Oleh : Kelompok 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah. Penulis
menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini,maka
dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta
bimbingan yang penulis terima selama proses penulisan makalah ini..
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan
banyaknya risiko yang diperoleh.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tentang Hazard, Resiko masalah di home industry, dan
System manejemen resiko di home industry.
1.3 Manfaat
Menambah pengetahuan tentang Hazard, Resiko masalah, dan system
manajemen resiko di home industry. Selain itu juga untuk memenuhi tugas
mata kuliah K3.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Situasi
A. Profil Pabrik
Pabrik yang diteliti yaitu pabrik keripik tempe. Pabrik ini terletak di
Jl. Sanan No.36 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota
Malang. Pemilik atas nama Bapak Lukman, didirikan pada bulan maret
tahun 2014 letaknya didekat rumah pemilik. Pada awalnya hanya pemilik
yang bertindak sebagai pekerja. 6 bulan kemudian mulailah ada pekerja
yang direkrut. Luas tempat kerja 10x8 m
B. Tenaga Kerja
Untuk saat ini, jumlah tenaga kerja di ditempat tersebut adalah 7
orang. 1 orang memotong tempe, 2 orang menggoreng keripik, 2 orang
dalam mengolah bumbu keripik tempe dan 2 orang pengemasan keripik
tempe. Berdasarkan hasil wawancara, mereka bekerja selama 3 setengah
tahun yang lalu.
C. Proses Produksi
a. Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor yang menentukkan dalam proses
produksi atau pembuatan bahan makanan. Bahan baku yang digunakan
merupakan bahan baku yang mutunya baik agar produk yang dihasilkan
juga berkualitas. Bahan baku yang dipilih untuk pembuatan keripik
tempe harus benar-benar bersih dalam pembuatan adonan keripik tempe
agar terjamin kualitasnya. Pemilik usaha keripik tempe memperoleh
bahan baku berupa tempe dari pemasok (produsen tempe) yang sudah
menjadi langganannya.
b. Pemotongan tempe/Pengiris Tempe
Proses pemotongan tempe merupakan hal yang sangat penting
dalam mengolah keripik tempe. Tempe akan dipotong/diiris menjadi
sangat tipis agar kualitas dalam keripik tempe menjadi renyah dan gurih.
Pemotongan atau pengirisan tempe yang paling baik adalah ketika tempe
selesai dipotong/diiris segera digoreng. Karena bila tempe setelah diiris
3
dan dibiarkan terlalu lama, maka spora pada tempe akan berkembang
biak lebih cepat sehingga dapat menyebabkan kerenyahan dari keripik
tempe menjadi berkurang (melempem/mengembang) serta beresiko tidak
hygienis.
c. Pembuatan Adonan
Proses selanjutnya adalah pencampuran bahan-bahan seperti
garam, gula, tepung beras, tepung kanji/tepung tapioka serta bumbu
aneka rasa lainnya untuk memodifikasi rasa dari keripik tempe tersebut.
Bumbu tersebut dicampurkan dengan larutan santan kelapa tujuannya
agar adonan tercampur dengan rata. Beberapa bumbu tersebut
mempunyai sifat sebagai antioksidan, sehingga dapat menghambat
perkembangan ransiditas (tengik).
d. Pencelupan Tempe ke Adonan
Sebelum proses pengorengan tempe, tempe harus dicelupkan satu
persatu ke dalam campuran tepung beras, tepung tapioka dan bahan
tambahan lainnya agar adonan tempe dapat mengikat pada tempe,
kemudian tempe digoreng dalam minyak yang sudah dipanaskan di atas
api yang besar sampai matang dan kering.
e. Pengorengan
Pada proses penggorengan keripik tempe terjadi 2x
penggorengan yaitu pertama saat menggoreng dengan bumbu yang sudah
dicampur dengan adonan menjadi setengah masak dan kedua digoreng
dengan tepung agar keripik tempe menjadi renyah dan gurih. Dalam
proses penggorengan ini merupakan hal yang penting karena harus
dengan minyak yang sudah panas agar hasilnya juga bagus.
f. Pengemasan
Dalam proses ini merupakan proses pengemasan dalam keripik
tempe ini untuk memberikan label macam-macam rasa, masa kadaluarsa
dan keterangan yang menjelaskan isi, kegunaan lain-lainnya yang dirasa
perlu disampaikan kepada para konsumen. Dalam pengemasan ini
mempunyai peran penting dalam pengawetan bahan pangan.
4
g. Pengantaran
Proses yang terakhir merupakan proses pengantaran yang
dilakukan oleh pemilik usaha sendiri untuk mengantarkan pesanan
ketempat tujuan. Pengantaran keripik ini sudah dikirim ke berbagai kota
contohnya kota jakarta, bandung dan kalimantan.
2.2 Analisis Hazard di Tempat Kerja
A. Bahaya Fisik Potensial
Lingkungan fisik meliputi keadaan fisik seperti kebisingan, radiasi, getaran,
iklim (cuaca) kerja, tekanan udara, penerangan serta hal-hal yang
berhubungan ditempat kerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
potensial hazard lingkungan fisik dari usaha pembuatan keripik tempe
adalah sebagai berikut:
a) Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersumber darialat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapatmenimbulkan gangguan pendengaran
(Kepmennaker, 1999). Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
: KEP-51/MEN/1999 adalah 85 dBA untuk waktu pemajanan 8 jam
perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBa walaupun sesaat
pemajanan tidak diperkenankan. Suara bising yang terdapat dalam
proses pembuatan keripik tempe berasal dari proses pengeringan kripik
tempe yang sudah digoren dan proses pembuatan adonan dengan
menggunakan blender. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada pekerja menurutnya tidak mengganggu karena telah terbiasa.
Selama bekerja di tempat kerja para pekerja tidak ada kelainan pada alat
pendengarannya.
b) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan
produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang
dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :
5
1) Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari
sinar matahari. Dari pencahayaan sinar alami mempunyai banyak
keuntungan, selain untuk menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan yang alami
pada suatu ruangan diperlukan jendela yang besar ataupun dinding
kaca sekurang-kurangnya 1/6 dari luas lantai.
2) Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat
diperlukan apabila posisi ruangan tidak mencukupi dalam
pencahayaan. Fungsi pokok dari pencahayaan buataan ini baik yang
diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan
pencahayaan alami sebagai berikut:
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat
secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual
secara mudah dan tepat.
Memungkinkan para pekerja berjalan dan bergerak secara
mudah dan aman.
Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan
pada tempat kerja.
Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap
menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan,
dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan
meningkatkan prestasi.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan usaha ini menggunakan 2 sumber penerangan yaitu pencahayaan
alami yang digunakan pada pagi-siang hari dan pencahayaan buatan pada
sore hari dengan menggunakan lampu.
6
B. Bahaya Fisik Biologi
Dalam potensial hazard di lingkungan biologis ini merupakan unsur-unsur
kehidupan (biologi) seperti debu organik, jamur, serangga, semut, kutu,
protozoa, bakteri, virus, atau enzim yang dapat menimbulkan reaksi alergi,
luka ataupun penyakit terhadap tubuh manusia
Bakteri
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti
sel. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen
penyebab infeksi dan penyakit. Bakteri dapat ditemukan di hampir
semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme
lain maupun sebagai agen parasit (patogen), Pada umumnya, bakteri
berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter
hingga 700 μm.Bakteri dapat menempel pada proses
memotong/mengiris tempe, pembuatan adonan dan proses pengemasan
keripik tempe.
C. Bahaya Fisik Ergonomis
Potensial hazard lingkungan Ergonomis disebut sebagai human factor yang
berarti menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Penerapan
ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas dalam rancangan
pembangunan (desain) ataupun rancangan ulang (redesain). Sistem kerjanya
seperti penentuan jumlah istirahat, pemilihan jadwal pergantian shift kerja,
rotasi pekerjaan, prosedur kerja dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan
pembuatan keripik tempe ergonomic juga mempunyai peranan penting. Ini
dapat dilihat dari kesesuaian tempat bekerja dan alat yang kurang baik.
7
B. Faktor Biologi
Dapat menginfeksi pekerja sebagai akibat kecelakaan kecil
dipekerjaan, misalnya karena tergores atau terkena sayatan pisau dan
bakteri dapat masuk ke luka tersebut.
Penampungan tepung yang belum digunakan menjadi 1 pada ruang
penggorengan yang tidak dibersihkan yang akan dapat menjadi sarang
bakteri
C. Faktor Ergonomi
Sakit punggung yang disebabkan posisi yang tidak ergonomis pada
pekerja pemotong tempe dan penggoreng keripik
8
BAB III
9
3.3 Hasil
Penelitian dilakukan di UMKM Ridho Putra, sebagai salah satu UMKM
yang memproduksi keripik tempe di wilayah Kabupaten Malang. Keripik tempe
hasil produksi UMKM Ridho Putra merupakan salah satu kripik tempe yang favorit
bagi warga sekitar Malang, dan juga banyak dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan
yang berkunjung ke kota Malang. Deskripsi produk keripik tempe oleh UMKM
Ridho Putra, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Adapun kondisi pada UMKM yang
dinilai berdasarkan Sanitation Standard Operation Procedure (SSOP) ditunjukkan
pada tabel 2.
10
Tabel 2. Identifikasi kondisi UMKM Ridho Putra terhadap pelaksanaan SSOP
No Aspek SSOP Penyimpangan
1. Keamanan air Perlunya pemilihan alternatif sumber air
yang lain untuk digunakan sebagai
pencampur bumbu
2. Kondisi/kebersihan permukaan Penggunaan kertas koran sebagai pelapis
yang kontak dengan makanan tempat penyimpanan sementara saat
produk keluar dari proses penggorengan
3. Pencegahan kontaminasi Produk berpotensi terjadi kontaminasi
silang dari pekerja, Tata letak ruangan yang
kurang baik, sehingga ruang produksi
berdekatan dengan kamar mandi
4. Kebersihan pekerja Kurangnya fasilitas wastafel di ruang
produksi
5. Pencegahan dan perlindungan Penempatan lokasi dan wadah lampu
dari adulterasi minyak yang kurang baik
6. Pelabelan dan penyimpanan Pelabelan yang digunakan tidak
yang tepat mencatumkan keterangan yang jelas
mengenai tanggal produksi komposisi
bahan dan tanggal kadaluarsa
7. Pengendalian kesehatan Tidak ada pengawasan terhadap
karyawan kesehatan
karyawan
8. Pemberantasan hama Tidak ada penghalang atau pelindung
dalam mencegah serangga masuk ke
dalam ruangan produksi
11
1. Identifikasi rencana penggunaan
Konsumen produk keripik tempe Putra Ridho adalah dari kalangan anak-anak
hingga orang tua. Produk ini tidak cocok untuk bayi. Keripik tempe ini merupakan
jenis produk siap makan atau tanpa ada pengolahan lebih lanjut.
4. Identifikasi Bahaya
Tahap identifikasi bahaya digunakan untuk memberi gambaran mengenai
potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi dari keseluruhan sistem produksi.
Identifikasi penentuan titik kendali kritis atau critical control point pada
proses produksi keripik tempe UMKM Putra Ridho dilakukan mulai dari pengirisan
tempe hingga penyimpanan. CCP dapat ditentukan dengan menggunakan pohon
keputusan.
Berdasarkan identifikasi CCP, didapatkan tiga proses yang memiliki CCP
yaitu proses pengirisan tempe, pencelupan tempe ke adonan tepung dan penirisan.
Berikut ini penjelasannya:
12
menggunakan sapu ijuk yang sama ia gunakan saat menyapu lantai. Pada proses ini
perlu dilakukan pendisiplinan pekerja, pergantian alat yang tepat (sesuai fungsi
awalnya) dan perancangan ulang tata letak fasilitas, seperti peralihan fungsi ruang.
c. Penirisan
Proses ini pekerja tidak memakai atribut lengkap yang seharusnya dipakai pada
saat proses produksi makanan. Selain itu terdapat pula potensi bahaya besar yang
mengancam yaitu penggunaan media kertas koran sebagai alas untuk meniriskan
keripik tempe dari minyak. Kertas koran yang digunakan sebagai alas atau bungkus
makanan berpotensi akan menyebarkan timbal yang dikandungnya sehingga
makanan tersebut akan sangat berbahaya bila dikonsumsi. Kedisiplinan pekerja
lagi-lagi adalah hal yang paling harus ditingkatkan di UMKM Putra Ridho ini,
disamping itu kegiatan sosialisasi tentang keamanan dalam industri makanan juga
harus dilakukan.
Proses yang merupakan CCP harus dilakukan dengan benar sesuai SSOP,
agar menghilangkan bahaya yang terjadi. Kelalaian pada saat melakukan beberapa
proses dapat menimbulkan bahaya pada sistem produksi. Proses yang merupakan
CP juga tetap memerlukan kontrol untuk pencegahan potensi bahaya.
13
Produksi keripik tempe masih terdapat beberapa proses pengerjaan yang
dapat menimbulkan terjadinya risiko terhadap olahan pangan. Risiko yang dapat
terjadi antara lain, yaitu tercemarnya olahan pangan dikarenakan karyawan yang
tidak higienis, penggunaan alat yang kurang mendukung, dan tata letak ruang
produksi yang kurang baik.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil pengamatan dan pembahasan menganai
analis hazard, resiko masalah, dan sistem manajemen resiko untuk mengatasi
masalah yang kami temukan di salah satu pabrik keripik tempe yang berlokasi di
Jalan Sanan no.36 di kabupaten Malang pada tanggal 18 September 2019.
15
Lalu, kondisi ruangan yang pengap dapat menyebabkan beberapa pekerja
terkena penyakit infeksi saluran nafas atas. Selanjutnya, pada tempat
penggorengan yang tidak terlalu luas yang berdekatan dengan bahan yang
mudah terbakar, seperti ember plastik, penyaring dari anyaman kayu sangat
cepat jika terjadi ledakan atau kebakaran pada pabrik tahu ini. Selain itu,
penglolahan tempe yang tidak higienis dapat beresiko diare pada konsumen
pabrik tempe
16
BAB V
17
LAMPIRAN
18