Oleh:
Rusita Wiryanti
NIM. R0007146
dengan peneliti :
Rusita Wiryanti
NIM. R0007146
Pembimbing I Pembimbing II
iiii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
Bibliography : 20,1989-2010
iv
KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir dan
dibantu dan dibimbing oleh banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OK selaku Ketua Program Diploma
v
5. Ibu Eri Setyowati, selaku pembimbing lapangan di PT. Tirta Investama
Pandaan.
6. Bapak Antok Wimbanu dan Bapak Yovi Kurniawan Putra yang telah
8. Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku yang tidak henti-hentinya memberikan doa,
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
membangun demi sempurnanya laporan ini. Besar harapan penulis agar laporab
Penulis,
Rusita Wiryanti
vi
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian................................................................. 4
C. Hipotesis ............................................................................... 28
vii
C. Populasi dan Sampel.............................................................. 29
G. Sumber Data.......................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian................................................................ 34
I. Instrumen Penelitian.............................................................. 35
J. Analisa Data.......................................................................... 36
D. Analisis Univariat.................................................................. 42
C. Analisis Univariat.................................................................. 48
A. Kesimpulan .................................................................................... 57
B. Saran.............................................................................................. 58
viii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 60
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Line 1 ......................................................................................... 43
Line 2 ......................................................................................... 44
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10. Data Hasil Penghitungan Composite Lifting Indeks (CLI) Line 1
Lampiran 11. Data Hasil Penghitungan Composite Lifting Indeks (CLI) Line 2
(sampel 1-17)
Lampiran 12. Data Hasil Penghitungan Composite Lifting Indeks (CLI) Line 2
(sampel 18-19)
xii
Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Hubungan Umur dengan Keluhan Sistem
Muskuloskeletal
Lampiran 18. Hasil Uji Statistik Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Keluhan
Sistem Muskuloskeletal
Lampiran 19. Hasil Uji Statistik Hubungan Composite Lifting Indeks (CLI)
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kita lihat dan kita rasakan saat ini. Diantaranya adalah di bidang industri.
proses pekerjaan menjadi lebih mudah demi tercapainya produktivitas yang dapat
bersaing dalam kualitas dan kuantitas. Namun disisi lain masih banyak pula
tenaga kerja, dalam arti penyakit akibat kerja masih banyak terjadi karena mereka
fisiologis sangat berpengaruh akan terjadinya penyakit akibat kerja. Maka dari itu
fisik, mental atau sosial. Beban fisik dapat ditemukan pada pekerja yang
Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih (Eko
xiv
Nurmianto, 1996). Kecelakaan yang terjadi pada bagian pengangkatan maupun
pemindahan secara manual diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan)
terutama pada bagian punggung. Berat beban yang diangkat serta frekuaensi
pengangkatan yang terlalu sering dapat meningkatkan resiko rasa nyeri. Selain itu
Di PT. Tirta Investama Pandaan terdapat berbagai macam proses produksi dan
sebagian besar menggunakan mesin. Namun ada pula yang masih menggunakan
bagian finishing. Pada bagian ini mulai dari penataan karton atau kardus hingga ke
bagian gallon, bagian finishing yaitu bagian pengangkatan gallon dari conveyor
penghitungan Lifting Indeks (LI) kepada pekerja sesuai dengan kondisi fisiknya
RWL dan LI diharapkan nanti manajemen dapat melakukan penerapan apa yang
sudah ada dengan baik bila hasilnya masih bagus. Namun apabila resiko tinggi
dapat bekerja secara aman dan nyaman tanpa timbul penyakit akibat kerja.
xv
Berkaitan dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis melaksanakan
B. Rumusan Masalah
apakah ada hubungan nilai Composite Lifting Indeks (CLI) pada bagian
C. Tujuan Penelitian
muskuloskeletal.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
xvi
b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang keselamatan dan
lingkungan kerja.
2. Bagi Perusahaan
meningkat.
4. Bagi Pembaca
xvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian
Recommended Weight Limit atau sering disingkat RWL adalah berat beban yang
masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja dalam waktu tertentu tanpa
meningkatkan resiko gangguan sakit pinggang (low back pain) (Waters, &
Anderson, 1996b dalam Tarwaka dkk, 2004). RWL merupakan salah satu metode
pekerjaannya.
b. Variabel Pengukuran
xviii
5) F : Frekuensi dan durasi dari pengangkatan (Frequency of lifting)
c. Rumus
5
Berdasarkan variabel tersebut, maka dapat dihitung RWL
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Dimana :
xix
3 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,55
ª untuk frequensi angkatan kurang dari sekali per 5 menit, F = 0,2 lift/min.
Tipe Coupling CM
V<75 cm V≥75 cm
xx
Jelek (Poor) 0,90 0,90
Selanjutnya, RWL digunakan dalam menentukan besarnya nilai Lifting Index (LI).
Lifting Index adalah estimasi sederhana terhadap resiko cedera yang diakibatkan
oleh overexertion. Berdasarkan berat beban dan nilai RWL, dapat ditentukan
Berat Beban
LI = ≤3,0
RWL
Aktivitas mengangkat dengan LI >1 (moderately stressful task), akan
meningkatkan resiko terhadap keluhan sakit pinggang (low back pain), oleh
karena itu, maka beban kerja harus didesain sedemikian rupa sehingga nilai LI ≤1.
Beban kerja dengan nilai LI >1, mengandung resiko keluhan sakit pinggang,
sedangkan untuk nilai LI >3 (highly stressful task), sudah dapat dipastikan
terjadinya overexertion (Waters & Anderson, 1996b dalam Tarwaka dkk, 2004).
Namun penentuan besarnya Lifting Indeks (LI) disesuaikan dengan jenis tugasnya
termasuk single task atau multi task. Single task berarti pekerja memindahkan
benda hanya di satu titik dan untuk pengukurannya digunakan Lifting Indeks.
Sedangkan untuk multi task, pekerja memindahkan benda ke banyak titik dan
dari satu tugas ke tugas lain atau hanya ada satu tugas.
xxi
Sedangkan untuk multi task didefinisikan sebagai pekerjaan dimana terdapat
perbedaan yang signifikan dalam variabel tugas yang satu dengan lainnya. Ini
lebih sulit dalam menganalisa karena setiap tugas harus dianalisa secara terpisah.
Oleh karena itu, diperlukan prosedur khusus yang digunakan untuk menganalisa
FIRWL = 23 x HM x VM x DM x AM x CM
STRWL = FIRWL x FM
e. Memberi nomor pekerjaan baru. Dimulai dengan nilai STLI paling besar
Dimana :
1 1
^FILI 2 = (FILI2 x ( - ))
FM1,2 FM1
1 1
^FILI 3 = (FILI3 x ( - ))
FM1,2,3 FM1,2
1 1
^FILIn = (FILIn x ( - ))
FM1,2,3, n FM1,2, n
xxii
3. Ergonomi
a. Pengertian
serta desain dari objek yang digunakannya. Pada dasarnya kita boleh mengambil
definisi ergonomi dari mana saja, namun demikian perlu kita sesuaikan dengan
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka,
2004).
Sedangkan yang dimaksud dengan kualitas hidup manusia pekerja sesuai yang
sebagai berikut :
2) Work should leave the worker with free time for rest and leisure.
3) Work should enable the worker to serve society and achieve self-fulfillment by
xxiii
Dengan demikian pencapaian hidup secara optimal, baik di tempat kerja, di
penerapan ergonomi.
b. Tujuan Ergonomi
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
jaminan sosial baik baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
tidak produktif.
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
a. Pengertian
utama untuk membawa suatu objek dari satu ke lokasi tujuan tertentu. Kelas
1) Mengangkut kelas A
xxiv
Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek dari suatu
2) Mengangkut kelas B
3) Mengangkut kelas C
barang atau material dari suatu tempat ke tempat yang lain. Aktivitas manual
b. Klasifikasi Angkat-Angkut
1) Mengangkat/menurunkan (Lifting/lowering)
yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan
barang.
2) Mendorong/menarik (Push/pull)
xxv
Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan
3) Memutar (Twisting)
Merupakan kegiatan yang memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi,
4) Membawa (Carrying)
5) Menahan (Holding)
2) Lengan harus sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus
xxvi
6) Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, sedangkan gaya
7) Beban diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
1) Karakteristik pekerja
2) Karakteristik material
dilakukan.
4) Sikap kerja
xxvii
tersebut meliputi pada : individu (ukuran metode operasional seperti :
administrasi.
prosedur dan standar yang telah ditentukan seperti peregangan otot yang
berulang (otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus), sikap
membungkuk, kepala terangkat), posisi bagian tubuh jauh dari pusat gravitasi
tubuh maka timbullah keluhan otot skeletal (Peter Vi, 2000 dalam Tarwaka dkk,
2004).
5. Kapasitas Kerja
Tujuan ergonomi dapat dicapai dengan perlunya keserasian antara pekerja dengan
a. Umur
tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun
sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kertja fisik seseorang yang berumur lebih
dari 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun.
xxviii
Bertanbahnya umur akan diikuti penurunan VO2 max, tajam penglihatan,
(Astrand & Rodahl, 1977, Gradjean, 1993, Genaidy, 1996 dan Konz, 1996 dalam
b. Jenis Kelamin
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik dua per tiga dari
kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu wanita
lebih teliti dari laki-laki. Menurut Konz (1996) untuk kerja fisik wanita
mempunyai VO2 max 15-30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi tersebut
menyebabkan presentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dan kadar Hb darah
sebesar 2,4 L/menit, sedangkan pada laki-laki sedikit lebih tinggi yaitu 3,0
L/menit (Waters & Bhattacharya, 1996). Di samping itu bahwa seorang wanita
lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu panas (Priatna, 1990). Hal tersebut
disebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang
lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki. Akibatnya pekerja
wanita akan memberikan lebih banyak reaksi perifer bila bekerja pada cuaca
panas. Dari uraian tersebut jelas bahwa untuk mendapatkan daya kerja yang tinggi
maka harus diusahakan pembagian tugas antara pria dengan wanita sesuai dengan
c. Antropometri
xxix
Menurut Pulat (1992), data antropometri dapat digunakan untuk mendesain
pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-
Dalam melakukan pekerjaan maka tubuh perlu energi yang didapatkan dari
terpenuhinya nutrisi makanan. Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi
berhubungan erat satu sama lain dan berpengaruh terhadap produktivitas dan
efisiensi kerja.
e. Kesegaran jasmani
adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan
penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan
aktivitas berikutnya.
jasmani seseorang ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot dan ketahanan
a. Pengertian
Handling Society bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang
xxx
meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), Pengepakan (packaging),
bentuknya.(Wignjosoebroto, 1996).
Pengangkatan dan pemindahan material atau bahan secara manual akan selalu
melibatkan tenaga manusia. Dalam memindahkan material dari tempat yang satu
kekuatan tangan, kaki, badan serta bagaimana cara mengambil posisi. Selain itu
Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu
kg.
xxxi
Batasan-batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri,
ngilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to
Nurmianto, 1996).
Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas
sebagaimana dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini
xxxii
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk
height).
c. Faktor Resiko
sebagai berikut :
1) Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan
operator.
3) Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan
memiliki pusat massa (centre of gravity) yang letaknya jauh dari badan
(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada
5) Beban puntir (twisting load) pada badan operator selama aktivitas angkat
beban.
xxxiii
6) Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk
kelicinan lantai.
14) Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan
membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada
vertebral disc dan intervertebral disc pada vertebral column bagian punggung.
7. Keluhan Muskuloskeletal
a. Pengertian
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
xxxiv
muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka dkk 2004).
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karene konstraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot
maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah
karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993 dalam
punggung, nyeri pinggang, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku,
lengan dan kaki. Ada empat faktor yang dapat meningkatkan timbulnya MSDs
yaitu postur yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali
dan lamanya waktu kerja atau durasi waktu (www.depkes.go.id, 2009). Keluhan
xxxv
muskuloskeletal yang dialami pekerja dari yang ringan hingga berat pada akhirnya
yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban
yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga
yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat
2) Aktivitas berulang
sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi
xxxvi
pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis &
McCnville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000) dalam Tarwaka,
dkk (2004).
a) Tekanan
b) Getaran
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot
c) Mikroklimat
Rodhl, 1977; Pulat, 1992; Wilson & Corlett, 1992 dalam Tarwaka dkk,
2004).
5) Penyebab kombinasi
xxxvii
angkat-angkut di bawah tekanan panas matahari seperti yang dilakukan oleh para
tersebut di atas, beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh
juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal (Tarwaka dkk,
2004).
ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan
otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan
berbagai faktor subyektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan
(Waters & Anderson, 1996a) dalam Tarwaka, dkk (2004) Alat ukur ergonomik
1) Cheklist
2) Model biomekanik
3) Tabel psikofisik
4) Model fisik
xxxviii
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health
penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat
kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja) (Grandjean, 1993;
Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996; Manuaba, 2000; Peter Vi,
2000) dalm Tarwaka dkk (2004). Langkah preventif ini dimaksudkan untuk
mengeliminir overexertion dan mencegah adanya sikap kerja yang tidak alamiah.
1) Rekayasa teknik
2) Rekayasa manajemen
pendidikan dan pelatihan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang
angkat-angkut material secara manual, berat bahan dan alat serta alat tangan.
Melalui Nordic Body Map (NBM) dapat diketahui bagian-bagian otot yang
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak
sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Dengan melihat dan menganalisis peta
tubuh (NBM) maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang
xxxix
B. Kerangka Pemikiran
Faktor Faktor
Internal : Eksternal:
Umur, Mikroklimat,
IMT, jenis
MSDs getaran
≠ MSDs
CLI kelamin
xl
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
xli
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1989).
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional karena variabel sebab dan
akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo,
2004)
B. Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil survey populasi pekerja palleting area 5 gallon di PT. Tirta
Investama Pandaan diperoleh populasi sebanyak 51 orang (2 line) dan dari jumlah
xlii
1. Pekerja palleting line 1 ada 20 sampel
6. Lama bekerja 6-8 jam sehari dengan 7 jam bekerja dan 1 jam istirahat.
D. Teknik Sampling
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi (Notoatmojo,
2002).
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Composite Lifting
xliii
Indeks (CLI) dengan mengukur jarak horisontal (HM), jarak vertikal (VM), jarak
Limit (RWL) dan untuk menentukan nilai Composite Lifting Indeks (CLI).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan
3. Variabel Pengganggu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada
dua, yaitu :
Recommended Weight Limit adalah berat beban yang masih aman untuk
gangguan sakit pinggang (low back pain) (Waters, & Anderson, 1996b dalam
xliv
Skala pengukuran : Interval
2. Lifting Indeks
Lifting Index adalah estimasi sederhana terhadap resiko cedera yang diakibatkan
oleh overexertion. Apabila jenis pekerjaan termasuk multi task maka akan dicari
3. Keluhan Muskuloskeletal
dirasakan oleh subjek mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
C. Apabila pekerja merasakan sakit dan sering kali menggangu pekerjaan dan
D. Apabila pekerja merasakan keluhan sangat sakit dan tidak hilang dalam jangka
4. Jenis Kelamin
xlv
Jenis kelamin adalah salah satu identitas dari sampel penelitian berdasarkan kartu
5. Usia
Usia merupakan waktu yang dihitung mulai dari tahun kelahiran sampai hari pada
6. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit adalah suatu penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh
tenaga kerja.
7. Status Gizi
Status gizi merupaka keadaan gizi pekerja yang dapat diukur dengan Indeks Masa
Tubuh. Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat diukur dengan berat badan (kg) dibagi
8. Waktu Kerja
Waktu kerja adalah waktu dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan. Lamanya
dapat dihitung dari mulai bekerja sampai pekerjaan selesai.Di sini durasi waktu
kerja yang diukur adalah pada saat satu kali rolling yaitu 30 menit.
G. Sumber Data
Data dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap pekerja yang ada di
xlvi
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari penelitian ini dilakukan pada awal pelaksanaan program
magang yaitu awal bulan Februari 2010 selama kurang lebih 2 minggu untuk
2. Tahap Pelaksanaan
dimulai dari pekerja yang bekerja pada shift pagi dan siang. Sedangkan untuk
pekerja shift malam, pengukuran diambil pada saat pekerja masuk pagi (Jadwal
xlvii
Data yang diperoleh setelah melakukan pengukuran kemudian dianalisis dengan
analisa univariat dan bivariat. Analisa bivariat menggunakan program SPSS versi
I. Instrumen Penelitian
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan
1. Meteran rol, untuk mengukur jarak pada proses pemindahan benda atau proses
angkat-angkut.
2. Stop watch, untuk mengukur berapa kali pengangkatan dalam satu menit.
3. Timbangan berat badan, untuk mengukur berat badan pekerja yang dilengkapi
Pengukuran RWL).
Muskuloskeletal).
xlviii
J. Analisa Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
komputer SPSS versi 12.0, dengan tingkat signifikansi 95%. Untuk menilai
a. Jika kekuatan korelasi (r) 0,00-0,25 hasil uji dikatakan bahwa tidak ada
b. Jika kekuatan korelasi (r) 0,26-0,50 hasil uji dikatakan bahwa hubungan
sedang.
c. Jika kekuatan korelasi (r) 0,51-0,75 hasil uji dikatakan bahwa hubungan kuat.
d. Jika kekuatan korelasi (r) 0,76-1,00 hasil uji dikatakan bahwa hubungan
xlix
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan pada tanggal 1 Februari-30 April
2010 di PT. Tirta Investama Pandaan telah didapatkan gambaran tentang proses
conveyor setelah gallon selesai dari proses pengisian dan penyegelan. Gallon-
gallon tersebut ditata di atas pallet menjadi 3 tumpukan dan setiap tumpukan
terdiri dari 16 gallon. Jadi dalam satu pallet terdapat 48 buah gallon. Setelah
didistribusikan.
gallon/jam dan line 2 mempunyai kapasitas mesin 1200 gallon/jam. Pada line 1,
satu pekerja menyelesaikan satu pallet sedangkan untuk line 2, satu pallet
melakukan rolling atau pergantian pekerja setiap 30 menit dan pekerja yang
selesai palleting dapat istirahat sebentar setelah itu pekerja melakukan infeed
gallon yaitu memberikan gallon ke pekerja visual control I sebelum gallon masuk
l
37
li
lii
Gambar 3. Ilustrasi Proses Pengangkatan Pada Produksi 5 Gallon
SAGITAL PLANE
MID POINT
BETWEEN ANKLE
BONES
FRONTAL FRONTAL
PLANE
POINT OF
PROJECTION SAGITAL
liii
B. Hasil Penghitungan Recommended Weight Limit (RWL) dan Composite
Recommended Weight Limit (RWL) dan nilai Composite Lifting Indeks (CLI) dari
pekerja finshing 5 gallon line 1 dan 2 didapatkan hasil penghitungan yaitu pada
line 1 nilai Composite Lifting Indeks (CLI) antara 7,46-8,66 sedangkan pada line 2
nilai Composite Lifting Indeks (CLI) antara 7,46-8,67. (Data hasil pengukurannya
melakukan pekerjaan. Dari kuesioner tersebut dibuat total score dengan skala
Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh nilai antara 55-81 untuk line 1 dan 55-84
untuk line 2. Kebanyakan keluhan yang dialami pekerja adalah pada bagian
liv
D. Analisis Univariat
1. Umur
Umur sample yang digunakan dalam penelitian ini antara 19-34 tahun untuk
pekerja line 1 (Lampiran 1. Data Umur Tenaga Kerja Line 1) dan untuk pekerja
line 2 umur antara 19-30 tahun (Lampiran 2. Data Umur Tenaga Kerja Line 2).
Indeks Massa Tubuh dari sample penelitian diperoleh hasil antara 15,39-25,07
pada line 1 (Lampiran 3. Data Indeks Massa Tubuh Line 1) dan antara 16,53-
26,08 pada line 2 (Lampiran 4. Data Indeks Massa Tubuh Line 2).
Rangkaian pengukuran dan observasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut
dan H = (25 + 26/2) untuk dasar tumpukan. Nilai 26 diukur dari diameter
dilakukan tiap satu menit selama tiga kali kemudian diambil rata-rata. Hasil
lv
frekuensi adalah antara 10-15 kali. Untuk Frequency Multiplier (FM) dapat
pekerja lain.
E. Analisis Bivariat
Massa Tubuh (IMT) dan Composite Lifting Indeks (CLI) pada masing-masing
lvi
Deviasi Corelation (r)
Muskuloskeletal Line 1
Tubuh
Muskuloskeletal Line 2
Tubuh
lvii
Deviasi Corelation (r)
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai proses kerja pekerja
palleting pada area 5 gallon PT. Tirta Investama Pandaan mengenai kondisi
lviii
1. Kondisi tempat kerja area 5 gallon
Kondisi tempat kerja di area 5 gallon PT. Tirta Investama Pandaan tidak begitu
luas karena menjadi satu dengan proses produksi 600 ml atau yang terkadang juga
produksi botol kaca. Selain itu juga gudang penyimpanan gallon yang siap
didistribusikan juga berada di area itu. Hal ini menyebabkan tempat kerja terasa
sempit. Tempat kerja licin, basah dan lembab karena banyaknya air yang tumpah
akibat proses reject gallon yang mengharuskan membuang air ke dalam saluran
pipa dan juga terkadang pada saat proses palleting air dari gallon juga ada yang
terjatuh dan terpeleset. Selain itu banyaknya forklift yang lalu-lalang juga dapat
membahayakan pekerja maupun orang-orang yang berada di area itu karena rawan
kecepatan mesin yang berbeda-beda. Jenis tugasnya yaitu multi task karena
Dilihat dari posisi pekerja dalam mengangkat gallon, pekerja mengangkat gallon
lix
kemudian istirahat sebelum dilanjutkan ke tumpukan ke dua. Hal ini tidak
oleh Gibson (1992) dalam Tarwaka, dkk (2004) yang mengemukakan bahwa bila
tenaga kerja mengangkat barang sambil membungkuk, tekanan yang besar terjadi
didapatkan hasil score yaitu 55-81 untuk line 1 dan 55-84 untuk line 2. Hal ini
berarti penilaian masih dalam kriteria keluhan ringan (antara 29-56) dan keluhan
sedang (antara 57-84) berdasarkan skala penilaian score. Maka dari itu diperlukan
C. Analisis Univariat
1. Umur
Umur sampel yang diambil adalah 19-34 tahun dan jenis kelamin pria. Umur
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot. Umur sampel dalam
penelitian tersebut masih mampu dalam melakukan aktifitas angkat. Hanya saja
pekerja yang sudah tua melakukan frekuensi pengangkatan yang lebih sedikit
lx
dibandingkan dengan pekerja yang masih muda. Selain itu juga pekerja yang
sudah tua mempunyai keluhan kelelahan yang lebih tinggi disbanding yang masih
muda.
Indeks Massa Tubuh (IMT) pekerja antara 15,39-26,08. Sedangkan kriteria IMT
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
Berarti IMT sampel penelitian ini bervariasi mulai dari kurus, normal hingga
gemuk. Dengan adanya pengukuran IMT maka maka dapat ditentukan status gizi
seseorang. Tingkat gizi terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor
penentu derajat produktivitas kerja dan hal ini akan berpengaruh terhadap
keluhan-keluhan yang dialami pekerja. Maka dengan adanya pengukuran IMT ini
diharapkan akan digunakan sebagai acuan perlu tidaknya diberikan asupan gizi
lxi
a. Jarak Horisontal
penentuan jarak horizontal ini tidak diukur namun diestimasi dengan menggunkan
rumus. Jarak horizontal ini untuk menentukan nilai Horizontal Multiplier (HM).
b. Jarak Vertkal
Variabel jarak vertikal (V) digunakan untuk menentukan nilai Vertical Multiplier
dengan posisi menginjak pallet atau menginjak pijakan yang dibuat setinggi
pallet.
c. Destination
Jarak lintasan atau destination (D) dihitung berdasarkan nilai dari jarak vertikal.
V di tempat tujuan dan jika nilai D kurang dari 25 cm maka diasumsikan menjadi
d. Frekuensi
Frekuensi pengangkatan gallon termasuk cepat. Namun hal ini tergantung dari
banyaknya gallon dari mesin. Apabila banyak maka frekuensi pengangkatan pun
menjadi cepat. Rata-rata frekunsi pengangkatan 10-12 kali per menit. Namun
lxii
ada juga yang sampai 15 kali atau lebih pengangkatan per menit sehingga faktor
pengali dari frekuensi (FM) berdasarkan tabel berada pada angka 0 sehingga nilai
RWL dan CLI tidak dapat dihitung. Hal ini sudah tidak diperkenankan lagi.
Besarnya sudut pemindahan beban ini adalh 45˚. Besar sudut ini untuk
dua tangan dengan memegang leher gallon dan bagian bawah. Namun dalam
Lifting Indeks (CLI) didapatkan hasil CLI adalah untuk line 1 sebesar 7,46-8,66
multi task. Nilai RWL dan LI dianalisa tiap tumpukan kemudian dilakukan
Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan nilai CLI yang melebihi kriteria yaitu
≥ 3 baik itu pada line 1 maupun line 2. Padahal nilai yang diperkenankan adalah <
3. Ini berarti dari 24 sampel di line1 dan 27 sampel di line 2 didapatkan kategori
CLI yang high risk. Berdasarkan NIOSH, tugas pengangkatan dengan LI > 1
lxiii
memiliki peningkatan resiko sakit punggung bawah akibat pengangkatan bagi
dirancang agar memiliki LI bernilai 1 atau kurang. Para ahli sepakat bahwa
melebihi 3.
Dari uraian tersebut pekerja mengalami high risk atau high risk stressful task dan
kaki, seperti yang terlihat pada lampiran 14 dan 15. Maka perlu dilakukan usaha
D. Analisis Bivariat
a. Pada line 1 nilai pearson correlation (r) sebesar 0,101 dan p = 0,672
b. Pada line 2 nilai pearson correlation (r) sebesar 0,058 dan p = 0,815
Artinya hasil uji statistik dari kedua line tidak signifikan dilihat dari nilai p > 0,05
(Hastono, 2001). Berdasrkan nilai kekuatan korelasi (r) hasil uji antara umur
dengan keluhan muskuloskeletal adalah tidak ada hubungan atau hubungan lemah
yaitu antara 0,00-0,25 (Colton). Sedangkan arah hubungan adalah positif. Hal ini
berarti semakin tinggi umur maka keluhan muskuloskeletal juga semakin tinggi.
lxiv
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori penelitian sebelumya yang dikemukakan
oleh Rihimaki et all. (1989) dalam Tarwaka (2004) yang menjelaskan bahwa
umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama
untuk otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa
umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. Hal ini dikarenakan
sampel yang digunakan dalam penelitian rata-rata masih 26 tahun untuk line 1 dan
23 tahun untuk line 2. Pada saat rentang umur tersebut, sistem muskuloskeletalnya
masih tergolong baik sehingga masih kuat atau tahan dalam melakukan aktivitas
tanpa timbul gangguan dan umur tersebut masih termasuk usia produktif.
menurun dan banyak keluhan yang timbul setelah melakukan pekerjaan. Jadi
yang lemah.
Dari hasil uji statistik antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan skor keluhan
muskuloskeletal didapatkan :
a. Pada line 1 nilai pearson correlation (r) sebesar 0,120 dan p = 0,614
b. Pada line 2 nilai pearson correlation (r) sebesar 0,169 dan p = 0,489
Artinya hasil uji statistik tersebut tidak signifikan dilihat dari besarnya nilai p >
0,05 (Hastono, 2001). Berdasarkan nilai kekuatan korelasi (r), hasil uji statistik
antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan keluhan muskuloskeletal pada kedua
line adalah tidak ada hubungan atau hubungan lemah, yaitu antara 0,00-0,25
lxv
(Colton). Namun kontribusi nilai IMT terhadap keluahan muskuloskeletal pada
line 1 sebesar 12% dan line 2 sebesar 16,9%, yang artinya tidak terlalu besar
pengaruhnya. Sedangkan nilai positif pada (r) menunjukkan arah hubungan yang
positif. Berarti semakin tinggi IMT maka semakin meningkatkan resiko keluhan
muskuloskeletal.
Dalam penelitian ini tinggi sampel antara 155-175 cm. Sesuai dengan teori dalam
menderita keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh
Muskuloskeletal
dengan menghitung nilai RWL dan CLI dengan variabel terikat yaitu keluhan
a. Pada line 1 nilai pearson correlation (r) sebesar 0,506 dan p = 0,023
b. Pada line 2 nilai pearson correlation (r) sebesar 0,542 dan p = 0,017
Hasil uji statistik tersebut berarti menunjukkan hubungan yang signifikan pada
masing-masing line dilihat dari 0,01 < p ≤ 0,05 (Hastono, 2001). Sedangkan
yang kuat. Kontribusi nilai CLI terhadap keluhan muskuloskeletal adalah sebesar
lxvi
50,6% dan 54,2 % dan sisanya disebabkan oleh faktor lain.. sedangkan arah
hubungan yang positif berarti semakin tinggi nilai CLI maka akan semakin
besar line 2. Pada line 2 mempunyai nilai CLI dan rata-rata hasil kuesioner yang
Teori menyebutkan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah seperti punggung
posisi bagian dari pusat gravitasi tubuh maka semakin tinggi pula resiko
terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak tidak alamiah ini pada umunya
karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan
1996; Watrs & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000 dalam Tarwaka dkk, 2004).
lxvii
Alternatif modifikasi RWL yang dapat dilakukan antara lain dengan mengurangi
6-10 kali per menit. Selain itu juga mengurangi tinggi vertikal di originnya yang
akan mempengaruhi nilai destinasi serta nilai mengurangi jarak horisontal pada
Penambahan scissors table pada pallet yang dibuat sejajar conveyor sehingga
tinggi pada tumpukan ke tiga menjadi turun ke tumpukan ke dua dan tumpukan
vertikal di daerah tujuan sehingga nilai Vertical Multiplier (VM) akan meningkat.
Selain itu juga dapat mengurangi pergerakan yang berlebihan karena pekerja tidak
akan merasa kesulitan pada saat menurunkan atau menaikkan beban ke dalam
pallet.
lxviii
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasrkan data dan pembahasan penelitian yang dilakukan pada bagian palleting
area 5 gallon di PT. Tirta Investama Pandaan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Pandaan yang dilihat dari nilai 0,01 < p ≤ 0,05. Hasil uji statistik nilai CLI
diperoleh nilai pearson correlation (r) = 0,506 untuk line 1 dan r = 0,542 untuk
line 2. Hal ini berarti ada hubungan yang kuat atau pengaruh anatara CLI dan
lxix
keluhan sistem muskuloskeletal. Nilai CLI pada line 1 memberikan kontribusi
sebesar 50,6% dan pada line 2 memberikan kontribusi sebesar 54,2% terhadap
2. Dalam aktivitas kerjanya pada saat proses palleting dilakukan dengan cara
3. Uji statistik dengan variabel umur yang menjadi variabel pengganggu dalam
yang tidak signifikan atau hubungan yang lemah dengan nilai r = 0,101 untuk
muskuloskeletal dengan tingkat korelasi yang lemah yaitu nilai r = untuk line 1
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat rekomendasi atau saran bagi pekerja
lxx
2. Mengurangi frekuensi pengangkatan gallon, misalnya dalam satu menit rata-
rata pengangkatan sebanya 6-10 kali. Hal ini dapat dilakukan dengan satu
pallet dikerjakan dua orang atau bisa juga dengan melakukan palleting
table yang tingginya sejajar tinggi conveyor sehingga pekerja tidak mengalami
kesulitan saat menurunkan atau menaikkan beban. Selain itu juga dapat
yang benar dan memberikan informasi tentang akibat dari cara mengangkat
yang salah.
5. Menerapkan pola hidup sehat dengan makan menu makanan begizi, istirahat
lxxi
DAFTAR PUSTAKA
Doni Risdianto, 2006. Perhitungan Beban Kerja Pada Line Finishing. Pandaan.
lxxii
Soekidjo Notoatmojo, 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : CV.
Rineka Cipta.
Pusat Departemen Kesehatan RI. 2009. Ergonomi.
www.depkes.go.id/downloads/ergonomi.pdf. Diakses tanggal 20 April
2010.
Ridley John. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar. Jakarta :
Erlangga.
Selviana Rachmawati, 2006. ”Hubungan Antara Berat Beban, Frekuensi Angkat
dan Jarak Angkut dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Buruh Angkut di
Stasiun Tawang”. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta.
Suhardi Bambang, 2008. Buku Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan.
Suma’mur P.K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Gunung Agung.
Sumadi Suryabrata, 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rajawali.
Sumardiyono, 2010. Biostatistik Penelitian Bidang Hiperkes. Surakarta : UNS
Press
Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Uniba
Press.
Thomas R. Waters, Vern Putz Anderson, Arun Garg, 1994. Aplications Manual
for The Revised NIOSH Lifting Equation.www.cdc.gov/NIOSH/html.
Diakses tanggal 23 April 2010.
lxxiii