Anda di halaman 1dari 127

Mesin penggilingan padi diperuntukan untuk mempermudah proses pemisahan bulir

beras dari kulitnya, dengan tetap mempertahankan rendemen dan mutu beras dan
meminamalisir kehilangan hasil yang sering terjadi pada penggilingan atau pemisahan bulir
beras dari kulitnya yang dilakukan secara manual, untuk itu mesin penggilingan padi sangat
penting untuk proses pembentukan beras yang berkualitas.
Sebelum memahami cara kerja dan bagian-bagian mesin penggilingan padi alangkah
baiknya mengetahui jenis-jenis atau model penggilingan padi, diantaranya adalah :
1. Penggilingan Padi Manual/Tangan
Model sederhana dan tradisional ini mungkin masih digunakan dibeberapa desa/pedalaman,
dengan alat lesung dan alu cara kerja nya adalah dengan ditumbuk sehingga menimbulkan
pergesekan dan akhirnya bulir beras akan terkelupas dari kulitnya. Dengan alat ini akan
mengakibatkan tingkat kehancuran beras tinggi dan rendemen yang dicapai akan sangat
rendah.
2. Penggilingan Padi Dengan Mesin Satu Step
Dengan menggunakan sistem mesin pengupas dan pemoles satu unit logam yang masuk
padi dan keluar menjadi beras dengan satu arah.
3. Penggilingan Padi Dengan Mesin Dua Step.
Mesin ini dengan sistem Pengupas dan pemoles terpisah atau dengan dua mesin, satu mesin
untuk pengupas dan mesin yang lainnya digunakan sebagai pemoles.Rendemen dari mesin
ini bisa mencapai hingga 60-65 persen
4. Penggilingan Padi Dengan Mesin Multi Pass
Mesin ini digunakan secara bersatu dengan jenis abrasif dan friksi sehingga dapat
mem=ngurangi resiko dan dengan kandungan rendemen pada hasil beraspun tinggi.
Setelah mengetahui jenis-jenis penggilingan padi, berikut ini saya akan menjelaskan
bagaimana cara kerja dan bagian-bagian mesin penggilingan padi.

Cara Kerja dan Bagian-Bagian Mesin Penggiling Padi

Merujuk dari beberapa referensi pertanian ada


penggilingan padi diantaranya adalah:

beberapa

Bagian-bagian

mesin

1. Motor Penggerak
Motor penggerak, merupakan bagian mesin yang melakukan gaya gerak memutar sehingga
mendorong bagian-bagian lainnya untuk bergerak dan bekerja sesuai yang diinginkan,
motor penggerak merupakan bagian inti dari mesin penggilingan padi ini.
2. Mesin Pengupas/mesin pemecah kulit gabah
Bagian ini atau yang lebih dikenal dengan husker merupakan bagian pengupas kulit gabah
yang memisahkan bulir beras dari kulitnya, bentuknya bermacam-macam, diantaranya
adalah Engelberg, Rol Karet, Under Runner, Runner stone Disc dan ada juga jenis sentrifucal.
Dan yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah jenis Rol Karet dengan manfaat
cukup efisien, mudah penggunaan dan perawatannya.
3. Mesin Pemisah Gabah
Mesin ini digunakan sebagai pemisah bulir beras dari kulit pecah, sehingga menjadi bulir
padi, namun tahapan ini masih belum sempurna karena masih ada tahapan
Pemolesan/Penyosohan.
4. Mesin Penyosoh/Pemoles
Mesin ini digunakan sebagai pemoles, atau pemutih beras, sehingga beras bersih namun
dengan tingkat rendemen yang tetap terjaga.
5. Selanjutnya Mesin Pemisah beras kepala/Utuh dengan beras yang patah
(menir) dan terakhir.
6. Shinning atau Mesin Kristal yang berfungsi sebagai pencuci dan pembersih
beras.
Demikian beberapa tahapan cara kerja mesin Penggilingan padi, semoga bermanfaat.

Beli Sekarang

Previous

Next

Sebuah Kemudahan bagi Anda dan Keluarga untuk


Hidup Sehat

Hidup Sehat dengan makanan sehat saat ini jadi lebih mudah dengan hadirnya layanan
Eka Farm. Eka Farm membantu Anda untuk mudah mendapatkan Makanan Sehat,
terutama Beras Organik.

Peluang Usaha Reseller


Di daerah Anda masih sulit mendapatkan Beras Organik? Jadilah Reseller Eka Farm.

Beli Online
Anda juga bisa membeli Produk Eka Farm melalui Online. Silahkan langsung menghubungi kami
melalui kontak kami.

Melalui Reseller Terdekat


Anda bisa dengan mudah mendapatkan Produk Eka Farm melalui Reseller yang terdekat dengan
Anda.

Berbagai Produk Makanan Sehat


dari Eka Farm
Produk Utama Eka Farm adalah Beras Organik. Beras Organik
tersebut antara lain Beras Menthik Wangi Susu, Beras Merah,

Beras Hitam, Beras Diabetes, Beras Diet, Beras Penggemukan


dan lain-lain.
Eka Farm terus semakin melengkapi produk-produknya untuk memenuhi kebutuhan
akan makanan sehat bagi Keluarga Anda.

Etalase
Rice Quality Meter RS-2000X
Gabah yang telah diproses menjadi beras harus diukur kualitasnya. Guna menjawab
kebutuhan tersebut, Suncue Company Ltd menciptakan alat yang cukup inovatif
guna mengukur kualitas fisik biji beras. Alat pengukur kualitas ini sanggup
mendeteksi beras masak/matang (mature), beras belum masak (immature), beras
bercelah (fissured), beras rusak, biji mati, dan kadar beras pecah (broken). Dengan
display pengukuran digital, membuat mengukur kualitas beras menjadi begitu
mudah dan akurat. Hasilnya, kualitas beras pun makin prima.
Portable Taste Analytic Meter PS-500
Suncue Company Ltd juga memproduksi alat yang tak kalah inovatif untuk
mengukur kandungan yang terdapat di dalam biji beras. Alat ini sanggup mengukur
kadar air, kandungan protein, amilosa, dan asam lemak. Dari sampel biji beras yang
dianalisa oleh Portable Taste Analytic Meter ini kemudian akan dirangkum menjadi
data kuantitatif yang mudah untuk dibaca dan diterjemahkan. Desainnya yang
kompak membuat alat ini mudah untuk dibawa dan dipindahkan ke mana pun Anda
mau. Hebat bukan?
Vibrator Sifter AVS-1
Memisahkan menir dari beras pecah dan beras utuh merupakan agenda wajib bagi

pabrik pengolah beras jika ingin menghasilkan beras yang berkualitas. Menjawab
kebutuhan tersebut Agrindo menawarkan mesin pemisah menir dengan mengusung
teknologi vibrasi (getaran), sehingga proses pemisahan menir dari beras menjadi
begitu mudah dan efektif. Dengan tenaga 22,5 Horse Power (HP) yang dihasilkan,
Vibrator Sifter tipe AVS-1 ini mampu bekerja dengan kapasitas 2,5 ton per jam.
Color Sorter HSCS-Series
Satu lagi hadir kehadapan kita, mesin inovatif yang mampu mensortasi beras tidak
baik diantara beras putih berdasarkan warna untuk menghasilkan beras kualitas
baik. Produk besutan Hansung ini mampu menyortir beragam jenis material seperti:
beras coklat, beras lengket, beras yang berubah warna, beras rusak, beras yang
berwarna hitam, benih, bahkan rumput sekalipun. Color sorter HSCS-Series ini
menjanjikan kualitas pemisahan secara tepat dan terbaik dengan menggunakan
teknologi CCD line, kamera pemindai dan lensa C-MOUNT. Disamping itu, dengan
sistem pengaturan dan pemisahan otomatis berdasarkan warna menjaga
penyortiran tetap optimal.
Pupuk Organik Cendana 1 Strength
Bagi petani yang sedang atau berkeinginan mengembangkan tanaman padi
organik, kini telah hadir satu lagi pupuk organik yang mampu menjawab keinginan
untuk menghasilkan tanaman organik yang mampu berproduksi tinggi. Cendana 1
Strength merupakan pupuk organik cair yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Diproses secara mikrobiologi melalui proses fermentasi sehingga mengandung
senyawa bioaktif seperti asam amino, enzim, vitamin dan slow realist agent,
mikroba pengurai, penambah N, pelarut fosfat dan penghasil fitohormon. Buktikan
keandalannya.
Cara pengaplikasian untuk tanaman padi cukup mudah, yaitu dengan disiramkan
pada akar atau disemprotkan pada tanaman dengan interfal penggunaan per 5-7
hari. Dosis penggunaan 1-2 cc per liter air. Selain digunakan untuk tanaman
palawija seperti padi, Cendana 1 Strength ini juga dapat digunakan pada tanaman
sayuran, buah-buahan, tanaman pembibitan, tanaman hias dan tanaman tahunan.
MESIN PENGGILINGAN PADI DAN KOMPONENNYA.

Salah satu penyebab rendahnya


rendemen dan mutu hasil penggilingan padi serta tingginya kehilangan hasil (susut
penggilingan) adalah disebabkan dari peralatan dan mesin penggilingan. Untuk
dapat memperoleh hasil penggilingan yang maksimal perlu memahami unit-unit
komponen dan mesin penggilingan padi.
Ada beberapa model penggilingan padi, yaitu :
1. Penggilingan manual/ tangan
2. Penggilingan dengan mesin satu step.
3. Penggilingan dengan mesin dua step.
4. Penggilingan dengan mesin multi pass /stage
Penggilingan padi secara manual.
Penggilingan dengan menggunakan tangan yaitu dengan menggunakan lesung dan
alu. Cara penggilingan ini berbasis gesekan antara biji dengan biji. Pembersihan
dilakukan diakhir penggilingan dengan penampian dengan menggunakan tampi.
Cara ini membuat kehancuran beras tinggi sehingga rendemen yang dicapai
rendah.

Penggilingan padi dengan mesin satu step

(single phase/ satu phase)


Penggilingan dengan system gesekan logam yaitu unit pengupasan dan unit
penyosohan berada dalam satu mesin. Gabah masuk penggilingan dan keluar sudah
dalam bentuk beras giling.
Penggilingan padi dengan mesin dua step.(double phase/ dua phase)
mesin pengupas dan mesin penyosoh/ pemoles terpisah atau tidak dalam satu
mesin. Rendemen giling bisa mencapai 60-65 %.
Penggilingan padi dengan mesin multi pass.
Mesin penggilingan dengan unit penyosoh / pemoles (jenis abrasif dan jenis friksi )
bersatu, sehingga dapat mengurangi resiko-resiko yang dihadapi selama proses
penggilingan
Penentuan jenis dan kombinasi mesin penggilingan paling tepat sangat ditentukan
oleh kapasitas yang dibutuhkan, jenis, varietas dan sifat gabah, mutu beras putih
yang diharapkan serta biaya.
Bagian komponen mesin penggiling, terdiri dari :
1. Motor Penggerak.
2. Mesin Pengupas/ pemecah kulit gabah (husker).
Mesin ini membersihkan kulit gabah/ sekam yang tercampur dalam beras pecah
kulit.
Mesin pengupas yang tersedia adalah jenis Engelberg, jenis rol karet, jenis under
runner stone disc dan jenis sentrifucal.
Mesin pengupas gabah yang paling umum digunakan saat ini adalah jenis roll karet,
karena daya guna yang tinggi, efisien, mudah digunakan dan sederhana
perawatannya. Terdapat 2 buah rol karet yang berputar berlawanan dengan
kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 rol karet dapat diatur tergantung
jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua rol
karet sama bervariasi 300 500 mm dan lebar 120-500 mm.
3. Mesin pemisah gabah (separator)
Digunakan untuk memisahkan gabah dari beras pecah kulit.
Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit mempunyai 3 tipe yaitu :
1). Pemisah jenis kompartemen, terdiri dari dinding pemisah vertikal, papan luncur
secara zigzag. Campuran gabah dan beras pecah kulit membentur papan pemisah
zigzag tersebut, maka akan meluncur jatuh melalui papan luncur. Jika gabah yang
lebih ringan akan terangkat keatas dan dikeluarkan melalui pintu keluaran dibagian
atas papan luncur. Sedangkan beras pecah kulit yang berada dibagian bawah
dikeluarkan melalui pintu keluaran yang berada di bagian bawah papan luncuran.
2)Pemisah berdasarkan berat jenis. Pemisah ini banyak dipakai pada mesin-mesin
penggiling terbaru. Pemisah jenis ini terdiri atas papan pemisah berbentuk bujur
sangkar yang diletakkan miring pada bidang datar dengan sejumlah cekungan. Saat
papan bergetar, gabah dan beras pecah kulit terpisah akibat dari perbedaan berat
jenis.
3)Pemisah jenis layar/ type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar,

berjumlah 6-15 ayakan.


4. Mesin Penyosoh/ Pemoles/Pemutih (polisher)
Ada 2 tipe mesin penyosoh yaitu tipe friksi dan abrasif.
1).Mesin pemutih abrasif, bekerja dengan putaran yang relative cepat dan tekanan
giling yang rendah sehingga peningkatan suhu beras lebih kecil dan kerusakan
(pecah) lebih sedikit tetapi permukaan beras tampak kasar.
2).Mesin pemutih friksi bekerja dengan putaran yang relative lambat dan tekanan
giling yang tinggi sehingga menghasilkan pelepasan dedak yang lebih baik dan
permukaan beras yang lebih halus. Kekurangan mesin ini, tingginya ratio beras
yang dihasilkan, suhu beras yang lebih tinggi serta jenis ini menggunakan listrik
lebih banyak.
Sangat dianjurkan penggabungan fungsi mesin pemutih jenis abrasif dan friksi
dalam proses multi pass, karena mengurangi beras patah dan peningkatan suhu
beras serta memperbaiki pembuangan kecambah beras.
5. Mesin pemisah beras kepala, beras patah dan menir (shifter)
6. Mesin Pengkristal/ pencuci beras (shinning)

BerasKu Organik Premium


memiliki Standar Mutu sebagai
berikut :

Sertifikasi Mutu Produk Dari Innofice.

Lulus Uji Residu Dan Kandungan Gizi Dari Sucofindo Dan Kimia Agro.

Lulus Uji Residu Dan Kandungan Gizi Dari Laboratorium Penelitian Dan Pengujian
Terpadu UGM Dan UNPAD.

Sertifikasi Penyuluhan Dari Departemen Kesehatan.

Sertifikasi Halal Dari Majlis Ulama Indonesia (MUI).

Menggunakan Benih Padi Unggul Lokal (tidak ada rekayasa genetik).

Pengairan Menggunakan Biofilter.

Menggunakan Pupuk Organik Padat Dan Cair Alami.

Bebas Bahan Pengawet (efek Detoksifikasi dan memperbaiki metabolisme tubuh).

Berefek Therapy.

Vaccum Packaging Sehingga Aman Dari Kutu Dan Jamur.

Kaya Akan Serat, Nutrisi,Vitamin,Mineral dan Rendah Glukosa.

Dikemas dalam kemasan Vaccum tahan hingga 2 tahun.

Sistem Budidaya organik yang mendukung pelestarian alam, menjaga ekologi tanah
& air, membantu mengurangi Global Warming Effect (Efek Rumah Kaca / Pemanasan
Global)

100 % Asli Produk Indonesia

Mengapa Harus
Mengkonsumsi BerasKu Organik

Terbebas Dari Pupuk Kimia & Residunya.

Terbebas Dari Pestisida / Racun Kimia Sintetik.

Terbebas Dari Bahan Pengawet Dan Pemutih.

Terbebas Dari Produk Rekayasa Genetika.

Dapat Memperbaiki Metabolisme Tubuh Serta Memperbaiki & Membantu regenerasi


Sel-sel Tubuh Secara Alami.

Mencegah Berbagai Penyakit.

Mencegah Pembentukan Kolesterol berlebih Dalam Tubuh.

Rasa nasi lebih Enak, lebih pulen dan lebih berserat

Mengandung Kadar Gula Yang Sangat Rendah (indeks glikemik < 55) Sehingga
Aman Dikonsumsi Oleh Penderita Diabetes Dan Sangat Baik Untuk Mereka Yang
Sedang Menjalani Program Diet. Bahkan Dianjurkan Untuk Dikonsumsi Bagi Mereka
Yang Menderita Kolesterol Tinggi Dan Penderita Autis.

Rasa Dan Aroma Nasi Lebih Segar, Warna Putih Bersih Alami Dan Tidak Cepat Basi
(dalam 48 jam) Tanpa Perlu Disimpan Dalam Lemari Pendingin. Hal Ini Terjadi
Karena Tidak Ada Proses Pengasaman Oleh Kandungan Residu Pestisida Dan Pupuk
Kimia Seperti Yang Sering Terjadi Pada Beras Non Organic .

padi

Mari lanjutkan yang kemarin ngebahas masalah padi


Keanekaragaman tipe beras/nasi
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya.
Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi
pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras
yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat
dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi
ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh
amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia,
yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar
unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short
grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap
terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang
merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini
adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya
umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.
Aspek budidaya
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah
sistem budidaya diterapkan untuk padi.
* Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah
Sungai Yangtse di Tiongkok.
* Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi
sawah.
* Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.

* Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya
lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim
hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem.
Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau
penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman,
serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam
rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan
penyimpanan biji.

Hama dan penyakit


Hama-hama penting
* Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
* Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
* Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
* Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
* Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
* Lembing hijau (Nezara viridula)
* Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
* Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
* Lalat bibit (Arterigona exigua)
* Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
* Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit-penyakit penting
* blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
* hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)

Pengolahan gabah menjadi nasi


Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan
dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan
bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak
dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran
biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran
matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Istilah "Gabah Kering Giling"
(GKG) mengacu pada gabah yang telah dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat
pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor
atau perdagangan partai besar.

Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras
terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada
tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
* sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
* bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
* dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk
makanan ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan
yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga
dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi
ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang
disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman
penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).
Produksi padi dan perdagangan dunia
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi
dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi
dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia).
Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan
di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan
pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti
Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton
, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target
semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Produsen padi terbesar 2005 (juta metrik ton)
* Republik Rakyat Cina = 185
* India = 129
* Indonesia = 54
* Bangladesh = 40
* Vietnam = 36
* Thailand = 27
* Myanmar = 25
* Pakistan = 18
* Filipina = 15
* Brasil = 13
* Jepang = 11
Total Dunia = 700
Sumber: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)

Aspek budaya dan bahasa

Padi merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Asia Tenggara dan Asia
Timur. Masyarakat setempat mengenal filosofi ilmu padi. Sejumlah peribahasa juga
melibatkan padi, misalnya
* Padi ditanam tumbuh lalang
* Padi masak, jagung mengupih
* Bagai ayam mati di lumbung padi

Referensi

1. ^ Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier


Publishing Projects. Jakarta, 1984. Hal. 2503
2. ^ situs Gramene.org
3. ^ Focus 25, 2007
4. ^ Glaszmann, J.C. 1987. Isozymes and classification of asian rice varieties. Theor.
Appl. Genet. 74:2130.
5. ^ a b Garris, A.J. (2004). "Genetic structure and diversity in Oryza sativa L.". Genetics
169: 1631-1638. doi:10.1534/genetics.104.035642.
6. ^ Zohary D., Hopf, M. 2000. Domestication of plants in the old world. Oxford University
Press, Oxford.
Pengembangan pertanian organik di Indonesia masih memiliki peluang yang besar
untuk dikembangkan. hal ini terkait dengan berbagai keunggulan dan peluang yang
dimilikki oleh indonesia. Namun demikian, upaya pengembangan pertanian jenis ini
juga dihadapkan pada berbagai kelemahan dan ancaman yang harus segera
diantisipasi. berbagai keunggulan, peluang, ancaman ddan kelemahan dalam
pengembangan pertanian organik di Indonesia antara lain: 1) Kekuatan (Strengths)
terdiri dari: sumber daya hayati yang kaya dan beragam, lahan original terutama
wilayah timur dan tengah serta sebagian wilayah barat Indonesia, penduduk yang
besar dan pendapatan perkapita yang harus meningkat merupakan pasar yang
potensial;, 2) kelemahan (Weaknesses) antar lain: pengolahan umumnya petani
kecil, mahalnya biaya sertifikasi, akses dan informasi pasar, terlalu supply driven,
kurangnya penelitian dan pengembangan;, 3) Peluang (opportunities), yaitu: pasar
(nasional dan internasional) yang berkembang, ternd hidup sehat, skandal pangan
(pestisia,harmon), dan keterlibatan LSM dan lembaga donor dalam pengembangan;
4) tantangan (threats) antara lain: kalim produk konvensional sebagai produk
organik, pertanian organik versus ketahanan pangan, petani frustasi akibat gagal
mengakses harga preminum, masuknya produk impor.
Program Pemerintah dangan peningkatan produksi beras nasional(P2BN) dimana
melalui program ketahanan pangan berupaya untuk mewujudkan ketersediaan,
aksebilitas, stabilitas pengadaan pangan yang memadai, dimana kebutuhan beras
nasional meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 diprediksi mencapai 30,9 juta ton
dengan asumsi bahwa konsumsi beras rata-rata 139 kg/kapita/tahun ( Yuwanda,

2008). Rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,7%/tahun, maka pemerintah


dituntut harus meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi.
Sedangkan dalam usaha tani padi, pengugunaan varietas unggul dan benih
bermutu sangat berperan dalam meningkatkan produk pertanian dan dapat dilihat
dari mutu produk varietas unggul seperti daya hasil tinggi, ketahanan terhadap
hama dan penyakit tertentu, umur genjah, kandungan khusus tertentu (pulen,
kadar protein tinggi dll). dan kesesuaian dengan pola tanam tertentu.
Prefensi konsumen terhadap nasi di suatu daerah berbeda dengan konsumen di
daerah lainnya seperti konsumen di Pulau jawa menyukai nasi yang pulen (lengket)
dan mengeluarkan aroma wangi bila ditanak (Puslitbangtan,2006). Secara tidak
langsung faktor mutu beras dikasifikan berdasarkan nama atau jenis beras serta
beras yang dipakai.
Respon konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi. Agar konsumen
mendapatkan jaminan mutu beras harus diterapkan sistem standarisasi mutu beras.
Beras harus uji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu
beras giling pada laboratorium uji yang terakreditaasi dan dibuktikan berdasarkan
sertifikat hasil uji (Suismono,2002). SNI untuk beras giling bertujuan untuk
mengantisipasi terjadinya manipulasi mutu beras dipasaran, terutama karena
pengoplossan atau pencampuran antar kualitas atau antar varietas beras yang
dihaasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian
pupuk organik (kotoran Ayam, kotoran sapi, jerami) terhadap jumlah produksi padi
yang dihasilkan; 2) mengetahui mutu beras yang dihasilkan dari pemebrian pupuk
organik berdasarkan SNI.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakuan dilahan sawah petani di Desa Rimbo Recap Kabupaten Rejang
Lebong Provinsi Bengkulu dengan luas 1 Ha dan sistem pertanaman padi
meggunakan legowo 4:1. Pengujian mutu beras dilakukan di Laboratorium Pasca
Panen BPTP Bengkulu pada tahun 2011.
Perlakuan yang diterapkan addalah penananman padi varietas inpari 13 dengan
menggunakan penmbahan pupuk organik limbah pertanian yaitu pupuk kompos
kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi, pupuk kompos jerami dengan dosis 0,5
ton/ha dan tanpa menggunakan pehan pupuk kompos. Dosis pupuk kimia yang
digunakan adalah 200 kg/ha urea dan 300 kg/ha NPK Phonska. Sampel gabah dan
beras yang diuji seluruhnya berasal dari hasil ubinan.
Bahan yang digunakan adalah gabah padi varietas inpari 13 hasil panen ubinan,
sedangkan alat yang digunakan utuk pengolahan dan pengujian mutu adalah
penggiling padi, karung, timbangan, timbangan analitik, alat ukur kadar air dan

kantong plastik. Sampel gabah diambil dari hasil ubinan kegiatan Pengkajian
kompetetif 2011 percontohan komponen teknologi pemanfaatan pupuk organik
limbah pertanian untuk padi sawah di Kabupaten rejang Lebong. Jumlah gabah
untuk masing-masing sampel sebanyak 7 kg dalam bentuk gabah kering giling.
Sengan penjelassan sebagai berikut:
Sampel gabah kemudian digabung per perlakuan pupuk untuk digiling bersamaan
dengan rata-rata 21 kg per perlakuan, masing-masing perlakuan diambil sampel
beras hasil gilingan sebelum disosoh dan sesudah disosoh sebanyak 100 gram
dengan masing-masing 4 ulangan.
Jenis pengujian mutu beras meliputi beras kepala, beras patah, butir menir, butir
kapur, serta butir kuning dan rusak dengan penjelasan sebagai berikut:

Beras kepala, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih besar atau sama dengan 75 % bagian dan butir beras utuh.

Beras patah, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 25 % sampai dengan lebih kecil 75 % dari butiran beras utuh.

Butir menir, yaitu nutir beras sehatmaupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih kecil dari 25 % bagian beras utuh.

Butir kapur, yitu butir beras yang separuh bagian atau lebih berwarna putih
seperti kapur dan bertekstur lunak yang iebabkan faktor fisiologis.

Butir kuning, yaitu butir beras utuh, beras kepala, beras patah, dan menir
yang berwarna kuning atau kuning kecoklatan (BPTP sumatera Selatan 2006).

Peralatan yang dipergunakan terdiri atas alat penampi atau pembersih gabah
(aspirator) untuk memisahkan gabah isi dan gabah hampa, alat pemecah kulit
gabah (rice husker) untuk memperoleh beras pecah kulit (BPK), alat penyosoh (rice
poliser) untuk menyosoh beras pecah kulit hingga diperoleh beras berwarna putih,
ayakan menir (seive) ukuran 2,5mm untuk memperoleh butir menir, alat pemisah
ukuran beras (rice drum grader) untuk memisahkan beras kepala dan utuh dengan
beras patah. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dengan mengacu
pda SNI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil produksi padi dengan pemberian pupuk organik limbah pertanian kotoran
ayam, kotoran sapi, dan jerami secar diskriftif tidak begitu berbeda denagn yang
tidak diberikan pupuk kandang. hal ini dapat dilihat dari hasil ubinan yang
didapat .data hasil ubinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel1. Produktivitas padi sawah pada beberapa perlakuan pupuk organik (ton/ha)

Perlakuan
ulangan

Kompos

Kompos

Kompos

Kontrol

Ayam

Sapi

Jerami

7,6

7.4

7,7

7,7

7,7

8,2

8,4

8,6

6,1

6,5

6,6

Rata-rata

7,133

7,867

7,750

7,633

berdasarkan data hasil ubinan diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata hasil produksi
tertinggi sebessar 7,867 ton/ha dengan perlakuan pemberian pupuk
organik/kompos kotoran sapi dan yang terendah adalh perlakuan dengan
pemeberian pupuk kompos ayam dengan rata-rata produksi 7,133 ton/ha. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemebrian pupuk kompos kotoran sapi
mampu meningkatkan hasil produksi tertinggi padi.
Hasil pengujian mutu beras dari beberapa ubinan yang diambil menunjukan bahwa
rendemen beras giling dari inpari 13 berkisar anatar 65,80 % sampai 69,60.
Rendemen paling tinggi didapat dari perlakuan pemberian kompos kotoran sapi dan
tidak jauh berbeda dengan rendemen pemberian komps jerami yakni sebesar
69,31%. Rendemen terendah dihasilkan dari pemberian pupuk kompos kotoran
ayam.
Tabel2. Kadar air gabah saat penggilingan dan rendemen yang dihasilkan dari
proses penggilingan (putaran mesin 700-800 rpm)
No

Perlakuan

Ka (%)

Berat padi

Berat Beras

Rendemen

(kg)

(kg)

(%)

Penambahan Kompos
Ayam

9,95

18,80

12,37

65,80

Penambahan Kompos
sapi

9,50

17,30

12.04

69,60

Penambahan Kompos
jerami

9,05

17,40

12,06

69,31

Kontrol

8,80

17,20

11,74

68,26

Rendemen beras giling dipengaruhi oleh varietas, karakteristik gabah, cara dan alat
penggilingan, mutu beras yang hendak dicapai, teknik budidaya, dan agroekosistem
pertanaman padi. rendemen beras giling yang tinggi belum tentu diikuti oelh
persentase beras kepala yang tinggi. Hasil penelitian justru menemukan hubungan
yang berkebalikan denagn kedua kriteria mutu tersebut (sutrisno.et.al 2002)
Untuk kadar air beras pun tidak ada perbedaan. Hal ini dikarenakan masing-masing
perlakuan diberikan penanganan pasca panen yang sama, namun setelah
dipisahkan berdasarkan mutu beras, terdapat variasi pada persentase beras kepala
dan beras patah atau pecah, sedangkan butir menir, butir kapur, dan butir
kuningrusak tidak terlalu bervariasi. Variasi persentase beras kepala dan beras
patah bisa disebabkan oleh lokasi pertanaman padi atau penanganan pasca panen
yang berbeda serta kesehatan tanaman. pada tabel 3 dapat dilihat bahwa beras
yang dihasilkan dikatagorikan kedalam mutu III dan mutu IV. Pemberian pupuk
organik dari kompos kotoran sapi menghasiolkan beras engan kualitas mutu III
berdasarkan butir kepala sementara yang lainnya dikatagorikan mutu IV.

No

Perlakuan

Ayam

Sapi

Jerami

Kontrol

Variabel Pengamatan
(%)
1

Kadar air (%)

11

11

11

11

Butir Kepala (%)

77,17

79,83

74,54

73,03

Butir patah (%)

18,06

16,77

21,63

22,11

Butir Menir (%)

2,31

2,12

2,12

3,72

Butir mengapur (%)

2,46

1,28

1,71

1,14

Butir kuning (%)

Butir Gabah (%)

1 butir

Butir asing(%)

Tabel 4. Hasil Analisa Mutu Beras Sesudah Disosoh


No

Perlakuan

Ayam

Sapi

Jerami

Kontrol

11

11

11

11

Variabel Pengamatan
(%)
1

Kadar air (%)

Butir Kepala (%)

75,56

78,34

74,03

74,18

Butir patah (%)

16,33

17,65

21,72

20,16

Butir Menir (%)

4,18

1,97

2,58

3,72

Butir mengapur (%)

2,93

2,04

1,67

1,94

Butir kuning (%)

Butir Gabah (%)

Butir asing(%)

Persentase beras kepala pada sampel yang berassal dari pertanaman padi yang
menggunakan organik kotoran sapi palinh tinggi dengan beras patah paling sedikit
dan butir menir tidak terlalu berbeda dengan yang lain. Beras patah bissa terjadi
jika pada saat digiling, gaqbah masih agak basah atau terlalu kering. Beras patah
juga dapat disebabkan oleh proses penyosohan. Batu sosoh yang baru dapat
menghasilkan beras patah tinggi, sedangkan batu sosoh yang sudah aus
menghasilkan beras patah lebih sedikit. Besarnya persentase beras patah dan butir
menir ini juga bisa disebabkan oleh kurang sehatnya gabah yang dihasilkan karena
pada gabah tersebut terdapat bercak-bercak.
Berdasarkan hasil pengujian mutu beras, terhadap sampel yang sudah disosoh yang
berasal dari pupuk organik sapi menghasilkan beras kepala 78,34%, atau temasuk
kedalam kategori mutu III standar SNI. Sementara sampel gabah yang lainnya
menghasilkan beras kepala dibawah 78% sehingga termasuk kedalam kategori
mutu IV.
Tabel 5. Persayratan Mutu Beras Menurut SNI 6128:2008
Komponen Mutu

Satuan

Mutu

Mutu

Mutu

Mutu

Mutu

II

III

IV

Derajad sosoh
(Minimum)

100

100

95

95

95

Kadar Air (Maksimum)

14

14

14

14

15

Beras Kepala
(Minimum)

95

89

78

73

60

Butir
Patah(Maksimum)

10

20

25

35

Butir Menir
(Maksimum)

Butir Merah
(Maksimum)

Butir kapur
(Maksimum)

Benda Asing
(Maksimum)

Butir Gabah
(Maksimum)

Butir/100
gr

Sumber: Badan Standarisasi nasional (2008)


Tabel 6. Kategori Mutu Per Komponen Yang Diamati
Komponen Mutu

Satuan

Ayam

Sapi

Jerami

Kontorl

Kadar Air (Maksimum)

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Beras Kepala
(Minimum)

Mutu IV

Mutu III

Mutu IV

Mutu IV

Butir Patah
(Maksimum)

Mutu III

Mutu III

Mutu IV

Mutu IV

Butir Menir (Minimum)

Mutu III

Mutu III

Mutu III

Mutu V

Butir Merah (Minimum)

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Butir Kapur (Minimum)

Mutu IV

Mutu III

Mutu III

Mutu III

Benda asing
(Minimum)

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Butir Gabah (Minimum)

Butir/100
gr

Mutu I

Mutu I

Mutu I

Mutu III

Untuk sampel dari beberapa perlakuan saat penanaman terdapat dua kelas mutu
yang dapat dijadikan pedoman berdassarkan persentase beras kepala dan
persentase beras patah menjadi dua katagori mutu, Yaitu untuk sampl dengan
pupuk kompos kotoran ayam, jerami an tanpa menggunakan kompos menghasilkan
beras yang termasuk beras patahnya lam katagori mutu IV.

Hasil pengujian mutu beras kepala dari beberapa sampel perlakuan tanaman
menunjukan tidak terdapat beras yang termasuk mutu I karena beras kepala tidak
mencapai minimum 95 %. Namun, beras mutu III masih disukai konsumen karena
beras patahnya berkisar 10-20 %.
Dengan adanya kelas mutu, pedagang atau pelaku pasar beras akan lebih mudah
memilih segmen pasar yang akan dituju. namun, sebelum beras didistribusikan ke
pasar atau konsumen, perlu dilkakukan pengujian mutu beras oleh laboratorium
pengujian mutu beras yang terakreditasi.

KESIMPULAN
Dari haasil pembahassan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. 1.Pemberian pupuk organik dari kotoran spi menghasil produksi padi lebih
tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk organik yang lain yaitu sebesar
7,867 ton/ha GKP.
2. 2.Pemberian pupuk organik kotoran sapi menghasilkan mutu beras III lebih
baik dibandingkan dengan mutu beras dengan pemberian pupuk organik
kotoran ayam dan jerami yaitu dikatagorikan mutu beras IV.
3. 3.Dengan melakukan pengukuran atau identifikasi secara kuantitatif terhadap
karakter fisik beras dan menentukan klasifikasi mutu beras yang dihasilkan
maka diharapkan konsumen dan pelaku pasar beras akan lebih mudah
memilih segmen pasar yang akan dituju.

DAFTAR PUSTAKA
Badan standarisasi nasiona.2008.Standar nasional Indonesia Beras Giling. SNI
6128:2008. Badan Standarisasi nasional, Jakarta. 9 Hlm.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan. 2006. Laporan
Pelatihan dan pedoman Penanganan pascapanen padi, Palembang 27-28 Februari
2006. kerjasama IRRI-SSFFMP-BPTP Sumatera Selatan. Halm.9-13.
Puslitbangtan.2006. Padiunggulspesifikdaearah. Warta Penelitian dan
pengembangan pertanian, Vol.28. No.2. Bogor. Page 4-5
Suismono.2002. Standarisasi mutu untuk perdagangan beras di Indonesia. Majalah
Pangan 39 (XI): 37:47.

Suprihatno,B.A.A.Drajat,
Satoto,Baehaki,S.E.B.Suprihanto,A.Setyono,S.D.Indrasari,M.Y. Samaulah, dan
H.sembiring.2009. Deskripsi Varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman padi.
Sukamandi.Hlm.15
Sutrisno, suismono, Jumali, dan J,S. Munarso.2002. Cara Berproduksi yang baik
dalam industri beras. Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.22 Hlm.
Yuwanda.w.2008.Prospek pengembangan padigogo aromatic dalam upaya
menunjang ketahanan pangan.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia saat ini telah menunjukan
perkembnagan yang positif, walaupun pasarnya masih masih terkonsentrasi
dibeberapa kota besar saja. Produk-produk pangan organik, terutama dalam bentuk
produk segar dan olahan minimal telah diperdagangkan di ritel-ritel modern dan
toko-toko khusus yang menjual produk pangan organik. Untik Komoditas
perkebunan seperti kcang mete dan kopi bahkan telah menebus pasar ekspor.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP), Kementerian Pertanian,
Yusni Emilia Harahap mengatakan, salah satu contoh mengolah hasil limbah produk pertanian
adalah mengolah beras yang pecah menjadi tepung beras. Biasanya beras yang pecah ketika
dipenggilingan, itu dikumpulkan dan dijual sebagai pakan unggas. Coba diolah menjadi tepung
beras, harganya jauh lebih baik dibandingkan hanya dikumpulkan dan dijual sebagai pakan,
katanya.
Tidak hanya beras pecah yang diolah, sekam padi pun dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk
mengeringkan padi. Salah satu alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang diciptakan adalah mesin
pengering padi. Selama ini yang ada dalam pikiran kebanyakan masyarakat bahan bakar yang
digunakan adalah solar, ternyata tidak. Cukup dengan sekam padi.
Jadi sekam padi tidak dibakar begitu saja. Bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin
pengeringan padi. Inilah sebagian kecil contoh memanfaatkan limbah pertanian yang ada, tuturnya.
Dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian, menurut Yusni, tidak hanya semata mengurangi
biaya produksi, melainkan dapat memberikan tambahan pendapat bagi petani. Konsep zero
waste inilah yang sedang kami usung. Terutama dalam menghadapi MEA 2015 nanti, katanya.
Revitalisasi Penggilingan

Selain mendorong konsep zero waste pada usaha penggilingan padi, untuk meningkatkan mutu
dan kualitas beras pemerintah akan melakukan revitalisasi penggilingan padi. Revitalisasi menurut
Yusni, sangat diperlukan karena berdasarkan sensus BPS Tahun 2012, dari 186 ribu penggilingan
padi di Indonesia, sekitar 172 ribu unit adalah penggilingan kecil yang kinerjanya belum optimal.
Karena dikelola Gapoktan banyak penggilingan kecil yang kinerjanya penggilingannya belum
optimal, rendemen pun masih rendah, katanya.
Menurut Yusni, ada beberapa hal yang membuat penggilingan padi kecil tidak efisien. Pertama,
kapasitas giling tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Hal ini biasanya karena kurangnya pasokan
bahan baku, baik karena ketiadaan pasokan dari panen atau karena ketiadaan modal pembelian
bahan baku.
Kedua, kinerja penggilingan yang kurang. Akibatnya, rendemen giling masih tidak optimal. Kinerja
penggilingan tersebut dipengaruhi antara lain budaya usaha yang tidak berorientasi kepada
rendemen tinggi, kemampuan operator yang rendah dan informasi teknologi penggilingan padi yang
tidak sampai kepada pengelola penggilingan padi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan kegiatan revitalisasi penggilingan padi.
Sejak 2012, Kementerian Pertanian telah melakukan revitalisasi penggilingan padi ke 447 lokasi
kabupaten, katanya.
Yusni mengungkapkan, revitalisasi penggilingan padi ditujukan untuk meningkatkan kinerja
penggilingan padi, baik dari sisi pengelolaan usaha maupun sisi peningkatan rendemen dan mutu
beras yang dihasilkan. Revitalisasi tersebut antara lain, revitalisasi teknologi, perbaikan konfigurasi
penggilingan padi, perbaikan cara kerja penggilingan padi, revitalisasi/penggantian alat/mesin
penggilingan padi yang sudah usang.
Revitalisasi usaha juga perlu dilakukan, terutama perbaikan pengelolaan usaha, revitalisasi
permodalan dan penerapan GMP untuk menghasilkan beras yang berkualitas dan terjamin
keamanan pangan, katanya. Cla/Yul

Salam Pertanian !! Info bagi adik-adik yang masih sekolah, inilah proses pengolahan padi
menjadi beras yang biasa dimasak oleh ibu kita agar jadi nasi. Ternyata untuk membuat nasi
yang biasa kita makan pagi, siang dan malam tak semudah yang kita bayangkan. Perlu kerja
keras penuh dengan keuletan para petani kita.

Gambar Padi Padi

Hasil panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5%
kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras
sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap
oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan
enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu
katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama
dari butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein
dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil.
Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari
kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam terdiri dari palea dan lemma. Struktur
palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia (mengandung lignin), parenkimia, dan epidermis
dalam.

Kariopsis terdiri dari kulit luar dan endospem. Kulit luar terdiri dari perikarp (10m), seed coat
(0.5m), nucellus (2.5m), dan aleuron (5.0m). Sedangkan endosperm terdiri dari sub aleuron, pati
dan terdapat rongga udara pada beras pera sehingga mudah patah waktu digiling.

Klasifikasi beras menurut FAO

Sifat fisik gabah dan beras

Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm),
panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan berdasarkan
bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu :
lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat (kurang dari 2).
Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa factor, yaitu spesies dan varietas, kondisi
lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara
penyimpanan. Persyaratan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog (1983) dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Persyaratan beras untuk pengadaan dalam negeri


.

Tahapan pengolahan primer padi, yaitu padi diolah menjadi gabah, kemudian dari
gabah menjadi beras

Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari pertumbuhan kapang yang dapat menyebabkan
warna kuning. Pengeringan dapat dilakukan dengan memakai sinar matahari (penjemuran dengan
menggunakan tikar, tampah, lamporan), pengering buatan dan pengering surya.
Lamporan dibuat miring supaya air dapat mengalir dan untuk mencegah air tergenang. Pada
pengering buatan, jika kering cepat maka akan banyak menghasilkan beras patah. Sedangkan
pengeringan dengan sinar matahari untuk menghasilkan beras kepala. Pengeringan surya tidak
cocok untuk gabah biasa. Pengeringan surya ini sangat mahal biasanya untuk padi bulu yang nilai
ekonominya tinggi.
a. Penggabahan
Cara penggabahan antara lain diinjak-injak, dipukulkan, ditumbuk, menggunakan pedal thresner dan
mesin perontok. Keuntungan cara penggabahan diinjak-injak adalah kerusakan fisik kecil dan
kemungkinan loss/hilang/terpelanting sangat kecil, sedangkan kerugiannya adalah kapasitasnya
rendah. Keuntungan bila dipukulkan adalah kapasitas lebih besar sedangkan kerugiannya adalah

ada beras yang patah, loss lebih besar. Untuk menghindarinya harus dikerjakan dalam pulungan.
Keuntungan bila ditumbuki adalah kapasitas lebih besar dari pada diijak- injak, sedangkan
kerugiannya adalah rendemen yang dihasilkan rendah karena banyak beras yang patah.
keuntungan dengan menggunakan pedal thresner adalah kapasitasnya besar sedangkan
kerugiannya adalah banyak beras yang patah.
b. Penggilingan dan Penyosohan
Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar kariopsis dari biji padi agar diperoleh
beras yang dapat dikonsumsi. Terdapat berbagai jenis teknologi/alat yaitu penumbukan
(lesung/kincir air), penggilingan tipe Engelberg, Rice Milling Unit (RMU) dan penggilingan padi
besar.

Tahapan penggilingan padi


Penggilingan Padi Besar
1. Perontokan padi. Alat yang digunakan adalah rontogan; bahannya gabah, padi gedengan,
hencak; sehingga dihasilkan gabah kotor (kotoran: potpngan merang, kerikil, bubuk
jenteng, pasir, paku/logam, dan lain- lain).
2. Pembersihan gabah kotor. Alat yang digunakan adalah ayakan goyang (paddy cleaner/
hongkwl gabah), saringan kasar (batu, kerkil, paku, dan lain-lain), saringan halus (pasir)
serta penarik logam; bahannya gabah kotor; sehingga dihasilkan gabah bersih.

3. Pemecahan kulit (husking). Alat yang digunakan adalah pemecah kulit tipe silinder;
bahannya gabah; sehingga dihasilkan beras pecah kulit, sebagian kecil gabah utuh yang
lolos, lolosan (pesak halus bercampur dedak dan menir), serta sekam.
4. Pemisahan pesak. Alat yang digunakan adalah husk separator (hongkwl pesak), saringan
pesak, dan saringan lolosan; bahannya beras pecah kulit, sekam, lolosan; sehingga
dihasilkan beras pecah kulit bersih, dan gabah.
5. Pemisahan gabah (paddy separation). Alat yang digunakan adalah paddy separator atau
disebut gedongan; prinsipnya adalah perbedaan bobot jenis antara beras pecah kulit dan
gabah, serta kehalusan permukaan gabah dan beras pecah kulit. Pada permukaan miring,
beras pecah kulit akan cepat turun, sementara gabah terdesak ke atas; dibuat kamar-kamar.
6. Penyosohan. Alatnya adalah mesin penyosoh (rice polisher), mesin I (penyosohan I), mesin
II (penyosohan II), alat terdiri dari batu penyosoh (batu amaril) dan lempengan karet, karena
ada gesekan antara beras dengan batu, lempengan karet, dan antara sesama beras maka
beras akan tersosoh; bahannya adalah beras pecah kulit; sehingga dihasilkan beras sosoh,
dedak (mesin sosoh I),bekatul (mesin sosoh II); dedak dan bekatul langsung dipisahkan
dengan aspirator.
7. Grading. Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras); memisahkan beras
kepala, beras patah dan meni.

Komposisi gabah dan fraksi hasil giling (%db)

Komposisi kimia (%) pada kadar air 14%

Dalam pengertian sehari-hari, yang dimaksud dengan beras adalah gabah yang bagian kulitnya
sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling
(huller) serat alat penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luar (sekam)-nya,
disebut beras pecah kulit (brown rice). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian
dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (milled rice).
Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk beras giling.
Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan bekatul.
Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar
komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang diperoleh
berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak
padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang
dilakukan maka makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut
akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.

Referensi:

Tulus. 2006. Teknologi Pengolahan Beras (Teori dan Praktek). eBookPangan.com.

F.G. Winarno. 1987. Haruskah Kita Peduli rasa Nasi?. FTDC-IPB.

MANAJEMEN AGRIBISNIS TANAMAN PADI


Sejarah Singkat
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)
sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa
wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradabanmanusia.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan

sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan
padi dinamakan beras.
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monotyledonae

Keluarga

: Gramineae (Poaceae)

Genus

: Oryza

Spesies

: Oryza spp.

SUBSISTEM USAHA TANI : PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PERKEMBANGAN


PRODUKSI, PENYEBARAN PRODUKSI DI INDONESIA, JENIS-JENIS BIBIT
UNGGUL, POTENSI PRODUKTIVITAS, SYARAT-SYARAT UTAMA
PERTUMBUHAN TANAMAN.

Perkembangan Luas Areal

Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Departemen Pertanian (Deptan) menyediakan lebih dari 220 ribu ton benih padi
untuk musim tanam (MT) 2008/2009 atau periode Oktober 2008-Maret 2009. Dari
benih padi sebanyak 220.373,52 ton itu, terdiri benih bersertifikat 121.667,06 ton
dan benih non-sertifikat yang disediakan sendiri oleh petani sebanyak 98.706,46
ribu ton.Benih bersertifikat disediakan melalui bantuan pemerintah dan pasar
bebas baik yang bersubsidi maupun tidak bersubsidi, ujar Dirjen Tanaman Pangan
Departemen Pertanian Sutarto Alimoeso di Jakarta kemarin.
Dijelaskan, dengan sasaran tanam padi seluas 7,79 hektar, maka pada periode
Oktober 2008-Maret 2009 kebutuhan benih potensial mencapai 194.823,23 ton.
Dengan demikian, penyediaan benih padi pada periode tersebut terdapat
surplus 25.594,77 ton atau 13,11% dari kebutuhan.

Dikatakan, selama Masa Tanam 2008/2009 sasaran luas tanam terbesar pada
Desember 2008 yakni 2,20 juta hektar dengan kebutuhan benih potensial 55.080,88
ton. Sedangkan jumlah penyediaan benih mencapai 61.139,77 ton. Kemudian
Januari 2009 mencapai 1,55 juta hektar dengan kebutuhan benih potensial
38.795,68 ton dan penyediaan 43.839,11 ton. November 2008 diperkirakan
kebutuhan benih potensial mencapai 33.650,60 ton untuk sasaran tanam 1,34 juta
hektar dengan jumlah penyediaan sekitar 37.688,67 ton.
Sementara Maret 2009 kebutuhan benih potensial mencapai 35.886,98 ton untuk
sasaran tanam 1,03 juta hektar dengan jumlah penyediaan 31.064,37 ton. Sisanya
yakni untuk Oktober 2008 dan Februari 2009 dengan sasaran tanam masing-masing
di bawah 1 juta hektar. Varietas-varietas yang tersedia yakni Ciherang, IR 64,
Cigeulis, Ciliwung, Cobogo dan lain- lain.
(http://www.kr.co.id, 2009)

Perkembangan Produksi

Revolusi Hijau dan revolusi bibit-bibitan mulai diperkenalkan sekitar tahun 1960-an
di berbagai negara berkembang. Tahun 1962 misalnya, di Indonesia diperkenalkan
jenis padi baru produk dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI:
International Rice Research Institute) di Philipina. Padi jenis baru yang dikenal
dengan nama PB 8 ini adalah hasil persilangan generasi ke-8 dari 38 persilangan
antara jenis padi sedang dan jenis padi unggul PETA asal Indonesia.
Keunggulan jenis baru ini dapat hidup di berbagai ketinggian karena tidak sensitif
terhadap fotosintesis, juga tidak mengenal musim. Batang dan pelepahnya kuat,
tumbuhnya kokoh pada nitrogen tinggi, maka kuat menopang untaian bulir-bulir.
Satu hektar sawah dapat menghasilkan 10 ton gabah, bandingkan dengan
pertanian tradisional yang "cuma" menghasilkan 5 @ 6 ton gabah per hektar.
Kemudian diperkenalkan jenis-jenis padi unggul lainnya. Penyebaran bibit-bibit
unggul begitu pesatnya, di tahun 1974 sekitar 54% sawah basah di seluruh
Indonesia sudah di-"Revolusi Hijau"-kan. Sepuluh tahun kemudian menjadi 67% dan
pada tahun 1975 varietas unggul telah memenuhi lebih dari 74% lahan sawah
basah di Indonesia. Penanaman padi tradisional tersingkir ke pinggir. Bahwasanya
padi tradisional masih bisa eksis, itu hanya berkat kemampuan varietas tradisional
ini untuk tumbuh di tanah-tanah yang tinggi (pegunungan), di areal rawa-rawa
berair dalam dan lahan-lahan yang kurang sesuai untuk padi teknologi baru.
Teknologi Revolusi Hijau paling cocok pada sawah dataran rendah, karenanya di
areal ini varietas tradisonal tidak punya hidup lagi. Persilangan-persilangan jenis
padi tidak hanya terjadi di Phlipina, juga di Indonesia sendiri terjadi penyilangan
padi. Padi-padi silang yang dihasilkan di Indonesia diberi nama-nama sungai atau

nama-nama gunung seperti Cisedane, Cimandiri, Citarum, Semeru, Sadang,


Krueng Aceh.
Tiga jenis padi silang yang membawa Indonesia ke tingkat swasembada beras
adalah padi IR 36, Cisedane dan Krueng Aceh. Panen 3 jenis padi ini berhasil
meningkatkan produksi lebih dari 49% di tahun 1979 sampai 1985. Malangnya
kemudian terjadi lagi wabah wereng coklat yang menyerang sekitar 100.000 hektar
sawah yang ditanami jenis-jenis padi unggul tersebut. Di belakang hari masih
ditemukan bibit unggul baru yang dikenal dengan padi IR 64. Namun bersamaan
dengan munculnya padi jenis-jenis baru, muncul pula jenis hama-hama baru. Maka
manusiapun menciptakan jenis pestisida baru untuk membunuh hama-hama baru
tersebut. Itulah mata rantai yang terjadi akibat Revolusi Hijau.
Penanaman bibit-bibit unggul jenis baru, jelas menuntut perubahan praktek bertani.
Sistem pertanian tradisional tidak cocok lagi untuk menanam bibit-bibit unggul.
Hanya dalam kurun waktu 20 tahun saja, sistem pertanian tradisional telah
digantikan oleh model baru yang meningkatkan kerawanan-kerawanan. Tetapi dapat
menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem, rusaknya tanah, pencemaran
makanan, juga munculnya hama-hama tanaman jenis baru. Akibat hama wereng
kerugian mencapai 500 juta US $ atau setara dengan panen sekitar 3 juta ton.
Situasi itu memunculkan penemuan IRRI jenis baru IR 36 dan IR 38 yang tahan
hama wereng coklat, sehingga di tahun 1977 hasil panen nasional dapat
dikembalikan ke tingkat semula (Sugeng, 2001).

Penyebaran Produksi di Indonesia

Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi
areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi
gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah
mencapai 6 7 ton/ha.
Tabel Penyebaran Produksi Padi di Indonesia
No.

Daerah

Luas Panen Padi Sawah

Luas Panen Padi


Ladang (x 1.000

(x 1.000 ha)

ha)

1.

Jawa

3.786

403

2.

Sumatera

1.168

708

3.

Kalimantan

448

270

4.

Bali
Nusatenggara

335

132

5.

Maluku Irian
Jaya

(Sumber : BPP Teknologi dan MiG-6 Plus / Teguh Rahayu).

Jenis Jenis Bibit Unggul


Balai Penyelidikan Padi di Bogor telah menemukan berbagai padi jenis
unggul baru, antara lain dengan nama C4, sebagai hasil penelitian Dr. H. Siregar.
Demikian juga kita mengenal jenis padi lain seperti Begawan, Peta, Remaja, Sigadis
dan lainnya. Padi PB 5 dan PB 8 adalah padi jenis unggul hasil penelitian
Internasional Rice Research Institute di Filipina. Nama padi itu sebenarnya IR 5
dan IR 8 kemudian di Indonesia diubah menjadi PB 5 dan PB 8. Huruf huruf PB
berasal dari singkatan Peta Baru.
Internasional Rice Research Institute (IRRI) telah menghasilkan lagi padi
jenis baru yaitu IR 24. Sifat IR 24 itu lebih disenangi oleh masyarakat Indonesiadan
Filipina, nasinya lunak dan lembab. Selain itu sifat lainnya dapat dituai pada umur
120 hari dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
Dalam penelitian selanjutnya dihasilkan penyilangan penyilangan baru
dengan nama IR 26, IR 30, IR 32, IR 36. Demikian pula balai penyelidikan padi di
bogor juga menyebarkan padi padi jenis baru antara lain VUTW atau varietas
Unggul Tahan Wereng dan Cisadane. Lembaga lain yang ikut berpartisipasi dalam
usaha menyilangkan untuk mendapatkan varietas padi jenis baru adalah LIPI.
Produksi Beberapa Padi Jenis Unggul
No.

Varietas

Umur Hari

Hasil Gabah
kw/ha

1.

Syntha

148

35

2.

Dewi Tara

148

34

3.

PB 5

135

60

4.

PB 8

125

61

5.

C4

125 150

6.

IR 8

65

7.

IR 20

55

8.

IR 22

63

9.

IR 24

68

(Sugeng, 2001).

Potensi Produktivitas

Dengan menggunakan bibit unggul, ujarnya para petani tidak perlu menunggu lama
untuk memanen padi mereka. Hanya membutuhkan waktu 105 hari saja petani
sudah bisa panen padi. Padi yang dihasilkan dari bibit unggul juga mempunyai
harga jual tinggi dan cukup digemari di pasaran karena rasanya enak. Ketahanan
benih ini maksimal enam bulan. Dia mengungkapkan jenis bibit unggul padi yang
banyak diminati petani yaitu jenis padi Ciherang.
Dia mengungkapkan penyaluran bibit unggul di Kalbar telah mencapai 160
ton. Direncanakan pada 2007, dinas pertanian Kalbar akan membantu mensubsidi
benih. Dimaksudkan untuk membantu para petani akan harga bibit unggul yang
lebih tinggi dari bibit lokal dengan kualitas rendah. Bibit tersebut akan disalurkan
melalui sentra-sentra bibit yang ada di daerah termasuk sentra bibit di Singbebas
yaitu Singkawang, Bengkayang, dan Sambas. (http://arsip.pontianakpost.com,
2009).

Syarat Syarat Utama Pertumbuhan Tanaman

Iklim

a.
Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS
dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
b.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau
produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air
melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.
c.
Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperature 19-23 derajat C.
d.

Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.

e.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu
kencang akan merobohkan tanaman.

Media Tanam

1)

Padi gogo

a.
Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara.
b.
Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari
yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang
tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus <
50%.
c.

Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.

2)

Padi sawah

a.
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
b.

Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.

c.
Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan
pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah
sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah
sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang
memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.

Ketinggian Tempat

Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan
tinggi.

( Sumber : BPP Teknologi dan MiG-6 Plus / Teguh Rahayu ).

SUBSISTEM SARANA PRODUKSI : JENIS-JENIS DAN KEBUTUHAN SARANA


PRODUKSI (BIBIT, PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK, PESTISIDA,
HERBISIDA, KIMIA PERTANIAN, ALAT-ALAT DAN MESIN PERTANIAN,
SUMBER-SUMBER PRODUKSI DAN PEMASARAN SARANA PRODUKSI

Bibit

Jenis jenis bibit padi yang tersedia di pasaran dan yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat adalah :

Aek Sibundong

Air Tenggulang

Bibit Padi Angke

Bibit Padi Bahbutong Bah Butong

Bibit Padi Banyuasin Banyu Asin

Bibit Padi Barito

- Bibit Padi Barumun


-

Bibit Padi Batang Gadis

Bibit Padi Batang Piaman

Bibit Padi Batang hari

Bibit Padi Bondojudo

Bibit Padi Celebes

Bibit padi Ciapus

Bibit Padi Cibogo

Bibit Padi Cigeulis

Bibit Padi Ciherang

Bibit Padi Cikapundung

Bibit padi Cilamaya Muncul

Bibit Padi Ciliwung

Bibit Padi Cilosari

(karyamitrausaha@yahoo.com, 2009).

Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik

Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupuk kandang
atau kompos matang sebanyak 5 ton / ha. Pupuk kandang tersebut diberikan
bersamaan dengan pembajakan kedua. Cara pemberiannya dengan disebarkan

secara merata ke selurauh permukaan tanah. Setelah disebarkan, pupuk tersebut


dibiarkan selama 4 hari. Selanjutnya tanah sawah di garu sehingga pupuk kandang
dapat menyatu dengan tanah. Terkadang untuk memperoleh pupuk kandang atau
kompos matang sebanyak 5 ton agak sulit. Sebagai gantinya dapat digunakan
pupuk fermentasi atau bokashi ini lebih hemat dibandingkan dengan pupuk
kandang atau kompos, cukup 1,5 2 ton / ha.
Pupuk anorganik yang digunakan dalam penanaman tanaman padi adalah pupuk
yang mengandung bahan kimia antara lain: Pupuk anorganik yang dianjurkan
Urea=200 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali,
yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar
terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan
dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan
saatc menjelang keluar malai (untuk hasil 9 ton/ha dibutuhkan N : 171 kg
atau setara dengan urea 400 kg, P : 54 kg atau setara dengan 154 TSP. K : 180
kg atau setara dengan 200 KCL sedangkan dengan MiG-6 Plus 6 liter / ha
dapat menghasilkan N : 90kg, P: 50kg dan K:50kg, catatan: 1 ton membutuhkan
19kg N, 6 kg P dan 19,4 kg K).
(http://www.merauke.asia, 2009).

Pestisida

Masalah besar yang dihadapi petani terutama sejak dimulainya revolusi hijau
adalah serangan hama yang dapat menghancurkan tanaman. Dalam pertanian
tradisional, masalah hama yang dihadapi petani tersebut tidaklah terlalu
dipusingkan karena pertani tidak merasa dirugikan. Seiring dengan perjalanan
waktu, lambat laun masalah hama ini menjadi perhatian yang utama. Untuk
menghadapi masalah tersebut petani mengembangkan suatu bahan untuk
mengendalikannya yaitu, dengan pestisida. Pestisida yang merupakan insektisida
atau racun pembasmi serangga ini sangat ampuh. Keampuan DDT sebagai racun
pembasmi serangga ternyata diakui hampir seluruh orang. Namun Pestisida
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan juga
manusia.
(BPP Teknologi dan MiG-6 Plus, 2009).

Herbisida

Herbisida juga digunakan dalam manajemen agribisnis padi. Herbisida adalah racun
yang digunakan untuk membunuh gulma atau tanaman penggangu yang ada di

sekitar padi yang bersifat merugikan atau menganggu tanaman padi sehingga pada
akhirnya juga akan menurunkan produktivitas tanaman padi tersebut.

Kimia Pertanian

Untuk pertumbuhan optimal, tanaman memerlukan hara atau zat makanan


yang memadai di dalam tanah. Secara alami hara tersebut terpenuhi dari serasah
dedaunan dan bermacam organisme lain yang mengalami proses penguraian yang
akhirnya menjadi makanan bagi tanaman. Namun untuk memacu pertumbuhannya,
tanaman perlu diberi zat makanan yang kemudian dikenal sebagai pupuk.
Penggunaan pupuk kimia kemudian diketahui mempunyai efek merusak
tanah. Struktur tanah yang secara alami rendah, setelah mendapat perlakuan
dengan penggunaan pupuk kimia secara simultan terus menerus akhirnya
menjadi bantat (sangat keras) (Andoko, 2002).

Alat alat dan Mesin Pertanian

Sabit
Sabit juga merupakan satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam bidang
pertanian. Sabit adalah pisau yang melengkung dengan mata yang licin atau
bergerigi.
Bagian dalam dari lengkungan berbentuk
tajam, bentuk lengkung ini memudahkan
dalam proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah tanaman yang
dipotong dengan cara mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu
tangan, atau ketika untuk mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi
tangan yang lain biasanyah memegang pokok tanaman. Ia mempunyai pemegang/
hulu yang diperbuat daripada kayu. Kegunaan alat ini yang paling utama adalah
untuk memotong padi, rumput dan mengait buah seperti kelapa dan kelapa sawit.
Namun begitu, penggunaannya yang paling meluas adalah untuk menuai padi di
mana ia menggantikan penggunaan ani-ani yang merupakan alat utama penuai
padi pada era 1960-an. Penggembala lembu dan kambing di kampung-kampung
menggunakan sabit tangan untuk menyabit rumput sebagai makanan ternakan
tersebut.
Alat Perontok

Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontokkan biji-bijian


(padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak
sehingga biji-bijian yang dihasilkan relatif bersih.
Mesin Sabit
Sabit biasa ataupun sabit bergerigi disebut juga sebagai alat pertanian. Namun
teknologi panen padi yang berupa mesin sabit (Mower) dapat disebut sebagai mesin
pertanian, karena tenaga penggeraknya adalan enjin (engine) 2 taks2 HP 6000 rpm
dan berbahan bakar bensin campur. Bila menggunakan bahan bakar bensin murni,
enjin akan mengalami kerusakan yang serius.
Penyemprot Hama
Pestisida yang dipakai dalam budidaya tanaman umumnya berbentuk cairan dan
ada pula yang berbentuk tepung, digunakan untuk mengendalikan gulma, hama
dan penyakit tanaman. Untuk mengaplikasikannya pestisida cair digunakan alat
penyemprot yang disebut sprayer, sedangkan untuk pestisida berbentuk tepung
digunakan alat yang disebut duster. Dalam penggunaannya sehari-hari petani
sering menemukan masalah seperti teknik pemakaian, serta perbaikan dan
pemeliharaannya. Hal seperti ini pada akhirnya akan menentukan tingkat efisisnsi
dan efektivitas dalam penggunaannya. penyemprot dibedakan menjadi: alat
penyemprot dengan tenaga tangan (handsprayer), dan alat penyemprot dengan
pompa tekanan tinggi.
Mesin Perontok Padi Tipe Sisir
Salah satu masalah dalam usaha tani padi adalah makin langkanya tenaga kerja
manusia baik untuk kegiatan prapanen maupun panen. Untuk mengatasi masalah
tersebut, kini banyak diperkenalkan alat mesin pertanian salah satunya adalah
mesin perontok (thresher). Jenis dan tipe alat perontok padi cukup bannyak, namun
yanng populer di kalangan petani adalah gebot (manual) dan thresher (mekanis).
Perontokan gabah secara manual dengan menggunakan gebot cukup melelahkan,
apalagi bila gabah sulit rontok seperti Varietas Fatmawati. Untuk varietas yang
gabahnya sulit rontok, perontokan dengan thresher juga akan menurunkan
kapasitas perontokan. Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Bina Usaha Tani dan
Pengolahan Hasil tahun 1999, kehilangan hasil akibat perontokan dengan system
gebot mencapai 7,5%.
Bajak
Bajak merupakan sebuah alat di bidang pertanian yang dipergunakan untuk
menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih, juga
merupakan salah satu alat paling sederhana dan berguna dalam sejarah.

Tujuan utama dari membajak adalah untuk membawa tanah bagian dalam yang
subur ke permukaan. Bajak biasanya ditarik oleh seekor sapi. Walau demikian, di
beberapa daerah, bajak ditarik oleh kuda. Sedangkan, di negara-negara maju,
dipergunakan tenaga uap.
Salah satu jenis bajak adalah bajak singkal. Bajak singkal merupakan peralatan
pertanian untuk pengolahan tanah yang digandengkan dengan sumber tenaga
penggerak/penarik seperti tenaga penarik sapi, kerbau atau traktor pertanian. Bajak
singkal berfungsi untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta
pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk tahapan
kegiatan pengolahan tanah pertama. Bajak singkal dirancang dalam beberapa
bentuk untuk tujuan agar diperoleh kesesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan
pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata
bajak, juga di bagian perlengkapannya.

Sumber Sumber Produksi dan sarana pemasaran produksi

Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian Sutarto Alimoeso mengemukakan


kepada pers, sekitar 100.000 hektar areal persawahan musim tanam 2007-2008
yang berlangsung selama periode Oktober-Maret mengalami puso dan gagal
panen. Pernyataan ini mengejutkan mengingat pengaruhnya tidak kecil terhadap
produksi beras nasional. Dengan perkiraan tiap hektar menghasilkan lima ton gabah
kering giling (GKG), maka kehilangan akibat puso dan gagal panen mencapai
500.000 ton, atau setara 325.000 ton beras.
Kehilangan akibat gagal panen masih akan terjadi mengingat selama ini kita
mengenal dua musim tanam. Selain musim tanam (MT) 2007-2008 yang biasa juga
disebut tanaman padi rendeng, sistem pertanian di sebagian besar wilayah
Indonesia berlangsung tanaman padi gadu. Tanaman padi rendeng berlangsung
pada musim hujan dan tanaman padi gadu berlangsung pada musim kemarau.
Kedua musim tanam itu mengandung implikasi berbeda.
Selama ini kita bukan hanya tidak berhasil mengendalikan penjarahan hutan, tetapi
penghijauan yang dilakukan selama ini belum memperlihatkan hasilnya. Di Pulau
Jawa setidaknya terdapat tujuh daerah aliran sungai (DAS) yang menjadi sumber
pengairan dan irigasi, seperti DAS Ciliwung, Citarum, Cimanuk, Citanduy, Bengawan
Solo, dan DAS Brantas termasuk dalam kondisi kritis.

SUBSISTEM PENGOLAHAN : HASIL-HASIL PENGOLAHAN SAMPAI INDUSTRI


HILIR (POHON PRODUKSI HASIL PENGOLAHAN), CARA PENGOLAHAN
SINGKAT, RENDEMEN

Agribisnis hulu mencakup semua kegiatan bisnis/usaha untuk memproduksi dan


menyalurkan input-input pertanian. Kegiatan-kegiatan ini meliputi antara lain:
membuat dan menjual keperluan pertanian (pupuk organik, pestisida organik,
pakan ternak, dan lain-lain), pengadaan dan menjual bibit unggul, dan lain-lain.
Sedangkan agribisnis hilir sering disebut agroindustri adalah kegiatan industri atau
pengolahan bahan makanan atau makanan yang menggunakan bahan baku hasilhasil pertanian. Di samping itu juga kegiatan-kegiatan pengangkutan dan
penyimpanan hasil-hasil pertanian.
Pengolahan hasil pertanian adalah melakukan proses pembuatan bahan makanan
atau makanan dengan bahan baku hasil tanaman atau ternak. Bahan makanan
dapat dimakan harus diolah lagi, tetapi makanan dapat langsung dimakan. Contoh
hasil pertanian diolah menjadi bahan makanan adalah: singkong menjadi tepung
(tapioka, kasava, lainnya), kelapa menjadi minyak, buah marquisa menjadi sirup,
ketan/beras menjadi tepung, daging menjadi dendeng, dan lain-lain. Sedangkan
contoh hasil pertanian diolah menjadi makanan adalah singkong diolah menjadi
kripik/tape/lemet/singkong goreng/lainnya, ketan menjadi uli/tape/lemper/lainnya,
sagu menjadi bagea, daging menjadi abon, dan lain-lain.
Dalam proses produksi (baik biologis atau teknis) senantiasa disertai oleh produksi
limbah dan hasil samping karena terjadi transformasi input menjadi output (bahan
baku ke produk). Proses transformasi dalam semua sistem tidak terjadi secara
sempurna tetapi dengan tingkat efisiensi tertentu. Dalam produksi pertanian,
efisiensi berkisar pada rentang 5-40 persen. Hal ini terjadi pada indutri pengolahan
padi, selain menghasilkan beras juga limbah (sekam dan dedak) dan hasil samping
(menir).
Industri pengolahan padi (sederhana, kecil, menengah dan besar) menghadapi
permasalahan penanganan limbah. Hampir semua penggilingan padi menumpuk
sekam di sekitar bangunan. Semakin hari jumlahnya bertambah. Pembuangan sulit
dilakukan karena keterbatasan tempat dan biaya yang besar. Penggunaan untuk
bahan bakar (bata, pengering) masih sangat terbatas. Akibatnya, muncul berbagai
persoalan lingkungan seperti estetika, bau dan sumber penyakit.
Pendekatan terpadu dalam pengolahan padi, yakni menggunakan semua bagian
bahan baku untuk menghasilkan berbagai produk dalam satu lini, dapat mengurangi
persoalan lingkungan sekaligus meningkatkan manfaat ekonomi. Makalah ini
membahas berbagai konsepsi dan dampak lingkungan, teknologi pengolahan padi,
dan pemanfaatan hasil samping sebagai satu industri terpadu

Cara pengolahan Singkat

Pengolahan padi menjadi beras, secara prinsip, melibatkan tahapan yang sederhana
yakni:
(i)

pemisahan kotoran,

(ii) pengeringan dan penyimpanan padi


(iii) pengupasan kulit (husking)
(iv) penggilingan (milling), dan
(v) pengemasan dan distribusi
Pemisahan kotoran dari padi hasil panen di sawah dilakukan karena masih banyak
terbawa kotoran lain seperti jerami, daun, batang bahkan benda lain yang tidak
lazim seperti batu dan pasir. Kotoran ini akan mengganggu proses pengeringan
terutama penyerapan kalori dan penghambatan proses pergerakan padi pada
tahapan berikutnya.
Kadar air padi hasil panen sangat bervariasi antara 1825%, bahkan dalam
beberapa kasus dapat lebih besar. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar
air sampai sekitar 14% sehingga memudahkan dan mengurangi kerusakan dalam
penyosohan dan proses selanjutnya. Kadar air yang terlalu tinggi menyulitkan
pengupasan kulit dan menyebabkan kerusakan (pecah atau hancur) karena tekstur
yang lunak.
Penyosohan adalah pengupasan kulit padi yang merupakan tahapan paling penting
dari keseluruhan proses. Penglupasan kulit adalah transformasi padi menjadi beras
yang secara prinsip sudah dapat dimasak untuk dimakan. Proses selanjutnya
hanyalah penyempurnaan dari penyosohan dan untuk meningkatkan kebersihan.
Gabungan dari sosoh serta kebersihan dan keutuhan biji adalah ukuran mutu beras
putih.
Tahapan penggilingan adalah proses penyempurnaan penyosohan dan pelepasan
lapisan penutup butir beras. Teknologi penggilingan sudah sangat berkembang
untuk menghasilkan beras putih yang baik. Proses ini dibagi lagi menjadi
penyosohan, pemutihan (whitening) dan pengkilapan (shining). Walaupun
demikian, inti proses ini adalah untuk memisahkan lapisan penutup semaksimal
mungkin.
Selain proses utama tersebut ada beberapa tambahan yakni operasi pemisahan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan beras putih utuh dan murni. Oleh karena
itu, proses pemisahan terdiri dari pemisahan kotoran atau bahan asing (seperti
batu, daun dan benda asing lainnya) dan pemisahan beras yang kurang baik (muda,
busuk, berjamur, berwarna dan rusak/pecah). Perkembangan permintaan beras

tanpa kerusakan yang meningkat mendorong perkembangan teknologi yang


semakin canggih. Dalam konteks inilah berkembang teknologi pemisah batu,
pemisah beras berdasarkan warna (color sorter), pemisah biji pecah (rotary shifter)
dan pemisah biji menurut panjang (lenght grader).

Padi Kering Panen


105 %
Pengeringan & Penyimpanan
102 %
Padi
100 %
Beras PK
83 %
Beras Putih
72.00%
3% :Kotoran (merang, butir muda, batu, pasir, debu)
2%:Susut Simpan
17%:Sekam
11%:Dedak (9.99%), Beras Rusak (0.76%),
Beras Berwarna (0.25%)
Husker
Miller

Gambar 3. Tahapan Utama Proses Pengolahan Beras


Tahap akhir dari proses pengolahan adalah pengemasan yang ditujukan untuk
memudahkan pengangkutan dan distribusi. Perkembangan terkini di bidang
pengemasan menambah atribut maksud yakni estetika, dayatarik, informasi produk
dan perbaikan daya simpan. Sebagai proses tambahan, dahulu kala pengemasan
tidak berkembang karena selain volume pengolahan yang sangat kecil juga atribut
mutu (sebagai perwujudan dari permintaan pembeli) masih sangat sedikit. Dewasa

ini, teknologi pengemasan beras sudah sangat canggih yang meliputi keragaman
bentuk, rupa, ukuran dan cara/metoda.

Pengolahan Padi Terpadu Berwawasan Lingkungan

Pengolahan padi terpadu bukanlah sesuatu yang sulit pada tingkat praktek. Residu
yang diahasilkan dalam jumlah yang besar hanyalah sekam dan dedak. Residu yang
lain dalam bentuk daun kering, tangkai atau bahan lain jumlahnya relatif kecil dan
dapat ditangani dengan mudah (dibakar atau dikomposkan). Dua residu ini harus
ditangani lebih lanjut melalui pengolahan (pemanfaatan ulang) atau dibuang
dengan cara yang memenuhi persyaratan pembuangan limbah. Pembuangan
sebagai limbah menghadapi berbagai kesulitan yaitu keterbatasan tempat dan
persoalan lingkungan. Dedak yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan bau
dan mengotori tempat pembuangan. Dedak, karena mengandung unsur hara, juga
menjadi media pertumbuhan mikroba baik yang menguntungkan maupun yang
berbahaya bagi kesehatan.
Sekam
Volume sekam yang dihasilkan adalah 17% dari Gabah kering giling (GKG). Untuk
penggilingan padi yang berkapasitas 5 ton/jam beras putih atau sekitar 7 ton
GKG/jam akan dihasilkan sekam sekitar 0.85 ton/jam atau sekitar 8.5 ton/hari. Berat
ini setara dengan sekitar 25 m3/hari atau 7500 m3/tahun. Volume yang besar ini
akan menjadi masalah serius dalam jangka panjang apabila tidak ditangani dengan
baik.
Sekam tersusun dari palea dan lemma (bagian yang lebih lebar) yang terikat
dengan struktur pengikat yang menyerupai kait. Sel-sel sekam yang telah masak
mengandung lignin dan silica dalam konsentrasi tinggi. Kandungan silica
diperkirakan berada dalam lapisan luar (De Datta, 1981) sehingga permukaannya
keras dan sulit menyerap air, mempertahankan kelembaban, serta memerlukan
waktu yang lama untuk mendekomposisinya (Houston, 1972). Silica sekam dalam
bentuk tridymite dan crytabolalite yang mempunyai potensi sebagai bahan
pemucat minyak nabati (Proctor dan Palaniappan, 1989). Komposisi sekam dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Sekam
Kandungan
C-organik

Persenta
se
45.06

N-total

0.31

P-total

0.07

K-total

0.28

Mg-total

0.16

SiO3

33.01

Sumber: Hidayati (1993)


Dari komposisi kimia sekam (Tabel 2) dapat diketahui potensi penggunaannya
terbatas sebagai sumber C-organik tanah dan media tumbuh (dari kandungan
karbon organik yang tinggi) serta bahan pemurnian dan bahan bangunan (dari
kandungan silica yang tinggi). Karbon yang tinggi juga mengindikasikan banyaknya
kandungan kalori sekam. Proses yang diperlukan untuk pemanfaatan tersebut
adalah:

Pengarangan (Carbonizing)
Pengarangan adalah proses pembakaran dengan oksigen terbatas. Arang padi
mempunyai beberapa kegunaan, antara lain:
a.
Mempertahankan kelembaban: apabila arang ditambahkan ke dalam tanah
akan dapat mengikat air dan melepaskannya jika tanah menjadi kering,
b.
Mendorong pertumbuhan (proliferation) mikroorganisme yang berguna bagi
tanah dan tanaman,
c.
Penggembur tanah: menghindari pengerasan tanah karena sifatnya yang
ringan,
d.
e.

Pengatur pH: arang dapat mengatur pH dalam situasi tertentu,


Menyuburkan tanah: kandungan mineral arang adalah hara tanaman,

f.
Membantu melelehkan salju karena arang yang disebarkan di atas salju akan
menyerap panas yang dapat mencairkan salju, dan
g.
Menyerap kotoran sebagai bahan pemurnian dalam pengolahan air, minyak,
sirup dan sari buah.

Pembakaran
Kandungan karbon yang tinggi juga mengindikasikan bahwa sekam mempunyai
kalori yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber enerji panas. Banyak
penggilingan padi menengah dan besar munggunakannya sebagai bahan bakar
pengering padi. Penggunaan yang sama juga dapat dijumpai pada pembakaran
batu bata.
Abu sisa pembakaran mengandung SiO2 sekitar 85% sehingga baik digunakan untuk
pembuatan bahan bangunan (seperti papan semen) dan bahan pemurnian minyak
(kelapa). Abu sekam memperbaiki daya serap air, kerapatan, perubahan panjang
dan konduktifitas panas papan semen pulp. Penggunaan abu dalam pemucatan
minyak kelapa dapat memperbaiki kejernihan.
Dedak
Persentase dedak mencapai 10% dari GKG. Penggilingan dengan kapasitas beras
putih sebesar 5 ton/jam akan menghasilkan dedak sebanyak 0.7 ton/jam atau
sekitar 7 ton/hari. Jumlah ini terlau besar untuk diabaikan. Volume dedak sekitar
600 liter/ton, maka akan dihasilkan sekitar 12 m3 dedak setiap harinya.
Dedak adalah bagian padi yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi seperti
minyak, vitamin, protein dan mineral. Pada kadar air 14%, dedak mengandung pati
sebesar 13.8%, serat 23.7-28,6%, pentosan 7.0-8.3%, hemiselulosa 9.5-16.9%,
selulosa 5.9-9.0%, asam poliuronat 1.2%, gula bebas 5.5-6.9% dan lignin 2.8-3.0%
(Juliano dan Bechtel, 1985). Dari kandungan ini maka dedak telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sumber minyak, pakan ternak dan
bahan makanan.
Berbasis pada kandungan bahannya, maka dedak dapat dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan. Minyaknya dapat diambil dengan ekstraksi menggunakan pelarut,
protein dan vitaminnya berguna sebagai nutrisi makanan. Namun demikian, upaya
pemanfaatan tersebut secara ekonomi belum menguntungkan. Ekstraksi minyak
melibatkan investasi yang besar dan hanya layak pada skala yang besar pula. Ini
berarti pengolahan terintegrasi pada penggilingan tidak dapat dilakukan.
Sejauh ini, dedak bukan lagi sebagai limbah tetapi telah menjadi hasil samping
yang mempunyai pasar tersendiri. Pemanfaat utama adalah industri pakan ternak.
Pemanfaatan lain yang telah berkembang dan peralatannya sudah dijual secara
komersial adalah mengolahnya menjadi pellet. Kandungan hara yang tinggi
menjadikan pellet dedak dapat digunakan untuk makan ternak terutama unggas
dan pupuk organic. Bahkan dalam kondisi aplikasi awal, pellet dedak dapat
menghambat pertumbuhan gulma apabila disebarkan pada permukaan tanah.

Metode Pengolahan Padi Terintegrasi

Pengolahan padi yang telah berkembang hanya beraslah produk yang harus
dihasilkan. Selebihnya dipandang sebagai limbah. Pola berpikir seperti inilah yang
menyebabkan industri penggilingan padi menghadapi banyak persoalan lingkungan.
Pendekatan terpadu memandang semua bagian bahan baku adalah bahan yang
harus dimafaatkan untuk menghasilkan produk yang bernilai (ekonomi dan
lingkungan).
Dengan pendekatan terpadu maka produk yang dapat dihasilkan dalam pengolahan
terpadu dapat bermacam-macam. Beberapa model dapat dikembangkan:
a.
b.

Model terpadu yang menghasilkan pellet dedak dan sekam lunak,


Model tepadu menghasilkan pellet dedak, arang sekam dan wood vinegar,

c.
Model terpadu yang menghasilkan produk turunan dedak, arang sekam atau
sekam lunak,
d.
Model terpadu yang mengembangkan kombinasi berbagai produk berbasis
sekam dan dedak, dan
e.
Model terpadu menghasilkan berbagai produk berbasis dedak dan pemakaian
sekam sebagai sumber enerji panas.
Semua proses ini dapat diintegrasikan dalam proses pengolahan padi beskala
menengah dan besar (minimum 1 ton beras putih/jam). Secara keseluruhan, model
terpadu yang layak dikembangkan dengan pertimbangan teknis dan ekonomis
ditunjukkan dalam Gambar 7. Pengolahan terpadu mempunyai beberapa
keuntungan antara lain tidak mencemari lingkungan, mengoptimalkan pemanfaatan
bahan baku dan memperoleh manfaat ekonomi total (baik langsung maupun tidak).
GKP
Pengeringan
Penyosohan
Pemutihan
Sekam
Pengarangan
Pelunakan
Beras Putih
Arang
Pengkomposan

Cuka Kayu
Kompos
Pemeletan
Pellet
Dedak
Abu Sekam
Media Tanam

Gambar 7. Pengolahan Padi Terintegrasi yang Secara Teknis dan Pembiayaan Layak

(http.//www:\padi\memilih-usaha-pemudatani, 2009).

SUBSISTEM PEMASARAN HASIL : SALURAN PEMASARAN DN DAN EKSPOR,


PERKEMBANGAN JUMLAH EKSPOR DAN KONSUMSI DN, PERKEMBANGAN
HARGA DN DAN EKSPOR, NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR

Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berbagai
subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan
pemasaran. Dengan demikian lima subsistem yaitu sektor produksi, saluran
pemasaran, sektor konsumsi, aliran (flow), dan fungsional berinteraksi satu sama
lain dalam subsistem keenam, yaitu lingkungan.
Pemasaran hasil pertanian dihadapkan pada permasalahan spesifik, antara lain
berkaitan dengan karakteristik hasil pertanian, jumlah produsen, karakteristik
konsumen, perbedaan tempat, dan efisiensi pemasaran. Terdapat enam macam
pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi
dalam pemasaran hasil-hasil pertanian, yaitu pendekatan komoditi (commodity
approach), pendekatan kelembagaan (institutional approach), pendekatan analitis
atau efisiensi pemasaran (analytical approach), pendekatan struktur tingkah laku

dan penampilan pasar (SCP approach), dan pendekatan manajemen pemasaran


(marketing management approach). Masing-masing pendekatan tersebut tidak
dapat berdiri sendiri sehingga memerlukan pendekatan lainnya agar dapat
memberikan manfaat yang lebihmenyeluruh.

Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk


menyelesaikan proses pemasaran. Secara umum, fungsi pemasaran diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan facilitating function. Masingmasing fungsi ini masih dapat dirinci lagi menjadi fungsi-fungsi yang lebih
spesifik. Beberapa fungsi penting dalam pemasaran hasil pertanian antara lain
fungsi penyimpanan, transportasi, grading dan standardisasi, serta periklanan.
Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan
periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan untuk produk- produk
pertanian, yaitu:
a) produk bersifat musiman,
b) adanya permintaan akan produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun,
c) perlunya waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen,
d) perlunya stok persediaan untuk musim berikutnya.
Fungsi transportasi dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna dengan
memindahkannya dari produsen ke konsumen. Biaya transportasi ditentukan oleh:
a) lokasi produksi,
b) area pasar yang dilayani,
c) bentuk produk yang dipasarkan,
d) ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.
Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyeder-hanakan dan
mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui saluran
pemasaran. Grading adalah penyortiran produk-produk ke dalam satuan atau unit
tertentu. Standardisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam antara pembeli dan
penjual, antar tempat dan antar waktu. Fungsi periklanan dimaksudkan untuk
menginformasikan ke konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk
mengubah permintaan atas suatu produk. Masalah yang timbul dalam periklanan

produk-produk pertanian terutama berkaitan dengan karakteristik produk-produk


pertanian itu sendiri.
Sebagai gambaran awal adalah struktur pemasaran padi yang sebagian besar juga
dikuasai oleh jaringan tengkulak. Padi yang ditanam di semua wilayah Kecamatan
Imogiri hampir separuhnya (49,26%) dipasarkan ke konsumen lokal melalui
tengkulak. Hanya 39% hasil panen padi yang langsung dijual kepada pembeli,
sementara peranan koperasi dalam distribusi padi hanya sebesar 8,12%.
Dominasi jaringan tengkulak terbesar terdapat pada struktur pemasaran padi di
Desa Girirejo, yaitu sebesar 87,5%, sedangkan peranan tengkulak di Desan Kebon
Agung sama sekali tidak ada karena 100% hasil padi petani sudah langsung dijual
kepada pembeli.
Struktur Pemasaran Padi Tengkulak 49,26, Pembeli 39,05, Koperasi 8,12 Gilingan
3,03, Lainnya 21,25 .
Pangsa pasar padi Imogiri yang sudah tersedia dan dipasok secara berkelanjutan
oleh petani Imogiri tidak menjadi jaminan bagi peningkatan kesejahteraan petani
padi. Hal ini sesuai temuan empirik di atas, di mana marjin keuntungan sebagian
besar justru masuk ke agen pemasaran (tengkulak) yang relatif menguasai pasar
dengan lebih baik.
Sumber: diolah dari hasil Survey Sibermas 2007

Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010

Potensial untuk ditingkatkan lagi produktivitasnya. Selain terbatasnya sumberdaya


lahan, opportunity cost usahatani padi di Jawa juga lebih tinggi, karena tajamnya
kompetisi penggunaan lahan untuk tanaman padi dengan komoditas lain yang
bernilai ekonomi lebih tinggi. Hingga saat ini dan puluhan tahun ke depan, beras
tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90 persen penduduk
Indonesia. Pada tahun 2004 rata-rata kebutuhan beras per kapita sebesar 141
kg/tahun, yang terdiri dari konsumsi langsung rumah tangga 120 kg dan
penggunaan industri pengolahan pangan 21 kg. Selama periode 2005-2010,
permintaan beras diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 52,3 juta ton
menjadi 55,8 juta ton setara gabah (Tabel 1.1).
Tabel 1.1. Perkiraan neraca ketersediaan padi berdasarkan trend 2000-2010, (GKG)

Tahun

Luaspanen
(000 ha)

Produktivita
s (ton/ha)

Produksi
(000
ton)

Permintaan

Neraca

(000 ton)

(000 ton)

2004
2005
2006

11.875

4,58

54.430

52.258

+2.172

11.768

4,63

54.480

52.258

+1.643

2007

11.662

4,68

54.480

53.421

+1.108

2008
2009

11.557

4,72

54.579

54.012

+567

11.453

4,72

54.629

54.610

+19

2010

11.350

4,82

54.678

55.214

-536

11.248

4,82

54.728

55.825

-1.097

Potensi Pengembangan

Indonesia masih memiliki potensi lahan yang cukup luas untuk pengembangan
tanaman padi, yaitu sekitar 24,5 juta hektar lahan basah (sawah) dan 76,3 juta
hektar lahan kering. Luas potensi lahan tersebut dapat dirinci lebih lanjut sebagai
berikut :

Lahan sawah.

Potensi lahan sawah non-rawa pasang surut dengan kelas yang sesuai menurut
klasifikasi kesesuaian lahan luasnya mencapai sekitar 13,26 juta hektar, yang
tersebar di

Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010

Sumatera (2,01 juta ha), Jawa (1,12 juta ha), Bali dan Nusa Tenggara (0,85 juta ha),
Kalimantan (1,03 juta ha), Sulawesi (1,11 juta ha), serta Maluku dan Papua (7,89
juta ha). Dari total luas potensi lahan sawah tersebut, yang telah digunakan baru
mencapai 6,86 juta ha (BPS 2003).
Jadi, masih tersisa potensi lahan sawah yang cukup luas untuk dikembangkan
budidaya tanaman padi. Namun demikian, upaya pengembangan potensi lahan
tersebut, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: (1)aspek
investasi yang mungkin mahal;
(2) kelanggengan fungsi dari lahan pertanian yang baru dibuka;
(3) aspek ketersediaan tenaga kerja untuk pertanian; dan
(4) dampak lingkungan atau perubahan ekosistem, degradasi lingkungan

Lahan rawa dan pasang surut

Luas potensi lahan rawa dan pasang surut yang sesuai untuk dikembangkan
menjadi lahan sawah mencapai 3,51 juta hektar, yang tersebar di Sumatera (1,92
juta ha), Jawa (0,12 juta ha), Kalimantan (1,01 juta ha), Sulawesi (0,31 juta ha),
serta Maluku dan Papua (3,51 juta ha). Dari total luas potensi lahan rawa dan
pasang surut tersebut, yang telah digunakan untuk lahan sawah baru sekitar 0,93
juta ha, sehingga masih ada sisa sekitar 2,57 juta hektar yang dapat dikembangkan
menjadi lahan sawah (BPS 2003).

Lahan kering

Luas potensi lahan kering yang yang dapat dikembangkan untuk tanaman semusim,
khususnya padi, ada sekitar 25,33 juta ha. Dari total luas potensi lahan kering
tersebut, yang sudah dimanfaatkan masih relatif sangat kecil, sehingga dari lahan
kering yang ada di Indonesia masih terbuka peluang yang sangat lebar untuk
pengembangan tanaman padi.

Arah Pengembangan

Setelah tahun 1984 Indonesia mencapai swasembada beras untuk pertama kali,
maka 20 tahun kemudian (2005) negara ini kembali dapat meraih posisi itu. Dengan
pengalaman tersebut, dan mempertimbangkan arti strategis padi/beras bagi
ketahanan pangan dan ekonomi nasional, maka pengembangan tanaman padi lima
tahun ke depan diarahkan untuk memenuhi sepenuhnya kebutuhan beras dalam
negeri (swasembada beras) secara berkelanjutan, yang

Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010

Diupayakan melalui perluasan areal panen, dan peningkatan produktivitas. Skenario


pengembangan produksi padi melalui perluasan areal dan peningkatan
produktivitas dibuat dengan mempertimbangkan kondisi agribisnis padi saat ini dan
peluang peningkatan produksi berdasarkan potensi sumberdaya dan teknologi.
Perluasan areal panen diproyeksikan meningkat sebesar 0,37 persen per tahun, di
luar perluasan areal panen untuk kompensasi konversi lahan yang diproyeksikan
meningkat sekitar 0,4 persen per tahun, sehingga secara aktual perluasan areal
harus ditingkatkan sebesar 0,77 persen per tahun. Produktivitas diproyeksikan
tumbuh sebesar 0,48 persen per tahun, kurang dari setengah rata-rata peningkatan
produktivitas yang dicapai tahun 2001-2004. Dengan skenario ini, pada tahun 2010
target luas panen padi mencapai sekitar 12,14 juta hektar dan produktivitas sekitar
4,67 ton GKG/ha. Dengan target ini, Indonesia akan dapat mencapai swasembada
beras hingga tahun 2010, bahkan dapat terus berlanjut hingga tahun berikutnya
Tabel 1.2. Skenario pencapaian swasembada beras berkelanjutan, 2005-2010
(dalam GKG)

Tahun

Luaspanen
(000 ha)

Produktivita
s (ton/ha)

Produksi
(000
ton)

Permintaan

S/D

(000 ton)

(000 ton)

2004
2005
2006

11.874

4,54
4,56

52.259
52.837

+1648

11.918

53.907
54.366

2007

11.963

4,58

54.829
55.296

53.421
54.012

+1408

2008
2009

12.007

4,61

54.610

+1284

12.051

4,64

55.767
56.242

55.214

+1157

+1529

2010

12.096

4,65

12.141

4,67

56.721

55.825

+1028
+896

Program Aksi

Upaya pemenuhan kebutuhan beras nasional hingga tahun 2010 akan ditempuh
melalui tiga cara, yaitu :
(1) Peningkatan produktivitas dengan menerapkan teknologi usahatani terobosan,
(2) Peningkatan luas areal panen melalui peningkatan intensitas tanam,
pengembangan tanaman padi ke areal baru, termasuk sebagai tanaman sela
perkebunan, rehabilitasi irigasi, dan pencetakan sawah baru,
(3) Peningkatan penanganan panen dan pasca panen untuk menekan kehilangan
hasil dan peningkatan mutu produk, melalui pengembangan dan penerapan alat
dan mesin pertanian (alsintan).
Pemasaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam menghubungkan produsen
dengan konsumen dan memberikan nilai tambah yang besar dalam
perekonomian. Panglaykim dan Hazil (1960) menyatakan bahwa terdapat sembilan
macam fungsi pemasaran yaitu: perencanaan, pembelian, penjualan,
transportasi, penyimpanan, standarisasi dan pengelompokan, pembiayaan,
komunikasi, dan pengurangan resiko (risk bearing). Sebagai perusahaan, tataniaga
sama pentingnya dengan kegiatan produksi karena tampa bantuan sistem
tataniaga, petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat
dijual. Sistem distribusi pangan dari produsen ke konsumen dapat terdiri dari
beberapa rantai tataniaga(marketing channels) dimana masing-masing pelaku
pasar memberikan jasa yang berbeda. Besar keuntungan setiap pelaku tergantung
pada struktur pasar di setiap tingkatan, posisi tawar, dan efisiensi usaha masingmasing pelaku. Dalam upaya peningkatan efisiensi usaha, diperlukan studi
mengenai sistem pemasaran dan permasalahan yang dihadapi oleh setiap pelaku
pemasaran (http://www.pemasaran padi.com, 2009).

MASALAH-MASALAH UTAMA DALAM PENGEMBANGAN KEEMPAT SUBSISTEM

Agribisnis merupakan paradigma baru bagi sektor pertanian. Sistem agribisnis tidak
hanya berhubungan dengan kegiatan usahatanai (sub-sistem on-farm) saja, namun
juga terkait dengan sub-sistem off-farm (baik hulu maupun hilir) serta sub-sistem
penunjang.
Pengembangan sistem agribisnis secara parsial merupakan hal yang dapat
menimbulkan permasalahan baru lainnya. Secara ketersediaan sumberdaya,
Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar, baik di daratan maupun
lautan. Sayangnya potensi yang besar ini belum dapat termanfaatkan dengan baik
dikarenakan beberapa masalah besar yang dihadapi, yaitu:
1.

Penguasaan asset produksi dan skala usaha petani yang sangat kecil serta
kemampuan permodalan usaha yang rendah

2. Ketersediaan infrastruktur yang minim, terutama di luar Jawa, baik terkait


dalam pengadaan input produksi, proses produksi, maupun paska produksi
(pengolahan dan pemasaran).
3. Produktivitas dan kualitas produk yang masih rendah dikarenakan pengusahaan
yang tradisional dan belum menggunakan teknologi secara tepat
4. Posisi rebut tawar (bargaining position) petani yang lemah dalam memperoleh
nilai jual yang menggairahkan usahanya.
5. Belum adanya kebijakan terpadu dari pemerintah yang mendukung
berkembangnya agribisnis di Indonesia.
Khususnya terkait dengan sub-sistem pendukung, pengembangan sistem agribisnis
tidak lepas dari berbagai kebijakan pemerintah yang terkait. Sayangnya penentuan
kebijakan dan berbagai bentuk pendukung pengembagan sistem agribisnis ini
tersekatsekat ke dalam berbagai instansi. Dalam kondisi seperti ini pemerintah
bukannya menjadi solusi tapi justeru menjadi sumber permasalahan.
Dalam kondisi tidak efektifnya sub-sistem pendukung agribisnis yang dimotori oleh
pemerintah, maka mau tidak mau para petani harus mampu memperjuangkan
berbagai kepentingan mereka sendiri. Pengalaman di berbagai negara maju
menujukkan bahwa koperasi pertanian merupakan wadah yang efektif dalam
memperjuangkan kepentingan petani ini.
Melalui koperasi diharapkan petani mampu mewujudkan kekuatan penyeimbang
(coutervailing power) terhadap berbagai iklim usaha yang selama ini merugikan
mereka, melakukan pengembangan pasar input dan output yang lebih
menguntungkan, memperbaiki efisiensi produksi dan pemasaran, lebih baik dalam

mengendalikan resiko, serta menjamin kelangsungan usaha dan meningkatkan


pendapatan petani.

PROSPEK/ PELUANG-PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS, TOTAL


VOLUME BISNIS DAN GDP YANG DIHASILKAN SELURUH SUBSISTEM
AGRIBISNIS

Asumsi yang digunakan untuk menghitung proyeksi permintaan beras disajikan


pada Tabel 2. Dengan perhitungan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per

tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 lebih dari 296 juta, 58% di
antaranya terkonsentrasi di Jawa dan 21,3% di Sumatera. Sebenarnya, dengan
elastisitas pendapatan dan harga yang kurang dari satu, konsumsi beras per kapita
turun dari 114,1 kg pada tahun 2003 menjadi 111,1 kg pada tahun 2010, dan 105,0
kg pada tahun 20252).
Namun, karena laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari laju penurunan
konsumsi maka jumlah permintaan pangan tetap meningkat. Kalau permintaan
industri diperhitungkan sebesar 23,5% dari permintaan rumah tangga dan
permintaan lainnya (stok) sebesar 10%3), maka kebutuhan beras pada tahun 2010
lebih dari 35 juta ton dan pada tahun 2025 lebih dari 41 juta ton, atau meningkat
masing-masing 8% dan 27% dari permintaan pada tahun 2003
(Tabel 3).
Tabel 2. Asumsi yang digunakan untuk proyeksi permintaan beras.
Parameter

Kota

Desa

1. Pertumbuhan penduduk (%/thn)

1,49

1,49

a. Pendapatan

0,465

0,722

b. Harga

-0,564

-0,564

a. Pendapatan

5,0

3,5

b. Harga

5,0

5,0

4. Permintaan antara (% dari kons.


RT)

23,5

23,5

5. Permintaan lainnya (a.l. stok)

10

10

6. Konversi GKG beras (%)

63

63

2. Elastisitas :

3. Pertumbuhan

Keterangan:
1. BPS (2001), dianggap sama dengan pertumbuhan periode 1990-2000
2. Harianto (2001)
3. Suryana dan Hermanto (2004)

Tabel 3. Permintaan beras dalam periode 2005 - 2025, menurut wilayah (000 ton).
Wilayah

2003

2005

2010

2015

2020

2025

Sumatera

7.433

7.601

8.037

8.499

8.987

9.504

Jawa

18.611

19.019

20.081

21.202

22.386

23.637

Bali &
Nusteng

1.961

2.005

2.120

2.242

2.371

2.507

Kalimanta
n

1.798

1.838

1.944

2.055

2.173

2.298

Sulawesi

2.362

2.416

2.556

2.704

2.862

3.028

Maluku &
Papua

399

408

432

457

484

512

Indonesia

32.563
(52.138
)

33.287
(52.837
)

35.170
(55.825
)

37.160
(58.984
)

39.263
(62.323
)

41.487
(65.852
)

Dengan skenario swasembada absolut (kecukupan 100%) yang digunakan, maka


untuk memenuhi kebutuhan beras pada tahun 2005, 2010, 2015, 2020, dan 2025
diperlukan peningkatan produksi padi berturut-turut sebesar 0,6 juta ton (1,3%); 3,7
juta ton (7,1%); 6,8 juta ton (13,1%); 10,2 juta ton (26,3%); dan 13,7 juta ton GKG
(26,3%) dari produksi tahun 2003.
Kalau skenario swasembada ontrend (kecukupan 95%) yang digunakan , yaitu
mentoleransi impor beras sebesar 5% maka untuk memenuhi kebutuhan beras
pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 diperlukan peningkatan produksi berturutturut sebesar 0,9 juta ton (1,7%); 3,8 juta ton (7,5%); 7,1 juta ton (13,6%); dan 10,4
juta ton GKG (20%).
Sulawesi dan Kalimantan mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri hingga
tahun 2025, bahkan diperkirakan berpeluang mencapai swasembada absolut.
Sebaliknya, Jawa akan menjadi beban bagi daerah lain untuk memenuhi kebutuhan
beras. Bilamana impor beras sebanyak 5% dimungkinkan, maka Jawa masih harus
mendatangkan2,1 juta ton GKG pada tahun 2010; 3,8 juta ton pada tahun 2015; 5,6
juta ton pada tahun 2020; dan 7,5 juta ton pada tahun 2025.
Ke depan, permintaan beras tidak hanya menyangkut aspek kuantitas, tetapi juga
kualitas, nilai gizi, aspek sosial budaya di masingmasing daerah, dan perkembangan
teknologi agroindustri (http://agri-research.or.id, 2009).

GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto dalam Bahasa
Indonesia, adalah satu dari beberapa indikator yang mengukur tingkat
pertumbuhan ekonomi.
Gross atau kotor dapat diartikan sebagai nilai depresiasi dari barang modal (Capital
Stock) yang tidak dimasukan dalam perhitungan. Konsumsi dan Investasi dalam
persamaan diatas adalah jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli barang
dan jasa akhir (siap pakai). Ekspor dikurangi impor (juga dikenal sebagai ekspor
bersih) melalui persamaan ini dapat diartikan sebagaiselisih dari nilai barang yang
diproduksi didalam negeri tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri dikurangi dengan
nilai barang yang ada yang dikonsumsi buatan luar negeri (import)
(www.wikipedia.org, 2009).

KUNCI-KUNCI (FAKTOR UTAMA) PENGEMBANGAN AGRIBISNIS, KEBUTUHAN


PENGEMBANGAN SUBSISTEM PENDUKUNG (PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BARU, PENGEMBANGAN SDM, PERKREDITAN
PERMODALAN, PRASARANA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH)

Beberapa faktor yang dapat mendorong dalam usaha pengembangan


agribisnis dikedua lokasi studi antara lain :
Pertama, Ketersediaan air. Kedua lokasi studi telah memiliki prasarana fisik
jaringan irigasi, yang sangat membantu dalam kelancaran pendistribusian air untuk
kebutuhan komoditi yang dibudidayakan petani. Kondisi daerah irigasi Batukohok,
sejak mulai dibangun irigasi tahun 1950-an kecenderungannya terus membaik.
Kedua, Prasarana fisik. Kondisi jalan sudah beraspal sehingga transportasi
relatif mudah dijangkau, sehingga mobilitas petani untuk berhubungan dengan
pasar di kota, maupun untuk dihubungi para tengkulak/bakul atau pihak lain yang
membutuhkan produk yang dihasilkan dikedua lokasi untuk membeli hasil produksi

pertanian baik yang masih bersifat bahan baku maupun bahan jadi berupa
anyaman tikar mendong yang banyak diproduksi oleh masyarakat Kamulyan. Hal ini
ditunjang jarak kedua lokasi dari Ibu kota Kabupaten (Tasikmalaya) dan ibu kota
propinsi masih relatif dekat kurang lebih 8-20 km ke Tasikmalaya dan 106-120 kam
ke ibu kota propinsi.
Ketiga, Kelembagaan yang menunjang sistim agribisnis di kedua lokasi telah cukup
memadai Kelembagaan tersebut meliputi; KUD, TPK, Kios, Balai Benih Ikan (BBI),
Kelompok tani, P3A, pasar, bakul/tengkulak, BRI Unit Desa dan BKPD.
Keempat, Pengalaman dan respon petani. Petani dikedua daerah irigasi
cukup berpengalaman dalam berusaha tani, di daerah irigasi Batukohok petani
telah melaksanakan mina padi dan penanaman komoditi sayuran sejak tahun 1950an. Pada awalnya hanya untuk konsumsi sendiri, sejak tahun 1960-an sudah mulai
dijual dipasar lokal atau melalui tengkulak langsung di lokasi, untuk usaha tani
longyam (balong ayam) baru dikenal awal tahun 1994. Sedangkan untuk daerah
irigasi Cimulu, masyarakat petani melaksanakan bertanam padi dan
membudidayakan tanaman mendong sejak tahun 1940-an.
Kelima, Kebijaksanaan Pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah daerah
kabupaten Tasikmalaya terutama untuk pengembangan komoditi tanaman
mendong cukup kondusif khususnya untuk wilayah kecamatan manonjaya dan
Awipari, yang dari dulu merupakan daerah pengrajin mendong. Kondisi tersebut
telah sesuai dengan program pencanangan komoditi tanaman mendong menjadi
komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya (http://psdal.lp3es.or.id/kajian1.html,
2009).

HASIL ANALISIS EKONOMI/ STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS (PRODUKSI


USAHATANI DAN HASIL OLAHAN)

Komoditi pertanian yang umumnya diusahakan oleh masyarakat di Provinsi NTT


yaitu komoditi tanaman pangan (jagung, padi, dan ibu kayu), Tanaman perkebunan
(kopi, jambu mete, kelapa, kemiri, kapuk dan vanili).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya Unit Pengelolaan Gabah Beras (UPGB)
dapat menurunkan margin pemasaran baik ditingkat produsen gabah (petani)
maupun ditingkat konsumen (tingkat pedagang pengecer beras). Disamping itu,
umumnya margin pemasaran beras pada Divre Daerah Istimewa Yogyakarta
dipengaruhi oleh harga beras ditingkat produsen (petani), volume penjualan dan
jumlah lembaga pemasaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa margin
pemasaran beras paling kecil terjadi jika petani melakukan penjualan langsung
kepada UPGB dan lembaga pemasaran yang paling besar margin pemasaran yang
terjadi adalah melalui jalur PP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1) Pengembangan agribisnis benih padi berlabel khususnya di kabupaten cukup
baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pengembangan produk dan
pengembangan informasi pasar dan jaringan kerja serta pembanguna sarana dan
prasarana yang digunakan dalam mengembangkan agribisnis dan mencapai target
kelompok petani.
2) Strategi yang perlu dilakukan dalam pengembangan agribisnis benih padi
berlabel di Kabupaten adalah melakukan suatu aksi untuk meningkatan sumber
daya manusia serta mengembangkan jalur pemasaran guna tercapainya target
kelompok petani, serta meningkatkan modal kerja para pengrajin.
Keseluruhan luas hamparan sawah irigasi yang terdapat di Desa Bumi Restu
sebanyak 1.375 hektar, namun yang berpotensi seluas 835 hektar. Dari luasan
tersebut jenis padi yang dikembangkan merupakan jenis padi yang memiliki rasa
enak dan bertekstur pulen. Pengembangan padi di Desa ini menggunakan jenis
yang sebagiannya tidak jelas, dan jumlahnya sebanyak 25 jenis.
Jenis ini merupakan jenis padi yang terbanyak ditanam petani, yang dapat dijadikan
sebagai varietas unggul spesifik lokasi. Keunggulannya tidak mudah rontok saat
berbuah, rasa nasi enak dan cenderung pulen, serta agak tahan terhadap walang
sangit dan wereng. Produksi beras dengan menerapkan teknologi yang
dikembangkan petani desa setiap musimnya, selama ini berkisar antara 0,4 1,5
ton dan belum dapat mencapai 2,0 ton. Hasil pengamatan awal memperlihatkan
bahwa kebanyakan petani belum menerapkan sistem usahatani yang baik,
terutama dalam pengolahan tanah, jarak tanam, penggunaan umur bibit yang
layak, disamping penggunaan pupuk yang terbatas dengan menyesuaikan pada
kemampuan modal yang disediakan sebelumnya. Kedalaman tanah olahan yang
diterapkan petani mencapai 10 13 cm, jarak tanam 15 x 15 cm, umur bibit yang

digunakan 30 35 hari, kadang dipupuk dan terkadang tidak dipupuk dengan


mengandalkan pada keramahan dan kemurahan alam semata.
Luas hamparan sawah yang dimiliki setiap petani, rata ratanya sebesar 1,0 hektar.
Penguasaan lahan sawah yang labih luas dari standar tersebut, hanya dapat
dijumpai apabila petani tersebut memperolehnya sebagai pembelian dari petani
yang tidak mau menggarap lahannya dan menjual kepada petani yang merangkap
sebagai pedagang / pengusaha lokal. Kondisi hamparan sawah petani yang
mengikuti kajian ini, keseluruhannya telah memenuhi teknis pembuatannya secara
sempurna, namun dalam hal perbaikan pematangnya untuk menghindari kelebihan
masuknya air, terkadang masih belum diperhatikan dengan baik. Karena itu, kadang
ada petakan yang kelebihan air dan kadang ada petakan yang benar benar
kekurangan air.
Keterampilan membuat / mencetak sawah yang dimiliki petani kajian ini, didapat
dari pengalaman merekja sewaktu berada di daerah asalnya ( Jawa ). Penerapan
paket teknologi sistem usahatani pada petani di Desa Bumi Restu Kecamatan
Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara.
Hasil Analisis usahatani padi yang dilakukan terhadap 14 petani sampel setempat,
memperlihatkan data bahwa pemasaran produk dalam bentuk beras yang
diproduksi / diusahakan, akan lebih menguntungkan dibanding dengan
mengusahakan pemasaran produknya dalam bentuk gabah.
Keuntungan Pemasaran gabah, memang agak lebih rendah dibanding beras.
Namun keuntungan beras, selalu dapat diperoleh manakala pasaran yang berlaku
saat itu cukup stabil tidak dipermainkan secara rendah oleh spekulan. Keuntungan
pemasaran dalam bentuk beras ditunjukkan oleh B/C rationya mencapai 2,22, nilai
BEP nya mencapai 1.209,6 dan nilai ROI nya mencapai 1,21. Sedangkan produk
gabah memiliki B/C ratio nya mencapai 1,74 nilai BEP nya mencapai 992,1 dan
nilai ROI nya mencapai 0,74.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.

http://agri-research.or.id., 2009. Komoditas Pasca Panen. Diakses pada tanggal 15


Oktober 2009.

http://arsip.pontianakpost.com., 2009. Subsistem Agribisnis. Diakses pada tanggal


19 Oktober 2009.

http://pse.litbang.deptan.go.id, 2009. Pengembangan Agribisnis. Diakses pada


tanggal 19 Oktober 2009.

http://www.kr.co.id., 2009. Agribisnis Padi. Diakses Tanggal 19 Oktober 2009.

http://www.merauke.asia. Faktor Agribisnis. Diakses Tanggal 19 Oktober 2009.

http://www.pemasaran padi.com., 2009. Padi. Diakses pada tanggal 15 Oktober


2009.

karyamitrausaha@yahoo.com. Diakses tanggal 19 Oktober 2009.

Sugeng, H. R., 2001. Bercocok Tanam Padi. CV Aneka Ilmu, Semarang.

Home

Health

Info Sehat

Begini Cara Kerja Produksi Beras Berteknologi


Canggih di Sragen
By Benedikta Desideria

on 06 Nov 2014 at 16:30 WIB

19Shares

Facebook

Twitter

Google+

Email

Copy Link

Tahap akhir, pengemasan beras Cap Ayam Jago ukuran 5 kilogram di Sragen, Jawa Tengah. (Foto:
Benedikta Desideria))

Liputan6.com, Jakarta Selama ini kita mengenal bahwa beras dihasilkan secara
tradisional. Dimulai dari mengeringkan gabah dibawah sinar matahari lalu dipisahkan
antara beras dan kulit gabah lewat proses penggilingan. Kini zaman sudah makin maju,

banyak terobosan baru menggunakan teknologi mutakhir untuk menghasilkan beras


berkualitas.
TPSFood salah satu perusahaan yang menghasilkan beras Cap Jago memanfaatkan
teknologi tinggi dalam memproduksi beras. Dari tiga pabrik, pabrik di Sragen, Jawa
Tengah merupakan pabrik produksi beras terbesar yang mereka miliki. Dengan luas
pabrik mencapai 4-5 hektar mampu menghasilkan 800 ton beras per hari.
Untuk bisa menghasilkan beras sebanyak itu, TPSFood membutuhkan gabah sebanyak
dua kali lipat dari jumlah beras yang dihasilkan seperti yang diungkapkan Manufacturing
Director-Rice TPSFood, Jo Tjong Seng. Gabah didapat dari petani yang telah
bekerjasama dengan mereka pada hari yang sama gabah diambil dari sawah. Para
petani mengambil gabah dengan dua pilihan cara yaitu combine harvester maupun cara
manual dengan menggunakan treaser.

Lalu, gabah akan masuk ke pabrik untuk memulai proses pengerjaan.

Pertama-tama, gabah dikeringkan tanpa matahari namun menggunakan alat yang


mampu membuat gabah kering hingga persentase kadar air yang ditentukan. Kemudian
gabah bisa langsung diproses maupun disimpan dalam tabung besar bernama silo.
Proses selanjutnya memisahkan gabah dan isinya sehingga menghasilkan brown rice.
Pada salah satu tahapan juga akan ada pemisahan antara batu-batu dengan beras
sehingga akan menghasilkan 100 persen bersih dari batu.
Belum selesai sampai disitu, brown rice akan disosoh kembali hingga berwarna putih
bahkan mengilap. Dilanjutkan dengan memisahkan antara beras utuh, beras pecah
kepala hingga beras berukuran kecil. Selanjutnya, beras akan dikemas dalam plastik
dan siap dipasarkan.

Dari awal gabah masuk hingga pengemasan semuanya dilakukan oleh mesin
berteknologi tinggi. "Tak ada campur tangan manusia di dalamnya sehingga beras yang
dihasilkan higienis dan berkualitas tanpa batu dengan warna putih mengilap," tutur
Tjong Seng kepada rekan media nasional dan lokal saat berkunjung ke pabrik beras
TPS Food di Sragen, Jawa Tengah pada Rabu (5/11/2014).

Mesin Pengupas Padi dan Poles Beras


Mesin Pengupas Padi dan Poles Beras Terpadu
PT Mesin Maksindo menjual mesin pengupas padi dan poles beras terpadu (gabungan)

Fungsi mesin ini mengupas padi keluar beras putih, bersih, dan mengkilap

Dengan penampi yang dapat memisahkan kotoran, sekam dan bekatul

Pengoperasian mesin sangat mudah

Ditawarkan tanpa mesin penggerak

Spesifikasi Mesin Pengupas Padi dan Poles Beras

Model : SB-10D

Dimensi : 72x70x170 cm

Kapasitas : 900 kg / jam

Daya : 11 kw

Putaran : 1450 rpm

Berat : 230 kg

Harga : Rp 6.600.000

Mesin Poles Beras (Jet Rice Polisher)


Mesin pemoles beras menjadi kristal untuk meningkatkan nilai jual beras

Menjaga beras tetap utuh

Hasil beras lebih berkualitas

terdapat corong (silo) untuk menjaga agar bekatul (kulit beras) tetap bersih (Model
N-110-F)

Mudah dioperasikan dan awet

Ditawarkan tanpa penggerak (mesin)

Model : N-70-F

Dimensi : 112x44x74 cm

Kapasitas : 1.100 - 1200 kg / jam

Daya : 10-11 KW

Putaran : 750-850 rpm

Berat : 185 kg

Harga : Rp 4.500.000

Model : N-110-F

Dimensi : 132x44x74 cm

Kapasitas :1200-1500 kg / jam

Daya : 11-15 KW

Putaran : 750-850 rpm

Berat : 200 kg

Harga : Rp 5.800.000

PROSES PRODUKSI BERAS NON PESTISIDA KIMIA


Posted on 27 May 2013 | Leave a comment

Persiapan sebelum penanaman


Melakukan pengecekan ph dari lahan persawahan yang akan ditanami dengan alat
khusus. Kadar Ph merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah lahan
tersebut sudah layak untuk ditanami atau harus diolah lebih lanjut atau tidak layak
ditanami.

Setelah mendapatkan kadar Ph yang sesuai, pupuk dengan kandungan khusus


(campuran antara dedaunan dengan tanah dari gunung berapi dengan kandungan
mineral khusus) akan ditaburkan secara merata di lahan persawahan. Selanjutnya,
lahan persawahan akan diairi dengan air yang sudah melewati bak penampungan
khusus untuk menetralisir kandungan logam berbahaya yang biasanya ditemukan di air
tanah.
Lahan persawahan akan direndam dengan campuran tersebut selama 2 minggu,
sehingga Mikro Organisme Lokal dapat berkembang biak secara optimal. Dan dapat
memberikan nutrisi yang optimal saat tunas padi dipindahkan ke lahan persawahan.
Di tempat terpisah untuk persemaian benih padi, dilakukan dengan cara khusus yaitu :
benih padi disemai di tanah yang sudah dicampur dengan pupuk dengan kandungan
khusus. Selama masa penyemaian, tunas juga akan disemprot dengan pupuk cair
khusus minimal 2 kali.
Sebelum tunas padi dipindahkan kea real persawahan, tunas padi akan direndam
dengan pupuk cair khusus selama semalam untuk memberikan nutrisi kepada akarnya.
Penanaman
Setelah dipindahkan ke areal persawahan, tunas padi akan diberi pupuk secara rutin.
Apabila areal persawahan di desa sekitar sudah mendapat serangan hama, maka untuk
tindakan pencegahan kami akan memberikan pestisida alami diantaranya adalah :
bawang putih, tembakau, jengkol, dan daun-daunan khusus. Pada dasarnya, dengan
pemupukan secara rutin memakai pupuk khusus; padi akan tumbuh dengan ketahanan
akan hama penyakit yang tinggi dan secara alamiah dapat bertahan terhadap serangan
hama.
Setelah tiba waktunya maka padi akan dipanen
Pasca Panen
Setelah dipanen, gabah akan dijemur langsung di bawah matahari. Setelah kering dan
mencapai kadar air sesuai standard, gabah akan digiling tanpa zat tambahan (misalnya

zat pemutih, zat yang membuat butir beras mengkilat, zat pengawet, zat pewangi, dan
berbagai zat tambahan lainnya).
Setelah digiling, gabah akan dimasukkan ke dalam karung dan dibawa ke tempat
pengemasan.
Di tempat pengemasan, beras akan dibersihkan secara tradisional, setelah itu
ditimbang dan dikemas secara kedap udara. Pengemasan dengan kemasan kedap udara
akan memperpanjang umur beras walaupun pada dasarnya beras tidak memiliki waktu
kadaluwarsa.
Uji laboratorium beras bebas bahan kimia
Beras dalam kemasan akan diuji kandungan kimianya di laboratorium khusus untuk
para peneliti . Uji tersebut akan membuktikan apakah selama masa produksinya
tanaman padi tersebut mendapat tambahan pupuk kimia dan pestisida kimia. Hal ini
akan tercermin dalam hasil uji laboratorium berupa kandungan kimia yang terdeteksi di
dalam beras. Karena perlakuan yang konsisten dan pengawasan terpadu yang dilakukan
sejak masa pra penanaman hingga masa pasca produksi maka hasil uji laboratorium
membuktikan bahwa beras tersebut bebas dari bahan kimia. Beras bebas bahan kimia
inilah yang sudah dipasarkan dengan merk tertentu di pasaran, misalnya merk Beras
Organik 88.
Pengawasan dari para ahli di bidangnya
Masing-masing proses selalu diawasi secara ketat oleh berbagai ahli di bidangnya :

Benih padi yang disediakan langsung oleh pemulia padi yang keahliannya sudah
diakui secara internasional dan juga pemakaian Benih Penjenis (Breeder Seed).

Proses pra penanaman dan penanaman yang diawasi langsung oleh penulis,
petani, Kepala Kelompok Tani yang merupakan pemenang Penghargaan Petani
Teladan tingkat Propinsi, PPL setempat (Petugas Penyuluh Lapangan) dari Dep.
Pertanian, ahli dari Lembaga Penelitian terkemuka di Indonesia, Profesor Teknologi
Pasca Panen yang memiliki reputasi internasional di bidang pangan fungsional.

Proses Pasca Panen yang diawasi langsung oleh penulis, ahli dari Lembaga
Penelitian terkemuka di Indonesia dan Profesor Teknologi Pasca Panen yang
memiliki reputasi internasional di bidang pangan fungsional.

Proses pengujian dilakukan oleh peneliti yang ahli di bidangnya (laboratorium


khusus untuk penelitian) dan proses pengujian juga diawasi langsung oleh Kepala
Laboratorium tersebut yang merupakan salah satu peneliti yang sudah memilki
reputasi internasional di bidang pangan fungsional.

Gabungan dari benih unggul, pemupukan dengan pupuk khusus (tanpa bahan kimia),
pencegahan dengan pestisida alami, dan dedikasi para ahli di bidangnya sejak proses
pra penanaman hingga proses pasca panen menghasilkan beras yang sudah teruji
secara klinis tidak mengandung bahan kimia dan siap memberikan kontribusi sebagai
bagian dari Pangan Fungsional untuk konsumennya.
| pertanian | peternakan & perikanan | perdagangan | industri | kehutanan | pariwisata |

Beras Organik
Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan
turut berimbas pada sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat
dengan dikembangkannya tehologi pertanian organik. Keunggulan
teknologi ini adalah meminimalkan atau bahkan menghilangkan sama
sekali residu-residu pestisida dan zat kimia
berbahaya lainnya.

(Uji lab sucofindo).

Komoditi pertanian Sragen yang telah


mengaplikasikan tehnologi pertanian
organik adalah beras organik yang
dihasilkan oleh Padi mulia dan Pelopor.
Produksi beras organik mereka telah bebas
dari pestisida dan residu zat kimia lainnya

Total luas lahan pertanian padi organic di kab Sragen adalah 3.256,77
HA dengan total kapasitas produksi 19.439,78 ton (data tahun 2006).
Jenis padi organik yang dikembangkan di Kab. Sragen antara lain
varietas IR-64, Mentik wangi dan C-64 dengan kualitas yang bias
disejajarkan dengan produk sejenis dari luar negri sekalipun.Harga
beras organik bervariasi tergantung kualitas dan varietas.
Sistem pertanian organik tidak lepas dari penggunaan pupuk organik
dan pestisida organik. Untuk mendukung system pertanian organik,
Kab. Sragen turut memacu produktifitas pupuk dan pestisida organik.
Saat ini di Sragen terdapat 194 produsen pupuk organic dengan total
kapasitas produksi 2.226,7 ton serta 20 produsen pestisida organik.

Harga dan keterangan lebih lanjut silakan


hubungi marketing_investasi@yahoo.com

PERUSAHAAN DAGANG PELOPOR ALAM LESTARI (PD PAL)


PD PAL merupakan salah satu pilot project Kabupaten Sragen. PD
PAL yang berdiri pada 2001 bergerak terutama di bidang produksi
beras, meliputi jenis beras organik dan non organik. Lebih dari itu,
PD PAL juga didirikan dengan tujuan untuk menyangga harga dasar
gabah di Kabupaten Sragen terutama saat panen raya,
meningkatkan kesejahteraan para petani, memberikan nilai tambah
bagi petani, menjadi sentra penjualan beras organik dimana
merupakan
produk
unggulan
Kabupaten Sragen.
Program pengadaan padi organik
oleh PD. PAL dilaksanakan pada
tahun 2001 dengan budidaya
pertanian padi organik varietas
Menthik Wangi dan IR 64. Pola
kemitraan dijalin oleh PD. PAL
dengan para kelompok tani yang
memiliki kecakapan tinggi dalam
budidaya padi organik. Lokasi untuk budi daya padi organik
menggunakan lahan-lahan yang bebas dari pencemaran air limbah,
diolah dengan menggunakan pupuk organik dari kompos sampah
dan kotoran ternak. Pengendali hama tanaman menggunakan
pestisida organik yang dibuat dari ekstrak daun-daunan obat dan
akar tanaman yang memiliki khasiat pengendali hama tanaman
padi.
Budidaya padi organik memiliki banyak keunggulan. Secara
ekonomi, biaya produksi padi organik lebih rendah sedangkan nilai
jual lebih tinggi. Budidaya padi organik juga bermanfaat bagi
kesehatan dan program pelestarian alam. Seluruh aktivitas
budidaya padi organik diawasi dan dibina oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen.
PD PAL menerapkan Ware House System untuk menampung hasil
panen petani tanpa terpengaruh musim penghujan. Sistem ini
merupakan proses terpadu yang dirancang untuk pengeringan
gabah dengan kualitas baik, sebagai tempat pemrosesan padi
menjadi beras, dan penyimpanan gabah. Sistem ini berjalan
menyesuaikan kondisi pasar. Jika harga di pasaran sudah membaik
atau persediaan beras di pasaran tinggal sedikit maka gabah/ beras
baru dikeluarkan. Sistem ini sangat mendukung dalam program
stabilitas harga petani pada saat musim panen raya.

Areal Pertanian PD PAL yang dikhususkan untuk Padi Organik


mencapai 1.450 hektar, tersebar di berbagai wilayah Kabupaten
Sragen. Adapun kapasitas produksi PD PAL sbb:
1. Dari 1.450 hektar lahan pertanian padi organik dapat dihasilkan :
7.975 ton padi organik / tahun atau 3.987 ton beras organik /
tahun
2. Produksi beras organik (sudah dalam kemasan siap kirim) = 8
ton/ minggu
3. Sedangkan untuk penggilingan beras organik, kapasitas
penggilingan mencapai 10-20 ton / hari
4. Produksi beras non organik (sudah dalam kemasan siap kirim) =
46 ton/ minggu
5. Sedangkan untuk penggilingan beras non organik kapasitas
penggilingan mencapai 32 ton/hari
6. Gabah kering giling rata-rata = 30 ton/ hari
Mesin dan Fasilitas yang dimiliki PD PAL:

Dua (3) buah mesin Pengering gabah/ dryer, kapasitas tiap

mesin 10 ton/ 8 jam. Saat ini, dari 100 kg Gabah Kering Panen
yang dikeringkan rata-rata dapat dihasilkan 78 kg Gabah
Kering Giling (GKG) atau hanya mengalami 22 persen
penyusutan.
Tiga (3) buah mesin Rice Mill Unit (RMU)/ pemecah kulit.
Kapasitas tiap mesin = 3 ton/ jam
Tiga (3) buah mesin Cabie (poles). Kapasitas tiap mesin = 3
ton/ jam
1 unit mesin RMU integrated, kapasitas 50 ton/hari

Dua (2) buah Mesin pengemas


Lantai jemur seluas 2.300 m2
Dua (2) buah Bangunan Gudang, kapasitas tiap gudang 500

ton.
Armada pengangkut yaitu truk dan pick up masing-masing 1
unit.

Pemasaran Beras Organik PD PAL :

Khusus untuk beras organik, PD PAL telah mengadakan kerjasama


dengan beberapa pedagang di kota-kota besar di luar Sragen.
Beras organic produksi PD PAL dengan merk PELOPOR telah
memiliki konsumen/ pasar tetap di Semarang, Solo, Jakarta,
Surabaya, dan Denpasar. Setiap bulannya, PD PAL harus memenuhi
pesanan beras organik dari para pedagang di kota-kota tersebut
sebesar 50 ton. Sedangkan permintaan beras organik dalam bentuk
kemasan
mencapai
8
ton/minggu
Investasi yang ditawarkan
adalah di bidang pengadaan
mesin RMU, Cabie, dan mesin
pengemas,
dengan
penawaran sistem bagi hasil
dari harga jual beras organik.
Keunggulan yang ditawarkan
PD PAL:

Kontrol kualitas terhadap beras dilakukan dengan teliti, ada


tenaga kerja khusus yang dilatih untuk menyortir butiran
beras. Untuk beras organik, butiran beras disortir/diamati satu
demi satu
Jaringan pemasaran yang sudah mantap di Indonesia

Armada transportasi ekpedisi/ pengangkut yang memadai


Jaringan kerjasama dengan berbagai kelompok tani yang sudah

berpengalaman menangani beras organik


Proyeksi ke depan, PD PAL tidak hanya menangani bidang
pengadaan padi namun juga produk pertanian lainnya yakni
jagung dan kacang. Pada saat ini PD PAL telah menampung
produk jagung dan telah memiliki pasaran jagung di
Semarang.

PD. PELOPOR ALAM LESTARI


Jl. Raya sragen Solo Km. 7 Duyungan
Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah Indonesia
Telp
: +62.271. 654782
Fax
: +62.271.654782
e-mail : pelopororganik@sragen.go.id

PADI MULYA

Perusahaan Beras (PB) Padi Mulya, merupakan perusahaan swasta


Sragen yang bergerak di bidang produksi beras. Padi Mulya
memiliki lahan khusus untuk pertanian beras organik seluas 250
hektar, namun baru 120 hektar yang dimanfaatkan. Padi Mulya juga
menjalin kerjasama dengan 13 kelompok tani beranggotakan 500
petani yang memiliki keahlian di bidang pertanian beras organik.
Oleh Padi Mulya, para petani ini dipersilakan menggarap lahan yang
telah disediakan dengan padi organic. Sebagai imbal baliknya,
petani harus menjual hasil panennya hanya kepada Padi Mulya.
Dengan skema kerjasama ini, kapasitas produksi lahan milik Padi
Mulya dalam satu kali musim panen mencapai 6 ton gabah per
hektar. Gabah dari petani dibeli oleh Padi Mulya sebesar Rp
1.500,00 per kg. Setelah diproses lebih lanjut akan menghasilkan
2400 kg beras organik per hektar. Biaya produksi dari gabah
menjadi beras berkisar Rp 800,00. Itu di luar ongkos angkut dan
pengemasan. Sedangkan harga jual ke konsumen dipatok
Rp7000,00 per kg untuk jenis menthik wangi dan Rp 6000,00 per
kg untuk jenis beras C 4. Dalam satu hari, pesanan beras organik
yang mampir ke Padi Mulya tidak pernah kurang dari 3 ton.
Untuk menjaga kualitas beras organic produksinya, Padi Mulya
melakukan pengawasan ketat mulai dari proses pengolahan lahan,
penanaman benih, pemupukan sampai dengan pemanenan
padi. Semua proses tersebut turut melibatkan tenaga ahli organic
Padi Mulya.
Menurut Suyamto, direktur PB Padi Mulya, kendala yang dihadapi
para produsen beras organik adalah belum populernya beras
organik di kalangan masyarakat dan anggapan keliru yang
menyebut beras organik hanya untuk kalangan kaya. Suyamto
menegaskan bahwa harga beras organik memang sedikit lebih
mahal daripada harga beras biasa, namun sebenarnya memiliki
manfaat tinggi bagi kesehatan. Sebab, beras organik tidak
menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia yang berbahaya
bagi kesehatan. Itu artinya, harga beras organik sebanding
dengan
manfaat
yang
diperoleh
bagi
kesehatan
para
konsumennya, tegas Suyamto.
Peluang bisnis di bidang beras organic, menurut Suyamto, masih
terbuka lebar. Apalagi pemain beras organic di Indonesia masih
segelintir jumlahnya. Tidak lebih dari 20 pengusaha, ujarnya.
Oleh sebab itu, Suyamto optimis usaha beras organic di Indonesia
memiliki prospek keuntungan yang bagus, sementara tren
konsumsi beras organic di Indonesia belakangan ini terus
meningkat.
Sebagai ilustrasi awal, Suyamto menyebut jumlah warga menengah
ke atas di negeri ini berkisar 10 persen dari 220 juta penduduk
Indonesia secara keseluruhan. Ini berarti terdapat 2,2 juta
konsumen potensial beras organik. Padahal, produsen beras
organik yang ada di Indonesia kini baru melayani tak lebih dari 15

persen dari jumlah konsumen potensial tersebut. Padi Mulya


sekarang pun baru melayani 5000 pelanggan tetap yang sebagian
besar adalah pedagang beras. Seandainya calon pengusaha yang
ingin terjun dalam bisnis beras organik mentargetkan untuk meraih
25 ribu pelanggan saja, maka sudah dapat dibayangkan omzet
yang bakal diperoleh. Jangan lupa, jenjang harga eceran di tingkat
konsumen langsung masih agak longgar untuk ditetapkan ulang,
kata Suyamto.
Menilik potensi keuntungan yang menggiurkan tersebut, Suyamto
pun memiliki obsesi untuk mengembangkan produksi dan
memperluas jangkauan pemasaran beras organiknya. Pria paruh
baya ini juga membuka peluang kerjasama bagi calon investor yang
tertarik berbisnis beras organik. Saat ini, Padi Mulya membutuhkan
dana segar senilai Rp 100 milyar. Duit sebanyak itu akan
dipergunakan untuk perluasan penggunaan lahan pertanian beras
organic, biaya pengolahan dan perawatan padi, pembelian beras
dari petani, dan sarana promosi atau iklan. Promosi untuk
memasyarakatkan beras organic lewat berbagai media massa itu
sangat penting untuk mempengaruhi ketertarikan pasar potensial,
kata Suyamto. Lewat strategi promosi yang gencar dan efektif ini
pula, Suyamto yakin, pasar beras organic di Indonesia pasti kian
cepat membesar
PB. PADI MULYA
Jl. Sragen-SoloKm.5 Sidoharjo Sragen, Jawa Tengah - Indonesia
Telp. (0271) 893162, Fax. (0271) 891852
Mobile Phone : 0271 5868582

Budidaya Padi Organik Metoda SRI (1)


SRI (system of rice intensification) merupakan budidaya padi yang pada awalnya
diteliti dan dikembangkan sejak 20 tahun lalu di Madagascar dimana kondisi dan
keadaannya tidak jauh beda dengan Indonesia. Cara budidaya SRI sebenarnya tidak
asing bagi petani kita, karena sebagian besar prosesnya sudah dipahami dan biasa
dilakukan petani.
Metode SRI ini dinamakan bersawah organik dan menghasilkan padi/beras organik
karena mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, hingga penanggulangan serangan
hama sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Metode SRI seluruhnya
menggunakan bahan organik di sekitar kita yang ramah lingkungan dan bersahabat
dengan alam serta makhluk hidup di lingkungan persawahan. Dari hasil penelitian
dan percobaan oleh para ahli selama berhatun-tahun di berbagai Negara
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dengan metode SRI sangat tinggi.

Prinsip budidaya padi organik SRI terdiri dari beberapa kegiatan kunci dan
prosesnya mutlak harus dilakukan agar hasil yang dicapai petani optimal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Proses
Proses
Proses
Proses
Proses
Proses

pembibitan
pengolahan lahan
penanaman bibit padi
pemeliharaan
pemupukan
pengendalian hama

Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Pembibitan (2)


Proses pembibitan
Tahapan proses pembibitan dimulai dari proses pemilihan (seleksi) bibit padi serta
penyemaian sebagaimana uraian berikut :
a. Siapkan air tawar dalam ember secukupnya lalu masukkan sebutir telur
ayam/bebek, kemudian secara perlahan-lahan masukkan garam dapur sambil
diaduk-aduk dengan hati-hati sehingga telur yang semula tenggelam akhirnya
terapung. Artinya air tersebut sudah siap dipakai untuk seleksi bibit padi.
b. Masukkan bibit padi ke dalam ember yang berisi air+garam tadi. Bibit padi yang
tenggelam itu bibit padi yang baik, sedangkan yang terapung/melayang adalah
sebaliknya. Ambil bibit padi yang baik tersebut lalu cuci dengan air bersih beberapa
kali kemdian direndam 2 hari, lalu diperam dengan kain basah selama 1-2 malam
hingga muncul lembaga bintil putihnya untuk disemai esok harinya. Satu hektar
sawah diperlukan setidaknya 5 kg bibit yang baik.
c. Buatlah adukan tanah sawah + kompos/pupuk kandang dengan perbandingan 1:
1. Setelah merata masukkan adukan tanah + kompos tadi ke dalam besek (pipiti)
atau gedebog pisang atau fasilitas tempat lain yang praktis setinggi 4 cm (3/4 tinggi
pipiti) yang alasnya telah dilapisi plastik atau dedaunan atau di petak sawah
langsung yang telah dilapisi plastik. Direkomendasikan adukan ditambah sekam
padi yang sudah lapuk 50% untuk penyubur dan memudahkan penarikan benih padi
muda satu per satu ketika penanaman.
d. Sirami tanah+kompos dalam pipiti/gedebog pisang tadi agar lembab sebelum
ditebar bibit padi yang sudah didiamkan selama 2 malam hingga keluar kecambah.
Jumlah tebaran bibit padi per pipiti berkisar 200-250 butir. Tutupi tebaran tersebut
dengan lapisan tipis adukan tanah+kompos dan potongan jerami, kemudian
disirami sedikit agar persemaian tetap lembab.
e. Selama persemaian dianjurkan malam hari diberi penerangan lampu pijar 75W
dengan jarak lampu ke persemaian 1-2 meter dan bebas dari gangguan hewan.
Untuk menjaga kelembabanya, persemaian disirami setiap harinya dengan
campuran larutan air dan MOL dengan perbandingan 30:1.

f. Setelah persemaian berumur antara 7-10 hari (sejak hari pertama persemaian)
bibit padi akan berdaun dua helai dan bibit padi sudah harus ditanam pada petak
sawah. Inilah perbedaan pertama cara penanaman metode SRI (System of Rice
Intensification) dengan cara konvensional.
Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Pengolahan Lahan (3)
Proses Pengolahan Lahan
a. Kondisi lahan sawah kita umumnya sudah miskin bahan organik dan banyak
residu pupuk kimia serta pestisida kimia, sehingga lahan miskin unsure hara dan
agregatnya sangat kuat. Karena itu perlu dimasukkan bahan-bahan organik minimal
sama volume dan bobotnya dengan yang keluar dari sawah (jerami dan padi) atau
setara 7-10 ton kompos/ha. Jerami dan sekam harus dimasukkan kembali ke sawah
setelah dilakukan fermentasi (pengomposan) terlebih dahulu. Untuk mempercepat
proses fermentasi/ pengomposan, jerami ditumpuk berlapis-lapis dan diberikan
kotoran hewan (kohen) dan hijauan sekitar seperti ki rinyu dsb serta mikroba (dalam
bentuk cairan atau kompos mikroba). Setiap lapisan jerami tebalnya 10-20 cm lalu
ditaburi kohe atau mikroba, kemudian disiram hingga basah sebelum ditumpuk
lapisan jerami berikutnya. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik atau bahan lain
agar tidak terlalu basah oleh air hujan atau kekeringan oleh teriknya sinar matahari.
Setelah 4 pekan atau lebih, fermentasi jerami selesai menjadi kompos dasar. Ketika
petak sawah akan dibajak sebarkan 50% kompos dasar merata ke seluruh petak
sawah dan separuhnya lagi disebarkan waktu perataan tanah. Untuk mendapatkan
hasil yang optimal maka selain kompos dasar tersebut dierlukan tambahan kompos
mikroba yang colume atau beratnya sebanding dengan gabah yang dihasilkan
sebelumnya. Genangi petak sawah beberapa hari lalu dibajak dengan kedalaman
30-40 cm. semakin dalam pengolahan lahan semakin baik karena akar padi yang
sehat dapat mencapai kedalaman 60 cm. panjang malai padi akan sebandingan
dengan kedalaman (panjang akar) padi.
b. Buatlah parit kecil sekeliling dalam dari petak sawah dan melintang di tengah
sawah. Parit ini fungsinya untuk pengendalian air (drainase) dalam petak sawah.
Lebar parit 20 cm dan kedalamannya tidak kurang dari 30 cm. untuk mendapatkan
sitem aerasi yang baik dan hasil yang optimal, airi petak sawah 2 hari sekali hanya
hingga macak-macak agar mikroba dapat berfungsi maksimal karena memperoleh
udara yang cukup. Pembuatan parit sebaiknya dilakukan dalam keadaan tanah yang
tidak berair dan agak kering agar pembetunkannya mudah serta tidak turun
(longsor) lagi.
c. Setelah permukaan petak sawah rata dan dibuat selokan-selokan, dalam
kondisi petak sawah macak-macak , lalu dibuat garutan untuk jarak penanaman
bibit padi. Hentikan pemasukan air ke petak sawah, demikian pula hentikan
pengeluaran air dari petak sawah. Jika hal ini sulit dilakukan karena geografi lokasi
petak sawah atau karena system pengairan berjenjang, lakukanlah usaha

sedemikian rupa jingga petak sawah tidak sampai tergenang air karena walaupun
butuh air tapi padi bukan tanaman air.

Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Penanaman


Bibit Padi Organik (4)
Proses penanaman bibit padi
a. Pada saat penanaman bibit padi ke petak sawah, kondisi petak sawah tidak boleh tergenang
tetapi hanya macak-macak saja. Lama jarak waktu dari pencabutan bibit padi dari persemaian
hinggga ke penanaman di petak sawah tidak boleh melebihi 15 menit. Penundaan penanaman
lebih dari 15 menit dapat menurunkan kemampuan pertumbuhan anakan rumpun padi.
b.
Gunakan hanya satu bibit padi per posisi tanam, penanaman bibit padi sangat dangkal,
hamper tidak dibenamkan sama sekali, hanya kedalaman 0,5-1 cm saja. Posisi akar bibit padi
sejajar dengan permukaan tanah sehingga batang bibit padi dan akarnya berbentuk huruf L.
kalau penanaman bibit padi dibenamkan batang dan akar akan membentuk huruf J, sehingga
akan mengurangi kemampuan bibit padi untuk tumbuh, berkembang dan memiliki akar yang
banyak serta kuat. Ini adalah hal yang kedua yang membedakan bertani cara SRI dengan cara
tradisional.
c.
Selain cara persemaian dan penanaman tersebut, petani dapat menggunakan cara tanam
benih langsung (Tabela). Proses seleksi benih tetap sama, dan benih didiamkan selama 2 hari
hingga keluar kecambah . kemudian benih tersebut ditanam tunggal dengan jarak tanam tidak
boleh kurang dari 35 cm. sisakan bibit padi sekitar 2% dari kebutuhan seluruh bibit padi yang
ditanam sebagai cadangan dan disemai dipinggir petak sawah. Dari berbagai pengalaman di
lapangan
,
bibit
yang
mati
karena
sebab
tidak
akan
melebihi
angka
2%.
d.
Untuk menekan oertumbuhan gulma, setelah penanaman, sawah agak direndam sedikit di
atas macak-macak (1-2 cm di atas pangkal batang padi) selama 10 hari. Setelah 10 hari lalu
dikeringkan kembali ke keadaang macak-macak, taburlah kompos mikroba merata per 2 baris
tanaman padi lalu dibuat kamilir setiap 2 baris tanaman dengan maksud agar rupun tanaman
padi mendapat posisi pinggi kamalir (parit).

Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Proses Pemeliharaan (5)


Proses pemeliharaan.
a. Selama bertanipadi secara SRI, kondisi tanah petak sawah hanya lembab dan
macak-macak hingga 2 pekan sebelum panen baru benar-benar dikeringkan sama
sekali.
b. Bila bibit yang ditanam ada yang rusak atau kurang baik pertumbuhannya
dalam 10 hari pertama setelah penanaman, lakukanlah penyulaman. Penyulaman
harus dilakukan hati-hati jangan sampai ada akar yang rusak, prosedur dan caranya
sama seperti oenanaman awal bibit padi, dangkal saja dan jangan terlalu dalam.
c. Cara bersawah SRI sangat hemat pemakaian air (berkurang kebutuhan air lebih
dari 50%). Air dijaga hanya ada di dalam parit sekitar dan tengah sawah saja.
d. Penyiangan (ngarambet) sangat penting dilakukan dalam metode SRI karena

produksi gabah akan berkurang 1-2 ton untuk setiap kali kelalaian penyiangan.
Penyiangan dilakukan setiap 2 pekan sekali. Penyiangan pertama harus dilakukan
10 hari setelah bibit padi ditanam. Tujuan utama penyiangan adalah untuk
meningkatkan aerasi udara bagi tanah sawah sehingga terjadi suplai udara
(oksigen) yang cukup memadai ke dalam tanah, tanah akan lebih subur, dan gasgas beracun di dalam tanah bisa keluar, sehingga tanah akan lebih gembur. Gulma
pengganggu tanaman padi dicabut dan kemudian dibenamkan saja ke dalam tanah.
Penyiangan dilakukan dengan menggunakan alat penyiang yang didorong berputar,
sekaligus menggali dan mengaduk tanah.

Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Proses


Pemupukan (6)
Proses Pemupukan
Penerapan pemakaian yang tinggi dari pupuk , pestisida dan insektisida kimia pada lahan sawah
untuk pertanian padi selama ini yang tidak terkendali sudah memberikan dampak sangat
negative pada kesuburan lahan sawah kita. Baik secara struktur fisik tanah maupun secara
bioorganisme tanah , tanah sawah kita kebanyakan mengalami tingkat kerusakan yang tinggi .
hal ini diperlihatkan dengan terus menurunnya hasil panen padi per musim tanam dan seringnya
terjadi serangan hama & penyakit yang luas dan dalam waktu singkat. Karena itu pada tahap
awal kondisi sawah harus direhabilitasi agar memperoleh hasil yang optimal.
Untuk mendapat hasil yang optimal diperlukan bahan organik setidaknya 8-10 ton/ha serta
pupuk kompos organik 2-3 ton/ha. Bahan organik terbesar (8-10 ton/ha) diharapkan dapat
dibuat sendiri oleh petani dengan memanfaatkan jerami (sisa panen) dan bahan organik yang
bisa diperoleh di sekitar sawah mereka (lihat Proses Pengolahan Lahan). Jika hal tersebut sudah
dilakukan, sebenarnya tidak diperlukan pemupukan lagi dalam sistem SRI, namun karena
kebiasaan petani melakukan pemupukan lebih dari sekali maka dapat digunakan pupuk organik
cair sebagai pelengkap dengan cara disemprotkan.

Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Proses


Pengendalian Hama & Penyakit (7)
Proses Pengendalian Hama & Penyakit
Cara bertani padi secara SRI (System of Rice Intensification) selain untuk meningkatkan
produksi padi dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan, relatif
murah, mudah diperoleh, juga untuk memperbaiki struktur maupun kondisi lahan persawahan
secara berkesinambungan. Artinya dengan ber SRI, kita bukan saja dapat mempertahankan
tingkat produktifitas padi yang tinggi, tetapi juga meningkatkan struktur dan kondisi lahan
sawah serta membaiknya lingkungan hidup biotic di persawahan. Itulah sebabnya, dari data para
petani di sumedang, tasikmalaya, sukabumi, dll, melaporkan adanya peningkatan produktifitas
bertani padi secara SRI dari musim tanam ke musim tanam berikutnya. Dengan semakin

membaiknya sistem lingkungan hidup biotik tadi berarti semakin dapat ditekan resiko kerusakan
akibat serangan hama dan penyakit karena setiap hama padi akan muncul musuh alaminya
(MA).
Metode SRI yang diterapkan adalah menggunakan bahan-bahan organik seluruhnya dan tidak
menganjurkan sama sekali pemakaian pupuk maupun obat-obatan kimia. Pemakaian air yang
sangat mninim (50%) daripada cara konvensional akan dapat menekan berkembangbiaknya
keong emas karena secara praktis sawah tidak pernah tergenang air, pangkal batang padi tidak
pernah terendam air, kondisi sawah hanya lembab dan macak-macak saja. Kalau masih terdapat
serangan hama keong emas yang cukup banyak. Itu mengindikasikan masih ada genangan air,
itu berarti belum menerapkan SRI sepenuhnya.
Tikus merupakan salah satu hama yang paling sangat dikhawatirkan para petani selama ini
karena serangannya sangat cepat dengan jumlah kerusakan yang sangat luas. Batang padi
metode SRI relatif lebih besar dan lebih keras sehingga kurang disenangi hama tikus. Hama tikus
sebenarnya hanya 9 bulan, setelah itu ia akan mati. Namun setelah usia kurang dari 4 bulan,
hama ini sudah dapat berkembangbiak. Itulah sebabnya, hama tikus ini sangat cepat bertambah
populasinya. Hama tikus tidak menyukasi bau menyengat seperti bau jengkol dan rasa yang
pahit seperti brotowali, sehingga secara mandiri para petani dapat membuat sendiri ramuan
pengusir tikus, lalu disemprotkan ke tanaman padi. Cara ini selain sangat murah dan praktis,
juga ramah lingkungan karena ramuan tadi tidak membunuh musuh alami dari hama yang lain.
Hama capung dan burung dapat diatasi dengan memperbanyak ajir/tonggak yang dipancangkan
di sawah. Sifat hama ini sangat menyenangi sesuatu yang bersifat menjulur/tegak/muncul,
untuk bertengger. Pancangkanlah ajir dari bambu atau kayu sebanyak mungkin di sawah untuk
menekan kerugian akibat hama ini.
Untuk hama wereng, jika ada indikasi serangan taburkan abu bekas pembakaran terutama pada
telur dari hama ini. Dari pengalaman, penaburan abu ini akan lebih efektif pada saat telur
wereng telah menetas.

PROSES PENGOLAHAN GABAH


JADI BERAS
Orang kota banyak yang belum tahu cara memproses gabah jadi beras. Berikut prosesnya.
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah diproses melalui beberapa tahap sebelum menjadi beras.
1. Perontokan & Pengeringan
2. Pecah Kulit
3. Polish/Giling
Perontokan dan Pengeringan
Perontokan adalah proses memisahkan gabah dari merang.

Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air gabah hasil panen untuk keperluan simpan atau giling
Urutan dua proses ini bisa dibolak balik. Pada padi hybrida umumnya dirontokkan dulu lalu dikeringkan/dijemur,
sedangkan untuk padi varietas lokal umumnya dikeringkan lalu dirontokkan. Perbedaan tahapan proses ini karena
padi hybrida mudah dirontokan secara manual sedangkan pada varietas lokal lebih sulit jadi memerlukan mesin
perontok.
Pecah kulit
Setelah dirontokkan, gabah dimasukkan ke mesin pemecah kulit. Proses ini mengelupaskan sekam dari gabah. Hasil
biji beras pada proses ini yang dikenal dengan BERAS PECAH KULIT atau BROWN RICE. Biji beras masih memiliki
lapisan kulit ari (aleurone dan pericarp). Lapisan kulit ari ini umum dikenal dengan istilah bekatul.
Aleurone adalah lapisan protein. Pada saat benih akan berkecambah, sel aleuron akan memecah menjadi asam
amino. Dipicu oleh hormon yang dilepaskan oleh embrio, aleuron akan mensintesis enzim yang berguna untuk
memacu perkecambahan.
Pericarp adalah jaringan yang mengelilingi biji, sebagai pelindung embrio.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa lapisan kulit ari kaya akan kandungan protein, vitamin, mineral, lemak dan
serat. Oleh karena itu membiasakan mengkonsumsi beras pecah kulit menjadi lebih sehat dan lebih baik. Akan tetapi
umumnya orang enggan memakannya karena nasi dari beras pecah kulit lebih keras, walaupun sudah lama
dimasak, sehingga sulit dikunyah.
Giling
Proses mengelupaskan lapisan kulit ari sehingga didapat biji beras yang putih bersih. Biji beras yang putih bersih ini
sebagian besar terdiri dari pati.
Struktur Gabah - Beras pecah kulit - Beras giling - Beras kecambah

RI Ekspor 134 Ton Beras Organik ke Italia,


Mentan: Ini Baru Pemanasan
Michael Agustinus - detikfinance
Senin, 02/11/2015 14:48 WIB

Jakarta -Di tengah keputusan pemerintah impor 1 juta ton beras dai Vietnam pada akhir tahun ini,
Indonesia ternyata juga mengekspor beras. Pekan lalu 134 ton beras organik dari Indonesia dikapalkan
ke Italia.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa ekspor tersebut baru 'pemanasan'
saja. Produksi beras Indonesia akan melonjak tahun depan sehingga tak perlu impor lagi, bahkan bisa
ekspor dalam jumlah besar ke berbagai negara.
"Ekspor beras organik sudah 134 ton beberapa hari lalu, tapi itu baru pemanasan. Kita berdoa mudahmudahan produksi tahun depan lebih baik," kata Amran saat makan siang di Kementerian Pertanian,
Jakarta, Senin (2/11/2015).
Dengan sejumlah perbaikan faktor-faktor produksi pada tahun ini, Amran sangat optimistis Indonesia tak
perlu lago impor beras di 2016. "Sekarang irigasi 2,6-3 juta hektar sudah diperbaiki, alsintan (alat mesin
pertanian) meningkat sampai 80.000 unit. Ini optimal nanti di 2016," tandasnya.
Sebagai informasi, beras organik yang diekspor ke Italia ini diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya.

Eksportirnya PT Bloom Agro. Selain Italia, Amerika Serikat dan Singapura juga akan mengimpor beras
organik dari Indonesia.
"Kita kemarin baru ekspor beras organik ke Italia sebanyak 134 ton. Pembelinya datang langsung dari
Italia untuk melihat langsung proses produksinya," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Hasil
Sembiring, kepada detikFinance pekan lalu.
Nilai tambah yang dihasilkan oleh beras organik ini sangat tinggi, harganya jauh lebih mahal dibanding
beras medium dan beras premium. Di Eropa, harga beras organik asal Indonesia bisa dijual dengan
harga 6 euro/kg. "Harganya di Eropa sampai 6 euro/kg," ungkap Hasil.
Karena itu, ekspor beras organik ini akan terus ditingkatkan. Dengan adanya program pengembangan
4.000 ha padi organik, produksinya akan terus bertambah.
"Diharapkan tahun depan bisa meningkat. Ini sesuai dengan program kita untuk pengembangan padi
organik 4.000 ha tahun depan. Ini memberikan nilai tambah yang bagus," tutupnya.

http://finance.detik.com/read/2015/11/02/143359/3059682/4/ri-ekspor-134-tonberas-organik-ke-italia-mentan-ini-baru-pemanasan
Khasiat dan Manfaat Beras Organik Yang Perlu Diketahui
Anti Hipertensi, Anti Kanker, Anti Kolesterol, Anti Oksidan, Obat Diabetes
Mungkin Anda sudah banyak yang mengenal apa itu beras organik, akan tetapi
tidak ada salahnya jika kita review sedikit tentang beras organik, khasiat dan
manfaatnya terhadap kesehatan kita.

Apa itu Beras Organik ?


Beras organik merupakan beras yang dihasilkan melalui proses-proses organis yang
ditanam dan disemai di tanah yang ramah lingkungan, 100% tidak menggunakan
pestisida kimia dari awal penanaman sampai pada proses pengolahan menjadi
beras yang siap dikomsumsi.Penanamannya menggunakan kompos dan pupuk
hijauan, maupun Pupuk Bio Hayati serta pemberantasan hama
menggunakan pestisida alami yang dihasilkan dari daun-daunan dan buah-buahan
yang difermentasikan secara alami.Proses organis itu sendiri akan dapat
memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, serta membangun ekosistem yang
berkelanjutan.

Beras organik bebas dari unsur pestisida kimia yang oleh karenanya sangat baik
untuk dikomsumsi sehari-hari.Dengan kadar gula yang rendah, beras organik dapat
dikomsumsi oleh penderita penyakit kencing manis ( diabetes ), penderita autis,
serta dapat dikomsumsi oleh mereka yang tengah menjalani program diet.Rasa
khas beras organik yang membedakannya dengan beras non organik adalah rasa
lebih pulen dan tidak mudah basi.Nasi yang diolah dari beras organik dapat
bertahan selama dua hari tanpa perlu menyimpannya di dalam lemari pendingin
( kulkas ).
Beras organik ada beberapa macam warna, yakni hitam, merah, cokelat dan
putih.tak heran jika masyarakat sering menyebutnya dengan beras herbal.Aroma
dan rasa beras organik Indonesia bila sudah dimasak sangat berbeda dibanding
dengan beras organik yang berasala dari India, Thailand atau negara lainnya.Beras
organik dari Indonesia memiliki keunggulan dan kelabihan yakni rasa yang lebih
enak karena struktur tanahnya.Aromanya harum dan tahan lama.
Keunggulan Beras Organik dan Beras Non Organik adalah memiliki kandungan
nutrisi dan mineral yang tinggi, kandungan glukosa, karbohidrat dan proteinnya
mudah terurai, sehingga aman dan sangat baik dikomsumsi bagi penderita diabetes
dan baik untuk yang sedang melaksanakan program diet, mencegah kanker,
jantung, asam urat, darah tinggi, dan vertigo.
Mungkin belum banyak yang mengetahui kalo Beras Merah Organik tersedia
dengan tidak hanya warna putih tapi bermacam warna.Jenis manfaat beras organik
bisa dikelompokkan berdasarkan warnanya.

Apa saja Manfaat Beras Organik berdasarkan Warnanya ?


Manfaat Beras Organik Warna Putih

Merupakan jenis beras yang paling banyak dikomsumsi.Beras Organik warna putih
jika dibandingkan dengan beras putih un-organik sangatlah jauh berbeda.karena
rasanya lebih pulen dan lebih wangi.Juga tidak mengandung pestisida kimia
sehingga sangat aman untuk dikomsumsi.Beras Organik warna putih masih
memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi.

Manfaat Beras Organik Warna Hitam


Dari sisi khasiat gizi ternyata pigmen beras yang berwarna hitam mepunyai khasiat
paling baik dibandingkan dengan beras organik warna lainnya, mengapa ? Beras
Organik warna hitam sangat berbeda dibanding ketan hitam, baik rasa, aroma
maupun penampilannya.Sangat spesifik dan unik.Bila sudah dimasak beras organik
warna hitam warnanya benar-benar hitam pekat.Rasanya enak dan aromanya
menimbulkan selera makan dan sangat menggugah.

Beras Organik warna hitam memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi
kesehatan kita, diantaranya

Meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.

Menurunkan kadar gula darah ( sangatlah baik bagi penderita diabetes ).

Memperbaiki kerusakan sel hati ( hepatitis dan chirrosis )

Mencegah gangguan fungsi ginjal.

Memperlambat penuaan ( Antiaging )

Mencegah Anemia

Mencegah kanker

Antioksidan

Menurunkan tekanan darah ( orang yang mempunyai tekanan darah rendah


sebaiknya sebaiknya menggunakan beras ini dengan dicampur dengan beras
merah, perbandingan 1 : 1 )

Membersihkan kolesterol dalam darah ( baik untuk diet ).

Manfaat Beras Organik Warna Merah


Salah satu cara memasak beras merah yang diketahui adalah dengan
teknik Gamma Aminobtyric Acid ( GABA ) atau Germinated Brown Rice ( GBR )
yang dapat meningkatkan hormon pertumbuhan pada manusia.Sedangkan
manfaatnya adalah sebagai berikut.

Baik untuk program diet

Mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan

Dapat mencegah sembelit ( konstipasi )

Menurunkan kolesterol darah.

Meningkatkan perkembangan otak.

Menyehatkan jantung dan pembuluh darah

Mencegah penyakit keganasan dan penyakit degeneratif.

Memiliki kandungan Vitamin B 1 dan Mineral lebih tinggi dibandingkan


dengan beras putih.

Mengandung lebih banyak magnesium yang sangat bermanfaat untuk


kesehatan jantung.

Kaya akan fiber asam lemak.kandungan fibernya yang tinggi mampu


mencegah sembelit, sehingga memperlancar proses pengeluaran kotoran
( defekasi ).Kandungan fiber juga membuat anda lebih kenyang dan tidak
cepat lapar.

Kaya akan asam amino.

Manfaat Beras Organik Warna Cokelat.


Warnanya memang cokelat, aroma dan rasanya sangat khas, miriip ketan.beras
organik warna cokelat adalah beras yang tidak digiling atau setengah digiling, jadi
bisa dikatakan mempunyai rasa sedikit seperti kacang dan lebih kenyal daripada
beras putih.Meskipun lebih cepat basi, tetapi beras organik warna cokelat lebih
bernutrisi.

Perbedaan beras organik warna cokelat dan beras putih sebenarnya tidak terlalu
jauh.Perbedaan keduanya terletak pada pemrosesan dan kandungan nutrisinya.Jika
lapisan terluar atau kulit ari atau sekam dari biji padi dikupas maka hasilnya adalah
beras organik berwarna cokelat.Namun jika lapisan dalam atau kulit padi juga
dikupas, maka hasilnya adalah beras putih biasa.
Beberapa jenis Vitamin dan mineral akan hilang dalam proses penggilingan butir
padi.Akibatnya, beberapa nutrisi yang hilang seprti Vitamin B1,B3, dan besi
seringkali ditambahkan kembali pada beras putih sehingga berlabel diperkaya
( enriched ).sementara pada beras organik warna cokelat, satu jenis mineral yang
tidak perlu ditambahkan adalah magnesium.

Bagaimana Cara Memasak Beras Organik ?


1. Bilas sekali saja ( tergantung kebiasaan ), 3 gelas beras organik kemudian
masukkan kedalam wadah penanak nasi.
2. Masukkan 4,5 gelas air kedalam wadah pennak nasi, jika ingin lebih pulen,
tambahkan air kemudian masukkan ke dalam wadah penanak nasi.
3. Selama proses memasak jangan membuka dan mengaduk beras sehingga
aroma beras tetap terjaga.
4. Setelah matang, Nasi siap dihidangkan untuk disantap.Lebih nikmat dalam
keadaan panas.
http://obatnaturals.blogspot.co.id/2013/09/khasiat-dan-manfaat-beras-organikyang.html

LATAR BELAKANG
Dunia pertanian merupakan salah satu bidang dari dunia usaha
yang banyak bersinggungan dengan masyarakat umum secara luas.
Pertanian sampai saat ini masih menjadi tumpuan hidup bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di daerah. Hal ini
menjadikan dunia pertanian menjadi salah satu penggerak utama
roda perekonomian di Indonesia. Namun ketika dicermati, maka
akan ditemukan sesuatu yang janggal dalam sistem tata niaga di
dunia pertanian kita, terutama pada komoditas padi. Dimana petani
kita tidak memiliki wewenang dalam menentukan harga gabah,

padahal mereka adalah produsen utama sumber pangan kita. Hal ini
menyebabkan sebagian besar petani masih hidup dalam garis
kemiskinan, karena selalu menjadi pihak yang dirugikan.

Para petani yang seharusnya menjadi tuan di tanahnya sendiri,


malah menjadi buruh yang harus mengikuti kemauan para
tengkulak dan Jika berbicara mengenai peningkatan kesejahteraan
para petani, maka perlu dilakukan suatu perubahan sistem yang adil
pada tata niaga di dunia pertanian kita. Suatu sistem dimana bisa
menjamin pemerataan keuntungan pada semua stake holder dari
mulai petani, kelompok tani, produsen sarana produksi pertanian,
kios pertanian, pedagang gabah, pabrik penggilingan padi sampai
pada konsumen. Untuk itu perlu adanya suatu Program
Pemberdayaan : Kemitraan Usaha Tani dalam hal ini bergerak pada
bidang Beras Sehat Organik dengan prinsip pemerataan
kesejahteraan dengan mewujudkan integrasi di dunia pertanian
melalui pertanian organik.

PROSES BISNIS
1. DIVISI BUDIDAYA
Pada Divisi Budidaya CV.Sirtanio Organik Indonesia Menjalankankan
3 bentuk kegiatan yang dilakukan secara sinergis dan
berkesinambungan untuk menghasilkan Beras Sehat Organik. Yang
pertama adalah

a.
Pendampingan
Budidaya
Proses yang pertama dilakukan adalah melakukan proses alih
teknologi secara teori. Pada tahap ini mitra petani kita berikan
informasi terbaru mengenai perkembangan dunia pertanian dan
mindset ke mitra petani bahwa dunia pertanian itu masih menarik
asal dikerjakan dengan benar. Alih teknologi ini tidak hanya kita
lakukan secara perorangan di lapangan, tetapi kita juga
mengadakan suatu forum berkumpul para mitra petani, yang kita
beri nama Ngobrol Tani. Ngobrol tani ini kita lakukan setiap 2
minggu sekali di setiap kelompok tani organik yang kita bina.
Proses yang kedua adalah pendampingan teknis dengan
implementasi teori di lapangan. Pada tahap ini mitra petani akan
dipandu bagaimana melakukan teknik budidaya dengan benar.
Proses yang ketiga adalah pengamatan rutin. Tim akan melakukan
pengamatan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan budidaya di setiap tahapan budidaya dan umur
tanaman, seperti jumlah anakan, tinggi tanaman, warna hijau daun,
dan lain-lain. Dengan konsep pendampingan ini kita bisa menjamin
keberhasilan dari program sekaligus jaminan kualitas produk
budidaya.
b. Jaminan Kemudahan Sarana Produksi Pertanian
Beberapa hal yang menjadi penyebab tidak berkembangnya
pertanian organik di masyarakat adalah susahnya memperoleh
sarana budidaya organik itu sendiri, seperti pupuk organik
berkualitas, pengendali hama dan penyakit organik bahkan
perlengkapan budidaya dan teknis pemakaiannya. Untuk itu, dalam
melaksanakan program ini kami menyediakan seluruh sarana
budidaya organik dari mulai bibit, pupuk organik, pestisida nabati,
agensi hayati dan pupuk cair organik. Bahkan untuk merangsang
agar para petani mau untuk bergabung dengan program ini, kami
memakai sistem bayar panen untuk saprodi yang digunakan. Jadi
mitra petani akan kami berikan saprodi secara cuma-cuma, dan
baru akan diperhitungkan ketika mitra tersebut panen

c. Jaminan Kemudahan Pasar


Rendahnya minat para petani terhadap pertanian organik, adalah
tidak adanya jaminan pasar yang dapat memberikan harga lebih
dari apa yang mereka usahakan pada sistem pertanian organik ini.
Dengan melihat kenyataan ini, maka jika ingin program ini berjalan
sukses maka jaminan pembelian produk organik dengan harga
khusus ini harus dipikirkan juga. Untuk itu kita mencoba membuat
suatu model usaha processing dan perdagangan dengan konsentrasi
di bidang beras sehat organik. Dimana kita sendiri yang akan
membeli hasil panen dari mitra petani kita dengan sistem yang
sudah disepakati bersama yaitu dengan fiksasi harga jual gabah
(kontak harga). Harga Beli yang kami terapkan pun jauh diatas
harga pasar. Hal ini membuat petani loyal kepada kami sehingga
bahan baku Beras Organik pun dapat tersedia secara berkelanjutan.

2.
DIVISI
PROSES
Divisi ini bertugas untuk mengawal seluruh proses pengolahan
beras sehat organik seblang Banyuwangi agar mendapatkan mutu
produk yang terbaik. Proses yang dilakukan disini adalah :
Mengawal Proses Pasca Panen Hingga Beras Curah sesuai dengan
standart
SNI
Product Beras Merah Organik Seblang Banyuwangi dikemas
dengan
kemasan
Vacum
Dikawal Proses pengemasan nya agar sesuai dengan SOP yang

sudah
dibuat
Melakukan Management Stock Agar Sesuai dengan permintaan
dari divis pemasaran

3.
DIVISI
PEMASARAN
Divisi ini bertugas memasarkan Produk Beras Sehat Organik Seblang
Banyuwangi keseluruh Indonesia. Perusahaan ini sudah bekerja
sama dengan beberapa distributor dan perusahaan multinasional di
Indonesia untuk mendistribusikan produk ini. CV.Sirtanio Juga
membuka peluang sebesar-besarnya bagi seluruh pelaku organik
untuk memasarkan produk ini. Dengan berkembangnya produk
organik, kita jadikan indonesia sehat. (contack kami untuk info kerja
sama)

Head Office
CV.Sirtanio Organik Indonesia
Jl.KH.Mahfud 353, Singojuruh, Banyuwangi, Indonesia
Email:
organikbanyuwangi@gmail.com
1. Apa Itu Beras Merah Organik ?
Merupakan beras organik yang dipilah secara profesional
dengan menjaga kulaitas dimulai dari sektor budidaya
hingga procesing, beras organik ini diolah dengan
standart SNI sehingga kualitas yang diberikan sesuai
dengan diinginkan oleh para konsumen. Beras organic
harus mendapatkan pengakuan dari Badan Sertifikasi
yang berwenang disuatu Negara untuk menjamin keaslian
organiknya.

2. Bagaimana cara memasak Beras Merah


Organik ?
Untuk konsumsi dengan melakukan pencampuran dengan
beras putih, cara memasaknya sama dengan memasak
beras putih menggunakan magic jar . Akan tetapi apabila
dimasak 100% beras merah, maka disarankan untuk
merendam selama 1 malam sebelum dimasak untuk
mendapatkan beras merah seblang banyuwangi yang
lebih pulen.
3. 1 kg Beras Merah bisa dikonsumsi untuk berapa
porsi ?
Untuk konsumsi rutin selama 1 bulan, 1 kg beras merah
cukup dikonsumsi untuk 45 porsi remaja apabila dicampur
dengan beras putih tergantung takaran makanan.
4. Apa kelebihan Beras Organik Seblang
Banyuwangi dibandingkan dengan Beras Organik
lainnya
a. Beras Organik Seblang Banyuwangi melalui Proses
Seleksi kualitas yang ketat dimulai dari proses
penanaman, perawatan, pengemasan hingga distribusi.
Beras Organik Seblang Banyuwangi mempunya cita rasa
yang lebih pulen dibandingkan beras organik lainnya.
b. Beras Organik Seblang Banyuwangi juga sudah
mendapatkan Jaminan organic yang sudah diakui
sehingga mutu produk tidak perlu dipertanyakan.
c. Produk Beras Organik Seblang Banyuwangi pun bisa
didapatkan dengan harga terjangkau sehingga bisa
dinikmati oleh seluruh kalangan konsumen.
d. Campurkan Beras Organik Seblang banyuwangi dengan
beras konvensional ataupun beras raskin, maka nasi yang
sudah dimasak akan tahan basi hingga 2 hari, hal ini
disebabkan beras organik ini benar-benar bisa mereduksi

kandungan kimia dari beras konvensional.


5. Bagaimana cara penyimpanan Beras Merah
Organik Banyuwangi ?
Setelah dibuka dari kemasan, Beras Merah kemudian
dimasukkan kedalam toples atau p n tupper ware yang
kedap udara, hal ini disebabkan beras oorganik seblang
banyuwangi tidak menggunakan pengawet apapun
sehingga rawan terkena kutu.
2. http://organikbanyuwangi.com/?page_id=364
Ciri-ciri Umum Beras Organik
AKHIR-akhir ini permintaan padi atau beras organik meningkat sangat tinggi. Ini tak
lepas dari kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan sehat dan
alami. Seiring dengan tingginya permintaan, dipasaran pun mulai tersedia beragam
beras organik dengan berbagai brand. Sayangnya tingginya permintaan itu kadang
membuat orang tak betanggung jawab mengambil untung dengan memalsukan
beras organik. Maksudnya pemalsuan adalah yang dijual sesungguhnya beras biasa
namun diberi label organik.

Sumber: jurnalasia.com

Lalu bagaimana mengetahui beras itu benar-benar organik? Tak ada cara terbaik
untuk mengetahui beras itu organik atau bukan, kecuali dengan menanam sendiri
dan uji laboratorium. Tentu saja cara tersebut relatif sangat mahal jika kapasitas
produksi hanya sedikit karena tak memenuhi skala produksi.

Kemudian untuk memastikan berikutnya adalah dengan uji laboratorium. Dengan


pengujian akan diketahui kandungan beras yang sesungguhnya. Apakah
mengandung unsur-unsur kimia sintetis atau residu berbahaya hasil proses produksi
atau tidak? Umumnya beras yang lulus uji seperti ini akan diberi sertifikasi. Tentu
saja lembaga atau badan yang menguji harus kredibel dan independen untuk
menjaga kualitas pengujiannya.
Dapat dikatakan bahwa beras organik adalah beras yang dihasilkan dengan cara
organik. Lalu apa sebenarnya definisi organik itu? Meskipun tak ada definisi baku
tentanh organik, namun ada ciri-ciri umum yang menandakan ke-organik-annya
ini, diantaranya:
1. Dalam proses produksi atau penanaman tidak menggunakan pestisida dan
pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan.
2. Kualitas tanah dijaga dan dipertahankan dengan pemberian nutrisi alami
seperti dengan menggunakan pupuk kandang, kompos, dan limbah pertanian
lainnya. Namun tetap juga diperhatikan bahwa pupuk kandang misalnya, juga
harus organik, artinya dalam peternakan juga tidak menggunakan unsur
kimia buatan dalam ransum ternaknya.
3. Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang
sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama. Misalnya, periode tanam
pertama dan kedua menanam padi, kemudia periode ketiga lahan ditanami
kedelai atau jagung, dan begitu seterusnya.
4. Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman bisa menggunakan
predator sebagai musuh alami hama dan penyakit tanaman. Misalnya untuk
mengendalikan tikus, bisa menggunakan burung hantu, untuk mengdalikan
belalang bisa menggunaka ikan tertentu yang dipelihara di sela-sela padi.
Sedangkan untuk mengendalikan gulma bisa memanfaatkan jerami sisa
panen sebelumnya.
Begitulah ciri-ciri umum beras organik. Ada satu lagi yang bisa dijadikan pengujian
kalau beras itu benar-benar organik. Biasanya beras organik kalau dimasak akan
lebih tahan lama, artinya tidak cepat berbau apalagi basi. Kita bisa
membuktikannya sendiri. Semoga bermanfaat!
http://rumahladang.blogspot.co.id/2014/12/ciri-ciri-umum-beras-organik.html

Peluang Baru: Bisnis Beras Organik


Filed in Topik by admin on December 1, 2009 0 Comments

Produktivitas 10 ton per ha itu spektakuler! Bandingkan dengan produktivitas rata-rata sawah di
Indonesia: 5 ton per ha. Dr Ir Ida Hodiyah, dekan Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi,
mengatakan produksi padi membubung antara lain karena terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah. Akar padi tumbuh bagus, lurus, dan panjang 20 cm atau 2 kali panjang akar padi
nonorganik. Dampaknya penyerapan unsur hara optimal.
Melonjaknya produksi itu setelah Hendra menerapkan sistem budidaya organik pada 2004. Ia
meninggalkan pupuk dan pestisida kimia. Sumber nutrisi bagi tanaman masing-masing 5 ton
kompos dan pupuk kandang yang difermentasi selama sebulan. Hendra yang pernah hidup
menggelandang di Tanjungpriok, Jakarta Utara, itu mula-mula hanya menuai 4 ton per ha. Produksi
melonjak setelah Hendra menerapkan teknologi system of rice intensification (SRI). Prof Dr Iswandi
Anas dari Institut Pertanian Bogor mengatakan SRIorganik berpeluang meningkatkan produksi padi.
Ekspor
Ketika menerapkan sistem organik yang dikombinasikan dengan teknologi SRI banyak kerabat
mengatakan Hendra gila. Harap mafhum, ia hanya menanam satu bibit di sebuah lubang tanam. Itu
pun bibit muda berumur 7 hari. Padahal, kelaziman petani di berbagai daerah menanam 10 bibit
berumur 30 hari per lubang tanam (baca: Ramai-ramai Meminang SRI, Trubus Juni 2009). Panen
hingga 10 ton per ha, setelah Hendra menerapkan SRIorganik membungkam semua cemoohan.
Membudidayakan padi organik memang banyak hambatan. Tohawi Husnullah, petani di Ciseeng,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, selama 4 tahun membudidayakan padi organik.
Namun, setahun terakhir ia berhenti menanam, meski permintaan beras organik sangat besar.
Pemilik tak lagi menyewakan lahan. Padahal mencari lahan dengan sumber mata air sangat sulit,
kata Tohawi.
Sumber air matarantai penting berorganik. Dengan sumber mata air, lahannya tak terkontaminasi
pupuk atau pestisida kimia dari sawah lain. Kendala lain menghadang pengembangan padi organik
dari hulu hingga hilir, seperti mengubah budaya menggunakan pestisida kimia ke nabati (baca:
halaman 20).
Agung Prawoto dari Biocertlembaga pemberi sertifikat organikmendefinisikan beras organik
merupakan hasil pengolahan padi yang dibudidayakan secara organik dengan memperhatikan
benih, lahan, air, dan sarana produksi yang organikbukan kimiawi. Organik lebih menekankan
pada proses budidaya, bukan sekadar hasil akhir. Jika air dari sawah sebelah yang nonorganik
mengalir ke sawah organik, petani organik harus melakukan filterasi dengan tanaman tertentu, kata
Agung.

Sebutan padi organik itu bukan klaim pribadi, tetapi dibuktikan dengan sertifikat. Hendra
memperoleh 2 sertifikat organik sekaligus dari IMO (Institute for Marketecology Organic) yang
berbasis di Weinfelden, Swiss, dan Sucofindo. Dengan mengantongi sertifikat organik dari IMO,
beras hasil budidaya Hendra dapat dipasarkan ke negara-negara di Eropa dan Amerika.
Itu bukti bahwa beras organik produksi petani sangat berkualitas hingga mampu menembus pasar
ekspor. Selama ini Indonesia memang menjadi importir beras. Namun, kini Indonesia menjadi
eksportir beras organik. Untuk mendapatkan harga tinggi harus disasarkan untuk pasar luar negeri
yang sudah terdidik menghargai produk organik. Produk yang bagus pasti dicari pasar, kata Emily
Sutanto, eksportir beras organik.
Pada Agustus 2009, Emily mengekspor 18 ton beras organik. Pembelinya adalah Lotus Food di
Amerika Serikat. Ia mengemas beras organik dalam kantong berbobot 5 kg. Pada Desember 2009
direktur PT Bloom Agro itu mengekspor 19 ton ke Malaysia. AlumnusPepperdine University, Amerika
Serikat, itu bermitra dengan 2.333 petani di Tasikmalaya.
Mereka memperoleh sertifikasi organik dari IMOterdiri atas 3 standar: NOP untuk pasar Amerika
Serikat, EEC (Eropa), dan JAS (Jepang). Gabah-gabah produksi mereka dibeli oleh Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani) Simpatik. Harganya Rp3.200 per kg gabah varietas sintanur; Rp3.500
(redrice). Harga gabah nonorganik di Tasikmalaya Rp2.600 per kg. Gapoktan menggiling gabah
menjadi beras organik yang akhirnya dibeli oleh Emily Rp8.000 per kg.
Ceruk besar
Menjalin kemitraan dengan para petani juga ditempuh Suyamto di Sragen, Jawa Tengah. Ia bekerja
sama dengan 300 petani bersertifikat organik yang mengelola lahan 132 ha. Pada Juni 2008,
importir Jepang meminta pasokan rutin 20 ton beras organik per bulan kepada Suyamto. Namun,
ketika itu beras dianggap komoditas strategis sehingga tak dapat diekspor. Ia mengurus izin ekspor
ke Departemen Perdagangan dan Bulog, tetapi izin ekspor itu baru diperoleh setahun kemudian.
Saat ini Suyamto masih menggarap pasar domestik yang cukup besar. Direktur PTPadi Mulya itu
membeli gabah kering panen (GKP) dari petani Rp3.500 per kg. Ia membeli GKP untuk mengontrol
dan mencegah terjadinya pengoplosan dengan gabah nonorganik. Pebisnis beras organik sejak
2001 itu mengeringkan GKP menjadi gabah kering giling (GKG) hingga susut 20%. Gabah itulah
yang ia olah menjadi beras organik dengan rendemen 30%. Artinya untuk memperoleh 1 kg beras
perlu 3 kg gabah kering giling.
Ia kini rutin memasok 3040 ton per bulan kepada pedagang di berbagai kota seperti Jakarta dan
Sragen. Suyamto menjual beras organik Rp10.000 per kg. Menurut Suyamto biaya pemrosesan
untuk menghasilkan 1 kg beras dari gabah organik mencapai Rp2.000 per kg. Jika saja ia mampu

memenuhi semua permintaan, labanya bakal kian besar. Total permintaan rutin mencapai 50 ton
sebulan, tetapi belum ia penuhi lantaran pasokan beras organik terbatas.
Kurang pasokan juga dialami oleh PTPelopor Alam Lestari (PAL). Menurut Ir Suwarjo MM, dari PT
PAL, perusahaan itu baru mampu memasok 4050 ton beras organik per bulan. Padahal, di luar itu
masih ada permintaan rutin 100160 ton dari produsen makanan bayi. Beberapa perusahaan lain
juga menghadapi hal serupa (Lihat tabel: Kurang Pasokan).
Tren
Para pelaku bisnis beras organikeksportir, pengepul, dan petanisepakat prospek beras organik
sangat bagus. Peluang bisnis beras organik terbuka lebar. Pemain masih sedikit, sedangkan
konsumsi beras organik terus meningkat, kata Suyamto. Suyamto menggambarkan jumlah warga
menengah-atas berkisar 10% atau 22-juta konsumen potensial. Padahal, produsen beras organik di
Indonesia kini baru melayani maksimal 15% dari jumlah konsumen potensial itu.
Lihat saja PTFastfood Indonesia yang mengelola restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken
setahun terakhir menggunakan beras organik. Dari 370 gerai, 117 gerai di Yogyakarta, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jakarta memanfaatkan beras organik. KFCmenggunakan
beras organik karena konsumen sekarang lebih melek kesehatan, kata Novrizal, brand manager PT
Fastfood Indonesia.
Buktinya di sebuah gerai yang menyajikan nasi organik dan nonorganik, 80% konsumen memilih
nasi organik. Konsumen menjadi hakim yang baik. Merekalah yang bakal menentukan seberapa
luas pasar beras organik. Bertambahnya konsumen berarti juga menuntut perluasan tanam. Wajar
bila petani organik bermunculan di berbagai daerah. Sekadar menyebut beberapa contoh adalah
Rahmat Tobadiana di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta;
Indraningsih di Peniwen, Malang, Jawa Timur.
Di berbagai sentra, luas penanaman padi organik terus bertambah. Kepala Dinas Pertanian Sragen
Haryono mengatakan luas budidaya padi organik saat ini 3.500 ha, meningkat 35 ha dibanding
tahun sebelumnya. Belum ada data tentang luas tanam padi organik secara nasional. Namun,
menurut Dr Agus Setyono MS, peneliti Balai Penelitian Tanaman Padi, luas penanaman padi organik
nasional tak lebih dari 5%. Jika total luas sawah 12,6-juta ha, berarti luas penanaman padi organik
baru 630.000 ha.
Menurut Dr Zaenal Soedjaiz, ketua umum Maporina (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia)
mereka berbondong-bondong membudidayakan padi organik karena tergiur laba. Harap mafhum,
harga padi dan beras organik Rp1.000Rp2.000/kg

lebih tinggi ketimbang padi/beras nonorganik. Sedangkan biaya produksi padi organik relatif rendah,
yakni Rp1.400; nonorganik Rp1.700 per kg. Belum lagi produktivitas yang melonjak 2 kali lipat
setelah tahun ke-4 penanaman.
Dengan berorganik, Peluang petani untuk meningkatkan keuntungan kian besar, ujar doktor Ilmu
Pertanian alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Ini momentum yang bagus, antara produksi dan
pasar saling bertemu, kata Soedjaiz. Ir Heru Santosa MSdari Universitas Brawijaya mengatakan
kelangkaan pupuk juga memicu petani beralih ke pola budidaya organik. Dengan menerapkan
budidaya organik, petani mandiri tanpa bergantung pada pupuk kimia.
Bebas racun
Pemicu lain menurut Dr Satoto, periset Balai Penelitian Tanaman Padi, pasar beras organik semakin
terbuka karena masyarakat makin menyadari pentingnya kesehatantermasuk mengkonsumsi nasi
organik. Menurut dr Oetjoeng Handayanto, ahli terapi kolon di Bandung, Jawa Barat, konsumsi nasi
organik sangat bagus bagi kesehatan. Sebab, mencegah beragam penyakit degeneratif seperti
kanker.
Oetjoeng mengatakan konsumsi pangan beresidu tinggi sejak dini dalam jangka panjang dapat
memicu kanker; bagi pria, juga menghambat pertumbuhan zakar. Jangankan menyantap langsung,
bayi yang disusui perempuan yang mengkonsumsi nasi berkadar residu tinggi saja membahayakan
kesehatan. Pendapat serupa disampaikan oleh dr Erwin Chandra Wiguna MM.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu mengatakan residu pestisida
mengancam kesehatan. Organisme yang dipacu untuk tumbuh (dengan pupuk kimia, red) pasti
dalam keadaan tak seimbang. Jika dikonsumsi bakal mempengaruhi jaringan tubuh. Kalau yang
kita konsumsi sesuatu yang baik, tubuh kita pun akan baik, ujar akupunkturis itu.
Beras organik bebas residu kimiawi lantaran tanpa pemberian pupuk dan pestisida kimia. Itu
dibuktikan melalui uji laboratorium untuk memantau 18 jenis racun seperti dielarine, endrine,
endosulfan, endrine aldehida, dan heptakhlor. Beras organik bermutu antara lain jika ke-18 residu itu
tak terdeteksi. Dengan demikian beras organik lebih menyehatkan untuk dikonsumsi. Selain sehat
bagi konsumen, budidaya padi organik juga berpeluang memperbaiki ekosistem lahan,
meningkatkan produksi, sekaligus mendongkrak laba bersih petani. (Sardi Duryatmo/Peliput: Ari
Chaidir, Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa, Niken Anggrek, & Tri Susanti)

http://www.trubus-online.co.id/peluang-baru-bisnis-beras-organik/
Latar Belakang

Google + Tweet

I.

PERTANIAN ORGANIK

Pertanian organic adalah sistem budidaya pertanian terpadu dengan


mengoptimalkan agroekosistem dengan perlakuan menopang kesehatan
tanah,ekosistem,dan orang-orang sehingga menghasilkan produksi pangan yang
higenis dan sehat untuk di komsumsi. Hal ini berpegang pada dasar ekologi,
pengklasifikasian keanekaragaman hayati sesusai kondisi local dengan
mengabaikan masukan penggunaan efek samping, baik dari sarana dan prasrana
penunjan proses produksi.
Bebeda degan metode pertanian konvensional secara umum yang mengandalkan
bahan sintetik,hebisida, dan pestisida (kimia) untuk selain mempermudah proses
reproduksi juga untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Secara kualitas
dan kuantitas pernerapan metode pertanian ini mampu mencapai 90% hingga
100% keberhasilan hasil produksi, tetapi hal ini sudah menginduksi aspek-aspek
mutu dari hasil produk itu sendiri. penggunaan bahan-bahan kimia

II.

PRINSIP PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

Prinsip-prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan


perkembangan pertanian organik. Prinsip prinsip ini berisi tentang sumbangan
yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi
untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Pertanian
merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang
perlu makan setiap hari. Nilai nilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam
pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk
bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk
menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya.
Prinsip prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan
lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk
generasi mendatang.
Pertanian organik didasarkan pada:
1. Prinsip kesehatan
2. Prinsip ekologi

3. Prinsip keadilan
4. Prinsip perlindungan

Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan
tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini
tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara
kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan
pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi
bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan
organisme, dari yang terkecil yang berada di alam tanah hingga manusia. Secara
khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu
tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obatobatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan
kesehatan.

Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan.
Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang
ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan
produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur,
hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut
membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan

pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan
ekologi di alam. Siklus siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya
bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi,
ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan
cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan bahan dan
energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi
sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem
pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian.
Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk
produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan
secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara
dan air.

Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan
terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan
pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya
dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang
terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi
untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti
petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang
yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.
Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan
pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan
habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi
harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara
untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya.

Prinsip Perlindungan

Pertanian organik harus dikelola secara hati hati dan bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab
tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian
organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh
membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode metode yang sudah ada perlu dikaji dan
ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan
pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung awab merupakan hal
mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian
organik. lmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik
bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja
tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan
kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus
mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat
guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa
genetika (genetic engineering). segala keputusan harus mempertimbangkan nilai
nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya,
melalui proses proses yang transparan dan artisipatif.

III.

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Pengembangan pertanian organik harus mengacu kepada prinsip prinsip organik


(prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan prinsip perlindungan) agar
mendapatkan hasil pangan yang bermutu serta aman dikonsumsi.
Berdasarkan pertimbangan pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia pada
saat ini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
pertanian alternatif:
1. Keragaman daur-ulang limbah organik dan pemanfaatannya untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
2. Memadukan sumber daya organik dan anorganik pada sistem pertanian di
lahan basah dan lahan kering.
3. Mengemangkan sistem pertanian berwawasan konservasi di lahan basah dan
lahan kering.

4. Memanfaatkan bermacam macam jenis limbah sebagai sumber nutrisi


tanaman.
5. Reklamasi dan rehabilitasi lahan dengan menerapkan konsep pertanian
organik.
6. Perubahan dari tanaman semusim menjadi tanaman keras di lahan kering
harus dipadukan dengan pengembangan ternak, pengolahan minimum dan
pengolahan residu pertanaman.
7. Mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh pertanian untuk
memperbaiki citra dan tujuan pertanian organik.
8. Memanfaatkan kotoran ternak yang berasal dari unggas, babi, ayam, itik,
kambing, dan kelinci sebagai sumber pakan ikan.
Sesuai dengan prinsip prinsip pertanian organik, ada sebuah metode
pengembangan pertanian yang dikenal sebagai metode bertani tanpa bekerja
dikembangkan di Jepang oleh seorang petani Jepang yang berlatar belakang ahli
mikrobiologi (mantan seorang ilmuwan laboraturium). Ada empat azas bertani alami
yang dipraktikan, yaitu
Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik tanah.
Tanah sebenarnya mampu mengolah dirinya melalui penetrasi akar akar
tumbuhan, aktivitas mikroorganisme, binatang binatang kecil dan cacing cacing
tanah.
Tanpa pupuk kimia atau kompos yang dipersiapkan.
Kebutuhan pupuk untuk tanaman bisa dipenuhi dengan tanaman penutup tanah
semisal leguminose, kacang kacangan dan mengembalikan jerami ladang dengan
ditambah sedikit kotoran unggas. Jika tanah dibiarkan pada keadaannya sendiri,
tanah akan mampu menjaga kesuburannya secara alami sesuai dengan daur
teratur dari tumbuhan dan binatang.
Jika tanah dibiarkan secara alami, maka kesuburannya alaminya akan naik. Sisa
sisa bahan organik dari tumbuhan dan binatang membusuk, oleh air hujan zat zat
hara masuk ke dalam tanah, diserap tanaman dan menjadi makanan
mikroorganisme.
Tanpa menghilangkan gulma dengan pengerjaan tanah atau herbisida.
Pada dasarnya gulma mempunyai peranan dalam menyeimbangkan komunitas
biologi dalam membangun kesuburan tanah. Gulma gulma itu cukup dikendalikan
ukan dihilangkan. Mulsa jerami, tanaman penutup tanah, penggenangan air
sementara merupakan cara pengendalian gulma yang efektif.

Tidak tergantung dari bahan bahan kimia.


Ketika praktik praktik bertani yang tidak alami dengan pemupukan, pengolahan
tanah, pemberantasan gulma maka ketidakseimbangan penyakit dan hama menjadi
masalah serius. Hama dan penyakit memang tidak dipungkiri dapat memberi
kerugian tetapi masih dalam batas batas yang tidak memerlukan penggunaan zat
zat kimia (pestisida). Pendekatan yang arif adalah dengan menanam tanaman
yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit pada sebuah lingkungan yang sehat.
Penggunaan bahan kimia hanya efektif untuk sementara waktu, pada saatnya akan
menyebabkan terjadinya ledakan hama yang lain karena keseimabangan bioligis
terganggu karena penggunaan bahan kimia tersebut.

IV.

KELEMAHAN DALAM SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam mengembangkan pertanian organik,


yaitu
1. Ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak
2. Transportasi mahal karena bahan bersifat ruah
3. Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa
pertanaman dan limbah organik
4. Hasil pertanian organik lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian non
organik yang menggunakan bahan kimia terutama pada awal menerapkan
pertanian organik.
5. Pengendalian jasad pengganggu secara hayati masih kurang efektif jika
dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
6. Terbatasnya informasi tentang pertanian organik.

V.

KELEBIHAN DALAM SISTEM PERTANIAN ORGANIK


1.
1. Meningkatan aktivitas organisme yang menguntungkan bagi
tanaman. Mikroorganisme seperti rizobium dan mikroriza yang hidup
di tanah dan perakaran tanaman sangat membantu tanaman dalam
penyediaan dan penyerapan unsur hara. Juga banyak organisme lain
yang bersifat menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman.

Misalnya pertumbuhan cendawan akar (Ganoderma sp, Phytopthora


sp) dapat ditekan dan dihalangi oleh organisme Trichoderma sp.
2. Meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi. Cita rasa hasil
tanaman organikmenjadi lebih menarik, misalnya padi organik akan
menghasilkan beras yang pulen, umbi umbian terasa lebih empuk
dan enak atau buah menjadi manis dan segar. Selain itu pertanian
organik juga meningkatkan nilai gizi. Hasil uji laboraturium terhadap
beras organik mempunyai kandungan protein, dan lemak lebih tinggi
daripada beras nonorganik. Begitu pula nasi yang berasal dari beras
organik bisa bertahan (tidak mudah basi) dua kali lebih lama
ketimbang nasi dan beras organik. Kalau biasanya nasi akan menjadi
basi setelah 12 jam maka nasi dari beras organik bisa bertahan 24
jam.
3. Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme
pengganggu. Karena dengan penggunaan pupuk organik yang cukup
maka unsur unsur hara makro dan mikro terpenuhi semua sehingga
tanaman lebih kuat dan sehat untuk menahan serangan beberapa
organisme pengganggu dan lebih tahan dari serangan peryakit.
4. Memperpanjangunsur simpan dan memperbaiki struktur. Buah
dan hasil pertanian tidak cepat rusak atau akibat penyimpanan. Buah
cabai misalnya akan nampak lebih kilap dengan pertanian organik, hal
ini bisa dipahami karena tanaman yang dipupuk organik , secara
keseluruhan bagian tanaman akan mendapat suplai unsur hara secara
lengkap sehingga bagian bagian sel tanama termasuk sel sel yang
menyusun buah sempurna.
5. Membantumengurangi erosi. Pertanian organik dengan pemakaian
pupuk organik mejadikan tanah leih gembur dan tidak mudah terkikis
aliran air. Struktur tanah menjadi lebih kompak dengan adanya
penambahan bahan bahan organik dan lebih tahan menyimpan air
dibanding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada tanah
yang miskin bahan organik, air mudah mengalir dengan membawa
tanah.
- See more at: http://muthos.or.id/latar-belakang.html#sthash.9fn47iZS.dpuf

Potensi Pengembangan Produksi Beras Nasional Melalui System Rice Intensification (SRI)
Dalam Rangka Mengurangi Kerusakan Lahan dan Lingkungan
Rabu, 07 Oktober 2009

Sistem pertanian secara konvensional dewasa ini telah


mengalami banyak perubahan. Pada awal digalakannya revolusi hijau,
pertanian secara konvensional menjadi metode yang paling utama dalam
produksi padi. Produksi padi secara konvensional menjadi salah satu aspek
yang tidak mungkin dapat tergantikan. Semua kebutuhan pangan terutama
padi sangat bertumpu pada sistem produksi secara konvensional ini.
Namun, akibat yang ditimbulkan dari pertanian konvensional tidak dapat
terelakan lagi. Akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia mengakibatkan
penurunan kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan. Bahkan penggunaan
pestisida kimia meninggalkan residu pada hasil tanaman. Menurut data
WHO, setidaknya 20.000 orang di muka Bumi meninggal lantaran keracunan
pestisida. 5.000 hingga 10.000 insan menderita anomali dan sakit lantaran
paparan pestisida semisal beragam kanker, cacat lahir, infertil, termasuk
kerusakan organ hati, dan lain-lain.
Dalam rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan dari pertanian
konvensional, akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan metode pertanian
organik. Pertanian organik ternyata telah banyak mengurangi kerusakan
lingkungan akibat pencemaran pupuk dan pestisida kimia yang digunakan
dalam pertanian konvensional. Tidak sampai disitu saja ternyata beberapa
daerah yang telah menerapkan pertanian organik memiliki daya hasil padi
yang dapat menandingi hasil potensi hasil dari pertanian secara
konvensional.
Pengembangan budidaya padi dengan teknologi Intensifikasi Padi Aerob
Terkendali Berbasis Organik atau IPAT-BO pada tahap uji coba di Kabupaten
Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menghasilkan 10,4 ton padi per

hektar.
Bahkan dari beberapa informasi yang di dapat bahwa Provinsi Jawa Barat
berpotensi mengekspor 2,3 juta ton beras organik pada tahun 2013 jika
seluruh lahan padi dikonversi dari sistem anorganik menjadi organik. Selain
produktivitas lahan meningkat, penanaman padi secara organik akan
menaikkan kadar rendemen gabah ke beras dari 65 persen jadi 75 persen.
Beberapa pejabat penting telah banyak mendukung sistem penanaman
secara organik. Panen perdana padi organik dengan menggunakan pupuk
organik produksi PT Pupuk Kujang di Dusun Tegalmekar, Desa Rawamekar,
Kec Blanakan, Subang pada tanggal 12 April 2009 dihadiri oleh Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan, Direktur Teknik dan Pengembangan PT Pupuk
Kujang Muhammad Husein, Direktur Utama PT Sang Hyang Seri Edi Budiono,
Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abu Bakar, Wakil Bupati Subang Ojang
Sohandi, Wakil Bupati Tangerang Rano Karno, Ketua Umum Dekopin Adi
Sasono, serta undangan lainnya. Panen tersebut dilakukan dengan
menggunakan benih padi unggulan PT Sang Hyang Seri serta penggunaan
pupuk organik produksi PT Pupuk Kujang.
SRI (System of Rice Intensification) adalah cara budidaya padi yang pada
awalnya diteliti dan dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu di Pulau
Madagaskar dimana kondisi dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan
Indonesia. Karena kondisi lahan pertanian yang terus menurun
kesuburannya, kelangkaan dan harga pupuk kimia yang terus melambung
serta suplai air yang terus berkurang dari waktu ke waktu, maka
dikembangkanlah metoda SRI untuk meningkatkan hasil produksi padi
petani Madagaskar pada saat itu, dengan hasil yang sangat mengagumkan.
Saat ini SRI telah berkembang di banyak negara penghasil beras seperti di
Thailand, Philipina, India, China, Kamboja, Laos, Srilanka, Peru, Cuba, Brazil,
Vietnam dan banyak negara maju lainnya. Melalui presentasinya Prof.
Norman Uphoff dari universitas Cornell, USA, pada tahun 1997 di Bogor, SRI
diperkenalkan di Indonesia. Dan sejak tahun 2003 penerapan dilapangan
oleh para petani kita di Sukabumi, Garut, Sumedang, Tasikmalaya dan
daerah lainnya memberikan lonjakan hasil panen yang luar biasa.
Cara budidaya SRI sebenarnya tidak asing bagi para petani kita, karena
sebagian besar prosesnya sudah dipahami dan biasa dilakukan petani.
Metoda SRI ini dinamakan bersawah organik dan menghasilkan padi/beras
organik karena mulai dari pengolahan lahan, pemupukan hingga
penanggulangan serangan hama sama-sekali tidak menggunakan bahanbahan kimia. Metoda SRI seluruhnya menggunakan bahan organik disekitar
kita (petani) yang ramah lingkungan, dan bersahabat dengan alam serta
mahluk hidup di lingkungan persawahan. Dari hasil penelitian dan percobaan
oleh para ahli selama bertahun-tahun di berbagai negara menunjukan
bahwa hasil yang diperoleh dengan metoda SRI sangat tinggi jika
sepenuhnya tidak memakai bahan-bahan sintetis( kimia/anorganik) baik
untuk pupuk maupun untuk pembasmi hama dan penyakit padi.

Prinsip dasar budidaya padi organik SRI terdiri dari beberapa kegiatan kunci
dan prosesnya mutlak harus dilakukan agar hasil yang dicapai petani
optimal.
a. Proses Pembibitan
b. Proses Pengolahan Lahan
c. Proses Penanaman Bibit Padi
d. Proses Pemeliharaan
e. Proses Pemupukan
f. Proses Pengendalian Hama
(Sumber : Buku Petujuk SRI)
Kita bisa menghemat triliunan rupiah, penghematan dilakukan dengan
mengadopsi System of Rice Intensification (SRI). Andai 10% saja sawah di
Indonesia menerapkan SRI, penghematan besar sebuah keniscayaan.
Pemerintah memberikan subsidi Urea Rp400 per kg. Kebutuhan Urea per ha
mencapai 250 kg. Jika dikalikan dengan 780.000 ha (10% dari total luas
sawah yang mencapai 7,8-juta ha) maka penghematan subsidi mencapai
Rp78.000.000.000. Selain itu petani yang menerapkan SRI meninggalkan
Urea. Artinya penghematan mencapai Rp224.250.000.000 bila harga Urea
Rp 1.150 per kg.
Sistem SRI juga hemat benih karena hanya menghabiskan 4-5 kg; sistem
konvensional, 40 kg per ha. Itu berarti penghematan benih mencapai 35 kg
per ha. Jika harga benih Rp4.000 per kg, penghematan mencapai
Rp109.200.000.000. Sistem SRI ternyata juga menghemat pestisida hingga
Rp117.000.000.000. Itu karena padi di lahan yang mengadopsi SRI relatif
resistan terhadap serangan hama dan penyakit. Kebutuhan pestisida petani
padi konvensional mencapai Rp150.000 per ha.
Penggunaan air pun hemat hingga 46%. Pada budidaya padi sistem
konvensional, kebutuhan air mencapai 15.000 m3. Volume air yang dihemat
mencapai 5.382-juta m3. Walau hemat di sana-sini, produksi padi sistem
SRI rata-rata meningkat 4,6 ton per ha. Dengan demikian total penambahan
produksi padi - jika 10% lahan sawah mengadopsi SRI sebanyak 262.000
ton. Jika 10% saja sawah di Indonesia 'menerapkan' sistem SRI, total
jenderal penghematan mencapai Rp 528.450.000.000.
(Sumber : Majalah Trubus Edisi Juni 2009)
Guna menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan dalam bidang
pertanian salah satunya adalah merubah sistem pertanian di Indonesia
melalui metode SRI (System Rice Intensification). Metode ini telah terbukti
memberikan banyak hal yang positif. Baik dilihat dari segi keramahan
lingkungan maupun dilihat secara ekonomi. Berbagai keunggulan tersebut
misalnya dengan metode SRI dapat menekan gas metan serta
membangkitkan mikroba tanah. Sedangkan dari sisi ekonomi seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat menghemat pengeluaran kas
negara sebesar setengah trilliun.
Penerapan metode SRI pada petani sebenarnya tinggal bagaimana para

petani menyikapi hal tersebut. Jika petani yakin untuk dapat menerapkan
metode ini maka kemungkinan besar sistem produksi beras di Indonesia
akan mengalami perubahan. Dengan adanya perubahan sistem produksi
beras di Indonesia maka kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan
kimia dalam bidang pertanian dapat ditanggulangi.
http://teknologibenih.blogspot.co.id/2009/10/potensi-pengembangan-produksiberas.html

Pertanian organik

Sertifikasi Organik

Input Organik

Sertifikasi Organik

Pertanyaan - pertanyaan terkait dengan sertifikasi organik.

Apa Itu Sertifikasi Organik Nasional?

T: Bagaimana mengenali produk organik di pasaran?


Ada pendapat bahwa untuk mengenali produk organik dengan melihat penampakan
daun, buah atau batang tanaman. Bila terdapat lubang atau berulat, menandakan
bahwa tanaman tersebut menggunakan hanya sedikit atau tanpa pestisida. Karena

biasanya sayuran yang daunnya betul-betul mulus tanpa cela menunjukkan si


petani menggunakan pestisida berlebihan. Sebaliknya, sayuran yang daunnya
berlubang atau batangnya berulat menandakan petani menggunakan hanya sedikit
atau tanpa pestisida. Sayuran organik seperti kacang panjang, buncis dan wortel
terasa manis dan renyah, kesegarannya juga lebih tahan lama. Dan, nasi yang
berasal dari beras organik beraroma wangi, empuk dan lebih awet.
Tetapi fakta di lapangan, budidaya pertanian organik dapat menghasilkan produk
yang mulus, tak berlubang, tak berulat bila proses perawatan dan monitoringnya
dilakukan dengan baik. Selain itu, produk organik yang dipasarkan tidak hanya
produk pertanian segar, tetapi juga terdapat produk olahan dan produk segar dari
ternak atau perikanan.
Cara di atas hanya memberikan informasi awal untuk mengetahui keorganikan
produk, tetapi bukan jaminan keorganikan produk organik.
T. Bagaimana menentukan keorganikan produk organik?
Keyakinan dan kepercayaan menjadi landasan konsumen memilih produk organik.
Keorganikan suatu produk organik ditentukan bukan berdasarkan pada produknya,
tetapi bagaimana produk tersebut diproses (organically produced).
Konsumen sebaiknya tahu, bagaimana proses untuk menghasilkan produk organik
yang ia konsumsi dengan berkunjung ke lahan budidaya pertanian organik,
sehingga konsumen menjadi yakin dan percaya, bahwa produk tersebut benarbenar organik. Ini mengandaikan konsumen dan produsen berada pada lokasi yang
tidak berjauhan.
T. Bagaimana mengetahui keorganikan produk organik bila jarak
konsumen dan produsen jauh, sehingga konsumen tidak mengetahui siapa
dan bagaimana proses produksinya?.
Jika produsen memiliki orientasi pemasaran yang makin luas (pasar nasional atau
ekspor), dan konsumen tidak dapat diorganisir secara langsung, maka diperlukan
sertifikasi atau pelabelen produk organik untuk memberikan keyakinan dan
kepercayaan kepada konsumen bahwa produk tersebut benar-benar organik.
T: Apa sertifikasi organik itu?
Sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses
produksi organik [budidaya tanaman, pengumpulan produk liar, ternak lebah,
jamur, ternak dan produk turunannya] atau proses pengolahan produk organik
dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip
dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah (prosesor) akan mendapatkan
sertifikat organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang
dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya.

T: Apakah untuk menentukan keorganikan produk organik diperlukan


pengujian laboratorium ?
Pengujian laboratorium untuk menentukan keorganikan produk organik diperlukan
bila terdapat kecurigaan terjadinya praktek yang melanggar prinsip dan kaidah
pertanian organik yang dilakukan pada proses budidaya atau pada proses
pengolahan produksi.
Bila pun dilakukan pengujian laboratorium, contoh uji bukan hanya pada produk
akhir saja, tetapi juga air, tanah yang dipergunakan dalam proses budidaya dan
pengujian pada bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan
produksinya. Pengujian dilakukan setiap saat pada tiap tahapan proses. Sehingga
biaya pengujian laboratorium menjadi amat besar, yang tentunya memberatkan
produsen-prosesor dan petani itu sendiri.
Dengan menjaga keorganikan pada proses produksinya, diharapkan produk yang
dihasilkan menjadi organik.
T: Bagaimana memperoleh sertifikasi organik BIOCert?
Tahapan Pengajuan Sertifikasi:
1. Produsen-operator mengajukan permohonan sertifikasi ke sektretariat BIOCert
berdasarkan jenis produksi organik dan lingkup yang disetujui. BIOCert akan
mengirimkan persyaratan untk mendapatkan sertifikasi dilengkapi dengan
dokumen-dokumen terkait kepada pemohon, termasuk Formulir Permohonan
Sertifikasi.
2. Pemohon mengisi dan mengelengkapi dokumen-dokumen tersebut. Seluruh
dokumen tersebut dikirim ke sekretariat BIOCert. Setelah persyaratan administrasi
terpenuhi, BIOCert menugaskan inspektor untuk melakukan audit kesesuaian
dokumen terhadap standar dan regulasi terkait. Inspektor akan memberitahukan ke
pemohon bila terdapat ketidaksesuaian dokumen yang diberikan terhadap standar
dan regulasi terkait. Pemohon diberi waktu 14 hari kerja untuk melakukan tindakan
koreksi.
3. Inspektor berkunjung ke lahan produksi. Inspektor akan menghubungi dan
membuat janji dengan pemohon sebelumnya.
4. Inspektor melakukan inspeksi lahan. Setelah inspeksi, inspektor menyiapkan
Laporan Inspeksi ke BIOCert.
5. BIOCert mengirimkan laporan inspeksi ke Komite Sertifikasi BIOCert untuk
menentukan kesesuaian dan membuat keputusan sertifikasi.
6. BIOCert menginformasikan ke pemohon mengenai keputusan sertifikasi. Jika
disetujui, operator-produsen yang disertifikasi diberikan hak untuk menggunakan
tanda BIOCert. Bila masih terdapat ketidaksesuaian, pemohon diberikan
kesempatan melakukan perbaikan dalam waktu 90 hari kerja.
7. Jika sertifikasi ditolak, pemohon dapat mengajukan banding ke Governing Board

BIOCert untuk meninjau keputusan sertifikasi. Surat naik banding dan informasi
tambahan harus diajukan ke BIOCert secara tertulis.
T: Berapa lama proses sertifikasi organik BIOCert?
Lamanya proses sertifikasi organik BIOCert tergantung dari kesesuaian terhadap
standar dan regulasi. Bila produsen-operator telah memenuhi semua kesesuaian
dengan standar dan regulasi, proses sertifikasi dari kelengkapan dokumen diterima
hingga keputusan sertifikasi memerlukan waktu 90 hari kerja.
T: Berapa biaya untuk mendapatkan sertifikasi organik BIOCert?
Biaya sertifikasi organik BIOCert ditentukan lamanya inspeksi dan tujuan pasar
produk. Lamanya inspeksi dipengaruhi oleh luas lahan, kompleksitas produksi
organik, kondisi geografis lahan. Skema biaya sertifikasi BIOCert juga
mempertimbangkan kemampuan pemohon yang dilihat.

T: Apa standar yang diacu oleh BIOCert dalam memberikan layanan


sertifikasi khususnya untuk pasar nasional?
Dalam memberikan layan sertifikasi organik nasional BIOCert mengacu
pada Standar Pertanian Organik BIOCert [interpretasi dari SNI 6729-2013
tentang Sistem Pertanian Organik dan Standar Pertanian Organik Aliansi
Organis Indonesia], regulasi [Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor:
64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik untuk
produk segar dan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.06.52.0100
Tahun 2008 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik untuk produk
olahan].
T: Apakah yang sudah terdaftar sebagai operator BIOCert dan sudah
membayar biaya sertifikasi ke BIOCert akan langsung mendapatkan
sertifikat organik?
Hal tersebut tergantung dari penerapan standar organik yang dilakukan oleh
operator, dan masa konversi disyaratkan bagi operator produksi tanaman dan
ternak
T: Jika telah mendapatkan sertifikat organik BIOCert, berapa lama masa
berlakunya?
Masa berlaku sertifikat BIOCert selama 3 tahun sejak tanggal sertifikat dikeluarkan.
Setiap tahun dilakukan inspeksi tahunan dan dikenakan biaya pertahunnya untuk
inspeksi tahunan. Setelah 3 tahun, masa berlaku sertifikat dapat diperpanjang
kembali.

Pemegang sertifikat BIOCert berhak menggunakan label ORGANIK Indonesia dan


ORGANIK BIOCert.
T: Apakah sertifikat yang dikeluarkan BIOCert dapat ditarik kembali?
Bila pada masa berlaku sertifikat, produsen-operator yang telah mendapatkan
sertifikat dari BIOCert melakukan praktek yang melanggar prinsip-nilai pertanian
organik dan standar pertanian organik, sertifikat yang telah diberikan dapat ditarik
kembali.
Bila masa berlaku sertifikat telah berlalu dan produsen-operator yang bersangkutan
tidak melakukan perpanjangan sertifikat, maka sertifikat yang telah diberikan ditarik
kembali.
Apabila produsen-operator ingin mendapatkan sertifikat kembali, harus melalui
proses sertifikasi dari awal.
T: Apakah sertifikat yang dikeluarkan BIOCert diakui secara nasional?
BIOCert telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional [KAN] sebagai
lembaga sertifikasi pangan organik yang kompeten berdasarkan Pedoman KAN 9012006 tentang Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Pangan Organik [ISO 65].
Sertifikat yang diterbitkan oleh BIOCert diakui secara nasional.
Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:BIOCert
o

What is Organic Agriculture?

Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan,
terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua
bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki
peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk
menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen
tidak berpikir dan beraksi hanya demi aku, tetapi untuk kita keseluruhan alam.
Demikian halnya Alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara
harmonis. Itulah organis, tidak egois.
Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum alam. Segala
yang ada di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani
dan menghidupi untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan
keseimbangan ekologi. Maka, PO pun menghargai keragaman hayati dan
keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada
eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak untuk
memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan
berkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO.
Perkembangan Pertanian Organik

Praktek pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan
benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia) ---baik untuk pemupukan lahan
dan pengendalian hama--- awalnya dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi
pertanian. Namun, setelah beberapa dekade, praktek tersebut menimbulkan
permasalahan khususnya terhadap kerusakan ekosistem lahan pertanian dan
kesehatan petani itu sendiri.
Penurunan hasil pertanian yang dibarengi dengan meningkatnya daya tahan hama
dan penyakit tanaman, disebabkan karena fauna tanah yang bermanfaat bagi
tanaman semakin berkurang dan mikroorganisme yang berguna bagi kesuburan
tanah pun nyaris hilang akibat pemakaian input agrokimia yang berlebihan. Bahkan,
hama dan penyakit tanaman bukannya menurun, tapi justru semakin kebal
terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Sehingga, petani memerlukan dosis yang
lebih tinggi lagi untuk membasminya. Ini artinya, petani tidak saja menebar racun
untuk membasmi hama dan penyakit, tetapi juga meracuni dirinya sendiri.
Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan
lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian
tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan
tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta
aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan
pengembangan PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat,
bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan.
Sebenarnya, PO ini sudah menjadi kearifan/pengetahuan tradisional yang
membudaya di kalangan petani di Indonesia. Namun, teknologi pertanian organik ini
mulai ditinggalkan oleh petani ketika teknologi intensifikasi yang mengandalkan
bahan agrokimia diterapkan di bidang pertanian. Sejak saat itu, petani menjadi
target input agrokimia dan tergantung dari pihak luar. Setelah muncul persoalan
dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi
PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan
lagi. (Sutanto, 2002).
Apa dan Bagaimana Budidaya PO ?
PO merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai
prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup
berjuta-juta tahun lamanya. PO merupakan proses budidaya pertanian yang
menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta
keharmonian dengan iklim dan lingkungan sekitar. Dalam prakteknya, budidaya PO
menggunakan semaksimal mungkin bahan-bahan alami yang terdapat di alam
sekitarnya, dan tidak menggunakan input agrokimia (bahan kimia sintetis untuk
pertanian). Lebih jauh, karena PO berusaha meniru alam, maka pemakaian
benih atau input yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika
(GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari.

Kerapkali PO hanya dipahami secara teknis bertani yang menolak input kimiawi
atau sebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi atau disamakan dengan
pertanian tradisional. Pemahaman ini sungguh kurang tepat. PO bukan sekedar
teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan
keyakinan hidup. PO memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling
tergantung dan menghidupi, dimana manusia juga adalah bagian di dalamnya.
Sistem nilai PO mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. PO juga mengajak
petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang
tercermin dalam sikap dan keyakinannya. PO juga tidak menolak penggunaan
teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut
selaras dengan prinsip PO, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam,
keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan
lokal. Maka, baik kearifan tradisional dan teknologi modern yang tunduk pada
prinsip alam, keduanya mendapat tempat dalam PO.
Gerakan PO mencoba menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang
secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan input dari luar yang meracuni
lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.
Mereka juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan
cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti
mendaur ulang limbah pertanian.
Budidaya PO, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai
produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar
penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk
berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan
keadilan sosial bagi petani.
Berikut ini adalah beberapa pedoman umum dalam budidaya PO:
Lahan
Pada dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO. Yang terbaik
adalah lahan pertanian yang berasal dari praktek pertanian tradisional atau hutan
alam yang tidak pernah mendapatkan input bahan-bahan agrokimia (pupuk dan
pestisida).
Namun, bila lahan yang digunakan berasal dari lahan bekas budidaya pertanian
konvensional (menggunakan pupuk dan pestisida kimia), lebih dahulu perlu
dilakukan konversi lahan. Konversi lahan adalah upaya yang bertujuan untuk
meminimalkan kandungan sisa-sisa bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan
memulihkan unsur fauna dan mikroorganisme tanah. Lamanya konversi tergantung
dari intensitas pemakaian input kimiawi dan jenis tanaman sebelumnya (sayuran,
padi atau tanaman keras).
Masa konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah lahan
tersebut. Bila masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan lahan organik.

Bila kurang dari itu, maka lahan tersebut masih merupakan lahan konversi menuju
organik.
Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya PO adalah benih yang tidak mendapatkan
perlakuan rekayasa genetika dan berasal dari tumbuhan yang ditumbuhkan dari
tanaman organik minimal satu generasi atau dua musim untuk tanaman semusim.
Petani sebaiknya menggunakan benih lokal, atau benih hibrida yang telah
beradaptasi dengan alam sekitar.
Keunggulan menggunakan benih lokal adalah mudah memperolehnya dan murah
harganya, bahkan petani bisa membenihkan sendiri. Selain itu, benih lokal memiliki
asal usul yang jelas dan sesuai dengan kondisi alam sekitar. Dengan memakai benih
sendiri, petani juga tidak tergantung pada pihak luar.
Persiapan tanam
Lahan yang digunakan untuk produksi PO sedapat mungkin dijaga kestabilannya
tanpa harus mengacaukan, yaitu berpedoman pada metode sedikit olah tanah
(minimum tillage).
Tanam
Prinsip yang diterapkan dalam praktek penanaman PO selalu mencerminkan adanya
tumpangsari agar tercipta keanekaragaman tanaman (varietas). Perencanaan dan
teknik penanaman perlu disesuaikan dengan sifat tanaman, prinsip-prinsip
pergiliran tanaman dan kondisi cuaca setempat.
Pemeliharaan Tanaman
Setiap tanaman memiliki sifat karakteristik tertentu, maka pemeliharaan tanaman
ditentukan oleh sifat karakteristik tersebut. Dengan mengenali karakteristik
tanaman petani dapat dengan mudah melakukan pemeliharaan yang sesuai,
sehingga tujuan pemeliharaan tercapai yaitu \"kebahagiaan tanaman itu sendiri\".
Pemupukan
Secara teori, lahan PO akan semakin subur karena proses-proses yang diterapkan
berpedoman pada pemeliharaan tanah. Tetapi realitanya, petani seringkali kurang
memahami hal ini sehingga tanah selalu lebih banyak kehilangan unsur hara
---melalui erosi, penguapan, dsb--- dibandingkan dengan hara yang
diberikan/ditambahkan. Maka prinsip pemupukan ditentukan oleh kepekaan kita
dalam mengamati/menilai kapan tanaman kekurangan makanan.
Pengendalian HPT/OPT
PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya semua organisme yang
ada (termasuk hama) dipandang ikut berperan dalam proses keseimbangan
tersebut. Dengan kata lain, tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang
diperlukan adalah mengendalikan hama/penyakit supaya tidak berada dalam
jumlah berlebihan.

Pola tumpangsari, pergiliran tanaman, pemulsaan, rekayasa teknik menanam,


pengolahan lahan yang sesuai dan manajemen kebun menjadi pilihan metode
pengendalian HPT karena sesuai dengan prinsip keseimbangan.
Penggunaan pestisida alami diperlukan sejauh kita tahu bahwa di lahan PO sedang
terjadi ketidakseimbangan, yang terlihat pada munculnya gangguan
hama/penyakit. Kadar pemakaiannya juga tergantung dari tingkat gangguan yang
ada.
Panen
Setiap langkah dalam proses produksi akan dinilai dari hasil panenan. Prinsip dalam
panen adalah menjaga standar mutu dengan memanen tepat waktu sesuai
kematangan. Cara pemanenan juga perlu berhati-hati sehingga tidak menimbulkan
kerusakan atau kehilangan hasil yang lebih besar.
Pasca Panen
Kegiatan pasca panen harus mampu menekan kerusakan hasil seminimal mungkin.
Metode pengolahan yang dilakukan tidak boleh mengubah sama sekali komposisi
bahan aslinya. Karenanya proses seleksi, pencucian, pengepakan, penyimpanan
dan pengangkutan produk organik perlu berhati-hati agar kondisi tetap segar dan
sehat ketika berada di tangan pembeli. Dalam PO, kegiatan pasca panen
menghindari pemakaian bahan pengawet atau perlakuan kimiawi lainnya dan
seminimal mungkin melakukan proses pengolahan.
Dalam PO berlaku standar yang berfungsi sebagai pedoman bagi petani dan pelaku
lain dalam menjalankan usahanya di bidang ini. Standar ini berisi prinsip-prinsip
mendasar PO dan hal-hal umum yang sebaiknya dilakukan dan dihindari dalam
bertani organik. Sebagai contoh, pemerintah telah menerbitkan SNI 67292010 tentang Sistem Pertanian Organik dan Permentan No.64/2013
tentang Sistem Pertanian Organik yang dapat menjadi acuan bagi para pelaku
terkait pengembangan PO. BIOCert sendiri mengembangkan Standar Pertanian
Organik BIOCert yang merupakan interpretasi dari SNI dan regulasi Uni Eropa
tentang Pertanian Organik.
o

Sertifikasi Organik Secara Berkelompok

Bagaimana menentukan keorganikan produk organik?


Keyakinan dan kepercayaan menjadi landasan konsumen memilih produk organik.
Keorganikan suatu produk organik ditentukan bukan berdasarkan pada produknya,
tetapi bagaimana produk tersebut diproses (organically produced).
Konsumen sebaiknya tahu, bagaimana proses untuk menghasilkan produk organik
yang ia konsumsi dengan berkunjung ke lahan budidaya pertanian organik,
sehingga konsumen menjadi yakin dan percaya, bahwa produk tersebut benar-

benar organik. Ini mengandaikan konsumen dan produsen dapat berhubungan


langsung. Keorganikan produk menjadi mutu produk organik.
Bagaimana mengetahui keorganikan produk organik bila jarak konsumen
dan produsen jauh, sehingga konsumen tidak mengetahui siapa dan
bagaimana proses produksinya?.
Jika produsen memiliki orientasi pemasaran yang makin luas (pasar nasional atau
ekspor), dan konsumen tidak dapat diorganisir secara langsung, maka diperlukan
sertifikasi atau pelabelen produk organik untuk memberikan keyakinan dan
kepercayaan kepada konsumen bahwa produk tersebut benar-benar organik.
Apa sertifikasi organik itu?
Sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses
budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan
berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip dan kaidah
organik, produsen dan atau pengolah (prosesor) akan mendapatkan sertifikat
organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan dan
pada bahan-bahan publikasinya.
Mengapa Sertifikasi Organik Diperlukan?
Perkembangan permintaan produk pertanian organik di dunia saat ini meningkat
dengan pesat, sebagai buah kesadaran konsumen yang menghendaki adanya
produk yang sehat dan ramah lingkungan. Pesatnya permintaan produk organik ini
juga memiliki konsekuensi pada semakin ketatnya perdagangan yang
mengatasnamakan produk organik. Klaim-klaim atas produk organik mulai nampak
di pasaran. Praktek perdagangan yang demikian jelas merugikan bagi para
konsumen, pemasar dan terutama petani organik. Guna menghindari praktek
kecurangan diperlukan program penjamin produk organik. Penjaminan pertanian
organik tidak saja berfungsi sebagai penjamin praktek perdagangan yang etis dan
adil serta perlindungan bagi konsumen dari penipuan, tetapi khususnya dalam
rangka melindungi hak-hak petani kecil atas kesejahteraan hidupnya dan
memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan sehingga membantu dalam
meraih akses pasar.
Bagaimana petani/produsen kecil dapat disertifikasi organik?
Petani/produsen kecil umumnya memiliki lahan sempit dan jumlah produksi yang
terbatas. Apabila berhadapan dengan pasar, biasanya petani/produsen kecil
kesulitan memenuhi mutu, jumlah dan ketersediaan produk. Untuk itu,
petani/produsen kecil perlu berkelompok. Dengan berkelompok, petani dapat
membuat dan mengelola mekanisme bersama untuk dapat memenuhi kebutuhan
dan persyaratan pasar.

Apabila kelompok tani/produsen tersebut ingin dapat memperoleh sertifikasi


organik, kelompok dapat mengajukan sertifikasi ke lembaga sertifikasi pertanian
organik (LSPO) secara berkelompok (sertifikasi kelompok). Kelompok tani/produsen
dapat mengajukan sertifikasi pertanian organik, apabila kelompok tersebut memiliki
sistem pengawasan internal yang baik.
Siapa yang dapat Mengikuti Sertifikasi Kelompok?
Beragam jenis organisasi petani kecil dapat menjadi bagian dalam sertifikasi
kelompok. Umumnya, jenis organisasi yang cocok untuk sertifikasi kelompok
adalah:
1). Kelompok Tani: sebuah perkumpulan atau koperasi petani yang memegang
sertifikat organik dan mengelola sistem pengawasan internal (Internal Control
System=ICS) (disebut operator ICS).
2). Produksi Kontrak: Lembaga pemasar atau pengolah yang mengontrak petani
kecil. Lembaga tersebut berperan sebagai pemegang sertifikat dan pengelola ICS
(disebut operator ICS).
Keterangan: Dalam beberapa kasus operator ICS tidak memiliki sendiri sertifikasi
karena dibayar oleh pihak lain, misalnya oleh mitra dagangnya di Eropa.
Sertifikasi kelompok tani harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Terdapat keseragaman anggota, dalam hal lokasi geografis, sistem produksi,
ukuran kepemilikan lahan dan sistem pemasaran.
- Pada prinsipnya hanya petani kecil yang dapat menjadi anggota kelompok tani
dalam program sertifikasi kelompok. Lahan yang lebih besar (usahatani yang dapat
membayar kurang lebih 2% dari penjualannya untuk biaya sertifikasi eksternal)
dapat juga menjadi anggota kelompok, tetapi harus diinspeksi tiap tahun oleh
lembaga sertifikasi. Pengolah dan eksportir dapat menjadi bagian dari struktur
kelompok, tetapi mereka juga harus diinspeksi tiap tahun oleh lembaga sertifikasi.
Apa itu Sistem Pengawasan Internal (Internal Control System=ICS)?
Sistem Pengawasan Internal (Internal Control System,ICS) merupakan sistem
pengawasan mutu yang tercatat. LSPO memperkenankan inspeksi tahunan dari
semua anggota kelompok kepada kelompok tani yang telah disertifikasi.
Dalam prakteknya, secara prinsip kelompok tani melakukan sendiri pengawasan
bagi seluruh petani terhadap kesesuaian aturan produksi organik seperti prosedur
yang telah ditentukan oleh kelompok. LSPO kemudian mengevaluasi, apakah sistem
pengawasan internal bekerja dengan baik dan efisien. Evaluasi dilakukan untuk
mengecek sistem dokumentasi ICS, kualifikasi staf dan melakukan inspeksi ulang ke
beberapa petani.
Bagaimana Mengembangkan ICS Dengan Benar?

Arahan rinci mengenai bagaimana sebenarnya menyusun ICS, terdapat dalam


Panduan Pelatihan ICS.
Tahapan dasar ICS meliputi:
1. Memiliki organisasi tani/produsen kecil.
2. Memiliki struktur dan mekanisme internal organisasi, seperti: aturan internal
kelompok, keanggotaan, sanksi, standar internal, pelatihan, pengawasan mutu,
personil, dll.
3. Mengidentifikasi petani. Jika petani belum memahami mengenai prinsip-prinsip
organik, maka perlu menumbuhkan kesadaran mengenai hal tersebut.
4. Merekrut personel yang berkualitas dan memastikan bahwa mereka telah
menerima pelatihan pertanian organik dan ICS.
5. Mulai mengembangkan formulir dan prosedur ICS secara tertulis yang sesuai
dengan kondisi lokal. Panduan akhir ICS semestinya merupakan dokumen yang
sederhana. Prosedur dan formulir ICS lebih penting dapat diterapkan secara konkrit
dan dipahami oleh semua staf daripada berisi informasi rinci sejak dari awal.
6. Melakukan pengawasan mutu internal secara berkala
7. Mencatat semua proses yang dilakukan oleh petani, organisasi tani/produsen
8. Secara bertahap meningkatkan kualitas dokumen ICS (prosedur, formulir, dsb)
dan penerapannya oleh staf ICS.
Apakah ICS Hanya Bertujuan untuk Sertifikasi saja?
ICS pada dasarnya merupakan mekanisme untuk pengawasan mutu produk organik
yang dihasilkan oleh kelompok tani/produsen kecil. Monitoring internal secara
berkala dan adanya data petani, produksi, pemasaran dapat digunakan untuk
pengawasan mutu dan membuat perencanaan produksi dan pemasaran sehingga
jumlah, mutu dan ketersediaan produk selalu terjamin.
ICS dapat digunakan untuk pengorganisiran petani. Adanya organisasi tani/podusen
menguatkan posisi produsen untuk memperoleh akses produksi, ekonomi, sosial
dan politik.
Apabila kelompok tani/produsen kecil memiliki orientasi pasar yang lebih luas dan
ingin mendapatkan sertifikasi, ICS merupakan tahap awal bagi kelompok
tani/produsen dalam memenuhi persyaratan dan kriteria sertifikasi.
Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi BIOCert
http://biocert.co.id/index.php/faq/cid/29

apasitas air untuk budidaya tanaman padi organik


Produksi tanaman padi yang terdapat didaerah- daerah merupakan salah
satu cara untuk menghasilkan makanan pokok orang di Indonesia. Produk

tanaman yang dihasilkan dari sisa panen padi yang di gunakan untuk
tanaman produksi dengan melalui langkah sistematis untuk menghasilkan
produk padi yang baru merupakan dari kegiatan pertanian.

Air merupakan unsur pendukung tanaman padi untuk mendapatkan hasil


yang lebih baik. Berdasarkan ilmuwan pertanian seperti pendapat Mosher,
pertanian merupakan sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas
pertumbuhan
tanaman
dan
hewan.

Sedangkan air juga sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi,


hingga pengaturan air juga sebagai faktor yang penting untuk hasil padi
yang baik, karena pembentukan udara yang besar dibutuhkan pada kantong
padi melalui proses komposisi udara oleh air yang menghasilkan bio tanah.

Air yang menggenang pada tanaman padi akan menyebabkan kematian


pada akar. Tanah yang lembab akan menghasilkan perkembangbiakan yang
terjadi bagi pertumbuhan padi organik, sehingga untuk mencapai padi
organik diperlukan pengaturan air dengan menyesuaikan dengan masamasa sebelum panen, berikut ini masa cara pengaturan air

Pada masa perkembangbiakan yang terjadi sekitar umur 8 hari atau disebut vegetatif di
perlukan tanah yang lembab. Selanjutnya setelah umur 8 hari diperlukan genangan air
sekitar 3cm dan setelah tanaman berumur 19 hari diperlukan perkembangbiakan akar
dengan membiarkan tanah retak dengan tetap menjaga pertumbuhan tanaman tetap
segar dan Penggenangan air diperlukan 25 hari sebelum panen setelah itu pengeringan
lahan hingga masa panen.
http://www.otomotifproduk.com/2015/02/kapasitas-air-untuk-budidayatanaman.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai