rekening non-managing partner
Besarnya modal non-managing partner yang bersangkutan akan tercemin
pada selisih rekening berikut:
- Rekening debit: Rekening managing partner
- Rekening kredit: Rekening joint venture dan Rekening non-
managing partner lain

3.2. FAKTOR PENYEBAB PERUSAHAAN MELAKUKAN JOINT


VENTURE

1. Faktor Internal :
1) Membangun kekuatan perusahaan
2)  Menyebarkan biaya dan resiko
3)   Menambah akses ke sumber daya keuangan
4) Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan
5) Akses ke teknologi danpelanggan baru
6)  Akses ke praktek manajer inovatif

2. Tujuan Persaingan
1) Mempengaruhi evolusi struktural industry.
2) Kompetisi sebelum selesai
3) Penciptaan unit kompetisi yang kuat
4) Kecepatan Pasar 

12
3. Tujuan Strategi
1) Sinergi
2) Transfer teknologi / kecakapan
3)  Diversifikasi

3.3. PERKEMBANGAN PERUSAHAAN SETELAH MELAKUKAN


JOINT VENTURE

Di tengah situasi yang sangat kompetitif seperti sekarang, joint venture dianggap
sebagai solusi bagi bisnis-bisnis yang belum cukup kuat melawan gempuran pesaing. Tujuan
yang dimaksud bisa berupa pembentukan suatu bisnis baru ataupun proses mengoptimalkan
aktivitas bisnis yang sudah berjalan. Jadi, semua pihak yang terlibat bertanggung jawab atas
pencapaian laba, risiko rugi, ataupun biaya yang terkait dengan tujuan tersebut.

Sebagai contoh, joint venture bisa berbentuk korporasi, perseroan terbatas, atau
bentuk badan hukum lainnya. Jadi, entitas bisnis dengan ragam bentuk badan hukum dapat
bekerja sama membentuk joint venture. Lazimnya, joint venture memang hanya dibentuk
untuk kebutuhan produksi atau riset tertentu. Akan tetapi, sah-sah saja bila kamu membentuk
joint venture dengan tujuan lanjutan. Selain bisa menggabungkan berbagai bentuk badan
usaha, joint venture juga dapat dibentuk oleh entitas bisnis dengan skala berbeda. Bisnis
besar dan bisnis kecil bisa bergabung membentuk joint venture untuk menyelesaikan proyek
tertentu.

Contohnya yaitu perusahaan Asus dan Gigabyte, persaingan bisnis dalam produksi
perangkat keras mendorong perusahaan melakukan inovasi dan melakukan kerjasama. Pada
tahun 2007 dua perusahaan teknologi asal taiwan pun melakukan perjanjian joint venture
untuk produksi motherboard, graphics card, dan beberapa komponen lainya. Kerja sama ini
mengembangkan perangkat lunak computer dan teknologi yang tinggi, dalam
perkembangannya produk ini dapat menembus pasar dengan baik, keduanya melakukan
kerjasama joint ventur yang baik sehingga dapat menciptakan keinginan yang dituju oleh
kedua belah pihak.

13
3.4. Barang Yang Belum Terjual
Kadang-kadang pada saat joint venture dibubarkan, belum semua barang dagang
berhasil dijual. Sisa barang tersebut harus diperlakukan secara tepat sesuai dengan
penggunaan sisa barang yang bersangkutan, yang dalam hal ini ada 3 kemungkinan, yaitu:
a) Dibagi kepada para sekutu
b) Dijual kepada pihak luar
c) Dijual kepada sekutu
Perlakuan akuntansi untuk masing-masing adalah sebagai berikut:

A. Dibagi kepada para sekutu


Pencatatan terhadap pembagian sisa barang kepada para sekutu tergantung pada
metode akuntansi yang dipakai, yaitu:
1. Metode akuntansi terpisah
Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah
maka pencatatan terhadap pembagian sisa barang dagangan kepada para
sekutu tersebut tergantung pada system akuntansi persedian yaitu system fisik
atau system perpetual.
2. Metode akuntansi tidak terpisah
Apabila joint venture meyelenggarakan akuntansi secara tidak terpisah,
maka pembagian sisa barang kepada para sekutu tidak perlu dicatat.

B. Dijual kepada pihak luar


Apabila sisa barang dijual kepada pihak luar maka akan dicatat seperti hanya
penjualan yang biasa (bukan penjualan sisa barang). Apabaila joint venture
menyelenggarakan metode akuntansi tidak terpisah transaksi ini akan dikredit ke
rekening joint venture sebesar harga jual, pencatatan ini juga akan menambah laba
(saldo rekening joint venture) sebesar harga jual, karena harga pokok (pembelian)
sudah dicatat pada saat membeli.

14
C. Dijual kepada sekutu
Apabila dijual kepada sekutu pada umumnya pembayaraan diperhitungkan dengan
hak sekutu yang bersangkutan. Pencatatan terhadap penjualan sisa barang kepada para
sekutu tergantung pada metode akuntansi yang dipakai, yaitu:

1. Metode akuntasi terpisah


Apablia joint venture meyelenggarakan metode akuntansi terpisah
maka transaksi tersebut hanya akan dicatat oleh joint venture dan sekutu yang
bersangkutan. Joint venture akan mencatat dengan mendebit rekening sekutu
yang membeli dan mengkredit rekening penjualan, masing-masing sebesar
harga jual.

2. Metode akuntansi tidak terpisah


Apabila joint venture menyelenggarakan metode akuntansi tidak
terpisah maka transksi tersebut akan dicatat oleh semua sekutu, baik sekutu
pembeli maupun tidak. Sekutu pembeli akan mencatat dengan mendebit
rekening pembelian (dalam system fisik) atau persediaan (di dalam system
perpetual) dan akan mengkredit rekening joint venture.

3.5. JOINT VENTURE YANG BELUM SELESAI


Kadang-kadang umur joint venture melebihi satu periode akuntansi. Dalam hal ini
pada saat perusahaan yang menjadi anggota joint venture akan Menyusun laporan keuangan
(akhir tahun) masih ada joint venture yang belum selesai. Dalam hubungannya dengan joint
venture yang belum selesai tersebut timbul masalah akuntansi, yaitu mengenai pengakuan
laba atau rugi jpoint venture, yaitu apakah perlu mengakui rugi-laba atas joint venture yang
belum selesai.
Apablia usaha joint venture bersifat sepekuliatif dalam arti mengandung resiko yang
besar dan mengandung banyak resiko sebaiknya laba atas joint venture baru diakui apabila
joint venture sudah selesai. Dalam hal anggota joint venture mengakui laba atas joint venture
yang belum selesai ini menimbulkan 2 masalah, yaitu penentuan besarnya laba atau rugi yang

15
diakui dan pencatatanya. Untuk menghitung besarnya laba atau rugi yang akan diakui atas
joint venture yang belum selesai beserta cara pencatatanya akan terganggu pada metode
akuntansi yang digunakan joint venture, yaitu metode akuntansi terpisah dan metode
akuntansi tidak terpisah.

1. Metode akuntansi terpisah


Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi dengan metode ini maka
besarnya laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Apablia diperlukan
maka untuk menghitung laba atau rugi tersebut diperlukan penyesuaian. Laba atau
rugi akan dibagi sesuai dengan rasio atau metode pembagian laba yang disepakati.

2. Metode akuntansi tidak terpisah


Apabila joint venture menggunakan metode akuntansi tidak terpisah maka
besarnya laba atau rugi dapat diketahui dari saldo rekening “joint venture”, yaitu:
 Laba, apabalia rekening “joint venture” bersaldo kredit dan
 Rugi, apabila rekening “joint venture” bersaldo debit.
Selanjutnya masing-masing anggota sekutu akan mencatat seluruh laba atau
rugi, baik yang menjadi bagiannya maupun tidak.

3.6. Contoh Kasus

Pada tanggal 1 januari 2005 Adi dan lili membuka usaha joint venture dalam menjual
tanah kaplingan. Disepakati Adi menyerahkan tanah 20 kapling dengan harga pokok @ Rp.
1.000.000 dan diberi harga oleh Adi untuk joint venture sebesar Rp. 1.250.000,-. Lili
menyerahkan uang tunai sebesar Rp. 5.000.000 untuk biaya perijinan. Laba dibagi dengan
komposisi 75% untuk adi dan 25% untuk Lili.

Transaksi 1 januari samapai dengan Agustus 2005 yaitu periode pembentukanjoint


venture sebagai berikut:

 Dibayar biaya perijininan Rp. 500.000


 Dibayar biaya perbaikan lingkungan Rp. 2.000.000
 Dibayar biaya penjualan Rp. 1.000.000

16
 Dibayar biaya kantor Rp.500.000
 Dijual 20 kapling tanah @ Rp. 2.000.000 secara kredit
 Piutang sebesar Rp. 2.000.000 tak tertagih
 Pada tanggal 31 Agustus kas dikembalikan pada anggota jointventure pemegang
pembukuan (Adi)

Diminta : susunlah jurnal untuk mencatat transaksi tersebut

Pembahasan (dalam Rp. 000)

Transaksi Buku Adi Buku Lili


Investasi Adi JV                         25.000 JV                      25.000
Tanah                        20.000 Tanah                      20.000
Laba penyerahan tnh     Laba penyerahan tnh  
5.000 5.000
Investasi Lili Kas-JV                     5.000 Adi                       5.000
Lili                               5.000 Kas                            5.000
Membayar biaya-biaya JV                           4.000 JV                         4.000
Kas-JV                         4.000 Adi                             4.000
Menjual tanah Piutang-Jv            40.000 Adi                     40.000
JV                               40.000 JV                           40.000
Penerimaan piutang tertagih Kas-JV                   38.000
Piutang-JV                  
38.000 –
Menghapus piutang JV                           2.000 JV                         2.000
Piutang-JV                    
2.000 Adi                             2.000
Mengakui laba joint venture JV                           9.000 JV                         9.000
Laba JV                        6.750 Adi                             6.750
Laba JV                      
Lili                               2.250 2.250
Pengambilan kas joint
venture Kas                       31.750 Kas                       7.250
LILI                        7.250 Adi                             7.250
Kas JV                        
39.000

17
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Joint Venture atau usaha patungan merupakan persetujuan diantara dua pihak atau
lebih untuk melakukan kerjasama di dalam suatu proyek, seringkali suatu joint venture
dilakukan apabila perusahaan-perusahaan dengan teknologi yang saling melengkapi ingin
menciptakan barang atau jasa yang akan saling memperkuat posisi masing-masing
perusahaan. Kepemilikan atas investasi dalam joint venture dapat dilakukan secara bervariasi.
Pada umumnya kepemilikan mayoritas ada pada pihak asing, dan kepemilikan minoritas ada
di tangan pihak nasional. Kepemilikan dapat juga ditentukan seimbang, dapat pula 100%
pemilikan dipegang oleh salah satu partner, sedangkan partner yang lain mempunyai hak opsi
untuk mendapatkan sebagian atau keseluruhan saham.

Banyak manfaat yang terkait dengan Joint Ventures International adalah bahwa
mereka menyediakan perusahaan dengan kesempatan untuk mendapatkan kapasitas yang
baru dan keahlian mereka dan memungkinkan perusahaan untuk masuk ke bisnis terkait atau
pasar geografis baru atau mendapatkan pengetahuan teknologi baru. Selain itu, Joint Ventures
International yang dalam banyak kasus memiliki jangka hidup yang pendek, yang
memungkinkan perusahaan untuk membuat komitmen jangka pendek daripada komitmen
jangka panjang.Melalui Joint Ventures International, perusahaan diberikan kesempatan untuk
meningkatkan margin keuntungan, mempercepat pertumbuhan pendapatan mereka,
menghasilkan produk baru, memperluas ke pasar domestik baru, mendapatkan dukungan
keuangan, dan ilmuwan saham atau profesional lain yang memiliki kemampuan unik yang
akan menguntungkan perusahaan.

18
4.2. SARAN

Makalah ini dapat diharapkan berguna bagi para pembanca dan dapat meambah
wawasan bagi para pembacanya, besar harapan kami agar makalah ini dapat beemanfaat
dengan baik, kami mohon maaf apabila terdapat penulisan dan kata yang kurang tepat. Kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun diharapkan dapat menyempurnakan
makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://yaeldaa.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-joint-venture-dan.html

www.academia.edu/9974689/Joint_Venture

http://goodaymo.blogspot.co.id/2012/10/joint-venture.html

https://windaaviany.web.ugm.ac.id/2015/03/30/akuntansi-joint-venture/

20

Anda mungkin juga menyukai