Anda di halaman 1dari 14

Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TEH


(CAMELIA SINENSIS (L.) O.KUNTZE)
MELALUI PENERAPAN KULTUR TEKNIS

Muthia Syafika Haq dan Karyudi


Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung
Pasirjambu, Kabupaten Bandung; Kotak Pos 1013 Bandung 40010
Telepon 022 5928186, Faks. 022 5928780

ABSTRAK duktivitas tanaman teh Indonesia.


Mengingat banyaknya alih fungsi
Dalam meningkatkan produktivi- lahan yang terjadi di Indonesia, maka
tas tanaman teh diperlukan upaya upaya peningkatan produktivitas di-
penerapan teknologi secara baik dan arahkan dengan cara intensifikasi pa-
benar secara intensif. Upaya pening- da area yang ada. Tujuan intensifikasi
katan tersebut melalui penerapan tek- kebun teh adalah meningkatkan pro-
nologi dari faktor peningkat produk- duktivitas lahan dengan penerapan
tivitas yaitu faktor genetik dari klon teknologi dan optimalisasi lahan perta-
yang digunakan, faktor lingkungan se- naman teh yang dapat dilakukan dari
perti iklim dan teknik budidaya seperti mulai periode tanaman belum meng-
pemupukan yang tepat, perawatan hasilkan hingga periode tanaman me-
daun pemeliharaan, pemetikan, pe- nghasilkan.
ngendalian organisme pengganggu ta- Produktivitas tanaman adalah
naman secara terpadu dan pemang- salah satu sifat kuantitatif dari tanam-
kasan yang tepat. an yang merupakan interaksi genetik x
Kata kunci: Peningkatan produktivitas, lingkungan (Roy, 2000). Pengetahuan
tanaman teh, intensifikasi, penerapan tentang genetik perlu dipahami untuk
teknologi dapat memanipulasi tanaman menjadi
lebih baik. Faktor lingkungan juga
perlu menjadi perhatian agar dapat
dimanipulasi sehingga tanaman dapat
PENDAHULUAN
tumbuh seoptimal mungkin (Baihaki,
Pengembangan inovasi teknologi 2000). Faktor lingkungan yang berpe-
dalam budidaya tanaman teh sangat ngaruh terhadap tanaman dapat
dibutuhkan untuk meningkatkan pro- berupa faktor biotik dan abiotik.

71
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

Menurut Dalimonthe (2013), dengan pemupukan yang tepat,


besarnya faktor-faktor yang berperan pengendalian OPT secara terpadu,
dalam peningkatan produktivitas ta- perawatan daun pemeliharaan, peme-
naman teh adalah faktor genetik dari tikan dan pemangkasan yang tepat
klon yang digunakan (25%), faktor agar kesehatan dapat terjaga sehingga
lingkungan seperti iklim (15%), teknik produktivitas meningkat (Dalimonthe,
budidaya (35%) serta manajerial 2013). Berikut adalah upaya- upaya
(25%). Pada aplikasinya, manajerial teknologi yang diterapkan dari faktor-
juga dapat dikategorikan sebagai kesa- faktor yang berperan terhadap pro-
tuan paket teknik budidaya yang tidak duktivitas.
dapat dipisahkan, sehingga faktor apli-
kasi budidaya dapat menyumbang
persentase peningkatan produktivitas Penggunaan klon unggul
tanaman sebesar 60%. Faktor–faktor Produksi yang tinggi dari suatu
tersebut merupakan paket pendukung tanaman adalah salah satu karakter-
kultur teknis yang dapat diupayakan istik genetik tetua yang dapat wariskan
teknologinya di lahan perkebunan pada keturunannya. Tingginya pro-
agar tanaman teh mampu berproduksi duksi tanaman dapat dicapai dengan
secara optimum. menanam klon-klon unggul yang
diikuti dengan tindakan kultur teknis
yang tepat (Astika 1994 dalam Sriyadi
TEKNOLOGI UNTUK UPAYA dkk., 1999). Selain pemilihan klon
PENINGKATAN PRODUKSI yang mempunyai potensi tinggi peng-
TANAMAN TEH gunaan bibit yang pertumbuhannya
baik dan sehat dari gangguan organis-
Upaya peningkatan produktivitas me pengganggu tanaman akan sangat
tanaman teh yaitu dengan cara menunjang keberhasilan dalam pe-
peningkatan dan penerapan teknologi ningkatan produksi. Mengingat teh
yang berperan dalam peningkatan merupakan tanaman tahunan yang
produktivitas. upaya inovasi dari faktor hasilnya dapat diperoleh dalam kurun
genetik yang dapat diupayakan adalah waktu yang lama maka pemilihan
penggunaan klon unggul. Sementara bahan tanaman yang sesuai dengan
teknologi yang dapat diterapkan untuk kondisi wilayah perlu diperhatikan
faktor lingkungan karena adanya (Barbora, 1977 dalam Sriyadi 1994).
pemanasan global yaitu dengan upaya Mulai tahun 1998, Pusat Peneliti-
rekayasa iklim mikro di sekitar perke- an Teh dan Kina telah mengeluarkan
bunan teh dengan memanfaatkan klon-klon unggul dengan produksi
pohon pelindung dan pengairan. Tek- yang tinggi serta mutu hasil olahan
nologi aplikasi budidaya tanaman yang baik. Klon- klon unggul varietas
yang baik dan benar dapat dilakukan assamika terdiri dari GMB 1-11

72
Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

dimana klon GMB 7 merupakan klon baban tanah. Pohon pelindung dapat
terunggul pencapaian produktivitas- mengurangi kecepatan angin sehingga
nya. Sementara varietas sinensis yang dapat mengurangi penguapan air di
memiliki potensi produksi tinggi ada- dalam tanah maupun tanaman. Selain
lah klon seri GMBS 1-5 (Tabel 1). itu, pohon pelindung juga dapat me-
Klon unggul tersebut telah dilepas me- ngurangi suhu udara di lingkungan
lalui Keputusan Menteri Pertanian dan (Kartawijaya, 1995).
direkomendasikan bagi kebun teh Pohon pelindung yang dapat di-
yang produksi masih rendah yang ta- gunakan diantaranya silver oak (Gre-
namanya mayoritas merupakan pe- villea robusta), albasia (Albizzia falca-
ninggalan zaman Belanda dan masih taria), kaliandra (Calliandra calothry-
menggunakan klon lama yang bukan sus), dadap (Erythrina lithosperma),
merupakan klon unggul (Ditjenbun, lamtorogung (Lecaeana leucocephala)
2013) dan akasia (Acacia pruinosa). Tanam-
an teh yang mendapat pohon pelin-
dung (A. chinensis atau A. odoratisma)
Pohon pelindung dan pengairan dan dikelola dengan baik pada musim
untuk mengatasi kekeringan
kering dilaporkan dapat tetap tumbuh
Tanaman teh berasal dari daerah segar karena kadar air tanah (kelem-
subtropis yang dapat tumbuh opti- bapan) di bawah naungan pohon pe-
mum pada suhu 13-250 C, kelembab- lindung masih cukup tinggi dibanding-
an (Rh) 70%, pH 4,5-5,6 dan curah kan yang tidak dinaungi (Gogoi, 1976
hujan yang tidak kurang dari 2000 dalam Sukasman 1997). Sukasman
mm (PPTK, 2006). Tanaman teh tidak (1992) juga melaporkan bahwa kadar
tahan terhadap kekeringan dan per- air tanah pada daerah perakaran teh
tumbuhan pucuk tanaman teh sangat yang dinaungi L. leucocephala lebih
dipengaruhi oleh curah hujan serta pe- tinggi 10% dibandingkan dengan yang
nyinaran matahari (Kartawijaya, tidak dinaungi pohon pelindung.
1995). Jarak tanam yang digunakan
Pemanasan global yang kini ter- dapat disesuaikan dengan intensitas
jadi di seluruh belahan dunia menye- cahaya matahari yang dibutuhkan
babkan kenaikan suhu udara 0.74– oleh tanaman (Tea Research Institute
0.180C (IPCC, 2007 ) sehingga untuk of Sri Lanka, 2003) namun jarak ta-
tanaman teh yang di golongkan tana- nam yang terlalu rapat juga dapat ber-
man C3 diperlukan upaya teknologi dampak negatif bagi tanaman teh
agar tanaman teh mendapatkan iklim (Sukasman, 1992). Pohon pelindung
yang sesuai bagi pertumbuhannya. yang dapat ditanam di dataran tinggi
Penanaman pohon pelindung adalah misalnya pohon silver oak (G. robusta)
salah satu cara untuk mengatasi ke- sebagai pohon pelindung tetap. Pada
keringan dan mempertahankan kelem- saat awal penanaman pohon silver

73
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

oak ditanam dengan jarak 6 x 6 m dan untuk produksi pucuk. Waktu pemu-
8-10 tahun setelah penanaman, dila- pukan dilakukan apabila jumlah curah
kukan penjarangan hingga jarak ta- hujan satu minggu terakhir sebelum-
nam 12 x 6 m. Penjarangan dilakukan nya 60-120 mm. Curah hujan yang
kembali setelah 12-15 tahun setelah kurang dari 60 mm/minggu menye-
penanaman hingga pohon silver oak babkan unsur hara belum dapat diurai
memiliki jarak tanam 12 x 12 m. Pada dengan sempurna. Sebaliknya curah
musim hujan, dilakukan perantingan hujan lebih dari 200 mm/minggu di-
(topping) pada tanaman pelindung a- khawatirkan terjadi pelarutan yang be-
gar ranting pohon pelindung tidak me- sar dan hara dapat larut bersama
nghalangi air hujan untuk memenuhi aliran air. Dosis pemupukan optimal
kebutuhan air tanaman teh (Aruna- untuk setiap blok kebun dihitung atas
chalam, 1995). dasar dosis baku (hasil analisi tanah),
status kesehatan tanaman (hasil analisi
daun), target produksi setiap blok ke-
Aplikasi pemupukan yang tepat bun dan dosis optimal setiap hara
Aplikasi pemupukan yang tepat serta kadar bahan organik pada tanah
berperan untuk meningkatkan produk- (Rachmiati dkk, 2013).
si sebesar 20%. Pupuk merupakan Aplikasi pemupukan juga harus
salah satu input faktor yang mampu tepat jenis sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Dalam memberikan jenis
memenuhi kebutuhan hara tanaman
pupuk yang tepat terdapat beberapa
untuk pertumbuhan. Pemupukan yang
hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak
tepat dosis, waktu, cara dan jenis
meninggalkan residu akibat pupuk ti-
dapat mendukung peningkatan pro-
dak dapat larut dengan sempurna.
duksi tanaman. Usaha pencapaian tar-
Tidak menggunakan pupuk dengan
get produksi tanpa dukungan potensi
kandungan Ca tinggi seperti dolomit,
lahan dan kesehatan hara akan meng-
fosfat alam dan sulfomag karena sulit
hasilkan produktivitas yang labil (Ra-
larut. Selain itu pupuk yang digunakan
harjo dkk., 2010). perlu mempertimbangkan kesesuaian-
Pada saat aplikasi pemupukan nya dengan sifat tanah tersebut. Pu-
waktu dan dosis harus diperhatikan puk perlu mengandung cukup sulfur
agar tepat dan efisien. Waktu pemberi- untuk memberi suasana rhizosphere
an pupuk yang tepat dapat dilihat tanaman teh tetap asam karena tana-
pada tabel 2. Pembagian pemberian man teh memerlukan tanah dengan
pupuk disesuaikan waktu flush di la- suasana asam (pH tanah 4,5-5,5).
han perkebunan. Persentase pemberi- Dilaporkan bahwa pupuk sulfur selain
an yang lebih tinggi diberikan 3 bulan memperbaiki suasana rhizosphere juga
sebelum waktu flush untuk memper- mendorong pertumbuhan pucuk beru-
siapkan cadangan pati yang cukup pa tunas baru dan persentase peko

74
Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

yang lebih banyak (Rachmiati dkk, penelitian yang dilakukan oleh Arifin
2013). dkk., (1994) terhadap perlakuan hara
Aplikasi pupuk N, P, K dengan kalium dengan dosis 108 kg K2O/ha-
dosis yang tepat sesuai kebutuhan /tahun pada klon TRI 2024 dan PS
tanaman dilaporkan dapat meningkat- 324 menunjukkan peningkatan laju
kan produksi tanaman teh. Hasil penekanan serangan cacar teh rata-

TABEL 1
Potensi produksi klon teh
Potensi produksi
Varietas Klon
(Kg/ha/tahun)
Assamika GMB 1 4.021
GMB 2 4.023
GMB 3 4.247
GMB 4 3.464
GMB 5 3.527
GMB 6 4.319
GMB 7 5.333
GMB 8 4.228
GMB 9 4.278
GMB 10 4.528
GMB 11 5.095
TRI 2025 2.579
Sinensis GMBS 1 1.939
GMBS 2 2.151
GMBS 3 1.839
GMBS 4 2.107
GMBS 5 2.165
Sumber : Data PPTK Gambung

TABEL 2
Waktu pemberian pupuk

Waktu Aplikasi (kali / tahun) Waktu Pemberian Pupuk


Umur
tanaman Pupuk Pupuk
Semester I Semester II
Tunggal Majemuk
TBM 4-5 - Januari – Juni September – Desember
TM 2-3 - Januari – Mei Oktober – Desember
TBM - 3-4 Januari – Juni September – Desember
TM - 2-3 Januari – Mei Oktober – Desember
Sumber : Rachmiati dkk, 2013

75
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

rata 75% dan meningkatkan produksi 1.700 kg kering/ha/tahun pada tahun


pucuk teh rata-rata 9,73% dibanding- 2005 menjadi 2.400 kg kering/ha-
kan tanpa perlakuan hara kalium. /tahun pada tahun 2010 (Sucherman,
Produksi pucuk teh klon TRI 2024 2013). Penelitian lain juga menun-
menunjukkan produksi lebih tinggi jukkan bahwa pupuk nitrogen yang
dengan rata-rata 31,7% dibandingkan diaplikasikan sebagai pupuk daun
PS 324 dengan persentase penekanan dengan dosis 30-120 kg/akre menun-
penyakit yang sama. Pupuk NPK jukkan peningkatan produktivitas daun
dengan dosis masing-masing 375-125- teh segar sebesar 1.808,66–2.872,58
75 kg/ha dan diaplikasikan setelah kg/akre, teh jadi sebesar 362,66-
pemangkasan dilaporkan menunjuk- 574,58 kg/akre dan peningkatan per-
kan peningkatan produktivitas tanam- tumbuhan tunas 35,502-48,58 cm
an teh yang cukup signifikan (Zaman (Islam dkk, 2012). Mengingat pupuk
dkk, 2011). daun dapat merangsang pertumbuhan
Cara pemberian pupuk sangat tunas maka jika diaplikasikan pada
menentukan tingkat efetifitas pupuk tanaman belum menghasilkan dapat
yang diserap oleh tanaman. Pem- mempercepat penutupan frame ta-
berian pupuk dengan cara dibenam- naman (Sucherman, 2013).
kan pada TBM dan TM adalah cara
terbaik. Hingga saat ini, efektivitas pu-
puk yang mudah larut seperti (N, K Pemeliharaan tanaman
dan Mg) baru mencapai 40% semen-
Pemeliharaan tanaman meme-
tara 50-60% sisanya diasumsikan hi-
gang peranan dalam peningkatan
lang karena penguapan, run off, lea-
produktivitas sebesar 15%. Pemeliha-
ching dan diserap oleh bahan organik raan tanaman dapat mencakup pera-
(Rachmiati dkk, 2013). Unsur hara watan daun pemeliharaan, pemetikan,
yang diserap oleh bahan organik pengendalian organisme pengganggu
selanjutnya nanti akan digunakan oleh tanaman (OPT) dan pemangkasan.
tanaman sebagai cadangan unsur
hara.
Pada kebun yang aplikasi pemu- 1. Perawatan daun pemeliharaan
pukan tanahnya hanya dilakukan se- Semua daun yang telah matang
kali dalam setahun, pemberian pupuk secara fisiologis di bawah bidang petik
daun menjadi suatu keharusan agar disebut daun pemeliharaan yang ber-
produksi blok/ha setiap petik mening- peran sebagai “sink and source”.
kat (Sucherman dan Suryadi, 2010). “Sink and source” ini memiliki peran
Penggunaan pupuk daun dengan yang saling bertolak belakang, yaitu
komposisi NPK 15:15:15 yang kon- sink dimana daun pemeliharaan me-
sisten di kebun seluas 650 ha menun- manfaatkan fotosintat untuk pertum-
jukkan peningkatan produktivitas dari buhan dan perkembangan jaringan

76
Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

tanaman dan pertumbuhan pucuk dan jendangan 25 cm) dengan 1 kali apli-
source dimana daun pemeliharaan kasi pupuk pelengkap cair pada setiap
sebagai penghasil fotosintat dari hasil pemetikan.
fotosintesis (Sharma dan Setyana-
rayana, 1993).
Jumlah daun pemeliharaan ha- 2. Cara pemetikan yang tepat
rus efisien, terdistribusi dengan sem- Kegiatan pemetikan merupakan
purna dan cukup untuk menangkap upaya untuk menstimulasi dan regene-
cahaya matahari (Manivel, 1978). rasi tunas jika pasokan asimilasi untuk
Tingginya daun pemeliharaan pada pertumbuhan tunas terus dijamin oleh
tanaman teh diatur oleh ketinggian kegiatan fotosintesis (Hajra, 2001).
saat pemetikan. Wilson (1992), mela- Pemetikan harus dilakukan secara te-
porkan bahwa ketebalan daun pemeli- pat agar dapat menjamin kesehatan
haran tidak boleh kurang dari 25 cm. tanaman untuk dapat terus berpro-
Jendangan 10 cm akan mengakibat- duksi secara berkelanjutan. Pemetikan
kan daun pemeliharaan tipis sehingga pucuk di lahan perkebunan dilakukan
terjadi kekosongan cadangan pati jika pucuk sudah layak untuk dipetik
dalam akar yang belum terisi penuh (manjing) dan layak sebagai bahan
(Johan dan Sukasman, 1999). olah (Chakravartee dan Barbora,
Pencapaian produktivitas suatu 1994).
kebun erat hubungannya dengan pen- Standar pemetikan pucuk yang
capaian rata-rata jumlah daun pemeli- digunakan dapat berbeda-beda berda-
haraan pada pemetikan jendangan. sarkan syarat pengolahan. Standar pe-
Penelitian terkini yang dilaporkan Su- tik halus yaitu pemetikan peko dengan
cherman (2013), menunjukkan bah- satu hingga daun muda dan burung
wa jumlah daun pemeliharaan yang dengan satu daun muda. Standar petik
tepat, akan mendukung banyaknya medium yaitu peko dengan dua daun
tunas yang tumbuh sehingga tanaman tua, peko dengan tiga helai daun mu-
cepat menutup. Dengan menutupnya da, serta burung dengan satu hingga
tanaman maka pertumbuhan gulma tiga daun muda. Sementara standar
pun dapat ditekan dan produksi petik kasar adalah peko dengan tiga
semakin tinggi. Penekanan pertum- daun tua atau lebih dan burung deng-
buhan gulma juga dapat mengurangi an satu hingga dua daun tua. Standar
tanaman inang bagi hama sehingga petik yang digunakan adalah standar
populasi hama tanaman teh dapat petik medium karena dapat mengha-
ditekan. Penggunaan daun pemeliha- silkan produktivitas yang cukup tinggi,
raan matang fisiologis optimum yang kesehatan tanaman tetap stabil de-
dapat memberikan produksi pucuk ngan hasil olah yang baik. Pertumbuh-
dan persentase peko yang maksimum an pucuk dari tunas dorman hingga
adalah 5 daun matang fisiologis (tinggi pucuk menghasilkan peko dengan tiga

77
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

daun muda membutuhkan waktu 55- dengan analisa petik dan analisa
61 hari. Sementara untuk pertumbuh- pucuk rata-rata lebih dari 70% yang
an tiga daun diatas kepel mebutuhkan hasilnya relatif sama dibandingkan
waktu ±14-17 hari. Dengan menge- dengan petikan tangan dengan tetap
tahui fase pertumbuhan pucuk, gilir mempertahankan kesehatan tanaman
petik dapat ditentukan berdasarkan (Johan dkk., 2008). Hasil penelitian
standar petik yang digunakan (Abbas, Rosyadi (2008), juga menunjukkan
2013). bahwa tanaman yang dipetik meng-
Pada saat pemetikan, jenis pe- gunakan gunting secara terus-menerus
metikan (ringan- medium- berat) ada- menghasilkan rata-rata produktivitas
lah bagian untuk menjaga kesehatan lebih tinggi 3,5% dibandingkan kontrol
tanaman agar tanaman mampu ber- dengan mutu pucuk dan prestasi petik
produksi tinggi secara berkesinambu- yang baik. Perlakuan pemetikan de-
ngan. Pemetikan berat adalah peme- ngan gunting juga tidak mempenga-
tikan yang menyertakan kepel sebagai ruhi terhadap kesehatan tanaman
bahan olah teh. Pemetikan berat harus yang ditunjukkan dengan kadar pati
dihindari karena akan menurunkan yang masih lebih besar dari 12%.
kesehatan tanaman dan dapat mem- Penggunaan mesin petik juga dapat
perpanjang siklus pemetikan selanjut- menggali potensi produksi kebun
nya. Pemetikan berat dapat menipis- sebesar lebih dari 11% dibandingkan
kan daun pemeliharaan sehingga akan dengan petik manual, dengan rata-rata
menurunkan produksi tanaman beri- mutu standar pucuk ± 64,9 % dan ka-
kutnya (Abbas, 2013). pasitas kerja aktual berkisar 0,14-0,3
Pemetikan harus disesuaikan ha/jam atau 2x kapasitas kerja manual
dengan jumlah tenaga kerja. Rasio (Abbas, 2013).
jumlah pemetik di areal perkebunan
menjadi standar penentuan apakah
pemetikan dilakukan secara manual, 3. Pengendalian (OPT) secara
terpadu
menggunakan gunting atau menggu-
nakan mesin petik. Kapasitas kerja Tanaman teh merupakan tanam-
pemetik harus disesuaikan dengan an tahunan yang selalu hijau dan pa-
petikan sesuai mutu standar pucuk da umumnya ditanam secara mono-
(Sharma dkk, 1981). kultur sehingga kondisi tersebut sering-
Penggunaan gunting petik dan kali dimanfaatkan bagi organisme
mesin petik dilaporkan dapat lebih pengganggu tanaman untuk menye-
menggali potensi kebun. Pemetikan rang maupun menginfeksi serta ber-
dengan gunting pada tanaman teh kembang biak dengan baik (Hajra,
asal biji (seedling) yang digunting 3 2001). Serangan Organisme Peng-
kali dan 1 kali dipetik tangan dapat ganggu Tanaman (OPT) sering kali
meningkatkan produksi pucuk 26,23% menjadi salah satu faktor pembatas

78
Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

produksi. Serangan OPT dapat me- pucuk hingga lebih dari 21% (Hudson
nimbulkan kerugian cukup tinggi bah- dkk, 1997).
kan dapat juga mengakibatkan kemati- Mengingat pentingnya kesehatan
an pada tanaman (Direktorat Bina tanaman untuk memacu pertumbuhan
Perlindungan Tanaman, 1997). pucuk, maka pengendalian organisme
Organisme pengganggu tanaman pengganggu tanaman perlu dikelola
mencakup hama yang menyerang, pe- dengan baik sehingga tidak merugikan
nyakit dan gulma yang tumbuh dan tanaman. Serangan OPT berakibat
mengganggu pertumbuhan tanaman pada turunnya kualitas pucuk serta
teh. Hama penting pada tanaman teh hilangnya produksi pucuk. Selain itu
adalah Helopeltis antonii, Empoasca serangan OPT juga dilaporkan dapat
sp., ulat jengkal (Hyposidra talaca, merusak jaringan tanaman, misalnya
Ectropis bhurmitra, Biston suppres- akibat serangan berat Helopethis sp.
saria), ulat penggulung daun (Homona dapat menyebabkan terjadinya kanker
coffearia), ulat penggulung pucuk (Cy- cabang (Rahman et al., 2005).
dia leucostoma), ulat api (Setora ni- Pengendalian hama dan pe-
tens, Parasalepida, Thosea) dan tungau nyakit tanaman saat ini lebih ditekan-
jingga (Brevipalpus phoenicis) (Rao kan pada pengendalian hama dan
dan Murthy, 1976; Kariya, 1977; penyakit secara terpadu. Pengendalian
Bisen dan Hajra, 1997; Muraleedha- hama dan penyakit terpadu dimulai
ran, 1983 ). Serangan Empoasca sp. dari upaya preventif seperti pemilihan
dilaporkan dapat menurunkan pucuk bahan tanaman teh yang resisiten
hingga 50% dalam waktu 45 hari terhadap hama dan penyakit serta
(Dharmadi, 1999 dalam Sucherman & cara kultur teknis yang baik. Menjaga
Sukandi, 2008). Penyakit penting kesehatan tanaman dengan aplikasi
pada tanaman teh yang sering meng- pupuk yang tepat agar tidak mudah
infeksi adalah cacar daun teh (blister terserang hama dan penyakit tanaman
blight) disebabkan oleh jamur Exoba- juga dilakukan. Dilaporkan bahwa
sidium vexans. Penurunan produksi aplikasi pupuk kalium yang tepat
yang diakibatkan oleh penyakit ter- sesuai kebutuhan tanaman dapat me-
sebut dapat mencapai 20-50% (Chen ningkatkan resistensi tanaman terha-
dan Chen, 1990). Jenis–jenis gulma dap kekeringan, serta dapat mengu-
yang tumbuh di lahan pertanaman teh rangi serangan hama dan penyakit
antara lain alang-alang (Imperata cy- tanaman (Dey, 1977).
lindrica) dan lampuyangan (Panicum Jika terdapat serangan hama
repens). Pertumbuhan gulma yang ti- dan penyakit, pengendalian pertama
dak terkendali dapat merugikan per- yang diaplikasikan adalah secara bio-
tumbuhan tanaman teh sehingga logi menggunakan agensia hayati.
mengakibatkan penurunan produksi Komponen pengendalian lainnya ada-
lah

79
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

lah pengamatan dan monitoring pada scorch) oleh panas matahari pada
hama dan penyakit dan jika serangan cabang-cabang lateral.
telah mencapai ambang ekonomi, se- Pertimbangan aplikasi pemang-
lanjutnya pengendalian dengan meng- kasan di daerah dataran rendah yaitu
gunakan bahan kimia sebagai upaya kadar pati yang rendah dan terjadinya
terakhir (Hazarika dkk, 2009). sun scorch pada batang tanaman teh
sehingga waktu pemangkasan yang
tepat dilakukan pada saat Januari–
4. Metode pemangkasan yang tepat Maret dan Oktober–Desember. Waktu
Pelaksanaan pemangkasan di tersebut diestimasikan untuk pemulih-
Indonesia dilakukan ketika ketinggian an luka pangkasan pada bulan April,
bidang petik sudah melebihi 120 cm. Mei, Oktober dan November (Wibowo
Aplikasi pemangkasan dimaksudkan dkk., 1990 dalam Hajra, 2001). Pada
untuk membuang bagian batang ta- dataran rendah dan medium pangkas-
naman yang telah mati dan tidak sehat an yang digunakan adalah pangkasan
serta sebagai usaha pengendalian OPT ajir (jambul) untuk membantu me-
sehingga batang baru dapat tumbuh recovery luka pangkas. Daun pada ajir
dan dapat memacu pertumbuhan pu- dapat melakukan fotosintesis sehingga
cuk hingga mencapai produktivitas dapat menghasilkan cadangan fotosin-
maksimum (Hajra, 2001). tat bagi tanaman. Pembuangan ajir 4
Waktu pangkas tanaman harus bulan setelah dipangkas dapat mem-
tepat agar tanaman masih mampu perkecil kematian tanaman sehingga
berproduksi dengan baik. Hasil pene- tanaman masih tetap berproduksi
litian Johan, (2008) menunjukkan dengan baik (Johan dan Sukasman,
bahwa pemangkasan pada musim ke- 1999).
marau dapat mengakibatkan keru- Agar produktivitas kebun tetap
sakan pada tanaman seperti gugurnya stabil, pembagian areal pangkas harus
daun-daun pemeliharaan serta terben- diperhatikan. Pembagian areal pang-
tuknya lapisan gabus pada akar yang kas disesuaikan dengan siklus pang-
lebih tua. Pada musim kemarau ta- kasan yang dimana siklus pangkas
naman terlalu lama tidak berdaun cu- juga disesuaikan dengan elevasi dae-
kup sehingga menyebabkan habisnya rahnya. Pembagian disesuaikan ber-
cadangan pati dalam akar. Akibatnya dasarkan waktu curah hujan. Pem-
pemangkasan pada musim kemarau bagian dimaksudkan agar produksi ha-
dan pengguguran daun pemeliharaan rian dapat tetap stabil (Tea Research
menyebabkan berkurangnya produksi Institute of Tanzania, 2004).
pucuk selama lebih dari 9 bulan. Apli- Cara pemangkasan yang baik
kasi pangkasan dalam (40 cm) pada dan benar juga dapat mengurangi luka
saat musim kemarau juga dapat me- pangkas yang ditimbulkan sehingga
nyebabkan terjadinya luka bakar (sun kadar pati tidak banyak digunakan

80
Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

untuk penyembuhan luka. Pelaksana- upaya pemeliharaan yang tepat seperti


an pemangkasan yang baik dan benar perawatan daun pemeliharaan, pe-
dengan menggunakan mesin mampu ngendalian OPT secara terpadu, pe-
meningkatkan produksi pucuk tanam- metikan dan pemangkasan yang tepat
an teh. Hasil penelitian Johan dan dapat menjadi bagian penting agar
Abas, (2002) menunjukkan bahwa ta- tanaman teh dapat berproduksi secara
naman klon GMB 7 umur 5,5 tahun berkelanjutan.
yang dipangkas dengan mesin Java
Tea Cutter dapat meningkatkan ka-
pasitas kerja 4-6 kali lipat dibanding-
kan pangkasan manual serta dapat DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan produksi pucuk jen- Abbas, T. 2013. Manajemen Peme-
dangan. Pertumbuhan tunas tanaman tikan Teh. Pelatihan Kompetensi
lebih banyak dibandingkan tanaman Teknis dan Pembangunan Usaha
yang dipangkas manual karena pang- Komoditi Teh PTPN IX. Power
kas dengan mesin tidak mengganggu point. Pusat Penelitian Teh dan
fisik tanaman. Cabang yang tergo-
Kina. Tidak dipublikasikan.
yang-goyang karena gaet saat pe-
mangkasan manual dapat meng- Arifin, I. S., Sastraprawira, U., Nata-
akibatkan luka-luka diperakaran se- sasmita, S dan Karyono. 1994.
hingga diperlukan energi pati yang Tanggap tanaman Teh Klon TRI
cukup tinggi. 2024 dan PS 324 yang Dipupuk
Kalium terhadap Serangan Cacar
Teh dan produksi pucuk. Buletin
Penelitian Teh dan Kina vol. 8
PENUTUP (1/2) : 69-75.
Upaya peningkatan produktivitas Arunachalam, K. 1995. A Hand Book
tanaman merupakan sinergi dari fak- on Indian Tea. Arunachalam
tor-faktor yang saling berkaitan untuk Associated Plantation Consultant
menghasilkan produktivitas yang ting- : India.
gi. Klon unggul yang menghasilkan
Baihaki, A. 2000. Teknik rancang dan
produktivitas tinggi serta faktor iklim
analisis penelitian pemuliaan
yang sesuai syarat tumbuh adalah
[Diktat Kuliah]. Fakultas Perta-
faktor utama yang dipertimbangkan
nian, Universitas Padjadjaran,
saat menanam tanaman teh. Agar
Bandung. 91 hal.
produktivitas tanaman terus stabil,
pupuk sebagai input produksi harus Bisen, J. S and G. Hajra. 1997.
terpenuhi agar tanaman terus terjaga Testing of Delfin with some
kesehatannya. Karena tanaman teh Commonly used Insecticides to
merupakan tanaman tahunan maka Control Flushworm in Young

81
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

Tea of Darjeeling. Pestology, 30 deptan.go.id/.../Pedoman Teknis


(3) : 12-14. Pengembangan. Diakses 18
Desember 2013.
Chakravartee, J and Barbora, B.C.
1994. Plucking Important Consi- Hajra, N. G. 2001. Tea Cultivation
deration under arious Situation. Comprehensive Treatise. Inter-
In: Field management in Tea (ed. national Book Distribiting Com-
J. Chakravartee). Tocklai pany: India. First Edition Page :
Experimental Station, Jorhat, 92.
Assam, India, pp 73-84. Hazarika, L. K., M. Bhuyan., B.N
Chen. Z. M and Chen . X. F. 1990. Hazarika. 2009. Insect Pest of
The Diagnosis of Tea Disease Tea and Their Management.
and Their Control (In Chinese). Abstract. Annual Review an
Shanghai Scientific and Tech- Entomology. Vol 54 : 267 -284.
nical Publisher, Sanghai, p.
Hudson. J. B., J. Durairaj, N.
1975)
Muraleedharan, and V. G.
Dalimonthe, S. L. 2013. Pemetikan Dhanakumar. 1997. Guidelines
dan Pemangkasan. Power point. on Tea Culture in South India.
Tidak dipublikasikan. UPASI- KVK Publication, 30. P.
Data PPTK Gambung. 1988. Deskrisi 212.
Klon Gambung 1-11. Tidak Intergovernmental Panel on Climate
dipublikasikan. Change (IPCC). 2007. Climate
Dey. S. K. 1977. Role of Potash on Change: The Physical Science
Water Economy by Plant. Proc. Basis. Contribution of Working
28th Tocklai Conference, Tea Group I to the Fourth Assess-
Research Assosiation, Jorhat, ment Report of the Intergovern-
Assam, 64-69. mental Panel on Climate
Change. Available at www.ipcc.-
Direktorat Bina Perlindungan Ta-
ch. Diakses 14 Juni 2013.
naman. 1997. Pengenalan dan
Pengendalian Penyakit Horti- Islam, S., Q.U. Zaman, S. Aslam, F.
kultura Prioritas. Proyek Pengen- Ahmad, S. Hussain, & F. S.
dalian Hama Terpadu. Jakarta. Hamid. 2012. Effect of Foliar
64 hlm. Spray of Varying Nitrogen Levels
Ditjenbun. 2013. Pedoman Teknis on Mature Tea Yield under
Pengembangan Tanaman Teh Different Agroecological Condi-
Rakyat Tahun 2013. Direktorat tions. National Tea Research
Jenderal Perkebunan Kemen- Institute, Shinkiari, Mansehra.
terian Pertanian Desember 2012. Pakistan. J. Agric. Res., 2012,
Tersedia di http: ditjenbun.- 50(4).

82
Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84

Johan, M. E., A. A. Salim., Y. Rach- Teh 2013 Lingkup PTPN VII.


miati. 2008. Pengaruh Cara Pusat Penelitian Teh dan Kina
Pemetikan dengan Gunting dan Raharjo, P., A. A. Salim., Y.
Aplikasi Pemupukan terhadap
Rachmiati., dan E. Pranoto.
Peningkatan Produksi Pucuk
2010. Degradasi Hara Tanah
Tanaman Teh Asal Biji. Jurnal
Perkebunan Teh di Jawa Barat.
Penelitian Teh dan Kina vol.11
Jurnal Penelitian Teh dan Kina
(1-2) : 17-24.
Vol. 13 (3) 2010 : 53- 60.
Johan, M. E., dan Sukasman. 1999.
Rahman, A., M. Sarmah, A. K.
Pengaruh Waktu Pembuangan
Phukan, M. Borthakur and G.
Ajir dan Tinggi Jendangan terha-
Gurusubramanian. 2005. A Plant
dap Kematian dan Produksi
having Insecticidal Property for
setelah Tanaman dipangkas.
The Management of Tea Pest. In
Jurnal Penelitian Teh dan Kina
thr Proceedings of 2005 Inter-
vol. 2 (1-3) : 1-6.
national Symposium on Inno-
Kariya, A. 1997. Control of Tea Pest vation in tea Science and Sus-
with Bacillus thuringiensis, tainable Development in tea
JARQ, 11 (3) : 173 – 178. Industry. 11-15 November,
Kartawijaya, W. S. 1995. Pengaruh Hangzhou, China, pp: 731-748.
Iklim pada Pertumbuhan Tanam- Rao, G. N and Murthy, R. L. N. 1976.
an Teh. Warta Teh dan Kina Vol. Economics of Tea Pest Control.
6 (1-2) : 29-37. UPASI Sci. Dept. Bull, 33 : 88-
Manivel, L. 1978. Importance of 100.
maintenance foliage in tea. Two Rosyadi, A. I. 2008. Pengaruh Pene-
and a Bud, 25 (2) : 74-75. rapan Gunting Petik terhadap
Muraleedharan, N. 1983. Tea Ento- Efisiensi Biaya Pemetikan di
mology: an overview. Occasional Perkebunan Teh. Jurnal Pene-
Publication Entomology Researh litian Teh dan Kina Vol. 11 no. 3:
Institute, loyola collage, Madras 66-79.
4: 1-20. Roy, D. 2000. Plant breeding, analysis
PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis and exploitation of variation.
tanaman teh. Edisi ketiga. Pusat Narosa Publishing House, New
Penelitian Teh dan Kina, Delhi. 701 hal.
Gambung. Sharma, V. S and Satyanarayana, N.
Rachmiati, Y., E. Pranoto dan T. 1993. Harvesting in tea. Proc
Trikamulyana. 2013. Rekomen- Intl. Symp. Tea Science and
dasi Pemupukan pada Tanaman Human Health. January 11-14 .

83
Upaya peningkatan produksi teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) melalui penerapan kultur teknis

1993. Calcutta, Tea Research Tea Research Institute of Sri Lanka.


Association, 242-255. 2001. Drought Mitigation Tea
Plantation. Serial No. 2/01.
Sriyadi, bambang. 1994. Parameter
Available at :
Daya Perakaran Bibit Teh Asal
www.tri.lk/userfiles/file/Advisory_
Setek pada Berbagai Umur.
Circulars/PA/TRI_PA02(e).
Buletin Penelitian Teh dan Kina
Diakses 16 Juni 2013
vol 8 (1-2) 1994 : 1-7.
Tea Research Institute of Tanzania.
Sucherman, O dan D. Suryadi. 2010.
2004. Tea Pruning and Tipping.
Beberapa Faktor Nilai Indikator
Module 6. Available at
Kinerja Blok yang Mempenga-
www.trit.or.tz/.../MODULE%20N
ruhi Produktivitas di Perkebunan
o.%206%20Pruning.pdf. Diakses
PT. Tambi (Hasil Pemetaan I).
15 Juli 2013.
Pelatihan dan Diskusi Tingkat
Asisten dan Unit Perkebunan. Wibowo, Z.S. 1981. Pengaruh Bahan
PT. Perkebunan Tambi. Wono- Pangkasan dan Pemupukan
sobo. 10 hal. terhadap Produksi Teh setelah
Dipangkas. Warta BPTK 7 (1/2) :
Sucherman, O dan O. Sukandi. 2008.
95-100.
Pengaruh Jumlah Perangkap
Lem Serangga terhadap Populasi Willson, K.C. 1992. Field operations :
dan Intensitas serangan Emposca 2. In : Tea Cultivation to
sp. pada Tanaman Teh. Jurnal consumption (eds.K. C. Willson
Penelitian Teh dan Kina, Vol 11 and M.N. Clifford). Chapman &
(3) : 80-91. Hall, London, 227-267.
Sucherman, Odih. 2013. Pengaruh Zaman, uz Qamar., S. Sarwar, F.
Jumlah Daun Pemeliharaan Ma- Ahmad and F. S. Hamid. 2011.
tang Fisiologis pada Pemetikan Effect of Nitrogenous Fertilizer on
Jendangan dan Jumlah Aplikasi the Growth and Yield of Tea
Pupuk Pelengkap Cair (PPC) (Camellia sinensis l.) Pruned in
terhadap Pertumbuhan dan Curved vs Flat Shape. Jurnal
Hasil Teh Klon GMB 7 (Camellia Agriculture Research 49(4): 477-
sinensis (L). Kuntze). Tesis. 480.
Universitas Winaya Mukti. Tidak
dipublikasikan.
Sukasman. 1992. Manfaat Pohon
Pelindung bagi Tanaman Teh.
Warta Pusat Penelitian Teh dan
Kina 8 (1) : 9-15.

84

Anda mungkin juga menyukai