Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No.

1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk]

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KORPORASI MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS DI PT INTI LUHUR FUJA ABADI, PASURUAN)
Analysis of Performance Measurement using Performance Prism Method (Case Study at PT. Inti Luhur Fuja Abadi, Pasuruan) Wike Agustin Prima Dania*, Imam Santoso, Rheysa Permata Sari
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 Penulis Korespondensi: email wike_mobile8@yahoo.com

ABSTRAK Metode Performance Prism digunakan untuk memperbaiki metode pengukuran kinerja pada PT Inti Luhur Fuja Abadi Pasuruan. Perancangan dan pengukuran kinerja dengan metode Performance Prism dapat merefleksikan kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder yang diidentifikasikan dalam bentuk tujuan (objective). Pengukuran kinerja tersebut merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder dan kontribusi stakeholder kepada perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung oleh beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala nilai prioritas setiap Key Performance Indicator ( KPI), Scoring System dengan metode Objectives Matrix (OMAX) untuk menentukan kinerja dari masing-masing indikator, dan Traffic Light System untuk mengetahui KPI yang memerlukan perbaikan berdasarkan warna. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa ada empat KPI yang memerlukan perbaikan, yaitu ide dan saran pelanggan (C-4), KPI aplikasi core competence (E-6), KPI lama pembayaran (S-1) dan KPI waktu proses penawaran harga (S-2). Secara keseluruhan, kinerja perusahaan pada tingkat koorporasi baik dengan nilai sebesar 9.46326. Kata kunci: parameter kinerja, analytic hierarchy process (AHP), objectives matrix (OMAX), traffic light system ABSTRACT Performance prism method is used to improve performance measurement method in PT Inti Luhur Fuja Abadi Pasuruan. The design and performance measurement methods used for Performance Prism can reflect the needs and desires of each stakeholder identified in the form of goals (objectives). Performance measurement is an integrated measurement, covering all aspects of the company (stakeholders) involving stakeholder satisfaction and stakeholder contribution to the company. Performance measurement in this study is also supported by several methods such as weighting by Hierarchy Analytic Process (AHP) to determine the scale of priority value of each Key performance Indicator (KPI), Scoring System Objectives Matrix method (OMAX) to determine performance indicator, and Traffic Light System to determine which KPI that need improvement based on color. From this result, it can be seen that there are four KPIs that need improvement, which are, customer suggestion (C-4), core competition application (E-6), payment time (S-1), bargaining processing (S-2). Overall, the companys performance in cooperate stage is good with the value is 9.46326. Keywords: key performance indicator, analytic hierarchy process (AHP), objectives matrix (OMAX), traffic light system PENDAHULUAN Dalam sebuah perusahaan, pengukuran kinerja diperlukan untuk menyediakan suatu pendekatan terstruktur yang terfokus pada rencana strategis, tujuan dan performansi, sehingga perusahaan akan memiliki daya saing untuk berkompetisi dengan lainnya. Pengukuran kinerja adalah pemantauan dan pelaporan pencapaian program, khususnya

67

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] kemajuan menuju tujuan (United States General Accounting Office, 2005). PT Inti Luhur Fuja Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembekuan ikan. Dalam rangka meningkatkan kinerja PT Inti Luhur Fuja Abadi perlu dilakukan observasi secara langsung terhadap stakeholder perusahaan untuk mendapatkan informasi yang menerangkan kinerja dari perusahaan saat ini. Dengan mengetahui kondisi perusahaan, maka dapat dilakukan pengukuran untuk mengetahui pencapaian kinerja, sehingga pengembangan yang dilakukan lebih efisien dan memperoleh hasil efektif. Saat ini, PT Inti Luhur Fuja Abadi Pasuruan melakukan suatu pengukuran kinerja yang dinamakan SKI (Sistem Kinerja Individu). Dengan adanya SKI ini, kinerja dari setiap personal dapat terukur dengan baik, tetapi ada satu kelemahan yang terjadi yaitu belum adanya pengukuran kinerja tingkat korporasi yang dapat menilai performa perusahaan secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal ini, digunakan suatu pengukuran kinerja yang mengutamakan pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan (stakeholder) secara keseluruhan ke dalam suatu framework pengukuran yang strategis. Stakeholder ini meliputi investor, customer, tenaga kerja, supplier, dan masyarakat. Konsep pengukuran kinerja ini dikenal dengan istilah Performance Prism. Performance Prism merupakan salah satu pengukuran kinerja yang mempunyai lima sisi (facets) yang membentuk framework tiga dimensi berupa prisma segitiga (Nelly dan Adams, 2000). Sisi atas dan bawah merupakan stakeholder satisfaction dan stakeholder contributions, sedangkan tiga sisi yang lain adalah strategies, processes, dan capabilities (Nelly et al., 2001). Performance prism memberikan pengukuran yang komprehensif dan sudut pandang yang luas, sehingga memberikan gambaran yang realistis mengenai penentu kesuksesan bisnis. Performance prism tidak hanya mengukur hasil akhir, tetapi juga aktivitasaktivitas penentu hasil akhir. Desain pengukuran kinerja dengan menggunakan Performance Prism pada PT Inti Luhur Fuja Abadi Pasuruan ini dirancang untuk mengantisipasi persaingan antara sesama pengekspor frozen seafood. Penggunaan Performance Prism ini perlu dimodifikasi dengan menggunakan AHP (Analytic Hierarchi Process), Scoring System dengan OMAX (Objective Matrix), dan Traffic Light System. Pengukuran kinerja ini akan merekomendasikan proses perbaikan yang dapat digunakan sesuai dengan hasil pengukuran kinerja yang dilakukan. Dari hasil pengukuran kinerja, akan terlihat pada bagian mana kinerja perusahaan yang bermasalah. Dengan adanya rekomendasi perbaikan ini, perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi dan mempertimbangan untuk melakukan langkah korektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja PT Inti Luhur Fuja Abadi, Pasuruan dengan menggunakan metode Performance Prism pada tingkat korporasi perusahaan serta mengetahui KPI mana yang memerlukan perbaikan. BAHAN DAN METODE Data-data yang dibutuhkan untuk menunjang di dalam penelitian ini adalah data stakeholder kunci dan data pencapaian Key Performance Indicator (KPI). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan keadaan perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat yaitu kinerja PT. Inti Luhur Fuja Abadi pada tingkat korporasi, kemudian menganalisis permasalahan untuk memperoleh suatu output berupa performance indicator perusahaan pada tingkat korporasi. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan batasan masalah dalam penelitian ini dilakukan untuk mempersempit cakupan penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pengukuran kinerja dilakukan pada tingkat korporasi 2. Implementasi pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan data pencapaian target kinerja tahun 20092010. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Stakeholder Kunci PT Inti Luhur Fuja Abadi Tahap pertama adalah mengidentifikasi siapa saja yang menjadi stakeholder kunci dari PT Inti Luhur Fuja Abadi.

68

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk]

mulai

Studi Literatur
Konsep mengenai pengukuran kinerja Konsep mengenai Perormance Prism Konsep mengenai Analitical Hierarchy Process Konsep mengenai Objective Matrix dan Traffic Light System Penelitian sebelumnya yang terkait

Survey SurveiPendahuluan Pendahuluan


Untuk mengetahui gambaran pengukuran kinerja sebelumnya dan untuk mengetahui beberapa kekurangan yang ada dalam pengukuran kinerja saat ini di perusahaan

Identifikasi dan Perumusan Masalah


Pengukuran kinerja yang digunakan oleh perusahaan hanya terfokus pada kinerja karyawan dan belum terdapat pengukuran kinerja yang mencakup keseluruhan stakeholder Bagaimana mengintegrasikan keseluruhan stakeholder dalam pengukuran kinerja pada tingkat korporasi Tujuan Penelitian Mengetahui level pencapaian kinerja pada tingkat korporasi yang mengintegrasikan keseluruhan stakeholder Pengumpulan Key Performance Indicator (KPI) Penyusunan Key Performance Indicator (KPI) Integrasi Key Performance Indicator (KPI) Pembobotan KPI Scoring KPI

validasi
Ya

Tidak

KPI dihilangkan

Analisis Rekomendasi perbaikan Kesimpulan dan saran selesai

Gambar 1. Diagram alir penelitian

69

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] Epstein (2001) mengidentifikasi stakeholder meliputi investor, customer, intermediaries, employees, suppliers, regulators, communities, pressure group dan alliance partners. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa yang merupakan stakeholder kunci dari PT Inti Luhur Fuja Abadi adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah (investor) 2. Pelanggan (customer) 3. Karyawan (employees) 4. Pemasok (suppliers) Identifikasi 5 Faset Performance Prism di PT Inti Luhur Fuja Abadi Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah identifikasi 5 faset atau perspektif Performance Prism dengan 5 pertanyaan kunci untuk masing-masing kelompok stakeholder pada PT Inti Luhur Fuja Abadi (Johnson, 2006). Faset yang digunakan dalam Performance Prism dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar parameter kinerja Faset Stakeholder performance prism Satisfaction Contribution Investor Strategy Process Capabilities Satisfaction Contribution Customer Strategy Process Capabilities Satisfaction Contribution Employee Strategy Process Capabilities Satisfaction Contribution Supplier Strategy Process Capabilities

Key Performance Indicator (KPI)


ROI ROE Tingkat pertambahan investasi Ide dan saran dari investor Likuiditas perusahaan Resiko asset perusahaan Audit keuangan Pembuatan laporan laba rugi Management review Integrasi sistem enterprise Jumlah keluhan pelanggan Indeks kepuasan pelanggan Tingkat pertumbuhan penjualan Ide dan saran dari pelanggan Tingkat kesesuaian standar HACCP Tingkat kesesuaian standar GMP Prosentase jumlah produk rusak selama pengiriman Ketepatan pendistribusian produk Tingkat pelayanan Tingkat kelayakan prasarana pendistribusian Tingkat turnover karyawan Tingkat karyawan sehat Tingkat kehadiran karyawan Tingkat produktivitas karyawan Efektivitas pelatihan Penyusunan core competence Kompetensi pelanggan Jumlah mesin dan peralatan yang tidak layak pakai Tingkat keselamatan kerja Tingkat kedisiplinan karyawan Lama pembayaran Waktu proses penawaran harga Kecepatan proses pengadaan pasokan Tingkat kesesuaian barang Tingkat kelengkapan dokumen Peramalan permintaan Prosentase jumlah produk yang tidak sesuai standar Pengecekan persediaan bahan baku Pemberian informasi kondisi persediaan Tingkat kedisiplinan administrasi penerimaan bahan baku

Simbol I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9 I-10 C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6 C-7 C-8 C-9 C-10 E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10

70

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] Identifikasi Parameter Kinerja (Key Performance Indicators) Langkah selanjutnya adalah menyusun indikator atau parameter kinerja, dan wawancara dengan beberapa Kepala Departemen dan Plant Manager yang mengisi kuesioner variabel kinerja berdasarkan Performance Prism. Key Performance Indicator (KPI) ditetapkan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat pencapaian masing-masing tujuan (Syairuddin et al., 2007). Berdasarkan hasil diskusi dan mempertimbangkan segi pengukuran kinerja yang telah dilakukan perusahaan sebelumnya, hasil checklist pemilihan variabel kinerja performance prism yang disarankan dan hasil identifikasi kelima faset Performance Prism, disusun beberapa item parameter kinerja (Performance Indicator) dan dilakukan pengklasifikasian sesuai dengan kerangka dasar Performance Prism. Daftar parameter kinerja dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagai verifikasi parameter kinerja yang telah disusun, dilakukan diskusi kembali dengan Kepala Biro, Kepala Departemen dan Kepala Bidang di PT Inti Luhur Fuja Abadi untuk memastikan bahwa parameter kinerja yang disusun benarbenar bisa diterapkan dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pembobotan dan Pengkategorian KPI Parameter-parameter yang telah dirumuskan di atas kemudian dituangkan ke dalam kuesioner untuk diberikan kembali kepada pimpinan yang bersangkutan untuk diberi bobot sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bobot untuk masingmasing kategori kemudian diolah lebih lanjut menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan tingkat Tabel 2. Nilai bobot KPI KPI Bobot I-1 0.026 I-2 0.026 I-3 0.003 I-4 0.023 I-5 0.039 I-6 0.039 I-7 0.051 I-8 0.025 I-9 0.033 I-10 0.007 kepentingan perusahaan terhadap KPI tersebut. Total nilai bobot dari seluruh KPI adalah 1. Adapun keseluruhan nilai bobot KPI terhadap perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis tersebut dapat digunakan untuk menentukan perbedaan antara prasyarat yang diinginkan dengan kondisi lingkungan perusahaan. Pembobotan dilakukan sebanyak 3 kali. Pembobotan tersebut adalah pembobotan antar stakeholder, pembobotan antar faset untuk setiap stakeholder, dan pembobotan antar KPI dalam setiap faset. Dari ketiga pembobotan yang dilakukan, akan didapatkan nilai pembobotan perusahaan secara keseluruhan. Untuk mendapatkan nilai bobot KPI terhadap perusahaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : KPI I-1 = Nilai Bobot stakeholder investor x Nilai bobot faset satisfaction x Nilai bobot KPI I-1 dalam faset satisfaction = 0.298 x 0.338 x 0.264 = 0.02659113 Bobot berfungsi dalam menentukan tingkat kepentingan KPI terhadap kesuksesan bisnis, bobot tersebut dapat digunakan untuk menentukan perbedaan antara prasyarat yang diinginkan dengan kondisi lingkungan perusahaan (Arianto dan Pratiwi, 2010). Besar kecilnya nilai bobot menentukan nilai performance indicator pada scoring KPI. Pengukuran Kinerja PT Inti Luhur Fuja Abadi Setelah penyusunan Performance Measure Record Sheet, langkah selanjutnya adalah pengumpulan data-data yang diperlukan. Pengambilan data dilakukan di setiap departemen. Dari hasil pengambilan data yang dilakukan 5 departemen yang

KPI C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6 C-7 C-8 C-9 C-10

Bobot 0.067 0.013 0.023 0.005 0.037 0.037 0.036 0.018 0.033 0.008

KPI E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10

Bobot 0.014 0.071 0.005 0.025 0.039 0.013 0.041 0.014 0.033 0.033

KPI S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10

Bobot 0.046 0.007 0.002 0.014 0.021 0.003 0.019 0.006 0.023 0.023

71

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] Tabel 3. Data KPI PT. Inti Luhur Fuja Abadi
KPI I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9 I-10 C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6 C-7 C-8 C-9 C-10 E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10
ROI ROE Tingkat pertambahan investasi Ide dan saran dari investor Likuiditas perusahaan Resiko asset perusahaan Audit keuangan Pembuatan laporan laba rugi Management review Integrasi sistem enterprise Jumlah keluhan pelanggan Indeks kepuasan pelanggan Tingkat pertumbuhan penjualan Ide dan saran dari pelanggan Tingkat kesesuaian standar HACCP Tingkat kesesuaian standar GMP Prosentase jumlah produk rusak selama pengiriman Ketepatan pendistribusian produk Tingkat pelayanan Tingkat kelayakan prasarana pendistribusian Tingkat Turnover karyawan Tingkat karyawan sehat Tingkat kehadiran karyawan Tingkat produktifitas karyawan Efektifitas pelatihan Aplikasi core competence Kompetensi karyawan Jumlah mesin dan peralatan yang tidak layak pakai Tingkat keselamatan kerja Tingkat kedisiplinan karyawan Lama pembayaran Waktu proses penawaran harga Kecepatan proses pengadaan pasokan Tingkat kesesuaian barang Tingkat kelengkapan dokumen Peramalan permintaan Prosentase jumlah produk yang tidak sesuai standar Pengecekan persediaan bahan baku Pemberian informasi kondisi persediaan Tingkat kedisiplinan administrasi penerimaan bahan baku

Key Performance Indicator (KPI)

Target maks 50% 100% 20% 5x/lap 200% 100% 5x/th 5x/th 5x/th 100% 0/th 100% 50% 12 lap 100% 100% 0% 100% 100% 100% 5% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0 100% 100% 5 hari 3 hari 6 hari 100% 100% 6x/th 5% 6x/th 6x/th 100%

Target min 20% 20% 10% 1x/lap 170% 70% 4x/th 4x/th 4x/th 95% 4/th 65% 25% 4 lap 75% 75% 2% 75% 90% 90% 15% 90% 75% 75% 70% 90% 90% 2 90% 90% 7 hari 5 hari 8 hari 80% 90% 3x/th 10% 3x/th 3x/th 75%

Terburuk (2005-2010) 5% 5% 0% 0x/lap 50% 5% 1x/th 1x/th 1x/th 90% 10 50% 5% 0 95% 95% 5% 70% 75% 75% 20% 80% 70% 70% 50% 80% 85% 4 80% 80% 15 hari 13 hari 17 hari 75% 80% 2x/th 15% 2x/th 2x/th 50%

2009 28,94% 45,38% 11,25% 2x/lap 191,03% 69,9% 4x/th 4x/th 4x/th 99% 5 81,12% 31,25% 2 lap 100% 100% 0% 80% 100% 100% 10% 100% 95% 95% 90% 85% 90% 0 100% 100% 12 hari 10 hari 7 hari 100% 100% 4x/th 6% 4x/th 4x/th 85%

2010 31,45% 48,87% 16,89% 2x/lap 195,50% 71% 4x/th 4x/th 4x/th 99% 2 80,93% 36,89% 2 lap 100% 100% 0% 95% 100% 100% 10% 100% 95% 95% 95% 88% 90% 0 100% 100% 10 hari 7 hari 7 hari 100% 100% 4x/th 5% 4x/th 4x/th 85%

72

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] ada di PT Inti Luhur Fuja Abadi. Data KPI pada PT Inti Luhur Fuja Abadi dapat dilihat pada Tabel 3. Target maksimum adalah target optimum yang bisa dicapai perusahaan dalam keadaan maksimal. Target minimum adalah target yang dapat dipenuhi. Pencapaian terburuk adalah nilai terendah yang dicapai perusahaan selama perusahaan beroperasi (Arianto dan Pratiwi, 2010). Target maksimum, minimum dan pencapaian terburuk nantinya menjadi Tabel 4. Scoring OMAX stakeholder investor KPI no Performance 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Score Bobot Value I-1 31.45 50 35.00 20 18.125 16.25 14.375 12.5 10.625 8.75 6.875 5 I-2 48.87 100 60. 20 18.125 2.5 2.917 3.333 3.75 4.167 4.583 5 8.722 0.026 0.227 I -3 16.89 20 15.00 10 8.75 125 104.167 83.333 62.5 41.667 20.833 0 9.378 0.003 0.028 I -4 2 5 3.00 1 0.875 7.5 6.25 5 3.75 2.5 1.25 0 8.5 0.023 0.196 I -5 195.5 200 185.00 170 155 4.75 12.292 19.833 27.375 34.917 42.458 50 9.737 0.039 0.380 I -6 71 100 85 70 61.875 9.75 8.958 8.167 7.375 6.583 5.792 5 8.067 0.039 0.315 I -7 4 5 4.50 4 3.625 52.5 43.912 35.333 26.75 18.167 9.583 1 8 0.051 0.408 I -8 4 5 4.50 4 3.625 37.5 31.417 25.333 19.25 13.167 7.083 1 8 0.025 0.200 I -9 4 5 4.50 4 3.625 7.75 6.625 5.5 4.375 3.25 2.125 1 8 0.033 0.264 I -10 99 100 97.50 95 94.375 3.25 17.708 32.167 46.625 61.083 75.542 90 9.6 0.007 0.067 dasar perhitungan scoring KPI dari level 1-10. Scoring System dengan Model Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System Langkah selanjutnya, model pengukuran kinerja tersebut dapat dipadukan dengan model scoring system yaitu model OMAX (objectives matrix) sebagaimana fungsinya untuk menyamakan skala nilai dari masingmasing indikator, sehingga pencapaian terhadap tiap-tiap parameter yang ada dan dapat mengetahui kinerja perusahaan

Score

8.763 0.026 0.228

Tabel 5 Scoring OMAX stakeholder customer KPI no Performance 10 9 8 7 Score 6 5 4 3 2 1 0 Score Bobot Value C -1 2 0 2.00 4 4.75 5.5 6.25 7 7.75 8.5 9.25 10 9 0.067 0.603 C -2 80.93 100 82.50 65 63.125 61.25 59.375 57.5 55.625 53.75 51.875 50 8.951 0.013 0.116 C -3 36.89 50 37.50 25 22.5 20 17.5 15 12.5 10 7.5 5 8.951 0.023 0.206 C -4 2 12 8.00 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4 0.005 0.020 C -5 100 100 87.50 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90 92.5 95 10 0.037 0.370 C -6 100 100 87.50 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90 92.5 95 10 0.037 0.370 C -7 0 0 1.00 2 2.375 2.75 3.125 3.5 3.875 4.25 4.625 5 10 0.036 0.360 C -8 95 100 87.50 75 74.375 73.75 73.125 72.5 71.875 71.25 70.625 70 9.6 0.018 0.173 C -9 100 100 95.00 90 88.125 86.25 84.375 82.5 80.625 78.75 76.875 75 10 0.033 0.303 C-10 100 100 95.00 90 88.125 86.25 84.375 82.5 80.625 78.75 76.875 75 10 0.008 0.080

73

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] secara keseluruhan. Berikut adalah hasil perhitungan OMAX untuk seluruh stakeholder pada Tabel 4 hingga Tabel 7. Dengan menggunakan model OMAX, diketahui untuk KPI nomer I-2, C-2, E-2, S-4 keempatnya memiliki target maksimal adalah 100, semua target tersebut diletakkan pada level 10, sedangkan pencapaian terendah perusahaan memiliki nilai berturut-turut sebagai berikut 5; 50; 80; dan 80 yang diletakkan pada level 0 tabel OMAX. Dalam pengukuran OMAX pada Performance Prism, nilai pencapaian tahun lalu (tahun 2009) biasanya lebih kecil dari target yang ditentukan, tetapi untuk sebagian besar Tabel 6. Scoring OMAX stakeholder employee KPI no E-1 E-2 E-3 E-4 Performance 10 100 95 95 10 5 100 100 100 9 10.00 95.00 87.50 87.50 8 15 90 75 75 7 15.625 88.75 74.375 74.375 6 16.25 87.5 73.75 73.75 5 16.875 86.25 73.125 73.125 4 17.5 85 72.5 72.5 3 18.125 83.75 71.875 71.875 2 18.75 82.5 71.25 71.25 1 19.375 81.25 70.625 70.625 0 20 80 70 70 Score Score Bobot Value 9 0.014 0.126 10 0.071 0.71 9.6 0.005 0.048 9.6 0.024 0.230 kasus dalam KPI, pencapaian tahun 2009 sudah melebihi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, dalam perhitungan OMAX, level 10 diisi dengan target optimum yang bisa dicapai perusahaan dalam keadaan maksimal, sedangkan target minimum perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya dimasukkan pada level 8 karena telah memenuhi batas bawah traffic light hijau. Level 0 diisi dengan nilai terendah yang mungkin dicapai perusahaan dalam keadaan terjelek. Karena target yang ditentukan perusahaan telah dicapai pada tahun 2009,

E-5 95 100 95.00 90 88.75 87.5 86.25 85 83.75 82.5 81.25 80 9.667 0.039 0.377

E-6 88 100 95.00 90 89.375 88.75 88.125 87.5 86.875 86.25 85.625 85 8 0.013 0.104

E-7 90 100 95.00 90 89.375 88.75 88.125 87.5 86.875 86.25 85.625 85 6.4 0.041 0.262

E-8 0 0 1.00 2 2.25 2.5 2.75 3 3.25 3.5 3.75 4 10 0.014 0.14

E-9 100 100 95.00 90 88.75 87.5 86.25 85 83.75 82.5 81.25 80 10 0.033 0.33

E-10 100 100 95.00 90 88.75 87.5 86.25 85 83.75 82.5 81.25 80 10 0.033 0.33

Tabel 7 Scoring OMAX stakeholder supplier KPI no S-1 S-2 S-3 S-4 Performance 10 7 7 100 10 5 3 6 100 9 6 4 7.00 90.00 8 7 5 8 80 7 8 6 9.125 79.375 6 9 7 10.25 78.75 5 10 8 11.375 78.125 4 11 9 12.5 77.5 3 12 10 13.625 76.875 2 13 11 14.75 76.25 1 14 12 15.875 75.625 0 15 13 17 75 Score Score Bobot Value 5 0.046 0.23 6 0.007 0.042 9 0.002 0.018 10 0.014 0.14

S-5 100 100 95.00 90 88.75 87.5 86.25 85 83.75 82.5 81.25 80 10 0.021 0.21

S-6 4 6 4.50 3 2.875 2.75 2.625 2.5 2.375 2.25 2.125 2 8.667 0.003 0.026

S-7 5 5 7.50 10 10.625 11.25 11.875 12.5 13.125 13.75 14.375 15 10 0.019 0.19

S-8 4 6 4.50 3 2.875 2.75 2.625 2.5 2.375 2.25 2.125 2 8.667 0.006 0.052

S-9 4 6 4.50 3 2.875 2.75 2.625 2.5 2.375 2.25 2.125 2 8.667 0.023 0.199

S-10 85 100 87.50 75 71.875 68.75 65.625 62.5 59.375 56.25 53.125 50 8.8 0.023 0.202

74

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] maka dibuat target maksimal untuk tahun 2010 yang bisa dicapai dalam keadaan optimal yaitu sebesar 28.94% sehingga nilai 50% dinilai mampu dicapai sebagai target maksimum. Untuk level 8 diisi dengan nilai 20% karena nilai ini sudah memenuhi target sehingga sudah masuk traffic light hijau. Level 0 diisi dengan nilai terendah yang dicapai perusahaan dalam kondisi terburuk, dalam hal ini nilai 5% adalah nilai terendah yang terjadi.
Interval10 8 = 50 20 = 15 10 8

sehingga nilai pada level 9 adalah 50-15 = 35


Interval 7 0 = 20 5 = 1.875 8 0

sehingga nilai pada level 9 adalah 20 1.1875 = 18.125, demikian seterusnya hingga level 1. Hal yang sama dilakukan untuk memperoleh nilai pada masing-masing level untuk setiap KPI. Setelah diperoleh nilai untuk setiap level (dari level 0 hingga 10), selanjutnya adalah mengisi tabel performance yang merupakan kinerja yang telah diukur untuk tahun 2010. Setelah itu level pada bagian monitoring dapat diisi bedasarkan posisi level pada angka performance. Untuk mengisi level di bagian monitoring, maka langkah yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus interpolasi. Jika Level 9 = 35, Level 8 =20, maka untuk KPI-1 rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Maka nilai 31.45 berada pada level,

35 31.45 9 x = 31.45 20 x 8 , sehingga x = 8.763 Nilai x adalah level yang akan diisi di bagian monitoring. Untuk weight diisi dengan nilai bobot KPI I-1 terhadap perusahaan yang ada pada Tabel 7 yaitu 0.0266. Nilai value merupakan perkalian antara level dan weight. Demikian seterussnya hingga bagian monitoring semua KPI terisi. Menurut Singgih (2009) menyatakan nilai pencapaian 8-9 termasuk kinerja memuaskan. Dari tabel di atas, didapatkan nilai indeks total (performance indicator) sebesar 8.907, sehingga kinerja korporasi termasuk kinerja memuaskan. Jika menggunakan Traffic Light System, warna hijau pada KPI menandakan achievement dari suatu indikator kinerja sudah dicapai, warna kuning pada KPI achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun

nilai sudah mendekati target, jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya berbagai kemungkinan (Brundan, 2010). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja PT Inti Luhur Fuja Abadi secara keseluruhan dapat dikatakan telah mencapai performa yang diharapkan. Dengan model OMAX dan Traffic Light System, dapat dilihat bahwa KPI pada PT Inti Luhur Fuja Abadi memiliki 40 KPI, yaitu 10 KPI pada stakeholder investor, 10 KPI pada stakeholder customer, 10 KPI pada stakeholder employee, dan 10 KPI pada stakeholder supplier. Adapun hasil pengkategorian berdasarkan model OMAX dan Traffic Light System dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa KPI yang masuk dalam kategori hijau sebanyak 36 KPI sedangkan yang masuk kategori kuning sebanyak 4 KPI. Aspek kinerja yang masih berada dalam kategori kuning tersebut adalah KPI ide dan saran pelanggan (C-4), KPI aplikasi core competence (E-6), KPI lama pembayaran (S-1) dan KPI waktu proses penawaran harga (S-2) yang memerlukan perbaikan. Penggunaan metode Performance Prism mengukur korporasi dari keseluruhan stakeholder sehingga menjadi kerangka yang lebih dinamis dibanding kerangka performance measurement yang lain. Oleh karenanya parameter yang dibutuhkan cukup banyak sehingga kesulitan pertama yang akan dihadapi adalah menampung banyaknya keinginan dan harapan yang berbeda-beda dari masing-masing stakeholder. Implementasi kerangka Performance Prism ini bisa dilakukan dengan brainstorming antara stakeholder dengan tim yang nantinya mengukur kinerja korporasi, sehingga parameter yang luas dapat dispesifikasikan sesuai tujuan korporasi. Ringkasan Rekomendasi Perbaikan Terdapat empat KPI yang memerlukan perbaikan yaitu Terdapat empat KPI yang memerlukan perbaikan yaitu KPI ide dan saran pelanggan (C-4), KPI aplikasi core competence (E-6), KPI lama pembayaran (S-1) dan KPI waktu proses penawaran harga (S-2). Rekomendasi perbaikan untuk keempat KPI tersebut adalah menunjuk incharge person yang bertanggung jawab atas pelaksanaan perbaikan KPI, menambahkan sistem layanan informasi berupa jejaring sosial untuk KPI C-4, pemberian prosedur

75

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] Tabel 8. Hasil pengukuran kinerja korporasi Performance indicator Stakeholder Faset performance prism Investor Satisfaction Contribution Strategy Process Capabilities Customer Satisfaction Contribution Strategy Process Capabilities Employee Satisfaction Contribution Strategy Process Capabilities Supplier Satisfaction Contribution Strategy Process Capabilities : 8.907 Key Performance Indicator (KPI)
ROI ROE Tingkat pertambahan investasi Ide dan saran dari investor Likuiditas perusahaan Resiko asset perusahaan Audit keuangan Pembuatan laporan laba rugi Management review Integrasi sistem enterprise Jumlah keluhan pelanggan Indeks kepuasan pelanggan Tingkat pertumbuhan penjualan Ide dan saran dari pelanggan Tingkat kesesuaian standar HACCP Tingkat kesesuaian standar GMP Prosentase jumlah produk rusak selama pengiriman Ketepatan pendistribusian produk Tingkat pelayanan Tingkat kelayakan prasarana pendistribusian Tingkat turnover karyawan Tingkat karyawan sehat Tingkat kehadiran karyawan Tingkat produktivitas karyawan Efektivitas pelatihan Penyusunan core competence Kompetensi pelanggan Jumlah mesin dan peralatan yang tidak layak pakai Tingkat keselamatan kerja Tingkat kedisiplinan karyawan Lama pembayaran Waktu proses penawaran harga Kecepatan proses pengadaan pasokan Tingkat kesesuaian barang Tingkat kelengkapan dokumen Peramalan permintaan Prosentase jumlah produk yang tidak sesuai standar Pengecekan persediaan bahan baku Pemberian informasi kondisi persediaan Tingkat kedisiplinan administrasi penerimaan bahan baku

Simbol I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9 I-10 C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6 C-7 C-8 C-9 C-10 E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10

Score 8.763 8.722 9.378 8.5 9.737 8.067 8 8 8 9.6 9 8.951 8.951 4 10 10 10 9.6 10 10 9 10 9.6 9.6 9.667 8 6.4 10 10 10 5 6 9 10 10 8.667 10 8.667 9.667 8.8

berupa Work Instruction (WI) di tiap bagian untuk KPI E-6 serta membentuk tim audit untuk KPI S-1 dan KPI S-2. SIMPULAN Metode Performance Prism yang dimodifikasi dengan Objective Matrix, Analytical

Hierarcy Process serta Traffic Light System mampu mengukur kinerja dengan pencapaian performance indicator tahun 2010 sebesar 8.907 yang termasuk dalam warna hijau, sehingga kinerja PT Inti Luhur Fuja Abadi pada tingkat korporasi mencapai kategori memuaskan. Terdapat empat KPI yang memerlukan perbaikan yaitu KPI C-4, KPI E-6, KPI S-1 dan

76

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 67-77 Analisis Pengukuran Kinerja [Dania dkk] KPI S-2. Rekomendasi perbaikan untuk keempat KPI tersebut adalah menunjuk incharge person yang bertanggung jawab atas pelaksanaan perbaikan KPI, menambahkan sistem layanan informasi berupa jejaring sosial untuk KPI C-4, pemberian prosedur berupa Work Instruction (WI) di tiap bagian untuk KPI E-6 serta membentuk tim audit untuk KPI S-1 dan KPI S-2. DAFTAR PUSTAKA Arianto EZ, dan Pratiwi SG. 2010. Analisa Pengukuran Kinerja dengan Metode Performance Prism (Studi Kasus PT. Petrokimia Gresik). Dilihat tanggal 10 Oktober 2010. <digilib.its.ac.id/ public/ITS-Undergraduate-11028-Paper.pdf> Brundan AN. 2010. Rediscovering performance management: systems, learning and integration. Measuring Business Excellence 14(1): 109-123 Johnson CC. 2006. Introduction to the Balanced Scorecard and Performance Measurement Systems. Balanced Scorecard for State-Owned Enterprises Epstein MJ. 2001. Measuring and Managing Performance in the 21st Century. Distinguished research professor at the Jesse H Jones Graduate School of Management. Rice University, Houston Neely A and Adams C. 2000. The performance prism can boost M&A success. Measuring Business Excellence 4(3): 1923. Neely A, Adams C, and Crowe P. 2001. The performance prism in practice. Measuring Business Excellence 5(2): 612 Singgih ML. 2009. Model Poduktivitas OMAX. Dilihat tanggal 24 Oktober 2010. < www.ie.its.ac.id/.../131694604_1158 Model%20Produktivitas%20.pdf> Syairuddin B, Suwignjo P, dan Suartika IM. 2007. Perancangan dan implementasi sistem pengukuran kinerja dengan metode integrated performance measurement systems (studi kasus: jurusan teknik mesin Universitas Mataram). Jurnal Teknik Industri 9(2): 131-143 United States General Accounting Office. 2005. Glosary: Performance Measurement and Evaluation Definitions and Relationships

77

Anda mungkin juga menyukai