Disusun Oleh:
Kelompok 3
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAULUAN
1. Latar Belakang
Joint venture disingkat JV, di Indonesia biasa disebut usaha
patungan, adalah entitas yang dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk
menyelenggarakan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak yang terlibat
sepakat untuk membentuk entitas baru, masing-masing menyetorkan
modal, berbagi risiko dan keuntungan,serta kendali atas entitas tersebut.
Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu projek tertentu, lalu
dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja
dibentuk untuk hubungan bisnis yang berkelanjutan.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12
Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama , Ventura bersama adalah
perjanjian kontraktual dimana dua atau lebih pihak menjalankan
aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian bersama. Pihak
dalam joint venture yang ikut melakukan pengendalian - bersama
terhadap joint venture disebut Venturer.
2. Ada modal
3
Di Indonesia, joint venture merupakan kerjasama antara
perusahaan domestik dan asing.
Yogyakarta.
4
a. Alasan internal:
b. Tujuan persaingan :
5. Kecepatan pasar
6. Menambah ketangkasan
c. Tujuan strategi :
1. Sinergi
2.Transfer teknologi/kecakapan
3. Diversifikasi2
http://id.wikipedia.org/wiki/Joint_venture
2
5
Berikut adalah contoh perusahaan yang tergabung dalam Joint
Venture:
Joint Venture seperti yang terjadi pada PT. Kimia Farma dan
PT.Tigakarsa Perkasa yang menghasilkan PT. Sari Husada.
6
Konsorsium ini menyatukan pemerintah dan industri yang notabene
bergerak dalam bidang penjualan dan distribusi berskala nasional. PT.
Sari Husada adalah perusahaan Joint Venture dari dua perusahaan
pemerintah dan swasta, PT. Kimia Farma dan PT. Tigakarsa Satria
dengan komposisi modal Kimia Farma sebesar 55% dan Tigakarsa
sebesar 45%. Pada tahun 1983 PT. Sari Husada go public dan
komposisi modalnya berubah menjadi PT. Tiga Karsa 39,5%, PT.
Kimia Farma menjadi 33% dan masyarakat 27%.3
Contoh 1 :
http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf
3
7
Aktivitas : Tuan Mulyono ditunjuk sebagai pimpinan(managing
partner). Ia setuju memasarkan Al Quran tersebut ke konsumen
dan menyampaikan laporan-laporan yang berhubungan dengan
transaksi-transaksi atas nama joint venture.
Penyelesaiaan ;
Jurnal :
Kas Rp.70.000
Jurnal:
8
Kas Rp.9.850
Jurnal :
Kas Rp.50.000
Penjualan Rp.150.000
HPP Rp.112.025
Persediaan Rp.112.025
Jurnal :
Persediaan Rp.84.050
Kas Rp.84.050
Jurnal :
Penjualan Rp.150.000
9
HPP Rp.112.025
Persediaan Rp.112.025
Jurnal :
Kas Rp.249.500
Jurnal :
Jurnal :
Kas Rp..600
Jurnal :
Kas Rp.10.000
10
j. 31 Desember 2012 dilakukan penentuan laba bersih. Saldo
pendapatan dan biaya-biaya ditutup ke rekening modal, serta
pembagian laba (rugi) dengan ketentuan komisi tuan Mulyono
4% dari penjualan dan bunga modal masing-masing anggota
sebesar 6%.
Jurnal :
Penjualan Rp.300.000
4% x 300.000.000 = 12.000.000
11
Komisi - - Rp. 12.000 Rp. 12.000
Bunga Modal Rp. 1.200 Rp. 1.400 Rp. 1.600 Rp. 4.200
Sisa Laba Rp. 15.500 Rp. 15.500 Rp. 15.500 Rp. 46.500
12
1) Saat investasi awal 1 September 2004
Kas Rp.70.000
Kas Rp.76.700
Kas Rp.86.900
13
Buku Tuan Mulyono:
Kas Rp.109.100
a. Managing Partner
14
1) Rekening Aktiva-Joint Venture
15
b) Rekening Sekutu non-Managing Partner yang lain.
Contoh 2 :
Apabila usaha bersama antara Tuan Habibi, Tuan Imam dan Tuan
Mulyono seperti pada contoh 1 di muka, pembukuannya
diselenggarakan dengan tidak menggunakan buku joint venture secara
terpisah, dan setiap partner mencatat semua transaksi pada bukunya
masing-masing, maka pencatatannya akan tampak sbb:
Penyelesaiaan :
Buku Habibi
Buku Imam
Buku Mulyono
16
b. Investasi tunai oleh Tuan Imam sebesar Rp.70.000 langsung
dikirim ke Managing partner.
Buku Habibi
Buku Imam
Kas Rp.70.000
Buku Mulyono
Buku Habibi
Buku Imam
17
Tuan Mulyono Rp.150
Buku Mulyono
Jurnal :
Buku Habibi
Buku Imam
Buku Mulyono
Buku Mulyono
18
Kas-Joint Venture Rp.299.500
Buku Habibi
Buku Imam
Buku Mulyono
Buku Habibi
Buku Imam
Buku Mulyono
19
Joint venture Rp.12.600
Kas Rp.12.600
Buku Mulyono
20
Modal Rp.15.50 Rp. 15.500 Rp. 15.500 Rp. 46.500
Sisa Laba
Buku Habibi
Buku Imam
Buku Mulyono
Buku Habibi
Kas Rp.76.700
21
Tuan Imam Rp.86.900
Buku Imam
Kas Rp.86.900
Buku Mulyono
Kas Rp.109.100
Dalam hal anggota joint venture mengakui laba atas joint venture
yang belum selesai ini menimbulkan 2 masalah, yaitu penentuan
besarnya laba atau rugi yang diakui dan pencatatannya akan tergantung
pada metode akuntansi yang digunakan.
22
Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi dengan metode
ini maka besarnya laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya.
Apabila diperlukan maka untuk menghitung laba atau rugi tersebut
diperlukan penyesuaian. Laba atau rugi tersebut akan dibagi sesuai
dengan rasio atau metode pembagian laba yang disepakati. Dengan
metode ini maka masing-masing sekutu hanya akan mencatat bagian
laba atau rugi yang menjadi haknya.
23
mempunyai saldo kredit adalah rekening yang menunjukkan
kewajiban-kewajiban koint venture kepada pihka ketiga dan
hak-hak anggota di dalam joint venture.
Apabila sisa barang dijual kepada pihak luar maka akan dicatat
seperti halnya penjualan yang biasa. Jika menggunakan metode
24
akuntansi terpisah transaksi ini akan dikredit ke rekening
penjualan, yang akhirnya akan menambah laba sebesar harga jual.
Jika menggunakan metode akuntansi tidak terpisah transaksi ini
akan dikredit ke rekening joint venture sebesar harga jual.
4
http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf
25
Masalah yang timbul dengan adanya penjualan angsuran ini adalah
masalah pengakuan laba bagi penjual yang harus dilaporkan dalam laporan
keuangan setiap tahunya hal ini dikarenakan penjualan angsuran
mencakup periode waktu lebih dari satu periode akuntansi bahkan meliputi
beberapa periode akuntansi.5
a. Jenis penjualan angsuran
Ada dua jenis penjualan angsuran yang akan dibahas dalam bab ini
,yaitu penjualan angsuran barang tidak bergerak (dalam hal ini disebut
penjualan aktiva tetap) dan penjualan angsuran barang bergerak ( dalam
hal ini disebut penjualan angsuran barang dagangan). Juga akan dibahas
mengenai prosedur akuntansi penjualan angsuran dengan menggunakan
metode Laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan dan
metode laba diakui proporsionil dengan penerima kas dari pelunasan
penjualan angsuran. Apabila dibuat skema pembahasan penjualan
angsuran ,akan tampak sebagai berikut:
b. Metode Penjualan Angsuran
1. Penjualan angsuran aktiva tetap (barang tidak bergerak)
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap
seperti tanah ,gudang dan sejenisnya yang pembayaran dilakukan
secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
Metode laba diakui pada saat penjualan angsuran angsuran
dilakuakan
26
b. Akibat adanya pengakuan laba seluruhny apada tahun
dilakukannya penjualan ,maka pada tahun-tahun berikutnya
sudah tidak ada pengakuan laba rugi.
c. Penerimaan kas sebagai hasil penagihan penjualam
angsuran tahun sebelumnya ,akan dicatat sebagau
penerimaan kas dan mengurangi piutang angsuran.
d. Hasil penagihan yang merupakan pelunasan piutang
angsuran pada setiap kali angsuran pada setiap kali angsur
dianggap sebagai pengembalian pokok piutang angsuran.
e. Apabila pembeli di bebani biaya bunga angsuran
,pembayarnnya dapat dilakukan bersama-sama dengan
pelunasan piutang angsuran. Jumlah biaya bunga ini dapat
dibayar terpisah dari pelunasan piutang angsuran. Jumlah
biaya bunga ini dapat di bayar terpisah dari pelunasan
piutang angsuran dan dapat juga sudah termasuk dalam
jumlah pelunasan piutang. Bunga ini oleh penjualan diakui
sebagai pendapatan bunga. 6
Penjualan angsuran aktiva tetap dengan mengunakan Metode
laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas dari pelunasan
angsuran.
Pada metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas ,
ketetntuan-ketentuan akuntansinnya adalah sebagai berikut:
a. Laba penjualan (yang merupakan selisih anatara harga jual
dengan harga pokok) yang timbul pada saat transaksi
penjualan dilakukan dimasukan kedalam rekening laba
kotor belum direalisasikan (unrealized gross profit ) yang
untuk selanjutnya dalam buku ini disingkat LKBD
b. Setiap akhir tahun perusahaan mengakui adanya laba kotor
sebesar prosentase laba kotor dikalikan jumlah kas yang
diterima. Jumlah kas yang diterima ini tidak termasuk kas
6
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012, hal.113
27
dari pendapatan bunga. Tetapi bila diuang muka, maka uang
muka tersebut termaksuk dalam jumlah kas yang diterima.
c. Prosentase laba kotor dicatat dengan menggunakan rumus :
Harga jual Harga Pokok
Harga Jual x 100%
d. Jumlah rupiah yang didapatkan dari perkalian antara
presentase laba kotor dengan jumlah kas yang diterima
adalah merupakan Laba kotor yang direalisasi (realized
gross profit)yang selanjutnya dibuku ini disingkat LKD
e. Laba kotor yang direalisasi ini adalah yang digunakan untuk
menyesuaikan LKDB dan LKD ini adalah merupakan laba
yang diakui pada laporan laba rugi untuk periode yang
bersangkutan.
f. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri diluar laba
kotor yang direalisasi.
g. LKDB yang belum sesuai dengan LKD , akan disajikan
didlam neraca pada sebeli pasiva dibawah kelompok
hutang ,sedangkan LKD akan disajikan di dalam laporan laba
rugi sebagai laba periode yang bersangkutan.7
Kegagalan pelunasan piutang angsuran aktiva tetap
Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi
angsuranya sampai lunas ,maka ini berarti seluruh laba yang
diperhitungkan tidak dapat semua nya direalisasikan.
Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut, perusahaan yang
menjual akan mengakui adanaya laba atau rugi pemiik kembali.
Besarnya laba atau rugi pemilik kembali yang diakui tergantumg
pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Untuk metode laba diakui pada saat penjualan angsuran
dilakukan ,laba atau rugi dihitung dengan cara
7
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal.118
28
membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali
dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi
2. Untuk metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan
kas. Laba atau rugi dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva
yang dimiliki ditambah pengrangan laba kotor yang belum
direalisasik dibanding dengan jumlah piutang angsuran yang
belum dilunasi.
Contoh kasus:
Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap yang
mempuyai harga pokok Rp 80.000.000,00dan dijual dengan
harga jual Rp 100.000.000,00. Uang muka ditentukan sebesar Rp
30.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah
membayar angsuran sejumlah Rp 40.000.000,00 pembeli
menyatakan sudah tidak mampu lagi untuk melunasi sisa
angsuran dan akibatnya aktiva tetap tersebut ditarik kembali oleh
pengusaha tersebut dan nilai pada sat dimiliki kembali sebesar
Rp28.000.000
Berdasarkan pada contoh diatas , pengusaha tersebut akan
membuat jurnal dan perhitungannya sebagai berikut:8
1) Bila pembukuan menggunakan metode laba diakui pada saat
penjualan.
Dengan metode ini terlebih dahulu dihitung jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi kemudian dibandigkan dengan
nilai pemilik kembali aktiva tetap
Jumlah piutang angsuran awal adalah :
Rp 100.000.000,00-Rp 30.000.000,00 = Rp 70.000.000,00
Jumlah angsuran yang telah dibayar =Rp 40.000.000,00
8
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012, hal 124-125
29
Rugi pemilik kembali =Rp 2.000.000,00
LKBD Rp 6.000.000,00
30
Dari jurnal diatas dapat diketahui bahwa jumlah laba pemilik
kembali aktiva tetap adalah Rp 4.000.000,00
2. Penjualan angsuran barang dagangan (barang bergerak)
Penjualan angsuran barang dagangan proses akuntansinya hamper
sama dengan penjualan angsuran aktiva tetap. Perbedaannya terletak
pada beberapa hal. Hal yang pokok yang perlu diketahui adalah
dalam penjualan angsuran barang dagangan tingkat perputaran nya
lebih cepat bila dibandingkan dengan penjualan aktiva tetap.
Untuk memperoleh pemahaman penjualan angsuran barang
dagangan, berikut ini diberikan contoh mengenai transaksi penjualan
tersebut dengan anggapan bahwa transaksi penjualan sudah terjadi 3
tahun yang lalu ,maka didalam neraca PTKURNISARI tampak
seperti dibawah ini.9
PT KURNIASARI
NERACA
1 DESEMBER 1996
9
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal.125-129
31
Kas Rp 400.000,00 Hutang dagang Rp 1.000.000,00
Piutang regular Rp 1.200.000,00 Hutang lain-lain Rp 1.400.000,00
Piutang angsuran1994 Rp 800.000,00 LKBD 1994(20%) Rp 200.000,00
Piutang angsuran 1995 Rp 800.000,00 LKBD 1995(25%) Rp 240.000,00
Piutang angsuran 1996 Rp 1.200.000,00 LKBD 1996(20%) Rp 600.000,00
Persediaaan Rp 2.400.000,00 Modal saham Rp 4.000.000,00
Aktiva tetap (bersih) Rp 3.200.000,00 Laba yang ditahan Rp 2.560.000,00
32
Setelah diadakan pencatatan seperti dalam tabel diatas ,apabila
dibuat neraca dari laporan laba rugi akan tampak sebagai
berikut:
PT KURNIASARI
NERACA
31 DESEMBER 1996
keterangan
1. 1200.000,00+ 2.400.000,00- 800.000,00-200.000,00=2.600.000,00
2. 800.000,00-400.000,00-200.000,00=200.000,00
3. 800.000-600.000,00-100.000,00=100.000,00
4. 1.200.000,00+ 3.000.000,00-800.000,00= 3.400.000,00
5. 2.400.000,00 -3.840.000,00=(1.440.000) jurnal 5a
33
keterangan jurnal D K
1. mencatat penjualan sebesar Rp 2.400.000,00 dan penjualan angsuran 1. Piurang reguler Rp 2.400.000
2. Mencatat piutang yang berhasul ditagih Piutang angsuran Rp 3.000.000
3. mencari biaya biaya operasi selama tahun 1996sebesar Rp 400.000,00 penjualan reguler Rp2.400.00
4. penghapusan piutang angsuran akan mempengaruhi besarnya LKBD sebesar penjualan angsuran Rp3.000.000
prosentase laba kotornya dikalikan jumlah piutang angsuran yang dihapuus 2. kas Rp 2.000.000
LKBD yang dihapus 1994=20% x200.000= Rp 40.000.000.LKDB yang dihapus untuk piutang reguler Rp800.00
tahun 1995=25%X100.000=Rp 25.000,00 piutang angsuran 1994 Rp 400.000
5. Pada tanggal 31Desember 1996 piutang angsuran 1995 Rp600.000
mencatat jurnal penyesuaian yang meliputi: piutang angsuran 1996 Rp800.000
a. mencatat harga pokok penjualan HPP reguler dan angsuran 3. Biaya Operasi Rp 400.000
- reguler 60% X Rp 2.400.0000,00=Rp 1.440.000.000,00 kas Rp 400.000
- angsuran 80% x Rp 3.000.000,00= Rp 2.400.000,00 4. penghapusan piutang Rp435.000
b. mencatat LKBD untuk tahun 1996 dan menutup HPP angsuran LKBD 1994 Rp40.000
dan penjualan angsuran LKBD 1996 Rp25.000
c. menyesuaikan LKBD dengan LKD. LKD dihitung dengan cara prosentasse laba Piurang reguler Rp200.00
kotor dikalikan piutang angsuran yang tertagih Piutang angsuran 1994 Rp 200.000
-LKBD 1994 = 20% x Rp 400.000,00 =Rp 80.000,00 piutang angsuran 1995 Rp 100.000
- LKBD 1995 =25% xRp 600.000,00 =Rp 150.000,00 5. a. HPP Reguler Rp1.440.000
- LKBD 1996 =20% xRp 800.000,00 =Rp 160.000,00 HPP Angsuran Rp2.400.000
6. membuat jurnal penutup persediaan barang Rp 3.840.000
- menutupi biaya operasi b. penjualan angsuran Rp 3.000.000
- menuttup biaya penghapusan piutang HPP angsuran Rp2.400.000
- menutup HPP reguler LKBD 1996 Rp600.000
-menutup penjualan reguler c. LKBD 1994 Rp800.000
-menutup LKD LKBD 1995 Rp150.000
LKBD 1996 Rp160.000
LKD Rp 390.000
6. LKD Rp 390.000
penjualan reguler Rp 2.400.000
biaya operasi Rp 400.000
penghapusan piutang Rp 435.000
HPP reguler Rp 1.440.000
Laba rugi Rp 515.000
34
PT KURNIASARI
LAPORAN LABA RUGI
31 DESEMBER 1996
35
3. Masalah tukar tambah (Trade-In) dalam penjualan angsuran.
Yang dimaksud dengan istilah tukar tambah disini adalah perjanjian
dimanan penjualan menyerahkan barang- barang baru dengan
perjanjian angsuran ,sedangkan pembeli menyerahkan barang yang
sudah dipakai tersebut dinilai atas dasar perjanjian atas penjual dan
pembeli.10
10
Arifin , Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan ,Liberty ,Yogyakarta,2012,hal 130-131
11
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018, Hal 141
36
a. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada konsinyor,
maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai
persediaan oleh konsinyor. Barang-barang konsinyasi tidak boleh
diperhitungkan sebgaai persediaan oleh pihak konsinyi.
b. Pihak konsinyor sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang
konisyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat konsinyi berhasil
menjual kepada pihak ketiga, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
diantara kedua belah pihak yang bersangkutan.
37
c. Harga barang menjadi mahal mahal dan membutuhkan
investasi yang cukup besar bagi pihak dealer apabila harus
membeli barang-barang yang bersangkutan.
2. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat.
Barang-barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi
kebangkurtan pada diri komisioner. Jadi lain sifatnya dengan
perjanjian keagenan atau dealer.
3. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat
dikontrol oleh pengamanat, demikian pula terhadap jumlah
barang-barang yang iap dipasarkan dan stok barang-barang
tersebut.12
Hak-hak dan kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian
konsinyasi.
12
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018,Hal 142
38
1. Tentang Hak-hak komisioner
2. Kewajiban-kewajiban komisioner
39
c. Mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun
administrasi terhadap barang-barang milik pengamanat,
sehingga identitas barangbarang tersebut tetap dapat
diketahui setiap saat. Pembukuan yang tertib dan teratur
harus dilaksanakan terhadap transaksi-transaksi penjualan
barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya yang
mendapat penggantian, persediaan dan piutang dari penjualan
barangbarang konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas di
dalam rekeningrekening pembukuan untuk melindungi hak-
hak (kepentingan) pengamanat.
d. Membuat laporan secara periodik tentang barang yang
diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-
barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan
penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.
Di dalam laporan periodik yang biasa disebut perhitungan
penjualan harus disajikan informasi mengenai barang-
barang yang diterima dari konsinyor, barang-barang yang
laku dijual dalam periode laporan, biaya-biaya yang
bersangkutan dan menjadi tanggung jawab konsinyor, jumlah
yang terhutang dan jumlah pembayarannya kepada
konsinyor.
13
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018,Hal 143-146
40
2. Transaksi-transaksi penjualan reguler dan penjualan konsinyasi
pencatatannya tidak dipisahkan antara laba atas penjualan
konsinyasi dan laba dari penjualan reguler.
14
Hadori yunus hartanto, Akuntansi keungan lanjutan, yogyakarta,BPFE, 2018, Hal 160
41
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
42
4. penjualan konsinyasi
Konsinyasi : merupakan syang memilki barang menyerahkan
sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
memberikan komisi tertentu.
43
DAFTAR PUSTAKA
http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/sulaiman/materi/acc4.pdf
44