Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

Komoditas Teh (Camellia Sinensis L)

Nama Kelompok:

1. Devi Puspitasari (361841311082)


2. Yunita Alfina Puspita Sari (361841311076)
3. Sandra Dewi Maharani (361841311074)
4. Firman Hidayat (361841311077)
5. Arifian Syaif Hidayat (361841311072)
6. Guntur Prasetyo (361841311083)

Dosen Pembimbing: Mohamad Ilham Hilal, S.ST., M.ST

PROGRAM STUDI D4 AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3


2.1 Sejarah Teh ..................................................................................................................3
2.1.1 Nama Teh .........................................................................................................3
2.1.2 Perkembangan Teh di Indonesia ......................................................................4
2.1.3 Persebaran Kebun Teh di Indonesia .................................................................4
2.2 Manfaat Teh ................................................................................................................5
2.3 Manajemen Budidaya Tanaman Teh ..........................................................................7
2.3.1 Persiapan Lahan ............................................................................................... 8
2.3.2 Pembibitan .......................................................................................................9
2.3.3 Penanaman .......................................................................................................12
2.3.4 Pemeliharaan ....................................................................................................14
2.3.5 Pemetikan .........................................................................................................18
2.3.6 Pasca Panen ......................................................................................................20
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................22
3.2 Saran ............................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................24

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Produksi
Tanaman Perkebunan Komoditas Teh (Camellia Sinensis L)”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Produksi Tanaman Perkebunan.

Tim penulis menyadari, bahwa selama penulisan makalah ini tim penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Dosen mata kuliah yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini;
2. Anggota kelompok yang telah membantu dalam menyusun makalah ini; dan
3. Semua pihak yang tidak bisa tim penulis sebut satu persatu.

Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi
sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi pembaca. Aamiin.

Banyuwangi, 01 Oktober 2019

Tim Penulis

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman teh (camellia sinensis) merupakan tanaman yang banyak ditanam di
berbagai negara di dunia sejak zaman dahulu. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik di
daerah yang beriklim sejuk. Keaadaan geografis di indonesia yang sebagian terdiri dari
pegunungan merupakan daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanamn teh, maka
tidaklah mengherankan bila produksi teh di jadikan industri rumah tangga (home
industry) ataupun industri besar di indonesia (Antoni Ludfi Arifin, 2007). Teh
dikelompokkan berdasarkan cara pengolahannya yang dilakukan dengan cara oksidasi,
yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Ketiganya berasal dari daun teh yang sama.
Namun karena cara pengolahannya berbeda, maka memiliki komposisi kimia dan rasa
yang berbeda (Arif Hartoyo, 2003; Tourle, 2004).
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang termasuk dalam kelas
Dicotyledoneae, family Theaceae dan genus Camellia. Tanaman teh dibagi menjadi
dalam tiga varietas, yaitu Assamica, Cambodia, dan Sinensis (Nazaruddin dan Paimin,
1993).
Komoditi teh mempunyai arti penting dalam perekonomian indonesia karena
merupakan sumber devisa non migas yang cukup besar serta banyak menyerap tenaga
kerja sehingga bersifat padar karya. Indeks tenaga kerja teh mencapai 1,5 – 2,0 yang
berarti tiap 1.000 ha perkebunan teh menyerap tenaga kerja sebanyak 1.500 – 2.000
orang (Iskandar, 1988).
Pengelolaan kebun teh bertujuan untuk mencapai produksi yang optimal dengan
memperhatikan segi kualitas yang baik. Manajemen yang diterapkan dalam pengelolaan
kebun teh mulai dari pemeliharaan sampai panen, pemetikan pucuk teh dan
pengelolaanya sangat menentukan tingkat produksi dan kualitas hasil.
Tingkat produktivitas teh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah iklim,
teknik budidaya (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama
penyakit), pemetikan, tenaga kerja dan kondisi internal seperti manajemen dalam
perkebunan tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan tanaman perkebunan komoditas teh?
2. Apa manfaat tanaman perkebunan komoditas teh?
3. Bagaimana cara manajemen budidaya tanaman perkebunan komoditas teh?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui sejarah perkembangan tanaman perkebunan komoditas teh.
2. Mengetahui manfaat tanaman perkebunan komoditas teh.
3. Mengetahui cara manajemen budidaya tanaman perkebunan komoditas teh).

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun untuk mengetahui tentang tanaman perkebunan khususnya
komoditas teh dalam suatu perusahaan, sehingga SDM (Sumber Daya Manusia) yang
bergerak didalamnya atau siapapun yang ingin mempelajari tentang tanaman teh bisa
dengan mudah memahami dan mengetahui tentang tanaman teh. Adapun hal yang dimuat
dalam makalah ini meliputi, sejarah tanaman teh, manfaat tanaman teh dan manajemen
budidaya tanaman teh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Teh


Pada umumnya tanaman teh berasal dari pegunungan antara Tibet dan Republik
Rakyat Cina (RRC) sebelah selatan, yaitu di daerah antara 25-53 derajat lintang utara, dan
antara garis katulistiwa 95-105 derajat. Hingga sekarang provinsi Szechwan merupakan salah
satu daerah teh yang terbesar di Asia Tenggara. (Spillane, 1992).
Ada beberapa versi cerita legenda tentang pertama kali ditemukannya tanaman teh.
Namun yang paling terkenal adalah legenda Khaisar Shen Nun di Cina pada tahun 2737 SM.
Saat melakukan sebuah perjalanan di pinggiran kerajaan, Sang Kaisar memasak air untuk
minum seperti kebiasaannya. Kemudaian ada beberapa daun yang terbang tertiup angin dan
tanpa sengaja masuk ke dalam air yang dijerang.
Air pun berubah warna akibat masuknya dedaunan tersebut. Namun setelah dicicipi
ternyata punya ciri aroma dan rasa yang khas. Maka sejak itulah dikenal minuman teh di
Cina. Bahkan berkembang banyak teknik mengolah daun dan menyeduhnya untuk
mendapatkan aroma dan cita rasa terbaik. Selama Dinasti Sung (937-1279) sajian teh adalah
bentuk seni dan hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan dan elit saja. (Sujayanto, 2008).
Di negeri Jepang tanaman teh untuk pertama kali ditanam pada tahun 800, dimana
bijinya di datangkan dari Tiongkok. Kemudian pada Abad VI pedagang-pedagang Turki yang
sudah mengadakan hubungan dengan Tiongkok, membawa teh ke negerinya, dan pada Abad
XVI, barulah hasil teh mulai dikenal orang di Eropa, yaitu setelah pendeta-pendeta kristiani,
yang datang kembali dari Tiongkok membawanya sebagai oleh-oleh. Pada tahun 1610 oleh
pedagang bangsa Belanda hasil teh dari Tiongkok mulai diperdagangkan di negeri Belanda
dan negeri – negeri lain di Eropa dan pada abad XVII orang inggris pun mulai banyak yang
mengkonsumsi teh. (Spillane, 1992).
2.1.1 Nama Teh
Nama asli teh hampir sama. Penutur bahasa Hokkien asal Xiamen menyebutnya
sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan Hong Kong menyebutnya
sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.
Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan te menurut bahasa Hokkien: bahasa
Afrikaans (tee), bahasa Armenia, bahasa Katalan (te), bahasa Denmark (te), bahasa Belanda
(thee), bahasa Inggris (tea), bahasa Esperanto (teo), bahasa Estonia (tee), bahasa Faroe (te),
bahasa Finlandia (tee), bahasa Perancis (thé), bahasa Frisia (tee), bahasa Galicia (té), bahasa
3
Jerman (Tee), bahasa Hongaria (tea), bahasa Islandia (te), bahasa Irlandia (tae), bahasa Italia
(tè), bahasa Latin (thea), bahasa Melayu (dan bahasa Indonesia) (teh), bahasa Norwegia (te),
bahasa Polandia (herbata dari bahasa Latin herba thea), bahasa Gaelik-Skotlandia (tì,
teatha), bahasa Sinhala, bahasa Spanyol (té), bahasa Swedia (te), bahasa Tamil (thè), bahasa
Wales (te), and bahasa Yiddish (tei).
2.1.2 Perkembangan Teh Di Indonesia
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1686, berupa biji teh dari jepang
yang dibawa oleh seorang Belanda bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman
hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat
perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di
Jakarta, setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda
yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan
dengan bibit teh dari Jepang.
Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan
pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Usaha perkebunan teh
pertama dipelopori oleh Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh pada
tahun 1828, yang kemudian digunakan sebagai dasar bagi usaha perkebunan teh di Jawa dan
sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada
masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus
ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stelsel). Pada masa kemerdekaan,
usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang,
perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta.
2.1.3 Persebaran Kebun Teh di Indonesia
Cukup banyak perkebunan teh di indonesia yang terkenal hingga ke mancanegara.
Bahkan ada yang termasuk perkebunan teh terluas nomer satu di dunia dan tertinggi nomer
dua di dunia.
Mayoritas dari kebun teh ini terletak di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Garut), Jawa
Tengah (pegunungan Dieng, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan), Sumatera Utara,
(Pematang Siantar), dan Sumatera Barat.
Beberapa nama perkebunan teh yang cukup terkenal di Indonesia, antara lain: kebun
teh Gunung Mas Puncak (Bogor), Cianten (Bogor), Wonosari (Malang, Jawa Timur),
Malabar (Boscha) (Bandung), Pagilaran (Batang), Jolotigo (Pekalongan), PTPN VIII Gede
(Tanawattee) (Cianjur), Gunung Dempo (Pagaralam), Tambi (Wonosobo), Tanjung Sari
(Wonosobo), Kayoe Aro (Kerinci, Jambi), dan lain sebagainya. Kebun Teh Kayoe Aro
4
sendiri merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah kebun teh Darjeeling di
Indonesia.
2.2 Manfaat Tanaman Teh
Teh (Camellia Sintesis ) adalah salah satu minuman yang sangat akrab dengan
kehidupan masyarakat indonesia. Teh yang sering dinikmati biasanya berasal dari teh hijau,
teh putih, teh oolong. Bentuk dan kepekatan warna teh ini berbeda-beda karena tingkat
oksidasinya yang berbeda. Teh memiliki kandungan utama polifenol (katekin), kafein, asam
amino, dan juga asam lemak omega-3 dan omega-6. Teh juga memiliki kandungan folat dan
beberapa mineral seperti magnesium, fosfor, kalium, mangan, dan fluoride. Setiap jenis teh
yang berasal dari camellia sinensis memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda. Berikut
adalah berbagai manfaat teh bagi kesehatan yang perlu diketahui:
a. Meningkatkan konsentrasi
Manfaat teh yang pertama adalah dapat meningkatkan konsentrasi. Teh memiliki
kandungan kafein dikenal dengan fungsinya untuk merangsang sistem saraf pusat dan
melancarkan peredaran darah ke otak. Hal inilah yang membuat kafein bisa membuat
kita lebih ‘melek’. Kandungan kafein teh lebih rendah daripada kopi dan justru
membuatnya lebih ideal untuk dikonsumsi.
b. Menjaga fungsi kognitif otak
Manfaat teh untuk otak tenyata bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi juga untuk
jangka panjang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam
teh hijau dapat melindungi otak dan menurukan risiko penyakit seperti Alzheimer dan
Parkinson yang merupakan penyakit neurodegeneratif.
c. Menjaga kesehatan gigi dan mulut
Menjaga kesehatan gigi dan mulut juga merupakan salah satu khasiat teh. Kandungan
antioksidan dalam teh juga dapat membunuh bakteri di mulut yang dapat menyebabkan
berbagai masalah gigi dan mulut. Konsumsi teh secara rutin dipercaya dapat menurunkan
risiko karies gigi, meningkatkan kesehatan gigi, dan mengatasi bau mulut.
d. Menurunkan risiko diabetes
Manfaat teh lainnya adalah dapat menurunkan risiko diabetes. Sebuah penelitian
membuktikan bahwa teh seperti teh hijau dan teh hitam memiliki kemampuan untuk
menurunkan gula darah. Teh dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin sehingga
diabetes pun dapat dicegah.

5
e. Menurunkan tekanan darah
Selain menurunkan kadar gula darah, teh juga mampu untuk membantu menurunkan
tekanan darah. Berdasarkan sebuah penelitian, konsumsi teh hitam rutin dapat
menurunkan tekanan dara sistolik dan diastolik. Selain konsumsi teh, perubahan pola
hidup yang lebih sehat juga wajib diterapkan untuk mendapatkan hasil yang
signifikan.
f. Menurunkan kolesterol
Manfaat teh selanjutnya adalah dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat
dalam darah. Kandungan antioksidan berperan penting lagi kali ini. Setelah
mengonsumsi teh, kadar antioksidan dalam darah akan meningkat sehingga kolesterol
jahat tidak teroksidasi.
g. Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
Teh juga mampu untuk mencegah penyakit kardiovaskular mulai dari gagal jantung,
serangan jantung, dan stroke. Manfaat teh satu ini tentunya juga dipengaruhi oleh
kemampuan teh untuk menurunkan tekanan darah dan juga kolesterol, karena kedua
kondisi tersebut merupakan kondisi yang dapat memicu gangguan kardiovaskular.
h. Mencegah kanker
Manfaat teh untuk kesehatan berikutnya adalah dapat mencegah kanker. Manfaat satu
ini masih dipengaruhi oleh kandungan antioksidan di dalamnya. Antioksidan dapat
membantu menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel yang
dapat menyebabkan kanker.
i. Membantu menurunkan berat badan
Manfaat teh untuk menurunkan berat badan juga sudah cukup populer. Teh yang
paling terkenal dapat menurunkan berat badan adalah teh hijau. Jenis teh yang satu ini
bahkan banyak terkandung dalam teh diet. Teh hijau dapat membantu meningkatkan
metabolisme tubuh dan membantu pembakaran lemak, terutama di bagian perut.
j. Menjaga saluran pencernaan
Selain membantu menurunkan berat badan. teh juga dapat membantu menjaga saluran
pencernaan. Terdapat berbagai macam bakteri yang bekerja dalam sistem pencernaan.
Polifenol yang ada dalam teh dapat meningkatkan produksi bakteri baik dan
mencegah perkembangan bakteri yang merugikan pencernaan.

6
k. Mengatasi pilek dan flu
Anda juga bisa mencoba teh sebagai salah satu obat untuk mengatasi pilek dan flu.
Antioksidan dalam teh dapat membantu mencegah infeksi akibat virus maupun
bakteri. Selain itu, secangkir teh hangat yang dicampur dengan perasan lemon juga
ampuh untuk mengatasi hidung yang tersumbat.
l. Menjaga kesehatan tulang dan sendi
Manfaat teh untuk kesehatan lainnya adalah dapat menjaga kesehatan tulang dan
sendi. Kandungan fitokimia yang ada dalam teh yang berperan dalam manfaat yang
satu ini. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kelompok orang yang mengonsumsi
teh setiap hari memiliki tulang dan sendi yang lebih kuat daripada yang tidak.
m. Mengatasi stres
Pernahkan Anda merasa lebih tenang setelah mengosumsi teh? Ya, salah satu manfaat
teh adalah dapat mengatasi stres. Teh mengandung asam amino L-theanine yang dapat
menurunkan stres. Konsumsi teh secara rutin diketahui menyebabkan penurunan
hormon kortisol yang merupakan hormon yang diproduksi ketika stres.
n. Membantu panjang umur
Berbagai khasiat teh untuk kesehatan membuat teh menjadi minuman yang dapat
memantu Anda memiliki umur lebih panjang. Perlu diketahui bahwa penyakit seperti
kanker, stoke, penyakit jantung merupakan penyakit dengan risiko kematian tinggi.
Sehingga jika Anda dapat menjaga kesehatan dengan konsumsi teh secara rutin, maka
risiko kematian juga akan menurun.
o. Menjaga kesehatan kulit
Teh juga memiliki manfaat untuk memelihara kesehatan kulit. Anda tentunya sudah
tidak asing dengan berbagai produk kecantikan dengan kandungan teh hijau. Terdapat
juga berbagai resep memanfaatkan teh basi untuk kulit wajah. Kandungan antioksidan
yang tinggi dalam teh memang membuat teh ampuh untuk mendapatkan kulit yang
lebih sehat dan mencegah penuaan.
2.3 Manajemen Budidaya Tanaman Teh

Manajemen atau pengelolaan budidaya tanaman teh sangat diperlukan dalam suatu
perkebunan, hal ini berguna sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas teh yang
dihasilkan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam budidaya tanaman teh diantaranya sebagai
berikut:

7
2.3.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke


akar agar tidak menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk penanaman baru
dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan pertanian lain, yang telah diubah dan
dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara umum urutan kerja persiapan lahan bagi penanaman
baru adalah sebagai berikut:

1. Survey dan pemetaan tanah


Suvey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam menetukan
sarana dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk
transportasi dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan
peta kemampuan lahan.
2. Pembongkaran pohon dan tunggul
Pelaksanaan pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan dengan tiga cara
berikut.
a. Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya,
agar tidak menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.
b. Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara
pengulitan pohon (ring barking), mulai dari batas permukaan tanah sampai
setinggi 1m. Setelah 6-12 bulan, pohon akan kering dan mati.
c. Pohon dimatikan dengan penggunaan racun kimia atau aborosida seperti
Natrium arsenat atau Garlon 480 P. Pada cara ini kulit batang dikupas
berkeliling selebar 10-20 cm, pada ketinggian 50-60 cm dari atas tanah,
kemudian diberikan racun dengan dosis 1,5 g/ cm lingkaran batang. Pohon
akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah cadangan pati dalam akar habis.
Batang ditebang pada batang leher akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm
dengan tanah.
3. Pembersihan semak belukar dan gulma
Setelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan pohon, semak belukar
dibabat, kemudian digulung kemudian dibuang ke jurang yang tidak ditanami teh,
akan ditumpuk di pinggir lahan yang akan ditanami. Sampah tersebut tidak boleh
dibakar karena pembakaran akan merusak keadaan teh, membunuh
mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar humus tanah, sehingga
akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan gulma dapat juga
8
menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah tercantum
dalam merk dagang.
4. Pengolahan tanah
Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan tanah menjadi subur, gembur dan
bersih dari sisa-sisa akar dan tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh.
Areal yang akan ditanami dicangkul sebanyak dua kali. Pencangkulan pertama
dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah, membersihkan sisa-sisa
akar dan gulma. Sedangkan pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu
pencangkulan pertama, dilakukan sedalam 40 cm untuk meratakan lahan.
5. Pembuatan jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan selesai selanjutnya dilakukan pengukuran dan pematokan.
Ajir/ patok dipasang setiap jarak 20 m, baik kearah panjang maupun kearah lebar.
Dengan demikian akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m
atau seluas 400 m2.
Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan jalan kebun. Dalam pembuatan
jalan kebun ini hendaknya dipertimbangkan faktor kemiringan lahan serta faktor
pekerjaan pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. Dengan demikian jalan kebun
dibuat secukupnya, tidak terlalu banyak yang menyebabkan tanah terbuang dan
tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan di kebun.
2.3.2 Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangakan perbanyakan
secara vegetative digunakan bahan tanaman asal stek berupa klon. Biji yang baik ditandai
dengan beberapa ciri, anata lain:
a. Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.
b. Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.
c. Mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air, sehingga apabila
dimasukkan kedalam air akan tenggelam.
d. Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.
e. Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah,
dikumpulkan secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik.
Sebaiknya biji segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh
mudah menjadi busuk.
9
1. Penyemaian biji
Persiapan lahan untuk persemaian harus dilaksanakan 6 bulan sebelum
penyemaian benih. Tanah dibersihkan dan cangkul sedalam 30 cm, kemudian
dibuat bedengan. Diantara bedengan dibuat saluran drainase untuk membuang
kelebihan air. Bedengan diberi atap naungan miring timur-barat dengan sudut
kemiringan 300. Pengecambahan biji dimaksudkan untuk memeperoleh biji yang
tumbuh seragam dan serempak sehingga memudahkan pemindahannya ke
persemaian bibit atau kekantong plastik.
2. Pemeliharaan dipersemaian bibit asal biji
Untuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh subur dan sehat serta terhindar
dari gangguan hama dan penyakit, bibit dipersemaikan harus dijaga dengan baik.
Pemeliharaan bibit terdiri atas:
a. Penyiraman
b. Penyulaman
c. Penyiangan
d. Pemupukan
e. Pengendalian hama dan penyakit
f. Pengaturan naungan
3. Pemindahan bibit ke lapangan
Setelah bibit berumur dua tahun, benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari
pensil, dapat dibongkar untuk dipindahkan ke kebun.
Cara pembongkaran bibit adalah sebagai berikut:
a. Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong setinggi 15-20 cm dari
permukaan tanah.
b. Bibit dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm,
selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar serabut yang
terlalu panjang bisa dipotong
c. Bibit ini disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga
dikebun yang telah dipersiapkan
d. Bibit yang ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak digunakan
Pertanaman teh diarahkan pada cara memperoleh produksi yang tinggi dan mantap,
sehingga perusahaan perkebunana teh menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila
digunakan bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil persilangan yang dapat
menimbulkan perubahan sifat pada keturunannya.
10
Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi
kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis klon yang ditentukan dapat dipastikan
sifat keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil pembibitan stek berupa
stek bibit yang baik, duperlukan adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang baik
dan tepat waktu.
Adapun lokasi untuk pembibitan, diantaranya:
1. Lokasi terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek
2. Dekat dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman
3. Dekat dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag
4. Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi
5. Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan pengangkutan ke
lokasi yang akan ditanami
Media tanah untuk stek terdiri dari tanah lapisan atas (top soil) dan lapisan bawah (sub
soil). Syarat-syarat sub soil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi sehingga
dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kandungan pasir tidak boleh lebih dari 30%,
dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH tanah 4,5 - 5,6.
Mengingat pentingnya penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk
membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk dikembangkan. Karena suatu kondisi
media persemaian merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan ataupun
kegagalan bibit yang dihasilkan.
Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus
tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat
yang berdiameter ± 1 cm. Sebelum media tanah dimasukkan kedalam kantong plastik,
terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Bahkan campuran dan
dosis untuk media tanah dapat dilihat pada tabel 1.
Adapun pengambilan ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah
pemangkasan. Tanda bahwa stekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm
sudah menunjukkan warna coklat. Ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari
satu lembar daun dengan ruas sepanjang 0,5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku.
Stek ditampung dalam satu tempat yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam
lebih dari 30 menit. Dari satu ranting stek hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-
rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit.

11
Tabel 1. Bahan campuran untuk Media Tanam
No Bahan Campuran Dosis per m3 Tanah Keterangan
Topsoil Subsoil
1 TSP 500 g -
2 KCl 500 g -
3 Dithane M 45/Manzate/Vandozep 400 g 300 g
4 Tawas 600 g 1000 g
5 Vapam 250 ml 250 ml Fumigan
6 Basamid 150 g 150 g Fumigan

Penanaman stek:

1. Satu hari sebelum stek ditanam, kantong plastik/ polibag yang sudah berisi tanah
disiram dengan air bersih sampai cukup basah.
2. Stek dicelupkan dalam larutan Dithane M 45 0,2% selama menit dan Atonik
0,025% selama 2 menit.
3. Stek ditanam dengan mengarah daun ke tangan si penanam. Arah daun miring ke
atas dan tidak boleh saling menutupi satu sama lain.
4. Setelah itu disiram kembali dengan air bersih secara hati hati agar setekan tidak
goyah.
5. Bedengn ditutup dengan sungkup plastik
6. Sungkup plastik ditutup selama 3-4 bulan tergantung pertumbuhan bibit, dan
hanya dibuka untuk keperluan pemeliharaan saja setelah itu segera ditutup
kembali (setelah pemeliharaan selesai)
Langkah-langkah penanaman stek sebagai berikut:
1. Siapkan polibag berukuran 12 cm x 25 cm yyang sudah berlubang agar
memudahkan untuk membuang kelebihan air.
2. Isi kantong plastik dengan media tanah yang sudah dibuat lebih awal dan telah
matang. 1/3 bagian diisi dengan tanah bawah dan 2/3 bagian diisi dengan tanah
bagian atas.
3. Ambil stek teh yang sudah dipersiapkan dan memenuhi syarat selanjutnya
ditanam dalam polibag tersebut (Chasandoerjat, 1969).
2.3.3 Penanaman
Dalam penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penentuan jarak tanam
yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman
pelindung ang diperlukan.

12
Menurut Puslitbun Gambung (1992), jarak tanam yang dianjurkan dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Jarak Tanaman Teh
Kemiringan Tanah Jarak Tanam cm x Jumlah Tanaman per Keterangan
cm x cm Ha
Datar – 15% 120 x 90 9.260 Baris tunggal lurus
15 – 30% 120 x 75 11.110 Baris tunggal lurus
> 30% 120 x 60 13.888 Kontur
Batas tertentu 120 x 60 x 60 18.500 Baris berganda
Pembuatan lubang tanam dilakukan 1 – 2 minggu sebelum dilakukan penanaman.
Lubang tanam yang dibuat tepat di tengah - tengah diantara dua ajir.
Ukuran lubang tanamnya adalah:
1. Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm
2. Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm
Ada dua kegiatan dalam proses penanaman yaitu:
1. Pemberian pupuk dasar
Pupuk dasar ang dianjurkan terdiri atas Urea 12,5 g + TSP 5 g + KCl 5 g per
lubang. Apabila pH tanah diatas 6, maka lubang tanam diberikan belerang murni
(belerang cirrus) sebanyak 10-15 g per lubang.
2. Cara penanaman
a. Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara
dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang, dengan
leher akar tepat di permukaan tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan
dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang
tanam diratakan.
b. Menanam bibit asal stek
Mula-mula kantong plastik disobek pada bagian bawah dan sampingnya untuk
memudahkan melepaskan bibit dari plastik. Ujung kantong plastik bagian
bawah yang telah sobek ditarik keatas sehingga bagian bawah kantong plastik
terbuka. Selanjutnya bibit dipegang dengan tangan kiri, disangga dengan
belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan
kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan
menggunakan kored.
Adapun untuk penanaman pohon pelindung atau pohon naungan pertanaman
teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Untuk

13
dataran rendah dan sedang, pohon pelindung sangat diperlukan oleh tanaman
teh agar pertumbuhan baik. Jenis – jenis pohon pelindung yaitu:
1. Pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara adalah pupuk hijau seperti Theprosia sp. atau
Crotalaria sp. penanaman pohon pelindung sementara dilakukan setelah
penanaman teh selesai. Kebutuhan benih pupuk hijau tersebut adalah 10 kg
– 12 kg/ha.
2. Pohon pelindung tetap
Penanaman pohon pelindung tetap diutamakan untuk daerah dengan
ketinggian kurang dari 1.000 mdpl. Penggunaan pohon pelidung tetap
bukan jenis Leguminoceae, ini tidak dianjurkan. Jenis pelindung yang akan
ditaman harus dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai pelindung, yaitu
memiliki mahkota yang baik, perakarannya dalam dan kuat, dan
resistensinya terhadap serangan hamaatau penyakit baik.
Agar pohon pelindung tetap berfungsi baik pada tanaman teh, pohon
pelindung harus sudah dapat melindungi tanaman teh pada saat tanaman teh
berumur 2-3 tahun. Untuk itu, pohon pelindung sebaiknya ditanam satu
tahun sebelum dilakukan penanaman teh.
2.3.4 Pemeliharaan
1. Pemeliharaan dan pemangkasan

Tanaman teh yang belum menghasilkan mendapat naungan sementara dari tanaman
pupuk hijau seperti Crotalaria sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam
selang dua baris dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam bulan tingginya telah
mencapai lebih dari satu meter. Agar tanaman pupuk hijau ini tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan.

Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50 cm dan sisa pangkasan dihamparkan sebagai


mulsa disekitar tanaman. Pemangkasan tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan
sekali yaitu pada waktu musim hujan. Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau
karena pada saat itu tanaman teh muda membutuhkan naungan.

14
2. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin yang
sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak
terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh
unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula
mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang membahayakan tanaman teh.

Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada areal tanaman teh muda atau
pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar
permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga
perkecambahan maupun laju per-tumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat.
Pengendalian gulma pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin
kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju pertumbuhan tanaman teh
dan produksi pucuk yang maksimal.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Produksi dan kualitas tanaman teh dipengaruhi oleh adanya tidaknya gangguan yang
disebabkan oleh penyakit tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman teh dan cara
pengendaliannya sebagai berikut :

a. Penyakit Cacar Teh (Blister blight)


Gejala yang nampak, daun teh yang terserang terlihat bercak berwarna putih campur
hijau. Bercak terlihat seperti benjolan kecil, terlihat berwarna hitam dan kadang
berlubang. Tanaman yang terserang daunnya mengering dan akhirnya mati.
Cara pengendalian sebagai berikut:
1. Mengurangi pohon pelindung atau mengganti pohon pelindung yang besar dengan
pohon pelindung yang kecil
2. Mengatur periode pemangkasan
3. Pemetikan dilakukan dengan daur yang pendek (kurang dari 9 hari)
4. Menanam klon yang tahan terhadap cacar antara lain : PS1, RB 1, GMB1, GMB 2,
GMB 3, GMB 4 dan GMB 5.
5. Tanaman yang terserang disemprot dengan Coper oxychloride 50% WP 0,2% atau
Perenox 0,2% dengan interval 1 minggu.

15
Penyakit cacar juga dapat disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massae berasal
dari Assam, India. Untuk pertama kalinya penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun
1949, yaitu di perkebunan Bah Butong, Sumatera Utara. Sejak saat ini penyakit cacar meluas
ke hampur seluruh perkebunan teh di Indonesia, dan menjadi penyakit yang paling
merugikan, terutama untuk kebun-kebun teh di dataran tinggi.

Penyakit cacar dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai dengan 40% dan
penurunan kuallitas teh jadi, yang ditandai berkurangnya kandungan theaflavin, thearubigin,
kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol total pucuk.

Intensitas serangan 28% sudah dapat mengakibatkan penurunan kualitas teh jadi,
sedangkan kehilangan hasil baru dapat terjadi pada intensitas serangan 35%. Sampai saat ini
tindakkan pengendalian penyakit cacar yang paling umum dilakukan di kebun-kebun teh
adalah penggunaan fungisida sintetik, terutama fungisida tembaga, karena dianggap sebagai
suatu teknik pengendalian yang efektif, praktis, dan ekonomis.

Pada umumnya pekebun merasa puas dengan hasil yang diperoleh, sehingga kurang
memperhatikan dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan fungisida tembaga.
Kenyataan bahwa penggunaan fungisida tembaga dapat memacu per-kembangan populasi
tungau atau Brevipalpus phoenicis.

Walaupun sampai saat ini terbukti bahwa penggunaan fungisida tembaga merupakan
cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit cacar, namun mengingat dampak
negatif yang ditimbulkannya, maka perlu dipertimbangkan untuk mulai menerapkan strategi
pengendalian penyakit cacar yang meminimalkan penggunaan fungisida sintetik umumnya,
dan fungisida tembaga khususnya, yaitu suatu strategi pengendalian yang tidak hanya
menggantungkan diri pada penerapan satu teknik pengendalian penyakit saja, tetapi
mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian penyakit yang sesuai dan kompatibel
berdasarkan pertimbangan ekologi dan ekonomi, atau yang disebut dengan pengendalian
penyakit tanaman terpadu.

b. Penyakit Cendawan Akar Merah Bata (Poria hypolatertia)


Gejala yang nampak, pada permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih.
Benang ini selanjutnya mengeras dan liat, warnanya menjadi merah sampai merah
tua. Pada serangan yang sudah lanjut benang ini dapat mengikat butir-butir pasir dan

16
tanah sehingga terlihat seperti kerak-kerak yang menjalar diatas tanah. Bila serangan
sudah parah, tanaman akan mati dan benang tersebut berubah warnanya menjadi
hitam.
Cara pengendalian :
1. Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon
pelindung yang terseang sampai ke akar-akarnya.
2. Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam pohon pelindung yang
peka terhadap jamur akar.
3. Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2
tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka
tanah dapat ditanami teh,
4. Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam pada
lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga 30
cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

c. Penyakit Leher Akar (Ustulina máxima)


Gejala yang nampak, leher akar terjadi infeksi dan bagian bawahnya terdapat noda-
noda hitam. Diantara kayu dan kulit terlihat benang-benang yang khas berbentuk
seperti kipas berwarna putih. Kayu menjadi kering dan terasa lembek serta ada garis-
garis hitam.
Cara pengendalian :
1. Bila penyakit baru menyerang, kulit dan kayu yang terserang dipotong dan
ditutup dengan obat penutup luka. Bila penyakit sudah parah, tanaman dibongkar
dan dibakar.
2. Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2
tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka
tanah dapat ditanami teh,
3. Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam
pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga
30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

17
d. Penyakit akar hitam
Cara pengendalian :
1. Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon
pelindung yang terseang sampai ke akar-akarnya serta membersihkan sampah-
sampah yang ada pada tempat yang diserang kemudian dibakar.
2. Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam pohon pelindung yang
peka terhadap jamur akar.
3. Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara sebagai berikut :
Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2
tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka
tanah dapat ditanami teh,
4. Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan 8 ml Vapam
pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak antar lubang satu sama lain juga
30 cm. Satu bulan setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

e. Penyakit Busuk Daun


Penyakit busuk daun biasanya menyerang pada bibit tanaman melalui stek.
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan Fungisida Benomyl dengan
konsentrasi 0,2% yang disemprotkan kedalam tanah persemaian setelah stek ditanam.
Cara lain adalah dengan melakukan mencelupkan stek yang akan ditanam kedalam
larutan Fungisida Carbamat dengan konsenrasi 0,2% formulasi.

2.3.5 Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat
pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan
ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan
kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang
dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali. Disamping faktor luar dan
dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada
perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.

Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih
tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan

18
mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik,
pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.

Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-
rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk,
dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
2. Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam
rumus petik tertulis dengan huruf b.
3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik.
Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh
daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli.
Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar
yang disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh
pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan
ditulis dengan huruf k.
4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel,
berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis
dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat
pada pucuk tersebut.
5. Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan
dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6. Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan
berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7. Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan
yang telah ditentukan.

Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:

1. Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).


2. Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p +
1m).
3. Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun
burung dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).

19
4. Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun
muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p +
3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).
5. Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung
dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
6. Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).

Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:

1. Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah
tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan
ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi
produksi yang tinggi.
2. Pemetikan produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis
petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang
dilakukan menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik
semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang
ditinggalkan.

2.3.6 Pasca Panen

Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar
secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai.
Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi
fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral),
subtansi aromatik dan enzim-enzim.

Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18
jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun
dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh.
Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.

20
Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut
menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke
mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50
menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak
ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1,
bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag.

Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi.
Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan
berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu
100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa
yang lebih enak.

Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang
dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam dan
yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua,
memisahkan ukuran besar dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka
teh harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan
dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar).
Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka daun teh yang siap dipasarkan
tersebut akan dikemas kedalam papersack.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tanaman teh merupakan tanaman yang berasal dari pegunungan antara Tibet dan
Republik Rakyat Cina (RRC). Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun
1686, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Belanda bernama
Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694,
seorang pendeta bernama F. Valentijn.
2. Teh merupakan tanaman yang memiliki kandungan utama polifenol (katekin), kafein,
asam amino, dan juga asam lemak omega-3 dan omega-6. Teh juga memiliki
kandungan folat dan beberapa mineral seperti magnesium, fosfor, kalium, mangan,
dan fluoride. Setiap jenis teh yang berasal dari camellia sinensis memiliki kandungan
yang tidak jauh berbeda. Berikut adalah berbagai manfaat teh bagi kesehatan yang
perlu diketahui diantaranya seperti: meningkatkan konsentrasi, menjaga fungsi
kognitif otak, menjaga kesehatan gigi dan mulut, menurunkan resiko diabetes,
menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular, mencegah kanker, membantu menurunkan berat badan, menjaga
saluran pencernaan, mengatasi pilek dan flu, menjaga kesehatan tulang dan sendi,
mengatasi stres, dan menjaga kesehatan kulit.
3. Di dalam budidaya teh ada beberapa langkah yang harus diperhatikan sebagai
berikut: persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemetikan, dan
pasca panen.
4. Dalam penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penentuan jarak tanam
yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman
tanaman pelindung yang diperlukan. Di dalam budidaya teh, tanaman harus bersih
dari gulma dan dilakukan pemangkasan agar tanaman tidak terserang penyakit.
5. Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan
perbanyakan secara vegetative digunakan bahan tanaman asal stek berupa klon.
6. Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam menentukan
sarana, dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk
transportasi dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta
kemampuan lahan.
22
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

23
Daftar Pustaka

Anonim, Teh Pembudidayaan dan Pengolahan, 1996

Rahayu, P. S, 2009 Pedoman teknis Praktek Budidaya Teh Yang Baik (Good agriculture
Practices/GAP For Tea), Ditjen Perkebunan, tahun MM/ yayuk_edi@yahoo.com

Shukendar, 2011, teknik budidaya tanaman teh. http://shukendar.blogspot.com /…/teknik-


budidaya-tanaman-teh

Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya; Jakarta. 134
hal.

M. Sultoni Arifin, Dr. Dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian
Perkebunan Gambung. Bandung.

Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek
Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.

Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius;
Yogyakarta. 154 hal.

24
25

Anda mungkin juga menyukai