Anda di halaman 1dari 48

AKUNTANSI JOINT VENTURA, AKUNTANSI PENJUALAN

ANGSURAN, AKUNTANSI PENJUALAN KONSINYASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Akuntansi Keungan lanjutan

Dosen Pengampu: Wawan hermawan, SE, MM

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Sekar Anisa (1820610043)


2. Sania Pujiati (1820610053)
3. Risda khoirina (1820610063)
4. Shinta Nuriyah (1820610073)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.Atas segala limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”PembentukanPersekutuanserta Usahanya dan Pembubaran Persekutuan
Usahakarena Perubahan Kepemilikan”ini tanpa ada hambatan yang berarti.
Tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan selesai tepat
waktu dan sesuai harapan. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Wawan Hermawan, S.E.,M.M. dan semua pihak yang telah
membantu penyusun, baik dukungan moril maupun materiil.
Semoga kehadiran makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan semua pembaca makalah ini pada umumnya. Dalam proses pembuatan,
penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari bapak Dosen dan teman-teman
sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

Kudus, 25 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................................1
Rumusan Masalah ................................................................................................1
Tujuan Masalah.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Akuntansi Join Venture.........................................................................................2
Metode Akuntansi Untuk Join Venture.................................................................6
Pengertian Akuntansi Penjualan Angsuran...........................................................24
Penjualan Konsiyasi..............................................................................................35
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................43

iii
BAB I

PENDAULUAN

1. Latar Belakang
Joint venture  disingkat JV, di Indonesia biasa disebut usaha
patungan, adalah entitas yang dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk
menyelenggarakan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak yang terlibat
sepakat untuk membentuk entitas baru, masing-masing menyetorkan
modal, berbagi risiko dan keuntungan,serta kendali atas entitas tersebut.
Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu projek tertentu, lalu
dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja
dibentuk untuk hubungan bisnis yang berkelanjutan.

Pembukuan masing-masing anggota diselenggarakan secara


terpisah rekening pembukuan di dalam joint venture meliputi aktiva,
hutang, pendapatan, biaya-biaya dan modal yang diselenggarakan untuk
tiap anggota.

Penjualan angsuran menurut fischer ,taylor,dan Leer (1986) adalah


suatu jenis penjualan yang cara penjualan yang cara pembayarannya dapat
dilakukan secara bertahap dalam jumlah tertentu selama jangka waktu
tertentu.”

Masalah yang timbul dengan adanya penjualan angsuran ini adalah


masalah pengakuan laba bagi penjual yang harus dilaporkan dalam laporan
keuangan setiap tahunya hal ini dikarenakan penjualan angsuran
mencakup periode waktu lebih dari satu periode

penjualan konsinyasi merupakan syang memilki barang


menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan
dengan memberikan komisi tertentu.
Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau
pengamanat. Sedang pihak yang menerima barang disebut consignee,
factor, Commission merchant atau komisioner.

2. Rumusan Masalah

1. Apa itu akuntansi joint venture?

2. Bagaimana metode akuntansi joint venture?

3. Apa itu akuntansi penjualan angsuran ?

4. Bagaimana penjualan konsiyasi ?

3. Tujuan Masalah

1. Untuk menjelaskan Apa itu akuntansi joint venture

2. Untuk menjelaskan Bagaimana metode akuntansi joint venture

3. Untuk menjelaskan Bagaimana penjualan konsiyasi 

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akuntansi Joint Venture


1. Pengertian Joint Venture

Joint venture  disingkat JV, di Indonesia biasa disebut usaha


patungan, adalah entitas yang dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk
menyelenggarakan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak yang
terlibat sepakat untuk membentuk entitas baru, masing-masing
menyetorkan modal, berbagi risiko dan keuntungan,serta kendali atas
entitas tersebut. Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu projek
tertentu, lalu dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja
dibentuk untuk hubungan bisnis yang berkelanjutan.

Peter Mahmud joint venture merupakan “suatu kontrak antara


dua perusahaan untuk membentuk satu perusahaan baru, perusahaan
baru inilah yangdisebut dengan perusahaan joint venture”. Sedangkan
pengertian menurut Erman Rajagukguk ialah “suatu kerja sama antara
pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan
perjanjian, jadi pengertian tersebut lebih condong pada joint venture
yang bersifat internasional”.

Join ventura adalah kerjasama diantara dua orang atau lebih


juga bisa berupa badan usaha untuk mengusahakan usaha tertentu.
Waktunya terbatas dan masing-masing pihak dapat menyerahkan
barang atau uang sebagai kontribusi terhadap usaha bersama itu. Salah
satu pihak yang bekerja sama itu besarnya ditunjuk sebagai pemimpin
usaha kerjasama atau joint venture disebut sebagai “Managing Patner”
yang berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dan penyajian
laporan keuangan.

2
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12
Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama , Ventura bersama adalah
perjanjian kontraktual dimana dua atau lebih pihak menjalankan
aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian bersama. Pihak
dalam joint venture yang ikut melakukan pengendalian - bersama
terhadap joint venture disebut Venturer.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat kita ketahui unsur-


unsur yang terdapat dalam joint venture ialah :

1. Kerjasama dua pihak atau lebih.

Joint venture merupakan kerjasama dua pihak atau lebih yang


sepakat untuk membentuk perusahaan baru dengan nama baru.

2. Ada modal

Dalam joint venture masing-masing pihak memberikan modal


untuk disetor dan dipakai bersama untuk mengoperasikan
perusahaan baru.

3. Ada surat perjanjian

Sebagai bentuk adanya kerjasama antara dua belah pihak, maka


dalam joint venture harus ada surat perjanjian yang berfungsi untuk
mengikat kedua belah pihak tersebut. Dalam joint venture karena
melibatkan orang lain, maka perlu diperhatikan dan diteliti apakah
pihak yang akan diajak kerjasama tersebut adalah pihak yang bisa
dipertanggungjawabkan.

a. Ciri-ciri dari gabungan perusahaan atau joint venture ini


diantaranya meliputi:
- Perusahaan baru yang didirikan oleh beberapa perusahaan lain
secara bersama-sama.

3
Di Indonesia, joint venture merupakan kerjasama antara
perusahaan domestik dan asing.

- Modalnya berupa saham yang diperoleh atau disediakan oleh


perusahaan pendiri dengan perbandingan tertentu dari setiap
perusahaannya.
- Kekuasaan dan hak suara didasarkan pada banyak saham masing-
masing perusahaan pendiri
- Kekuasaan dan hak suara didasarkan pada banyak saham masing-
masingperusahaan pendiri.
- Perusahaan pendiri joint venture tetap memiliki eksistensi dan
kebebasan masing-masing.
- Risiko ditanggung secara bersama-sama antara masing-masing
partner melalui perusahaan yang berlainan. 
b. Kelebihan Joint Venture

Kelebihan dari Joint Venture diantaranya adalah sebagai berikut:

- Perusahaan rekanan lokal lebih memahami tentang keadaan


lingkungan di mana perusahaan joint venture didirikan seperti adat
istiadat, kebiasaan, dan lembaga kemasyarakatan dilingkungan
setempat.
- Perusahaan rekanan lokal mungkin memilki teknologi yang cocok
untuk lingkungan setempat.
- Akses ke pasar modal negara tuan rumah dapat dipertinggi oleh
hubungan dan reputasi rekanan perusahaan lokal.1

2.  Alasan Pembentukan Joint Venture


Suparwoto, L. 2009. Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi 1. Penerbit BPFE.
1

Yogyakarta.

4
a. Alasan internal:

1. Membangun kekuatan perusahaan

2. Menyebarkan biaya dan risiko

3. Menambah akses ke sumber daya keuangan

4.  Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan

5.  Akses ke teknologi dan pelanggan baru

6. Akses ke praktek manajer inovatif 

b. Tujuan persaingan :

1. Mempengaruhi evolusi struktural industri

2. Kompetisi sebelum selesai

3. Tanggapan defensif untuk menghapuskan batas-batas industri

4.Penciptaan unit kompetisi yang kuat

5. Kecepatan pasar 

6. Menambah ketangkasan

c. Tujuan strategi :

1. Sinergi

2.Transfer teknologi/kecakapan

3. Diversifikasi2

  3.  Perusahaan yang Tergabung Dalam Joint Venture

http://id.wikipedia.org/wiki/Joint_venture
2

5
Berikut adalah contoh perusahaan yang tergabung dalam Joint
Venture:

1. ASUS dengan Gigabyte

Meningkatnya persaingan bisnis di bidang perangkat keras


(hardware) untuk produk-produk komputer, mendorong beberapa
perusahaan untuk melakukan kerja sama guna mempertahankan
posisinya di antara para pesaingnya. Hal ini juga dilakukan oleh dua
perusahaan besar asal Taiwan,yaitu Gigabyte dan ASUS, yang selama
ini berkompetisi ketat di kategori produk motherboard, graphics card,
dan beberapa komponen lain. Kedua perusahaan tersebut pada tahun
2007 melakukan kerja sama untuk membuat strategi baru dalam
pembuatan dan pemasaran produk motherboard dan graphics card, dan
beberapa komponen lain. Produk-produk hasil kerja sama ini akan
menyandang nama Gigabyte.

2. Indofood dengan Nestle

Untuk memantapkan penetrasi pasar di industri consumer goods,


dua perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) dan
Nestle S.A(Nestle), Switzerland, membentuk perusahaan patungan
(joint venture). Perusahaan joint venture itu adalah PT Nestle
Indofood Citarasa Indonesia. Perusahaan joint venture itu akan fokus
di bisnis kuliner (bumbu penyedap makanan). Menurut CEO PT
Indofood Anthoni Salim, pendirian usaha patungan baru ini, akan
menciptakan peluang memperbesar pangsa pasar. Sebab, dua
perusahaan besar ini akan saling memanfaatkan dan mengembangkan
kekuatan yang dimiliki.

3. PT. Kimia Farma dan PT. Tigakarsa Satria

Joint Venture seperti yang terjadi pada PT. Kimia Farma dan
PT.Tigakarsa Perkasa yang menghasilkan PT. Sari Husada.

6
Konsorsium ini menyatukan pemerintah dan industri yang notabene
bergerak dalam bidang penjualan dan distribusi berskala nasional. PT.
Sari Husada adalah perusahaan Joint Venture dari dua perusahaan
pemerintah dan swasta, PT. Kimia Farma dan PT. Tigakarsa Satria
dengan komposisi modal Kimia Farma sebesar 55% dan Tigakarsa
sebesar 45%. Pada tahun 1983 PT. Sari Husada go public dan
komposisi modalnya berubah menjadi PT. Tiga Karsa 39,5%, PT.
Kimia Farma menjadi 33% dan masyarakat 27%.3

B. Metode Akuntansi Untuk Joint Venture


1. Pada prinsipnya ada dua metode :
a. Buku diselenggarakan terpisah dari pembukuan masing-masing
anggota

Pembukuan masing-masing anggota diselenggarakan secara


terpisah rekening pembukuan di dalam joint venture meliputi
aktiva, hutang, pendapatan, biaya-biaya dan modal yang
diselenggarakan untuk tiap anggota.

Contoh 1 :

Tuan Habib, Imam dan Mulyono bersepakat mengadakan


kerjasama dalam suatu usaha (joint venture) “HIM” yang
mengusahakan penjualan Al Qur’an elektronik bulan puasa sampai
bulan haji dengan ketentuan sebagai berikut:

Investasi : Tuan Habibi dan Mulyono menyerahkan barang


dagangan sebagi penyertaan sebesar Rp.60.000,00 dan
Rp.80.000,00 Tuan Imam menyerahkan uang tunai sebesar
Rp.70.000,00

http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf
3

7
Aktivitas : Tuan Mulyono ditunjuk sebagai pimpinan(managing
partner). Ia setuju memasarkan Al Qur’an tersebut ke konsumen
dan menyampaikan laporan-laporan yang berhubungan dengan
transaksi-transaksi atas nama joint venture.

Pembagian laba : Tuan Mulyono diberi komisi 4% dari


penjualan; bunga modal diberikan kepada masing-masing anggota
sebesar 6% dari laba usaha dan selebihnya dibagi sama. Joint
venture dimulai 1 September 2012 dan berakhir 31 Desember
2012.

Penyelesaiaan ;

Buku Joint Venture

a. 1 September 2012 investasi barang dagangan oleh Tuan Habibi


dan Tuan Mulyono sebesar Rp.60.000,00 dan Rp.80.000,00
serta investasi uang tunai Tuan Imam sebesar Rp.70.000,00.

Jurnal :

Persed. Br. Dagangan Rp.140.000

Modal Habibi Rp.60.000

Modal Mulyono Rp.80.000

Kas Rp.70.000

Modal Imam Rp.70.000

b. Ditarik sebuah promes Rp.10.000,00 dengan bunga 9% jangka


waktu 2 bulan, Bunga dihitung sebagai berikut :

Bunga = (2/12) x 9% x Rp.10.000 = 150

Jurnal:

8
Kas Rp.9.850

Biaya bunga Rp.150

Wesel bayar Rp.10.000

c. Penjualan kredit barang dagangan Rp.100.000 dan tunai


Rp.50.000

Jurnal :

Kas Rp.50.000

Piutang dagang Rp.100.000

Penjualan Rp.150.000

HPP Rp.112.025

Persediaan Rp.112.025

d. Dibeli barang dagangan sebesar Rp.84.050

Jurnal :

Persediaan Rp.84.050

Kas Rp.84.050

e. Penjualan kredit barang dagangan Rp.150.000

Jurnal :

Piutang dagang Rp.150.000

Penjualan Rp.150.000

9
HPP Rp.112.025

Persediaan Rp.112.025

f. Penerimaan piutang Rp.249.500

Jurnal :

Kas Rp.249.500

Piutang dagang Rp.249.500

g. Penghapusan piutang dagang Rp.500

Jurnal :

Pengh. piutang dagang Rp.500

Piutang dagang Rp.500

h. Pembayaran macam-macam biaya usaha Rp.12.600

Jurnal :

Macam-macam biaya Rp.12.600

Kas Rp..600

i. Pembayaran/pelunasan wesel bayar Rp.10.000

Jurnal :

Wesel bayar Rp.10.000

Kas Rp.10.000

10
j. 31 Desember 2012 dilakukan penentuan laba bersih. Saldo
pendapatan dan biaya-biaya ditutup ke rekening modal, serta
pembagian laba (rugi) dengan ketentuan komisi tuan Mulyono
4% dari penjualan dan bunga modal masing-masing anggota
sebesar 6%.

Menutup penjualan ke rugi laba:

Jurnal :

Penjualan Rp.300.000

Rugi laba Rp.300.000

Menghitung bunga modal:

Habibi = 6% x 4/12 x Rp.60.000 = Rp.1.200

Imam = 6% x 4/12 x Rp.70.000 = Rp.1.400

Mulyono = 6% x 4/12 x Rp.80.000 = Rp.1.600

Menghitung komisi Mulyono:

4% x 300.000.000 = 12.000.000

Habib Imam Mulyono Total

11
Komisi - - Rp. 12.000 Rp. 12.000

Bunga Modal Rp. 1.200 Rp. 1.400 Rp. 1.600 Rp. 4.200

Sisa Laba Rp. 15.500 Rp. 15.500 Rp. 15.500 Rp. 46.500

Total Rp. 16.700 Rp. 16.900 Rp. 29.100 Rp. 62.700

Rugi laba Rp.237.300

Harga pokok penjualan Rp.224.050

Macam-macam biaya Rp.12.600

Penghapusan piutang Rp.500

Biaya bunga Rp.150

Rugi laba Rp.62.700

Modal Habibi Rp.16.700

Modal Imam Rp.16.900

Modal Mulyono Rp.29.100

k. Mengembalikan modal masing-masing partner.

Modal Habibi Rp. 76.700

Modal Imam Rp. 86.900

Modal Mulyono Rp.109.100

Kas Rp. 272.700

Catatan Buku masing-masing partner

12
1) Saat investasi awal 1 September 2004

 Buku Tuan Habibi:

Investasi pada joint venture HIM Rp.60.000

Barang-barang untuk JV. HIM Rp.60.000

 Buku Tuan Imam:

Investasi pada joint venture HIM Rp.70.000

Kas Rp.70.000

 Buku Tuan Mulyono

Investasi pada joint venture HIM Rp.80.000

Barang-barang untuk JV. HIM Rp.80.000

2) Saat penutupan/pembubaran 31 Desember 2004

 Buku Tuan Habibi:

Investasi pada joint venture HIM Rp.16.700

Laba Joint Venture HIM Rp.16.700

Kas Rp.76.700

Investasi pada JV HIM Rp.76.700

 Buku Tuan Imam:

Investasi pada joint venture HIM Rp.16.900

Laba Joint Venture HIM Rp.16.900

Kas Rp.86.900

Investasi pada JV HIM Rp.86.900

13
 Buku Tuan Mulyono:

Investasi pada joint venture HIM Rp.29.100

Laba Joint Venture HIM Rp.29.100

Kas Rp.109.100

Investasi pada JV HIM Rp.109.100

b. Rekening-rekening untuk setiap transaksi dalam joint venture ada


dan dicatat didalam buku masing-masing anggota,(tidak
diselenggarakan pembukuan secara terpisah terhadap aktiva joint
venture atau digabung).

Masing-masing anggota harus mempunyai rekening joint venture


pada buku-bukunya, meskipun masing-masing patner mecatat
transaksi-transaksi yang terjadi pada buku managing patner tetap
harus dibentuk rekening joint venture. Misal kas JV, piutang JV,
Hutang JV, dll.

Dalam metode ini, joint venture tidak menyelenggarakan akuntansi


secara tersendiri. Akuntansi terhadap joint venture diselenggarakan
oleh masing-masing sekutu (partner). Dalam hal ini, akuntansinya
dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Managing Partner

Pada dasarnya managing partner akan menyelenggarakan


rekening secara lengkap, yaitu rekening-rekening aktiva, utang,
modal, pendapatan, dan biaya. Oleh karena akuntansi tersebut
dicampur dengan akuntansi perusahaannya sendiri, maka untuk
membedakannya setiap rekening joint venture diberi tanda
tersendiri, yaitu dengan penambahan istilah “joint venture”
pada setiap rekening. Rekening-rekening yang diselenggarakan
managing partner meliputi :

14
1) Rekening Aktiva-Joint Venture

2) Rekening Utang-Joint Venture

3) Rekening sekutu atau partner\

4) Rekening Joint Venture

b. Non- Managing Partner

Non- managing partner hanya menyelenggarakan 2 macam


rekening, yaitu :

1) Rekening Joint Venture

2) Rekening Sekutu (Partner)

a) Rekening Managing Partner

Berikut mekanisme pendebitan dan pengkreditan


rekening ini:

 Pendebitan dilakukan apabila terjadi transaksi yang


berakibat:

 Aktiva joint venture bertambah

 Utang joint venture berkurang dan

 Modal atau managing partner berkurang

 Pengkreditan dilakukan apabila terjadi transaksi


yang berakibat:

 Aktiva joint venture berkurang

 Utang joint venture bertambah dan

 Modal atau managing partner bertambah

15
b) Rekening Sekutu non-Managing Partner yang lain.

Contoh 2 :

Apabila usaha bersama antara Tuan Habibi, Tuan Imam dan Tuan
Mulyono seperti pada contoh 1 di muka, pembukuannya
diselenggarakan dengan tidak menggunakan buku joint venture secara
terpisah, dan setiap partner mencatat semua transaksi pada bukunya
masing-masing, maka pencatatannya akan tampak sbb:

Penyelesaiaan :

a. 1 September 2012 investasi barang dagangan oleh Tuan Habibi dan


Tuan Mulyono sebesar Rp.60.000 dan Rp.80.000 serta investasi
uang tunai Tuan Imam sebesar Rp.70.000

Buku Habibi

Joint venture Rp.140.000

Persed. Br. Dagangan JV Rp.60.000

Tuan Mulyono Rp.80.000

Buku Imam

Joint venture Rp.140.000

Tuan Habibi Rp.60.000

Tuan Mulyono Rp.80.000

Buku Mulyono

Joint venture Rp.140.000

Tuan Habibi Rp.60.000

Persed. Br. Dagangan JV Rp.80.000

16
b. Investasi tunai oleh Tuan Imam sebesar Rp.70.000 langsung
dikirim ke Managing partner.

Buku Habibi

Tuan Mulyono Rp.70.000

Tuan Imam Rp.70.000

Buku Imam

Tuan Mulyono Rp.70.000

Kas Rp.70.000

Buku Mulyono

Kas-Joint venture Rp.70.000

Tuan Imam Rp.70.000

c. Ditarik sebuah promes Rp.10.000 dengan bunga 9% jangka waktu


2 bulan.

Bunga dihitung sbb: (2/12) x 9% x Rp.10.000= Rp.150

Buku Habibi

Joint venture Rp.150

Tuan Mulyono Rp.150

Buku Imam

Joint venture Rp.150

17
Tuan Mulyono Rp.150

Buku Mulyono

Kas-Joint venture Rp.9.850

Joint venture Rp.150

Wesel bayar joint venture Rp.10.000

d. Penjualan kredit barang dagangan Rp.300.000

Jurnal :

Buku Habibi

Tuan Mulyono Rp.300.000

Joint venture Rp.300.000

Buku Imam

Tuan Mulyono Rp.300.000

Joint venture Rp.300.000

Buku Mulyono

Piutang dagang JV Rp.300.000

Joint venture Rp.300.000

e. Penerimaan piutang Rp.299.500

Buku Habibi tidak ada pencatatan

Buku Imam tidak ada pencatatan

Buku Mulyono

18
Kas-Joint Venture Rp.299.500

Piutang dagang- JV Rp.299.500

f. Penghapusan piutang dagang Rp.500

Buku Habibi

Joint venture Rp.500

Tuan Mulyono Rp.500

Buku Imam

Joint venture Rp.500

Tuan Mulyono Rp.500

Buku Mulyono

Joint ventur Rp.500

Piutang dagang- joint venture Rp.500

g. Pembayaran macam-macam biaya usaha Rp.12.600

Buku Habibi

Joint venture Rp.12.600

Tuan Mulyono Rp.12.600

Buku Imam

Joint venture Rp.12.600

Tuan Mulyono Rp.12.600

Buku Mulyono

19
Joint venture Rp.12.600

Kas Rp.12.600

h. Pembayaran/pelunasan wesel bayar Rp.10.000

Buku Habibi tidak ada pencatatan

Buku Imam tidak ada pencatatan

Buku Mulyono

Joint Venture Rp.10.000

Kas- Joint Venture Rp.10.000

i. 31 Desember 2004 dilakukan pembagian laba (rugi) dengan


ketentuan komisi tuan Mulyono 4% dari penjualan dan bunga
modal masing-masing anggota sebesar 6%. Sisanya dibagi rata.

Menghitung bunga modal:

Habibi = 6% x 4/12 x Rp.60.000 = Rp.1.200

Imam = 6% x 4/12 x Rp.70.000 = Rp.1.400

Mulyono = 6% x 4/12 x Rp.80.000 = Rp.1.600

Menghitung komisi Mulyono:

4% xRp. 300.000 = Rp.12.000

Habibi Imam Mulyono Total

Komisi - - Rp. 12.000 Rp. 12.000

Bunga Rp. 1.200 Rp. 1.400 Rp. 1.600 Rp. 4.200

20
Modal Rp.15.50 Rp. 15.500 Rp. 15.500 Rp. 46.500

Sisa Laba

Total Rp. 16.700 Rp. 16.900 Rp. 29.100 Rp.62.700

Buku Habibi

Joint venture Rp.62.700

Laba Joint venture Rp.16.700

Tuan Imam Rp.16.900

Tuan Mulyono Rp.29.100

Buku Imam

Joint venture Rp.62.700

Laba Joint venture Rp16.900

Tuan Habibi Rp.16.700

Tuan Mulyono Rp.29.100

Buku Mulyono

Joint venture Rp.62.700

Laba Joint venture Rp.29.100

Tuan Habibi Rp.16.700

Tuan Imam Rp.16.900

j. Mengembalikan modal masing-masing partner.

Buku Habibi

Kas Rp.76.700

21
Tuan Imam Rp.86.900

Tuan Mulyono Rp.163.600

Buku Imam

Kas Rp.86.900

Tuan Habibi Rp.76.700

Tuan Mulyono Rp.163.600

Buku Mulyono

Kas Rp.109.100

Tuan Habibi Rp.76.700

Tuan Imam Rp.86.900

Kas-joint venture Rp.272.700

2. Joint Venture yang Belum Selesai

Dalam hubungannya dengan joint venture yang belum selesai


tersebut timbul masalah akuntansi, yaitu mengenai pengakuan laba atau
rugi joint venture yaitu apakah perlu mengakui rugi-laba atas joint
venture yang belum selesai. Perlu tidaknya mengakui rugi-laba joint
venture yang belum selesai harus memperhatikan prinsip-prinsip yang
mendasari pengakuan rugi laba (pendapatan dan biaya).

Dalam hal anggota joint venture mengakui laba atas joint venture
yang belum selesai ini menimbulkan 2 masalah, yaitu penentuan
besarnya laba atau rugi yang diakui dan pencatatannya akan tergantung
pada metode akuntansi yang digunakan.

1) Metode Akuntansi Terpisah

22
Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi dengan metode
ini maka besarnya laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya.
Apabila diperlukan maka untuk menghitung laba atau rugi tersebut
diperlukan penyesuaian. Laba atau rugi tersebut akan dibagi sesuai
dengan rasio atau metode pembagian laba yang disepakati. Dengan
metode ini maka masing-masing sekutu hanya akan mencatat bagian
laba atau rugi yang menjadi haknya.

2) Metode Akuntansi Tidak Terpisah

Apabila joint venture menggunakan metode akuntansi tidak


terpisah maka besarnya laba atau rugi dapat diketahui dari saldo
rekening “Joint Venture”, yaitu :

 Laba, apabila rekening Joint venture bersaldo kredit dan

 Rugi, apabila rekening Joint venture bersaldo debit.

Seperti yang dijelaskan bahwa joint Venture hanya bisa


dihitung laba/ruginya apabila telah berakhir usaha yang
menjadi obyeknya maka dalam pembukuan ini mengalami hal
hal yang perlu dilakukan karena pembukuan secara tidak
terpisah sedikit berbeda dari pembukuan secara terpisah, yang
membedakan adalah hak-hak para anggota di dalam joint
venture dapat ditentukan pada setiap saat yang menyangkut
aktivitas joint venture.

Hak-hak para anggota adalah selisih antara jumlah


komuatif semua rekening yang mempunyai saldo debit dengan
jumlah komulatif semua rekening yang mempunyai saldo
kredit dari pembukuan yang diselenggarakan oleh anggota
yang bersangkutan.Rekening-rekening dengan saldo debet
menunjukkan aktiva joint venture (termasuk biaya yang
dibayar dimuka). Sedangkan rekening-rekening yang

23
mempunyai saldo kredit adalah rekening yang menunjukkan
kewajiban-kewajiban koint venture kepada pihka ketiga dan
hak-hak anggota di dalam joint venture.

3. Barang yang Belum Terjual

Sisa barang dagangan yang belum terjual harus diperlakukan


secara tepat sesuai penggunaan sisa barang yang bersangkutan, yang
dalam hal ini ada 3 kemungkinan yaitu :

1. Dibagi kepada Para Sekutu

 Metode akuntansi terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara


terpisah maka pencatatan terhadap pembagian sisa barang
dagangan kepada para sekutu, tergantung sistem akuntansi
persediaan. Jika dengan sistem perpetual, maka pembagian sisa
barang kepada para sekutu dicatat oleh joint venture dengan
mendebit rekening masing-masing sekutu dan mengkredit
rekening persediaan. Jika dengan sistem fisik, maka pembagian
sisa barang dagangan tidak harus dicatat. Jika ingin dicatat
maka akan dicatat dengan mendebit rekening modal masing-
masing sekutu dan mengkredit rekening penjualan.

 Metode akuntansi tidak terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara


tidak terpisah, maka pembagian sisa barang kepada para sekutu
tidak perlu dicatat.

2. Dijual kepada Pihak Luar

Apabila sisa barang dijual kepada pihak luar maka akan dicatat
seperti halnya penjualan yang biasa. Jika menggunakan metode

24
akuntansi terpisah transaksi ini akan dikredit ke rekening
penjualan, yang akhirnya akan menambah laba sebesar harga jual.
Jika menggunakan metode akuntansi tidak terpisah transaksi ini
akan dikredit ke rekening joint venture sebesar harga jual.

3. Dijual kepada Sekutu

Metode yang digunakan:

 Metode akuntansi terpisah

Jika menggunakan metode akuntansi terpisah maka


transaksi tersebut hanya akan dicatat oleh joint venture dan
sekutu yang bersangkutan dengan mendebit rekening sekutu
yang membeli dan mengkredit rekening penjualan, masing-
masing sebesar harga jual.

 Metode akuntansi tidak terpisah

Jika menggunakan metode akuntansi tidak terpisah maka


transaksi tersebut akan dicatat oleh semua sekutu. Sekutu
pembeli akan mencatat dengan mendebit rekening pembelian
atau persediaan dan mengkredit rekening joint venture. Sekutu
yang lain akan mencatat dengan mendebit rekening sekutu
pembeli dan mengkredit rekening joint venture, masing-masing
sebesar harga jual.4

C. Pengertian akuntansi penjualan angsuran


Penjualan angsuran menurut fischer ,taylor,dan Leer (1986) adalah
“suatu jenis penjualan yang cara penjualan yang cara pembayarannya
dapat dilakukan secara bertahap dalam jumlah tertentu selama jangka
waktu tertentu.”

4
http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf

25
Masalah yang timbul dengan adanya penjualan angsuran ini adalah
masalah pengakuan laba bagi penjual yang harus dilaporkan dalam laporan
keuangan setiap tahunya hal ini dikarenakan penjualan angsuran
mencakup periode waktu lebih dari satu periode akuntansi bahkan meliputi
beberapa periode akuntansi.5
a. Jenis penjualan angsuran
Ada dua jenis penjualan angsuran yang akan dibahas dalam bab ini
,yaitu penjualan angsuran barang tidak bergerak (dalam hal ini disebut
penjualan aktiva tetap) dan penjualan angsuran barang bergerak ( dalam
hal ini disebut penjualan angsuran barang dagangan). Juga akan dibahas
mengenai prosedur akuntansi penjualan angsuran dengan menggunakan
metode Laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan dan
metode laba diakui proporsionil dengan penerima kas dari pelunasan
penjualan angsuran. Apabila dibuat skema pembahasan penjualan
angsuran ,akan tampak sebagai berikut:
b. Metode Penjualan Angsuran
1. Penjualan angsuran aktiva tetap (barang tidak bergerak)
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap
seperti tanah ,gudang dan sejenisnya yang pembayaran dilakukan
secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
 Metode laba diakui pada saat penjualan angsuran angsuran
dilakuakan

Apabila dalam pencatatan penjualan angsuran


menggunakan metode laba diakui pada tahun penjualan , maka
metode tersebut mempuyai ketentuan-ketentuan akuntansi
sebagai berikut:

a. Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual


dengan harga pokok),diakui seluruhnya pda tahun
dilakukan penjualan angsuran aktiva tetap).
5
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal. 111-112

26
b. Akibat adanya pengakuan laba seluruhny apada tahun
dilakukannya penjualan ,maka pada tahun-tahun berikutnya
sudah tidak ada pengakuan laba rugi.
c. Penerimaan kas sebagai hasil penagihan penjualam
angsuran tahun sebelumnya ,akan dicatat sebagau
penerimaan kas dan mengurangi piutang angsuran.
d. Hasil penagihan yang merupakan pelunasan piutang
angsuran pada setiap kali angsuran pada setiap kali angsur
dianggap sebagai pengembalian pokok piutang angsuran.
e. Apabila pembeli di bebani biaya bunga angsuran
,pembayarnnya dapat dilakukan bersama-sama dengan
pelunasan piutang angsuran. Jumlah biaya bunga ini dapat
dibayar terpisah dari pelunasan piutang angsuran. Jumlah
biaya bunga ini dapat di bayar terpisah dari pelunasan
piutang angsuran dan dapat juga sudah termasuk dalam
jumlah pelunasan piutang. Bunga ini oleh penjualan diakui
sebagai pendapatan bunga. 6
 Penjualan angsuran aktiva tetap dengan mengunakan Metode
laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas dari pelunasan
angsuran.
Pada metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas ,
ketetntuan-ketentuan akuntansinnya adalah sebagai berikut:
a. Laba penjualan (yang merupakan selisih anatara harga jual
dengan harga pokok) yang timbul pada saat transaksi
penjualan dilakukan dimasukan kedalam rekening “ laba
kotor belum direalisasikan (unrealized gross profit )” yang
untuk selanjutnya dalam buku ini disingkat LKBD
b. Setiap akhir tahun perusahaan mengakui adanya laba kotor
sebesar prosentase laba kotor dikalikan jumlah kas yang
diterima. Jumlah kas yang diterima ini tidak termasuk kas

6
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012, hal.113

27
dari pendapatan bunga. Tetapi bila diuang muka, maka uang
muka tersebut termaksuk dalam jumlah kas yang diterima.
c. Prosentase laba kotor dicatat dengan menggunakan rumus :
Harga jual – Harga Pokok
Harga Jual x 100%
d. Jumlah rupiah yang didapatkan dari perkalian antara
presentase laba kotor dengan jumlah kas yang diterima
adalah merupakan “Laba kotor yang direalisasi (realized
gross profit)”yang selanjutnya dibuku ini disingkat LKD
e. Laba kotor yang direalisasi ini adalah yang digunakan untuk
menyesuaikan LKDB dan LKD ini adalah merupakan laba
yang diakui pada laporan laba rugi untuk periode yang
bersangkutan.
f. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri diluar laba
kotor yang direalisasi.
g. LKDB yang belum sesuai dengan LKD , akan disajikan
didlam neraca pada sebeli pasiva dibawah kelompok
hutang ,sedangkan LKD akan disajikan di dalam laporan laba
rugi sebagai laba periode yang bersangkutan.7
 Kegagalan pelunasan piutang angsuran aktiva tetap
Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi
angsuranya sampai lunas ,maka ini berarti seluruh laba yang
diperhitungkan tidak dapat semua nya direalisasikan.
Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut, perusahaan yang
menjual akan mengakui adanaya laba atau rugi pemiik kembali.
Besarnya laba atau rugi pemilik kembali yang diakui tergantumg
pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Untuk metode laba diakui pada saat penjualan angsuran
dilakukan ,laba atau rugi dihitung dengan cara

7
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal.118

28
membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali
dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi
2. Untuk metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan
kas. Laba atau rugi dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva
yang dimiliki ditambah pengrangan laba kotor yang belum
direalisasik dibanding dengan jumlah piutang angsuran yang
belum dilunasi.
Contoh kasus:
Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap yang
mempuyai harga pokok Rp 80.000.000,00dan dijual dengan
harga jual Rp 100.000.000,00. Uang muka ditentukan sebesar Rp
30.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah
membayar angsuran sejumlah Rp 40.000.000,00 pembeli
menyatakan sudah tidak mampu lagi untuk melunasi sisa
angsuran dan akibatnya aktiva tetap tersebut ditarik kembali oleh
pengusaha tersebut dan nilai pada sat dimiliki kembali sebesar
Rp28.000.000
Berdasarkan pada contoh diatas , pengusaha tersebut akan
membuat jurnal dan perhitungannya sebagai berikut:8
1) Bila pembukuan menggunakan metode laba diakui pada saat
penjualan.
Dengan metode ini terlebih dahulu dihitung jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi kemudian dibandigkan dengan
nilai pemilik kembali aktiva tetap
Jumlah piutang angsuran awal adalah :
Rp 100.000.000,00-Rp 30.000.000,00 = Rp 70.000.000,00
Jumlah angsuran yang telah dibayar =Rp 40.000.000,00

Piutang angsuran yang belum dibayar =Rp 30.000.000,00


Nilai pemilik kembali aktiva tetap =Rp 28.000.000,00

8
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012, hal 124-125

29
Rugi pemilik kembali =Rp 2.000.000,00

Jurnal yang dibuat oleh pengusaha tersebut adalah sebagai


berikut :
Aktiva tetap Rp 28.000.000,00
Rugi pemilik kembali Rp 2.000.000,00
Piutang angsuran Rp 30.000.000
2) Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara
proporsil dengan menerima kas.
Dengan metode ini ,cara perhitungan rugi –laba pemikiran
kembali adalah sebagai berikut:
 Menghitung tingkat laba kotor =
Rp 100.000.000,00-Rp 80.000.000,00
Rp 100.000.000,00 X 100% =20%
 Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:
Rp 70.000.000,00-Rp 40.000.000,00=Rp.30.000.000,00
 Laba kotor yang belum direalisasi (LKBD) harus
disesuaikan (dikurangi) sebesar = 20%X
Rp30.000.000,00 = Rp 6.000.000,00

Berdasarkan perhitungan diatas ,jurnal yang harus dibuat


adalah:

Aktiva Tetap Rp 28.0000.0000

LKBD Rp 6.000.000,00

Piutang angsuran Rp30.000.000,00

Laba pemilik kembali Rp 4.000.000,00

30
Dari jurnal diatas dapat diketahui bahwa jumlah laba pemilik
kembali aktiva tetap adalah Rp 4.000.000,00
2. Penjualan angsuran barang dagangan (barang bergerak)
Penjualan angsuran barang dagangan proses akuntansinya hamper
sama dengan penjualan angsuran aktiva tetap. Perbedaannya terletak
pada beberapa hal. Hal yang pokok yang perlu diketahui adalah
dalam penjualan angsuran barang dagangan tingkat perputaran nya
lebih cepat bila dibandingkan dengan penjualan aktiva tetap.
Untuk memperoleh pemahaman penjualan angsuran barang
dagangan, berikut ini diberikan contoh mengenai transaksi penjualan
tersebut dengan anggapan bahwa transaksi penjualan sudah terjadi 3
tahun yang lalu ,maka didalam neraca PT”KURNISARI” tampak
seperti dibawah ini.9

PT KURNIASARI
NERACA
1 DESEMBER 1996

9
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal.125-129

31
Kas Rp 400.000,00 Hutang dagang Rp 1.000.000,00
Piutang regular Rp 1.200.000,00 Hutang lain-lain Rp 1.400.000,00
Piutang angsuran1994 Rp 800.000,00 LKBD 1994(20%) Rp 200.000,00
Piutang angsuran 1995 Rp 800.000,00 LKBD 1995(25%) Rp 240.000,00
Piutang angsuran 1996 Rp 1.200.000,00 LKBD 1996(20%) Rp 600.000,00
Persediaaan Rp 2.400.000,00 Modal saham Rp 4.000.000,00
Aktiva tetap (bersih) Rp 3.200.000,00 Laba yang ditahan Rp 2.560.000,00

Jumlah =Rp 10.000.000,00 Jumlah = Rp 10.000.000,00

Transaksi –transaksi yang terjadi selama tahun 1996 adalah sebagai


berikut :
1. Penjualan untuk tahun 1996 adalah terdiri dari penjualan regular
Rp2.400.000,00 dan penjualan angsuran Rp3.000.000,00
2. Jumlah piutang yang tertagih selama tahun 1996 adalah
Piutang regular Rp 800.000,00
Piutang angsuran 1994 Rp 400,000,00
Piutang angsuran 1995 Rp 600.000,00
Piutang angsuran 1996 Rp 800.000,00
3. Biaya operasi selama tahun 1996 adalah Rp 400.000,00
4. Penghapusan piutang untuk tahun 1996 sejumlah Rp 500.000,00
yang terdiri dari :
- Penghapusan piutang regular Rp 200.000,00
- Penghapusan piutang angsuran 1994 Rp 200.000,00
- Penghapusan piutang angsuran 1995 Rp 100.000,00
5. Kebijakan penjualan yang ditempuh oleh perusahaan adalah :
Harga pokok penjualan regular adalah 60% dari penjualan
,sedang harga pokok penjualan angsuran adalah 80% dari
penjualan angsuran.

32
Setelah diadakan pencatatan seperti dalam tabel diatas ,apabila
dibuat neraca dari laporan laba rugi akan tampak sebagai
berikut:

PT KURNIASARI
NERACA
31 DESEMBER 1996

Kas Rp 2.600.000,00 Hutang dagang Rp 1.000.000,00


1. Piutang regular Rp 2.600.000,00 hutang lain-lain Rp 1.400.000,00
2. Piutang Angsuran 1994 Rp 200.000,00 LKBD 1994(20%) Rp 80.000,00
3. Piutang Angsuran 1995 Rp 100.000,000 LKBD 1995(25%) Rp 65.000,00
4. Piutang Angsuran 1996 Rp 3.400.000,00 LKBD 1996(20%) Rp 1.040.000,00
Persediaaan Rp (1.440.000,00 Modal Saham Rp 4.000.000,00
Aktiva tetap( bersih) Rp 3.200.000,00 Laba yang ditahan Rp 3.075.000,00
jumlah Rp 10.660,000,00 jumlah Rp 10.660.000,00

keterangan
1. 1200.000,00+ 2.400.000,00- 800.000,00-200.000,00=2.600.000,00
2. 800.000,00-400.000,00-200.000,00=200.000,00
3. 800.000-600.000,00-100.000,00=100.000,00
4. 1.200.000,00+ 3.000.000,00-800.000,00= 3.400.000,00
5. 2.400.000,00 -3.840.000,00=(1.440.000) jurnal 5a

33
keterangan jurnal D K
1. mencatat penjualan sebesar Rp 2.400.000,00 dan penjualan angsuran 1. Piurang reguler Rp 2.400.000
2. Mencatat piutang yang berhasul ditagih Piutang angsuran Rp 3.000.000
3. mencari biaya biaya operasi selama tahun 1996sebesar Rp 400.000,00 penjualan reguler Rp2.400.00
4. penghapusan piutang angsuran akan mempengaruhi besarnya LKBD sebesar penjualan angsuran Rp3.000.000
prosentase laba kotornya dikalikan jumlah piutang angsuran yang dihapuus 2. kas Rp 2.000.000
LKBD yang dihapus 1994=20% x200.000= Rp 40.000.000.LKDB yang dihapus untuk piutang reguler Rp800.00
tahun 1995=25%X100.000=Rp 25.000,00 piutang angsuran 1994 Rp 400.000
5. Pada tanggal 31Desember 1996 piutang angsuran 1995 Rp600.000
mencatat jurnal penyesuaian yang meliputi: piutang angsuran 1996 Rp800.000
a. mencatat harga pokok penjualan HPP reguler dan angsuran 3. Biaya Operasi Rp 400.000
- reguler 60% X Rp 2.400.0000,00=Rp 1.440.000.000,00 kas Rp 400.000
- angsuran 80% x Rp 3.000.000,00= Rp 2.400.000,00 4. penghapusan piutang Rp435.000
b. mencatat LKBD untuk tahun 1996 dan menutup HPP angsuran LKBD 1994 Rp40.000
dan penjualan angsuran LKBD 1996 Rp25.000
c. menyesuaikan LKBD dengan LKD. LKD dihitung dengan cara prosentasse laba Piurang reguler Rp200.00
kotor dikalikan piutang angsuran yang tertagih Piutang angsuran 1994 Rp 200.000
-LKBD 1994 = 20% x Rp 400.000,00 =Rp 80.000,00 piutang angsuran 1995 Rp 100.000
- LKBD 1995 =25% xRp 600.000,00 =Rp 150.000,00 5. a. HPP Reguler Rp1.440.000
- LKBD 1996 =20% xRp 800.000,00 =Rp 160.000,00 HPP Angsuran Rp2.400.000
6. membuat jurnal penutup persediaan barang Rp 3.840.000
- menutupi biaya operasi b. penjualan angsuran Rp 3.000.000
- menuttup biaya penghapusan piutang HPP angsuran Rp2.400.000
- menutup HPP reguler LKBD 1996 Rp600.000
-menutup penjualan reguler c. LKBD 1994 Rp800.000
-menutup LKD LKBD 1995 Rp150.000
LKBD 1996 Rp160.000
LKD Rp 390.000
6. LKD Rp 390.000
penjualan reguler Rp 2.400.000
biaya operasi Rp 400.000
penghapusan piutang Rp 435.000
HPP reguler Rp 1.440.000
Laba rugi Rp 515.000

34
PT KURNIASARI
LAPORAN LABA RUGI
31 DESEMBER 1996

Reguler reguler angsuran total


penjualan Rp 2.400.000 Rp3.000.000 Rp5.400.000
Harga pokok penjualan Rp 1.440.000 Rp 2.400.000 Rp 3.840.000
laba kotor penjualan Rp 960.000 Rp600.000 Rp1.560.000
dikurangi
LKBD angsuran 1996
(lihat jurnal 5b &5c )(600-160) Rp 440.000 Rp 440.000
LKD penjualan 1996 Rp 960.000 Rp 160.000 Rp 1.120.000
ditambah
realisasi LKD 1994 & 1995 lihat jurnal 5c (80+150) Rp 230.000+
jumlah realisasi laba kotor tahun 1996 Rp 1.350.000
biaya operasi Rp 400.000
penghapus piutang Rp 435.000
jumlah biaya 1996 Rp 835.000 -
LABA BERSIH tahun 1996 Rp 515.000

LAPORAN LABA RUGI YANG DITAHAN


laba yang ditahan per 1 desember 1996 Rp 2.560.000
laba bersih 1996(dari laporan laba rugi) Rp 515.000
jumlah laba yang ditahan per 31 desember 1996 Rp 3.075.000

 Masalah pemilikan kembali dagangan


Apabila terjadi seseorang pembeli gagal untuk memenuhi
kewajiban untuk melunasi angsuran seperti tercantum dalam
surat perjanjian penjualan angsuran maka barang yang
bersangkutan ditarik dan dimiliki kembali oleh penjualan.
Dalam transaksi semacam ini, catatan yang harus dibuat pada
buku penjual akan menyangkut.
a. Pencatatn pemilik kembali barang dagangan
b. Mengahapus saldo piutang penjualan angsuran atas barang
dagangan tersebut.
c. Pencatatan keuntungan dan kerugian karena adanya
kepemilikan

35
3. Masalah tukar tambah (Trade-In) dalam penjualan angsuran.
Yang dimaksud dengan istilah tukar tambah disini adalah perjanjian
dimanan penjualan menyerahkan barang- barang baru dengan
perjanjian angsuran ,sedangkan pembeli menyerahkan barang yang
sudah dipakai tersebut dinilai atas dasar perjanjian atas penjual dan
pembeli.10

D. Akuntansi Penjualan Konsiyasi


“Konsinyasi” : merupakan syang memilki barang menyerahkan
sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
memberikan komisi tertentu.
Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau
pengamanat. Sedang pihak yang menerima barang disebut consignee,
factor, Commission merchant atau komisioner.
Dari segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang
kepada komisioner, biasa disebut sebagai “barang-barang konsinyasi”
(consignment out). Sedang bagi komisioner untuk barang-barang yang
diteriamnnya itu disebut sebgaai “barang barang komisi” (consignment
in). terdapat perbedaan prinsipial anatra transaksi penjualan dengan
transaksi dengan transaksi konsinyasi, yaitu dalam hubungannya dengan
perpindahn hak milik atas barang-barang yang bersangkutan. Dalam
transaksi penjualan “hak milik” atas barang berpindah kepada pembeli
pada saat penyerahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak
diikuti (tidak berarti) adanya penyerahan hak milik atas barang yang
bersangkutan.11

 Karakteristik Penjualan Konsinyasi


Bahwa terdapat beberapa karakteristik penjualan konsinyasi yaitu:

10
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal 130-131
11
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018, Hal 141

36
a. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada konsinyor,
maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai
persediaan oleh konsinyor. Barang-barang konsinyasi tidak boleh
diperhitungkan sebgaai persediaan oleh pihak konsinyi.
b. Pihak konsinyor sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang
konisyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat konsinyi berhasil
menjual kepada pihak ketiga, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
diantara kedua belah pihak yang bersangkutan.

c. Pengiriman barang-baang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya


pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui
timbulnya pendapatan, baik bagi konsinyor maupun bagi konsinyi
sampai saat barang dijual kepada pihak ketiga,

d. Pihak penerima barang (consignee) dalam batas kemampuannya


mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barangbarang konsinyasi yang diterimanya itu.
 Alasan-alasan bagi pengamant untuk mengadakan perjanjian
konsinyasi

1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas


pemasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan
atau distributor terutama apabila:

a. barang-barang yang berangkutan baru diperkenalkan,


permintaan produk tidak tertentu dan belum terkenal.

b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer


tidak menguntungan.

37
c. Harga barang menjadi mahal mahal dan membutuhkan
investasi yang cukup besar bagi pihak dealer apabila harus
membeli barang-barang yang bersangkutan.
2. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat.
Barang-barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi
kebangkurtan pada diri komisioner. Jadi lain sifatnya dengan
perjanjian keagenan atau dealer.
3. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat
dikontrol oleh pengamanat, demikian pula terhadap jumlah
barang-barang yang iap dipasarkan dan stok barang-barang
tersebut.12
 Hak-hak dan kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian
konsinyasi.

Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada


umumnya dinyatakan secara tertulis yang menekankan hubungan kerja
sama antara kedua belah pihak. Ketentuan yang diatur dalam perjanjian
itu biasanya meliputi: komisi penjualan, syarat-syarat pembayaran dan
penyerahan barang, pengumpulan piutang tidak dapat ditagih, biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh konsinyi dalam rangka penerimaan,
penyimpanan dan penjualan barang, penyelesaian kepada konsinyor dan
bentuk serta jangka waktu (periode) laporan-laporan yang harus
disajikan kepada pihak konsinyor.” Selain ketentuan-ketentuan yang
diatur secara spesifik di dalam perjanjian, hubungan kerja sama di
dalam transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum
yang diatur oleh Undang-undang dalam dunia perdagangan antara lain
sebagai berikut:

12
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018,Hal 142

38
1. Tentang Hak-hak komisioner

a. komisioner berhak mendapatkan komisi dan penggantian biaya


yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai
dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian di antara kedua
pihak. Komisi dan biaya-biaya yang mendapatkan penggantian
biasanya dikurangkan langsung dari hasil penjualan yang
dilaksanakan.

b. Dalam batasan-batasan tertentu biasanya kepada konsinyi


diberikan hak untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap
kualitas barang yang dijualnya.

c. Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan


konsinyi berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada
langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-
barang yang sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan
pembatasan-pembatasan yang harus dinyatakan dalam
perjanjian.

2. Kewajiban-kewajiban komisioner

a. Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang


diterima dari pihak pengamanat.

b. Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual


barangbarang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam perjanjian.komisioner harus
menjual barang-barang tersebut dengan harga yang
dinyatakan dalam perjanjian. Dalam hal pengaturan terhadap
harga jual tidak dinyatakan dalam perjanjian, konsinyi harus
berusaha menjual barang tersebut dengan harga sedemikian
rupa sehingga tidak merugikan kepentinganpengamanat.

39
c. Mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun
administrasi terhadap barang-barang milik pengamanat,
sehingga identitas barangbarang tersebut tetap dapat
diketahui setiap saat. Pembukuan yang tertib dan teratur
harus dilaksanakan terhadap transaksi-transaksi penjualan
barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya yang
mendapat penggantian, persediaan dan piutang dari penjualan
barangbarang konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas di
dalam rekeningrekening pembukuan untuk melindungi hak-
hak (kepentingan) pengamanat.
d. Membuat laporan secara periodik tentang barang yang
diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-
barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan
penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.
Di dalam laporan periodik yang biasa disebut “perhitungan
penjualan” harus disajikan informasi mengenai barang-
barang yang diterima dari konsinyor, barang-barang yang
laku dijual dalam periode laporan, biaya-biaya yang
bersangkutan dan menjadi tanggung jawab konsinyor, jumlah
yang terhutang dan jumlah pembayarannya kepada
konsinyor.

 Masalah akuntansi bagi komisioner


Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komisioner tergantung
kedapa: 13
1. apakah Transaksi-transaksi penjualan reguler dan penjualan
konsinyasi pencatatannya terpisah antara laba atas penjualan
konsinyasi dan laba dari penjualan reguler.

13
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018,Hal 143-146

40
2. Transaksi-transaksi penjualan reguler dan penjualan konsinyasi
pencatatannya tidak dipisahkan antara laba atas penjualan
konsinyasi dan laba dari penjualan reguler.

 Barang-barang Konsinyasi yang Dikembalikan


Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada
konsinyor (consignor), maka rekening barang-barang konsinyasi
harus dikredit dengan beban pokok barang-barang yang
bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas
untuk menjual barang tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan,
biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan
kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya
yang terjadi itu dikapitalisasi sebagai bagian beban pokok barang-
barang yang dikembalikan atau tidak perlu ditangguhkan
pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya di masa
yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena
rusak sehingga manfaatnya tidak lagi sebanding dengan beban
pokoknya, maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian.
Jika biaya-biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui
sebagai biaya periode yang bersangkutan.14

14
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018, Hal 160

41
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

1. Pengertian Joint Venture

Joint venture  disingkat JV, di Indonesia biasa disebut usaha


patungan, adalah entitas yang dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk
menyelenggarakan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak yang terlibat
sepakat untuk membentuk entitas baru, masing-masing menyetorkan
modal, berbagi risiko dan keuntungan,serta kendali atas entitas tersebut.
Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu projek tertentu, lalu
dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja
dibentuk untuk hubungan bisnis yang berkelanjutan.

2. Metode Akuntansi Untuk Joint Venture

Pada prinsipnya ada dua metode :

1. Buku diselenggarakan terpisah dari pembukuan masing-masing


anggota

2. Rekening-rekening untuk setiap transaksi dalam joint venture ada dan


dicatat didalam buku masing-masing anggota,(tidak diselenggarakan
pembukuan secara terpisah terhadap aktiva joint venture atau
digabung).

3. Pengertian akuntansi penjualan angsuran

Penjualan angsuran menurut fischer ,taylor,dan Leer (1986) adalah


“suatu jenis penjualan yang cara penjualan yang cara pembayarannya
dapat dilakukan secara bertahap dalam jumlah tertentu selama jangka
waktu tertentu.”

42
4. penjualan konsinyasi
“Konsinyasi” : merupakan syang memilki barang menyerahkan
sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
memberikan komisi tertentu.

43
DAFTAR PUSTAKA

Yunus Hartanto Hadori, 2018, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Yogyakarta: BPFE.

Arifin, 2012, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan , Yogyakarta: Liberty.

Suparwoto, L, 2009, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi 1, Yogyakarta: BPFE.

http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf

http://id.wikipwdia.org/wiki/Joint_venture, diakses pada tanggal 20 September


2020 pukul 11.23 WIB
http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf ,
diakses pada tanggal 20 Septembrer 2020 pukul 13.48 WIB

44

Anda mungkin juga menyukai