beras dari kulitnya, dengan tetap mempertahankan rendemen dan mutu beras dan
meminamalisir kehilangan hasil yang sering terjadi pada penggilingan atau pemisahan bulir
beras dari kulitnya yang dilakukan secara manual, untuk itu mesin penggilingan padi sangat
penting untuk proses pembentukan beras yang berkualitas.
Sebelum memahami cara kerja dan bagian-bagian mesin penggilingan padi alangkah
baiknya mengetahui jenis-jenis atau model penggilingan padi, diantaranya adalah :
1. Penggilingan Padi Manual/Tangan
Model sederhana dan tradisional ini mungkin masih digunakan dibeberapa desa/pedalaman,
dengan alat lesung dan alu cara kerja nya adalah dengan ditumbuk sehingga menimbulkan
pergesekan dan akhirnya bulir beras akan terkelupas dari kulitnya. Dengan alat ini akan
mengakibatkan tingkat kehancuran beras tinggi dan rendemen yang dicapai akan sangat
rendah.
2. Penggilingan Padi Dengan Mesin Satu Step
Dengan menggunakan sistem mesin pengupas dan pemoles satu unit logam yang masuk
padi dan keluar menjadi beras dengan satu arah.
3. Penggilingan Padi Dengan Mesin Dua Step.
Mesin ini dengan sistem Pengupas dan pemoles terpisah atau dengan dua mesin, satu mesin
untuk pengupas dan mesin yang lainnya digunakan sebagai pemoles.Rendemen dari mesin
ini bisa mencapai hingga 60-65 persen
4. Penggilingan Padi Dengan Mesin Multi Pass
Mesin ini digunakan secara bersatu dengan jenis abrasif dan friksi sehingga dapat
mem=ngurangi resiko dan dengan kandungan rendemen pada hasil beraspun tinggi.
Setelah mengetahui jenis-jenis penggilingan padi, berikut ini saya akan menjelaskan
bagaimana cara kerja dan bagian-bagian mesin penggilingan padi.
beberapa
Bagian-bagian
mesin
1. Motor Penggerak
Motor penggerak, merupakan bagian mesin yang melakukan gaya gerak memutar sehingga
mendorong bagian-bagian lainnya untuk bergerak dan bekerja sesuai yang diinginkan,
motor penggerak merupakan bagian inti dari mesin penggilingan padi ini.
2. Mesin Pengupas/mesin pemecah kulit gabah
Bagian ini atau yang lebih dikenal dengan husker merupakan bagian pengupas kulit gabah
yang memisahkan bulir beras dari kulitnya, bentuknya bermacam-macam, diantaranya
adalah Engelberg, Rol Karet, Under Runner, Runner stone Disc dan ada juga jenis sentrifucal.
Dan yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah jenis Rol Karet dengan manfaat
cukup efisien, mudah penggunaan dan perawatannya.
3. Mesin Pemisah Gabah
Mesin ini digunakan sebagai pemisah bulir beras dari kulit pecah, sehingga menjadi bulir
padi, namun tahapan ini masih belum sempurna karena masih ada tahapan
Pemolesan/Penyosohan.
4. Mesin Penyosoh/Pemoles
Mesin ini digunakan sebagai pemoles, atau pemutih beras, sehingga beras bersih namun
dengan tingkat rendemen yang tetap terjaga.
5. Selanjutnya Mesin Pemisah beras kepala/Utuh dengan beras yang patah
(menir) dan terakhir.
6. Shinning atau Mesin Kristal yang berfungsi sebagai pencuci dan pembersih
beras.
Demikian beberapa tahapan cara kerja mesin Penggilingan padi, semoga bermanfaat.
Beli Sekarang
Previous
Next
Hidup Sehat dengan makanan sehat saat ini jadi lebih mudah dengan hadirnya layanan
Eka Farm. Eka Farm membantu Anda untuk mudah mendapatkan Makanan Sehat,
terutama Beras Organik.
Beli Online
Anda juga bisa membeli Produk Eka Farm melalui Online. Silahkan langsung menghubungi kami
melalui kontak kami.
Etalase
Rice Quality Meter RS-2000X
Gabah yang telah diproses menjadi beras harus diukur kualitasnya. Guna menjawab
kebutuhan tersebut, Suncue Company Ltd menciptakan alat yang cukup inovatif
guna mengukur kualitas fisik biji beras. Alat pengukur kualitas ini sanggup
mendeteksi beras masak/matang (mature), beras belum masak (immature), beras
bercelah (fissured), beras rusak, biji mati, dan kadar beras pecah (broken). Dengan
display pengukuran digital, membuat mengukur kualitas beras menjadi begitu
mudah dan akurat. Hasilnya, kualitas beras pun makin prima.
Portable Taste Analytic Meter PS-500
Suncue Company Ltd juga memproduksi alat yang tak kalah inovatif untuk
mengukur kandungan yang terdapat di dalam biji beras. Alat ini sanggup mengukur
kadar air, kandungan protein, amilosa, dan asam lemak. Dari sampel biji beras yang
dianalisa oleh Portable Taste Analytic Meter ini kemudian akan dirangkum menjadi
data kuantitatif yang mudah untuk dibaca dan diterjemahkan. Desainnya yang
kompak membuat alat ini mudah untuk dibawa dan dipindahkan ke mana pun Anda
mau. Hebat bukan?
Vibrator Sifter AVS-1
Memisahkan menir dari beras pecah dan beras utuh merupakan agenda wajib bagi
pabrik pengolah beras jika ingin menghasilkan beras yang berkualitas. Menjawab
kebutuhan tersebut Agrindo menawarkan mesin pemisah menir dengan mengusung
teknologi vibrasi (getaran), sehingga proses pemisahan menir dari beras menjadi
begitu mudah dan efektif. Dengan tenaga 22,5 Horse Power (HP) yang dihasilkan,
Vibrator Sifter tipe AVS-1 ini mampu bekerja dengan kapasitas 2,5 ton per jam.
Color Sorter HSCS-Series
Satu lagi hadir kehadapan kita, mesin inovatif yang mampu mensortasi beras tidak
baik diantara beras putih berdasarkan warna untuk menghasilkan beras kualitas
baik. Produk besutan Hansung ini mampu menyortir beragam jenis material seperti:
beras coklat, beras lengket, beras yang berubah warna, beras rusak, beras yang
berwarna hitam, benih, bahkan rumput sekalipun. Color sorter HSCS-Series ini
menjanjikan kualitas pemisahan secara tepat dan terbaik dengan menggunakan
teknologi CCD line, kamera pemindai dan lensa C-MOUNT. Disamping itu, dengan
sistem pengaturan dan pemisahan otomatis berdasarkan warna menjaga
penyortiran tetap optimal.
Pupuk Organik Cendana 1 Strength
Bagi petani yang sedang atau berkeinginan mengembangkan tanaman padi
organik, kini telah hadir satu lagi pupuk organik yang mampu menjawab keinginan
untuk menghasilkan tanaman organik yang mampu berproduksi tinggi. Cendana 1
Strength merupakan pupuk organik cair yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Diproses secara mikrobiologi melalui proses fermentasi sehingga mengandung
senyawa bioaktif seperti asam amino, enzim, vitamin dan slow realist agent,
mikroba pengurai, penambah N, pelarut fosfat dan penghasil fitohormon. Buktikan
keandalannya.
Cara pengaplikasian untuk tanaman padi cukup mudah, yaitu dengan disiramkan
pada akar atau disemprotkan pada tanaman dengan interfal penggunaan per 5-7
hari. Dosis penggunaan 1-2 cc per liter air. Selain digunakan untuk tanaman
palawija seperti padi, Cendana 1 Strength ini juga dapat digunakan pada tanaman
sayuran, buah-buahan, tanaman pembibitan, tanaman hias dan tanaman tahunan.
MESIN PENGGILINGAN PADI DAN KOMPONENNYA.
Lulus Uji Residu Dan Kandungan Gizi Dari Sucofindo Dan Kimia Agro.
Lulus Uji Residu Dan Kandungan Gizi Dari Laboratorium Penelitian Dan Pengujian
Terpadu UGM Dan UNPAD.
Berefek Therapy.
Sistem Budidaya organik yang mendukung pelestarian alam, menjaga ekologi tanah
& air, membantu mengurangi Global Warming Effect (Efek Rumah Kaca / Pemanasan
Global)
Mengapa Harus
Mengkonsumsi BerasKu Organik
Mengandung Kadar Gula Yang Sangat Rendah (indeks glikemik < 55) Sehingga
Aman Dikonsumsi Oleh Penderita Diabetes Dan Sangat Baik Untuk Mereka Yang
Sedang Menjalani Program Diet. Bahkan Dianjurkan Untuk Dikonsumsi Bagi Mereka
Yang Menderita Kolesterol Tinggi Dan Penderita Autis.
Rasa Dan Aroma Nasi Lebih Segar, Warna Putih Bersih Alami Dan Tidak Cepat Basi
(dalam 48 jam) Tanpa Perlu Disimpan Dalam Lemari Pendingin. Hal Ini Terjadi
Karena Tidak Ada Proses Pengasaman Oleh Kandungan Residu Pestisida Dan Pupuk
Kimia Seperti Yang Sering Terjadi Pada Beras Non Organic .
padi
* Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya
lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim
hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem.
Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau
penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman,
serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam
rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan
penyimpanan biji.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras
terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada
tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
* sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
* bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
* dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk
makanan ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan
yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga
dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi
ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang
disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman
penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).
Produksi padi dan perdagangan dunia
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi
dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi
dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia).
Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan
di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan
pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti
Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton
, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target
semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Produsen padi terbesar 2005 (juta metrik ton)
* Republik Rakyat Cina = 185
* India = 129
* Indonesia = 54
* Bangladesh = 40
* Vietnam = 36
* Thailand = 27
* Myanmar = 25
* Pakistan = 18
* Filipina = 15
* Brasil = 13
* Jepang = 11
Total Dunia = 700
Sumber: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
Padi merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Asia Tenggara dan Asia
Timur. Masyarakat setempat mengenal filosofi ilmu padi. Sejumlah peribahasa juga
melibatkan padi, misalnya
* Padi ditanam tumbuh lalang
* Padi masak, jagung mengupih
* Bagai ayam mati di lumbung padi
Referensi
kantong plastik. Sampel gabah diambil dari hasil ubinan kegiatan Pengkajian
kompetetif 2011 percontohan komponen teknologi pemanfaatan pupuk organik
limbah pertanian untuk padi sawah di Kabupaten rejang Lebong. Jumlah gabah
untuk masing-masing sampel sebanyak 7 kg dalam bentuk gabah kering giling.
Sengan penjelassan sebagai berikut:
Sampel gabah kemudian digabung per perlakuan pupuk untuk digiling bersamaan
dengan rata-rata 21 kg per perlakuan, masing-masing perlakuan diambil sampel
beras hasil gilingan sebelum disosoh dan sesudah disosoh sebanyak 100 gram
dengan masing-masing 4 ulangan.
Jenis pengujian mutu beras meliputi beras kepala, beras patah, butir menir, butir
kapur, serta butir kuning dan rusak dengan penjelasan sebagai berikut:
Beras kepala, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih besar atau sama dengan 75 % bagian dan butir beras utuh.
Beras patah, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 25 % sampai dengan lebih kecil 75 % dari butiran beras utuh.
Butir menir, yaitu nutir beras sehatmaupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih kecil dari 25 % bagian beras utuh.
Butir kapur, yitu butir beras yang separuh bagian atau lebih berwarna putih
seperti kapur dan bertekstur lunak yang iebabkan faktor fisiologis.
Butir kuning, yaitu butir beras utuh, beras kepala, beras patah, dan menir
yang berwarna kuning atau kuning kecoklatan (BPTP sumatera Selatan 2006).
Peralatan yang dipergunakan terdiri atas alat penampi atau pembersih gabah
(aspirator) untuk memisahkan gabah isi dan gabah hampa, alat pemecah kulit
gabah (rice husker) untuk memperoleh beras pecah kulit (BPK), alat penyosoh (rice
poliser) untuk menyosoh beras pecah kulit hingga diperoleh beras berwarna putih,
ayakan menir (seive) ukuran 2,5mm untuk memperoleh butir menir, alat pemisah
ukuran beras (rice drum grader) untuk memisahkan beras kepala dan utuh dengan
beras patah. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dengan mengacu
pda SNI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil produksi padi dengan pemberian pupuk organik limbah pertanian kotoran
ayam, kotoran sapi, dan jerami secar diskriftif tidak begitu berbeda denagn yang
tidak diberikan pupuk kandang. hal ini dapat dilihat dari hasil ubinan yang
didapat .data hasil ubinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel1. Produktivitas padi sawah pada beberapa perlakuan pupuk organik (ton/ha)
Perlakuan
ulangan
Kompos
Kompos
Kompos
Kontrol
Ayam
Sapi
Jerami
7,6
7.4
7,7
7,7
7,7
8,2
8,4
8,6
6,1
6,5
6,6
Rata-rata
7,133
7,867
7,750
7,633
berdasarkan data hasil ubinan diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata hasil produksi
tertinggi sebessar 7,867 ton/ha dengan perlakuan pemberian pupuk
organik/kompos kotoran sapi dan yang terendah adalh perlakuan dengan
pemeberian pupuk kompos ayam dengan rata-rata produksi 7,133 ton/ha. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemebrian pupuk kompos kotoran sapi
mampu meningkatkan hasil produksi tertinggi padi.
Hasil pengujian mutu beras dari beberapa ubinan yang diambil menunjukan bahwa
rendemen beras giling dari inpari 13 berkisar anatar 65,80 % sampai 69,60.
Rendemen paling tinggi didapat dari perlakuan pemberian kompos kotoran sapi dan
tidak jauh berbeda dengan rendemen pemberian komps jerami yakni sebesar
69,31%. Rendemen terendah dihasilkan dari pemberian pupuk kompos kotoran
ayam.
Tabel2. Kadar air gabah saat penggilingan dan rendemen yang dihasilkan dari
proses penggilingan (putaran mesin 700-800 rpm)
No
Perlakuan
Ka (%)
Berat padi
Berat Beras
Rendemen
(kg)
(kg)
(%)
Penambahan Kompos
Ayam
9,95
18,80
12,37
65,80
Penambahan Kompos
sapi
9,50
17,30
12.04
69,60
Penambahan Kompos
jerami
9,05
17,40
12,06
69,31
Kontrol
8,80
17,20
11,74
68,26
Rendemen beras giling dipengaruhi oleh varietas, karakteristik gabah, cara dan alat
penggilingan, mutu beras yang hendak dicapai, teknik budidaya, dan agroekosistem
pertanaman padi. rendemen beras giling yang tinggi belum tentu diikuti oelh
persentase beras kepala yang tinggi. Hasil penelitian justru menemukan hubungan
yang berkebalikan denagn kedua kriteria mutu tersebut (sutrisno.et.al 2002)
Untuk kadar air beras pun tidak ada perbedaan. Hal ini dikarenakan masing-masing
perlakuan diberikan penanganan pasca panen yang sama, namun setelah
dipisahkan berdasarkan mutu beras, terdapat variasi pada persentase beras kepala
dan beras patah atau pecah, sedangkan butir menir, butir kapur, dan butir
kuningrusak tidak terlalu bervariasi. Variasi persentase beras kepala dan beras
patah bisa disebabkan oleh lokasi pertanaman padi atau penanganan pasca panen
yang berbeda serta kesehatan tanaman. pada tabel 3 dapat dilihat bahwa beras
yang dihasilkan dikatagorikan kedalam mutu III dan mutu IV. Pemberian pupuk
organik dari kompos kotoran sapi menghasiolkan beras engan kualitas mutu III
berdasarkan butir kepala sementara yang lainnya dikatagorikan mutu IV.
No
Perlakuan
Ayam
Sapi
Jerami
Kontrol
Variabel Pengamatan
(%)
1
11
11
11
11
77,17
79,83
74,54
73,03
18,06
16,77
21,63
22,11
2,31
2,12
2,12
3,72
2,46
1,28
1,71
1,14
1 butir
Butir asing(%)
Perlakuan
Ayam
Sapi
Jerami
Kontrol
11
11
11
11
Variabel Pengamatan
(%)
1
75,56
78,34
74,03
74,18
16,33
17,65
21,72
20,16
4,18
1,97
2,58
3,72
2,93
2,04
1,67
1,94
Butir asing(%)
Persentase beras kepala pada sampel yang berassal dari pertanaman padi yang
menggunakan organik kotoran sapi palinh tinggi dengan beras patah paling sedikit
dan butir menir tidak terlalu berbeda dengan yang lain. Beras patah bissa terjadi
jika pada saat digiling, gaqbah masih agak basah atau terlalu kering. Beras patah
juga dapat disebabkan oleh proses penyosohan. Batu sosoh yang baru dapat
menghasilkan beras patah tinggi, sedangkan batu sosoh yang sudah aus
menghasilkan beras patah lebih sedikit. Besarnya persentase beras patah dan butir
menir ini juga bisa disebabkan oleh kurang sehatnya gabah yang dihasilkan karena
pada gabah tersebut terdapat bercak-bercak.
Berdasarkan hasil pengujian mutu beras, terhadap sampel yang sudah disosoh yang
berasal dari pupuk organik sapi menghasilkan beras kepala 78,34%, atau temasuk
kedalam kategori mutu III standar SNI. Sementara sampel gabah yang lainnya
menghasilkan beras kepala dibawah 78% sehingga termasuk kedalam kategori
mutu IV.
Tabel 5. Persayratan Mutu Beras Menurut SNI 6128:2008
Komponen Mutu
Satuan
Mutu
Mutu
Mutu
Mutu
Mutu
II
III
IV
Derajad sosoh
(Minimum)
100
100
95
95
95
14
14
14
14
15
Beras Kepala
(Minimum)
95
89
78
73
60
Butir
Patah(Maksimum)
10
20
25
35
Butir Menir
(Maksimum)
Butir Merah
(Maksimum)
Butir kapur
(Maksimum)
Benda Asing
(Maksimum)
Butir Gabah
(Maksimum)
Butir/100
gr
Satuan
Ayam
Sapi
Jerami
Kontorl
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Beras Kepala
(Minimum)
Mutu IV
Mutu III
Mutu IV
Mutu IV
Butir Patah
(Maksimum)
Mutu III
Mutu III
Mutu IV
Mutu IV
Mutu III
Mutu III
Mutu III
Mutu V
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Mutu IV
Mutu III
Mutu III
Mutu III
Benda asing
(Minimum)
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Butir/100
gr
Mutu I
Mutu I
Mutu I
Mutu III
Untuk sampel dari beberapa perlakuan saat penanaman terdapat dua kelas mutu
yang dapat dijadikan pedoman berdassarkan persentase beras kepala dan
persentase beras patah menjadi dua katagori mutu, Yaitu untuk sampl dengan
pupuk kompos kotoran ayam, jerami an tanpa menggunakan kompos menghasilkan
beras yang termasuk beras patahnya lam katagori mutu IV.
Hasil pengujian mutu beras kepala dari beberapa sampel perlakuan tanaman
menunjukan tidak terdapat beras yang termasuk mutu I karena beras kepala tidak
mencapai minimum 95 %. Namun, beras mutu III masih disukai konsumen karena
beras patahnya berkisar 10-20 %.
Dengan adanya kelas mutu, pedagang atau pelaku pasar beras akan lebih mudah
memilih segmen pasar yang akan dituju. namun, sebelum beras didistribusikan ke
pasar atau konsumen, perlu dilkakukan pengujian mutu beras oleh laboratorium
pengujian mutu beras yang terakreditasi.
KESIMPULAN
Dari haasil pembahassan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. 1.Pemberian pupuk organik dari kotoran spi menghasil produksi padi lebih
tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk organik yang lain yaitu sebesar
7,867 ton/ha GKP.
2. 2.Pemberian pupuk organik kotoran sapi menghasilkan mutu beras III lebih
baik dibandingkan dengan mutu beras dengan pemberian pupuk organik
kotoran ayam dan jerami yaitu dikatagorikan mutu beras IV.
3. 3.Dengan melakukan pengukuran atau identifikasi secara kuantitatif terhadap
karakter fisik beras dan menentukan klasifikasi mutu beras yang dihasilkan
maka diharapkan konsumen dan pelaku pasar beras akan lebih mudah
memilih segmen pasar yang akan dituju.
DAFTAR PUSTAKA
Badan standarisasi nasiona.2008.Standar nasional Indonesia Beras Giling. SNI
6128:2008. Badan Standarisasi nasional, Jakarta. 9 Hlm.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan. 2006. Laporan
Pelatihan dan pedoman Penanganan pascapanen padi, Palembang 27-28 Februari
2006. kerjasama IRRI-SSFFMP-BPTP Sumatera Selatan. Halm.9-13.
Puslitbangtan.2006. Padiunggulspesifikdaearah. Warta Penelitian dan
pengembangan pertanian, Vol.28. No.2. Bogor. Page 4-5
Suismono.2002. Standarisasi mutu untuk perdagangan beras di Indonesia. Majalah
Pangan 39 (XI): 37:47.
Suprihatno,B.A.A.Drajat,
Satoto,Baehaki,S.E.B.Suprihanto,A.Setyono,S.D.Indrasari,M.Y. Samaulah, dan
H.sembiring.2009. Deskripsi Varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman padi.
Sukamandi.Hlm.15
Sutrisno, suismono, Jumali, dan J,S. Munarso.2002. Cara Berproduksi yang baik
dalam industri beras. Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.22 Hlm.
Yuwanda.w.2008.Prospek pengembangan padigogo aromatic dalam upaya
menunjang ketahanan pangan.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia saat ini telah menunjukan
perkembnagan yang positif, walaupun pasarnya masih masih terkonsentrasi
dibeberapa kota besar saja. Produk-produk pangan organik, terutama dalam bentuk
produk segar dan olahan minimal telah diperdagangkan di ritel-ritel modern dan
toko-toko khusus yang menjual produk pangan organik. Untik Komoditas
perkebunan seperti kcang mete dan kopi bahkan telah menebus pasar ekspor.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP), Kementerian Pertanian,
Yusni Emilia Harahap mengatakan, salah satu contoh mengolah hasil limbah produk pertanian
adalah mengolah beras yang pecah menjadi tepung beras. Biasanya beras yang pecah ketika
dipenggilingan, itu dikumpulkan dan dijual sebagai pakan unggas. Coba diolah menjadi tepung
beras, harganya jauh lebih baik dibandingkan hanya dikumpulkan dan dijual sebagai pakan,
katanya.
Tidak hanya beras pecah yang diolah, sekam padi pun dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk
mengeringkan padi. Salah satu alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang diciptakan adalah mesin
pengering padi. Selama ini yang ada dalam pikiran kebanyakan masyarakat bahan bakar yang
digunakan adalah solar, ternyata tidak. Cukup dengan sekam padi.
Jadi sekam padi tidak dibakar begitu saja. Bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin
pengeringan padi. Inilah sebagian kecil contoh memanfaatkan limbah pertanian yang ada, tuturnya.
Dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian, menurut Yusni, tidak hanya semata mengurangi
biaya produksi, melainkan dapat memberikan tambahan pendapat bagi petani. Konsep zero
waste inilah yang sedang kami usung. Terutama dalam menghadapi MEA 2015 nanti, katanya.
Revitalisasi Penggilingan
Selain mendorong konsep zero waste pada usaha penggilingan padi, untuk meningkatkan mutu
dan kualitas beras pemerintah akan melakukan revitalisasi penggilingan padi. Revitalisasi menurut
Yusni, sangat diperlukan karena berdasarkan sensus BPS Tahun 2012, dari 186 ribu penggilingan
padi di Indonesia, sekitar 172 ribu unit adalah penggilingan kecil yang kinerjanya belum optimal.
Karena dikelola Gapoktan banyak penggilingan kecil yang kinerjanya penggilingannya belum
optimal, rendemen pun masih rendah, katanya.
Menurut Yusni, ada beberapa hal yang membuat penggilingan padi kecil tidak efisien. Pertama,
kapasitas giling tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Hal ini biasanya karena kurangnya pasokan
bahan baku, baik karena ketiadaan pasokan dari panen atau karena ketiadaan modal pembelian
bahan baku.
Kedua, kinerja penggilingan yang kurang. Akibatnya, rendemen giling masih tidak optimal. Kinerja
penggilingan tersebut dipengaruhi antara lain budaya usaha yang tidak berorientasi kepada
rendemen tinggi, kemampuan operator yang rendah dan informasi teknologi penggilingan padi yang
tidak sampai kepada pengelola penggilingan padi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan kegiatan revitalisasi penggilingan padi.
Sejak 2012, Kementerian Pertanian telah melakukan revitalisasi penggilingan padi ke 447 lokasi
kabupaten, katanya.
Yusni mengungkapkan, revitalisasi penggilingan padi ditujukan untuk meningkatkan kinerja
penggilingan padi, baik dari sisi pengelolaan usaha maupun sisi peningkatan rendemen dan mutu
beras yang dihasilkan. Revitalisasi tersebut antara lain, revitalisasi teknologi, perbaikan konfigurasi
penggilingan padi, perbaikan cara kerja penggilingan padi, revitalisasi/penggantian alat/mesin
penggilingan padi yang sudah usang.
Revitalisasi usaha juga perlu dilakukan, terutama perbaikan pengelolaan usaha, revitalisasi
permodalan dan penerapan GMP untuk menghasilkan beras yang berkualitas dan terjamin
keamanan pangan, katanya. Cla/Yul
Salam Pertanian !! Info bagi adik-adik yang masih sekolah, inilah proses pengolahan padi
menjadi beras yang biasa dimasak oleh ibu kita agar jadi nasi. Ternyata untuk membuat nasi
yang biasa kita makan pagi, siang dan malam tak semudah yang kita bayangkan. Perlu kerja
keras penuh dengan keuletan para petani kita.
Hasil panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5%
kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras
sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap
oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan
enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu
katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama
dari butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein
dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil.
Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari
kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam terdiri dari palea dan lemma. Struktur
palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia (mengandung lignin), parenkimia, dan epidermis
dalam.
Kariopsis terdiri dari kulit luar dan endospem. Kulit luar terdiri dari perikarp (10m), seed coat
(0.5m), nucellus (2.5m), dan aleuron (5.0m). Sedangkan endosperm terdiri dari sub aleuron, pati
dan terdapat rongga udara pada beras pera sehingga mudah patah waktu digiling.
Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm),
panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan berdasarkan
bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu :
lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat (kurang dari 2).
Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa factor, yaitu spesies dan varietas, kondisi
lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara
penyimpanan. Persyaratan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog (1983) dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tahapan pengolahan primer padi, yaitu padi diolah menjadi gabah, kemudian dari
gabah menjadi beras
Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari pertumbuhan kapang yang dapat menyebabkan
warna kuning. Pengeringan dapat dilakukan dengan memakai sinar matahari (penjemuran dengan
menggunakan tikar, tampah, lamporan), pengering buatan dan pengering surya.
Lamporan dibuat miring supaya air dapat mengalir dan untuk mencegah air tergenang. Pada
pengering buatan, jika kering cepat maka akan banyak menghasilkan beras patah. Sedangkan
pengeringan dengan sinar matahari untuk menghasilkan beras kepala. Pengeringan surya tidak
cocok untuk gabah biasa. Pengeringan surya ini sangat mahal biasanya untuk padi bulu yang nilai
ekonominya tinggi.
a. Penggabahan
Cara penggabahan antara lain diinjak-injak, dipukulkan, ditumbuk, menggunakan pedal thresner dan
mesin perontok. Keuntungan cara penggabahan diinjak-injak adalah kerusakan fisik kecil dan
kemungkinan loss/hilang/terpelanting sangat kecil, sedangkan kerugiannya adalah kapasitasnya
rendah. Keuntungan bila dipukulkan adalah kapasitas lebih besar sedangkan kerugiannya adalah
ada beras yang patah, loss lebih besar. Untuk menghindarinya harus dikerjakan dalam pulungan.
Keuntungan bila ditumbuki adalah kapasitas lebih besar dari pada diijak- injak, sedangkan
kerugiannya adalah rendemen yang dihasilkan rendah karena banyak beras yang patah.
keuntungan dengan menggunakan pedal thresner adalah kapasitasnya besar sedangkan
kerugiannya adalah banyak beras yang patah.
b. Penggilingan dan Penyosohan
Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar kariopsis dari biji padi agar diperoleh
beras yang dapat dikonsumsi. Terdapat berbagai jenis teknologi/alat yaitu penumbukan
(lesung/kincir air), penggilingan tipe Engelberg, Rice Milling Unit (RMU) dan penggilingan padi
besar.
3. Pemecahan kulit (husking). Alat yang digunakan adalah pemecah kulit tipe silinder;
bahannya gabah; sehingga dihasilkan beras pecah kulit, sebagian kecil gabah utuh yang
lolos, lolosan (pesak halus bercampur dedak dan menir), serta sekam.
4. Pemisahan pesak. Alat yang digunakan adalah husk separator (hongkwl pesak), saringan
pesak, dan saringan lolosan; bahannya beras pecah kulit, sekam, lolosan; sehingga
dihasilkan beras pecah kulit bersih, dan gabah.
5. Pemisahan gabah (paddy separation). Alat yang digunakan adalah paddy separator atau
disebut gedongan; prinsipnya adalah perbedaan bobot jenis antara beras pecah kulit dan
gabah, serta kehalusan permukaan gabah dan beras pecah kulit. Pada permukaan miring,
beras pecah kulit akan cepat turun, sementara gabah terdesak ke atas; dibuat kamar-kamar.
6. Penyosohan. Alatnya adalah mesin penyosoh (rice polisher), mesin I (penyosohan I), mesin
II (penyosohan II), alat terdiri dari batu penyosoh (batu amaril) dan lempengan karet, karena
ada gesekan antara beras dengan batu, lempengan karet, dan antara sesama beras maka
beras akan tersosoh; bahannya adalah beras pecah kulit; sehingga dihasilkan beras sosoh,
dedak (mesin sosoh I),bekatul (mesin sosoh II); dedak dan bekatul langsung dipisahkan
dengan aspirator.
7. Grading. Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras); memisahkan beras
kepala, beras patah dan meni.
Dalam pengertian sehari-hari, yang dimaksud dengan beras adalah gabah yang bagian kulitnya
sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling
(huller) serat alat penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luar (sekam)-nya,
disebut beras pecah kulit (brown rice). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian
dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (milled rice).
Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk beras giling.
Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan bekatul.
Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar
komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang diperoleh
berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak
padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang
dilakukan maka makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut
akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Referensi:
sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan
padi dinamakan beras.
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monotyledonae
Keluarga
: Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza spp.
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Departemen Pertanian (Deptan) menyediakan lebih dari 220 ribu ton benih padi
untuk musim tanam (MT) 2008/2009 atau periode Oktober 2008-Maret 2009. Dari
benih padi sebanyak 220.373,52 ton itu, terdiri benih bersertifikat 121.667,06 ton
dan benih non-sertifikat yang disediakan sendiri oleh petani sebanyak 98.706,46
ribu ton.Benih bersertifikat disediakan melalui bantuan pemerintah dan pasar
bebas baik yang bersubsidi maupun tidak bersubsidi, ujar Dirjen Tanaman Pangan
Departemen Pertanian Sutarto Alimoeso di Jakarta kemarin.
Dijelaskan, dengan sasaran tanam padi seluas 7,79 hektar, maka pada periode
Oktober 2008-Maret 2009 kebutuhan benih potensial mencapai 194.823,23 ton.
Dengan demikian, penyediaan benih padi pada periode tersebut terdapat
surplus 25.594,77 ton atau 13,11% dari kebutuhan.
Dikatakan, selama Masa Tanam 2008/2009 sasaran luas tanam terbesar pada
Desember 2008 yakni 2,20 juta hektar dengan kebutuhan benih potensial 55.080,88
ton. Sedangkan jumlah penyediaan benih mencapai 61.139,77 ton. Kemudian
Januari 2009 mencapai 1,55 juta hektar dengan kebutuhan benih potensial
38.795,68 ton dan penyediaan 43.839,11 ton. November 2008 diperkirakan
kebutuhan benih potensial mencapai 33.650,60 ton untuk sasaran tanam 1,34 juta
hektar dengan jumlah penyediaan sekitar 37.688,67 ton.
Sementara Maret 2009 kebutuhan benih potensial mencapai 35.886,98 ton untuk
sasaran tanam 1,03 juta hektar dengan jumlah penyediaan 31.064,37 ton. Sisanya
yakni untuk Oktober 2008 dan Februari 2009 dengan sasaran tanam masing-masing
di bawah 1 juta hektar. Varietas-varietas yang tersedia yakni Ciherang, IR 64,
Cigeulis, Ciliwung, Cobogo dan lain- lain.
(http://www.kr.co.id, 2009)
Perkembangan Produksi
Revolusi Hijau dan revolusi bibit-bibitan mulai diperkenalkan sekitar tahun 1960-an
di berbagai negara berkembang. Tahun 1962 misalnya, di Indonesia diperkenalkan
jenis padi baru produk dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI:
International Rice Research Institute) di Philipina. Padi jenis baru yang dikenal
dengan nama PB 8 ini adalah hasil persilangan generasi ke-8 dari 38 persilangan
antara jenis padi sedang dan jenis padi unggul PETA asal Indonesia.
Keunggulan jenis baru ini dapat hidup di berbagai ketinggian karena tidak sensitif
terhadap fotosintesis, juga tidak mengenal musim. Batang dan pelepahnya kuat,
tumbuhnya kokoh pada nitrogen tinggi, maka kuat menopang untaian bulir-bulir.
Satu hektar sawah dapat menghasilkan 10 ton gabah, bandingkan dengan
pertanian tradisional yang "cuma" menghasilkan 5 @ 6 ton gabah per hektar.
Kemudian diperkenalkan jenis-jenis padi unggul lainnya. Penyebaran bibit-bibit
unggul begitu pesatnya, di tahun 1974 sekitar 54% sawah basah di seluruh
Indonesia sudah di-"Revolusi Hijau"-kan. Sepuluh tahun kemudian menjadi 67% dan
pada tahun 1975 varietas unggul telah memenuhi lebih dari 74% lahan sawah
basah di Indonesia. Penanaman padi tradisional tersingkir ke pinggir. Bahwasanya
padi tradisional masih bisa eksis, itu hanya berkat kemampuan varietas tradisional
ini untuk tumbuh di tanah-tanah yang tinggi (pegunungan), di areal rawa-rawa
berair dalam dan lahan-lahan yang kurang sesuai untuk padi teknologi baru.
Teknologi Revolusi Hijau paling cocok pada sawah dataran rendah, karenanya di
areal ini varietas tradisonal tidak punya hidup lagi. Persilangan-persilangan jenis
padi tidak hanya terjadi di Phlipina, juga di Indonesia sendiri terjadi penyilangan
padi. Padi-padi silang yang dihasilkan di Indonesia diberi nama-nama sungai atau
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi
areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi
gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah
mencapai 6 7 ton/ha.
Tabel Penyebaran Produksi Padi di Indonesia
No.
Daerah
(x 1.000 ha)
ha)
1.
Jawa
3.786
403
2.
Sumatera
1.168
708
3.
Kalimantan
448
270
4.
Bali
Nusatenggara
335
132
5.
Maluku Irian
Jaya
Varietas
Umur Hari
Hasil Gabah
kw/ha
1.
Syntha
148
35
2.
Dewi Tara
148
34
3.
PB 5
135
60
4.
PB 8
125
61
5.
C4
125 150
6.
IR 8
65
7.
IR 20
55
8.
IR 22
63
9.
IR 24
68
(Sugeng, 2001).
Potensi Produktivitas
Dengan menggunakan bibit unggul, ujarnya para petani tidak perlu menunggu lama
untuk memanen padi mereka. Hanya membutuhkan waktu 105 hari saja petani
sudah bisa panen padi. Padi yang dihasilkan dari bibit unggul juga mempunyai
harga jual tinggi dan cukup digemari di pasaran karena rasanya enak. Ketahanan
benih ini maksimal enam bulan. Dia mengungkapkan jenis bibit unggul padi yang
banyak diminati petani yaitu jenis padi Ciherang.
Dia mengungkapkan penyaluran bibit unggul di Kalbar telah mencapai 160
ton. Direncanakan pada 2007, dinas pertanian Kalbar akan membantu mensubsidi
benih. Dimaksudkan untuk membantu para petani akan harga bibit unggul yang
lebih tinggi dari bibit lokal dengan kualitas rendah. Bibit tersebut akan disalurkan
melalui sentra-sentra bibit yang ada di daerah termasuk sentra bibit di Singbebas
yaitu Singkawang, Bengkayang, dan Sambas. (http://arsip.pontianakpost.com,
2009).
Iklim
a.
Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS
dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
b.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau
produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air
melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.
c.
Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperature 19-23 derajat C.
d.
e.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu
kencang akan merobohkan tanaman.
Media Tanam
1)
Padi gogo
a.
Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara.
b.
Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari
yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang
tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus <
50%.
c.
2)
Padi sawah
a.
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
b.
c.
Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan
pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah
sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah
sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang
memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
Ketinggian Tempat
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan
tinggi.
Bibit
Jenis jenis bibit padi yang tersedia di pasaran dan yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat adalah :
Aek Sibundong
Air Tenggulang
(karyamitrausaha@yahoo.com, 2009).
Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupuk kandang
atau kompos matang sebanyak 5 ton / ha. Pupuk kandang tersebut diberikan
bersamaan dengan pembajakan kedua. Cara pemberiannya dengan disebarkan
Pestisida
Masalah besar yang dihadapi petani terutama sejak dimulainya revolusi hijau
adalah serangan hama yang dapat menghancurkan tanaman. Dalam pertanian
tradisional, masalah hama yang dihadapi petani tersebut tidaklah terlalu
dipusingkan karena pertani tidak merasa dirugikan. Seiring dengan perjalanan
waktu, lambat laun masalah hama ini menjadi perhatian yang utama. Untuk
menghadapi masalah tersebut petani mengembangkan suatu bahan untuk
mengendalikannya yaitu, dengan pestisida. Pestisida yang merupakan insektisida
atau racun pembasmi serangga ini sangat ampuh. Keampuan DDT sebagai racun
pembasmi serangga ternyata diakui hampir seluruh orang. Namun Pestisida
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan juga
manusia.
(BPP Teknologi dan MiG-6 Plus, 2009).
Herbisida
Herbisida juga digunakan dalam manajemen agribisnis padi. Herbisida adalah racun
yang digunakan untuk membunuh gulma atau tanaman penggangu yang ada di
sekitar padi yang bersifat merugikan atau menganggu tanaman padi sehingga pada
akhirnya juga akan menurunkan produktivitas tanaman padi tersebut.
Kimia Pertanian
Sabit
Sabit juga merupakan satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam bidang
pertanian. Sabit adalah pisau yang melengkung dengan mata yang licin atau
bergerigi.
Bagian dalam dari lengkungan berbentuk
tajam, bentuk lengkung ini memudahkan
dalam proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah tanaman yang
dipotong dengan cara mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu
tangan, atau ketika untuk mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi
tangan yang lain biasanyah memegang pokok tanaman. Ia mempunyai pemegang/
hulu yang diperbuat daripada kayu. Kegunaan alat ini yang paling utama adalah
untuk memotong padi, rumput dan mengait buah seperti kelapa dan kelapa sawit.
Namun begitu, penggunaannya yang paling meluas adalah untuk menuai padi di
mana ia menggantikan penggunaan ani-ani yang merupakan alat utama penuai
padi pada era 1960-an. Penggembala lembu dan kambing di kampung-kampung
menggunakan sabit tangan untuk menyabit rumput sebagai makanan ternakan
tersebut.
Alat Perontok
Tujuan utama dari membajak adalah untuk membawa tanah bagian dalam yang
subur ke permukaan. Bajak biasanya ditarik oleh seekor sapi. Walau demikian, di
beberapa daerah, bajak ditarik oleh kuda. Sedangkan, di negara-negara maju,
dipergunakan tenaga uap.
Salah satu jenis bajak adalah bajak singkal. Bajak singkal merupakan peralatan
pertanian untuk pengolahan tanah yang digandengkan dengan sumber tenaga
penggerak/penarik seperti tenaga penarik sapi, kerbau atau traktor pertanian. Bajak
singkal berfungsi untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta
pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk tahapan
kegiatan pengolahan tanah pertama. Bajak singkal dirancang dalam beberapa
bentuk untuk tujuan agar diperoleh kesesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan
pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata
bajak, juga di bagian perlengkapannya.
Pengolahan padi menjadi beras, secara prinsip, melibatkan tahapan yang sederhana
yakni:
(i)
pemisahan kotoran,
ini, teknologi pengemasan beras sudah sangat canggih yang meliputi keragaman
bentuk, rupa, ukuran dan cara/metoda.
Pengolahan padi terpadu bukanlah sesuatu yang sulit pada tingkat praktek. Residu
yang diahasilkan dalam jumlah yang besar hanyalah sekam dan dedak. Residu yang
lain dalam bentuk daun kering, tangkai atau bahan lain jumlahnya relatif kecil dan
dapat ditangani dengan mudah (dibakar atau dikomposkan). Dua residu ini harus
ditangani lebih lanjut melalui pengolahan (pemanfaatan ulang) atau dibuang
dengan cara yang memenuhi persyaratan pembuangan limbah. Pembuangan
sebagai limbah menghadapi berbagai kesulitan yaitu keterbatasan tempat dan
persoalan lingkungan. Dedak yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan bau
dan mengotori tempat pembuangan. Dedak, karena mengandung unsur hara, juga
menjadi media pertumbuhan mikroba baik yang menguntungkan maupun yang
berbahaya bagi kesehatan.
Sekam
Volume sekam yang dihasilkan adalah 17% dari Gabah kering giling (GKG). Untuk
penggilingan padi yang berkapasitas 5 ton/jam beras putih atau sekitar 7 ton
GKG/jam akan dihasilkan sekam sekitar 0.85 ton/jam atau sekitar 8.5 ton/hari. Berat
ini setara dengan sekitar 25 m3/hari atau 7500 m3/tahun. Volume yang besar ini
akan menjadi masalah serius dalam jangka panjang apabila tidak ditangani dengan
baik.
Sekam tersusun dari palea dan lemma (bagian yang lebih lebar) yang terikat
dengan struktur pengikat yang menyerupai kait. Sel-sel sekam yang telah masak
mengandung lignin dan silica dalam konsentrasi tinggi. Kandungan silica
diperkirakan berada dalam lapisan luar (De Datta, 1981) sehingga permukaannya
keras dan sulit menyerap air, mempertahankan kelembaban, serta memerlukan
waktu yang lama untuk mendekomposisinya (Houston, 1972). Silica sekam dalam
bentuk tridymite dan crytabolalite yang mempunyai potensi sebagai bahan
pemucat minyak nabati (Proctor dan Palaniappan, 1989). Komposisi sekam dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Sekam
Kandungan
C-organik
Persenta
se
45.06
N-total
0.31
P-total
0.07
K-total
0.28
Mg-total
0.16
SiO3
33.01
Pengarangan (Carbonizing)
Pengarangan adalah proses pembakaran dengan oksigen terbatas. Arang padi
mempunyai beberapa kegunaan, antara lain:
a.
Mempertahankan kelembaban: apabila arang ditambahkan ke dalam tanah
akan dapat mengikat air dan melepaskannya jika tanah menjadi kering,
b.
Mendorong pertumbuhan (proliferation) mikroorganisme yang berguna bagi
tanah dan tanaman,
c.
Penggembur tanah: menghindari pengerasan tanah karena sifatnya yang
ringan,
d.
e.
f.
Membantu melelehkan salju karena arang yang disebarkan di atas salju akan
menyerap panas yang dapat mencairkan salju, dan
g.
Menyerap kotoran sebagai bahan pemurnian dalam pengolahan air, minyak,
sirup dan sari buah.
Pembakaran
Kandungan karbon yang tinggi juga mengindikasikan bahwa sekam mempunyai
kalori yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber enerji panas. Banyak
penggilingan padi menengah dan besar munggunakannya sebagai bahan bakar
pengering padi. Penggunaan yang sama juga dapat dijumpai pada pembakaran
batu bata.
Abu sisa pembakaran mengandung SiO2 sekitar 85% sehingga baik digunakan untuk
pembuatan bahan bangunan (seperti papan semen) dan bahan pemurnian minyak
(kelapa). Abu sekam memperbaiki daya serap air, kerapatan, perubahan panjang
dan konduktifitas panas papan semen pulp. Penggunaan abu dalam pemucatan
minyak kelapa dapat memperbaiki kejernihan.
Dedak
Persentase dedak mencapai 10% dari GKG. Penggilingan dengan kapasitas beras
putih sebesar 5 ton/jam akan menghasilkan dedak sebanyak 0.7 ton/jam atau
sekitar 7 ton/hari. Jumlah ini terlau besar untuk diabaikan. Volume dedak sekitar
600 liter/ton, maka akan dihasilkan sekitar 12 m3 dedak setiap harinya.
Dedak adalah bagian padi yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi seperti
minyak, vitamin, protein dan mineral. Pada kadar air 14%, dedak mengandung pati
sebesar 13.8%, serat 23.7-28,6%, pentosan 7.0-8.3%, hemiselulosa 9.5-16.9%,
selulosa 5.9-9.0%, asam poliuronat 1.2%, gula bebas 5.5-6.9% dan lignin 2.8-3.0%
(Juliano dan Bechtel, 1985). Dari kandungan ini maka dedak telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sumber minyak, pakan ternak dan
bahan makanan.
Berbasis pada kandungan bahannya, maka dedak dapat dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan. Minyaknya dapat diambil dengan ekstraksi menggunakan pelarut,
protein dan vitaminnya berguna sebagai nutrisi makanan. Namun demikian, upaya
pemanfaatan tersebut secara ekonomi belum menguntungkan. Ekstraksi minyak
melibatkan investasi yang besar dan hanya layak pada skala yang besar pula. Ini
berarti pengolahan terintegrasi pada penggilingan tidak dapat dilakukan.
Sejauh ini, dedak bukan lagi sebagai limbah tetapi telah menjadi hasil samping
yang mempunyai pasar tersendiri. Pemanfaat utama adalah industri pakan ternak.
Pemanfaatan lain yang telah berkembang dan peralatannya sudah dijual secara
komersial adalah mengolahnya menjadi pellet. Kandungan hara yang tinggi
menjadikan pellet dedak dapat digunakan untuk makan ternak terutama unggas
dan pupuk organic. Bahkan dalam kondisi aplikasi awal, pellet dedak dapat
menghambat pertumbuhan gulma apabila disebarkan pada permukaan tanah.
Pengolahan padi yang telah berkembang hanya beraslah produk yang harus
dihasilkan. Selebihnya dipandang sebagai limbah. Pola berpikir seperti inilah yang
menyebabkan industri penggilingan padi menghadapi banyak persoalan lingkungan.
Pendekatan terpadu memandang semua bagian bahan baku adalah bahan yang
harus dimafaatkan untuk menghasilkan produk yang bernilai (ekonomi dan
lingkungan).
Dengan pendekatan terpadu maka produk yang dapat dihasilkan dalam pengolahan
terpadu dapat bermacam-macam. Beberapa model dapat dikembangkan:
a.
b.
c.
Model terpadu yang menghasilkan produk turunan dedak, arang sekam atau
sekam lunak,
d.
Model terpadu yang mengembangkan kombinasi berbagai produk berbasis
sekam dan dedak, dan
e.
Model terpadu menghasilkan berbagai produk berbasis dedak dan pemakaian
sekam sebagai sumber enerji panas.
Semua proses ini dapat diintegrasikan dalam proses pengolahan padi beskala
menengah dan besar (minimum 1 ton beras putih/jam). Secara keseluruhan, model
terpadu yang layak dikembangkan dengan pertimbangan teknis dan ekonomis
ditunjukkan dalam Gambar 7. Pengolahan terpadu mempunyai beberapa
keuntungan antara lain tidak mencemari lingkungan, mengoptimalkan pemanfaatan
bahan baku dan memperoleh manfaat ekonomi total (baik langsung maupun tidak).
GKP
Pengeringan
Penyosohan
Pemutihan
Sekam
Pengarangan
Pelunakan
Beras Putih
Arang
Pengkomposan
Cuka Kayu
Kompos
Pemeletan
Pellet
Dedak
Abu Sekam
Media Tanam
Gambar 7. Pengolahan Padi Terintegrasi yang Secara Teknis dan Pembiayaan Layak
(http.//www:\padi\memilih-usaha-pemudatani, 2009).
Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berbagai
subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan
pemasaran. Dengan demikian lima subsistem yaitu sektor produksi, saluran
pemasaran, sektor konsumsi, aliran (flow), dan fungsional berinteraksi satu sama
lain dalam subsistem keenam, yaitu lingkungan.
Pemasaran hasil pertanian dihadapkan pada permasalahan spesifik, antara lain
berkaitan dengan karakteristik hasil pertanian, jumlah produsen, karakteristik
konsumen, perbedaan tempat, dan efisiensi pemasaran. Terdapat enam macam
pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi
dalam pemasaran hasil-hasil pertanian, yaitu pendekatan komoditi (commodity
approach), pendekatan kelembagaan (institutional approach), pendekatan analitis
atau efisiensi pemasaran (analytical approach), pendekatan struktur tingkah laku
Fungsi-fungsi Pemasaran
Tahun
Luaspanen
(000 ha)
Produktivita
s (ton/ha)
Produksi
(000
ton)
Permintaan
Neraca
(000 ton)
(000 ton)
2004
2005
2006
11.875
4,58
54.430
52.258
+2.172
11.768
4,63
54.480
52.258
+1.643
2007
11.662
4,68
54.480
53.421
+1.108
2008
2009
11.557
4,72
54.579
54.012
+567
11.453
4,72
54.629
54.610
+19
2010
11.350
4,82
54.678
55.214
-536
11.248
4,82
54.728
55.825
-1.097
Potensi Pengembangan
Indonesia masih memiliki potensi lahan yang cukup luas untuk pengembangan
tanaman padi, yaitu sekitar 24,5 juta hektar lahan basah (sawah) dan 76,3 juta
hektar lahan kering. Luas potensi lahan tersebut dapat dirinci lebih lanjut sebagai
berikut :
Lahan sawah.
Potensi lahan sawah non-rawa pasang surut dengan kelas yang sesuai menurut
klasifikasi kesesuaian lahan luasnya mencapai sekitar 13,26 juta hektar, yang
tersebar di
Sumatera (2,01 juta ha), Jawa (1,12 juta ha), Bali dan Nusa Tenggara (0,85 juta ha),
Kalimantan (1,03 juta ha), Sulawesi (1,11 juta ha), serta Maluku dan Papua (7,89
juta ha). Dari total luas potensi lahan sawah tersebut, yang telah digunakan baru
mencapai 6,86 juta ha (BPS 2003).
Jadi, masih tersisa potensi lahan sawah yang cukup luas untuk dikembangkan
budidaya tanaman padi. Namun demikian, upaya pengembangan potensi lahan
tersebut, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: (1)aspek
investasi yang mungkin mahal;
(2) kelanggengan fungsi dari lahan pertanian yang baru dibuka;
(3) aspek ketersediaan tenaga kerja untuk pertanian; dan
(4) dampak lingkungan atau perubahan ekosistem, degradasi lingkungan
Luas potensi lahan rawa dan pasang surut yang sesuai untuk dikembangkan
menjadi lahan sawah mencapai 3,51 juta hektar, yang tersebar di Sumatera (1,92
juta ha), Jawa (0,12 juta ha), Kalimantan (1,01 juta ha), Sulawesi (0,31 juta ha),
serta Maluku dan Papua (3,51 juta ha). Dari total luas potensi lahan rawa dan
pasang surut tersebut, yang telah digunakan untuk lahan sawah baru sekitar 0,93
juta ha, sehingga masih ada sisa sekitar 2,57 juta hektar yang dapat dikembangkan
menjadi lahan sawah (BPS 2003).
Lahan kering
Luas potensi lahan kering yang yang dapat dikembangkan untuk tanaman semusim,
khususnya padi, ada sekitar 25,33 juta ha. Dari total luas potensi lahan kering
tersebut, yang sudah dimanfaatkan masih relatif sangat kecil, sehingga dari lahan
kering yang ada di Indonesia masih terbuka peluang yang sangat lebar untuk
pengembangan tanaman padi.
Arah Pengembangan
Setelah tahun 1984 Indonesia mencapai swasembada beras untuk pertama kali,
maka 20 tahun kemudian (2005) negara ini kembali dapat meraih posisi itu. Dengan
pengalaman tersebut, dan mempertimbangkan arti strategis padi/beras bagi
ketahanan pangan dan ekonomi nasional, maka pengembangan tanaman padi lima
tahun ke depan diarahkan untuk memenuhi sepenuhnya kebutuhan beras dalam
negeri (swasembada beras) secara berkelanjutan, yang
Tahun
Luaspanen
(000 ha)
Produktivita
s (ton/ha)
Produksi
(000
ton)
Permintaan
S/D
(000 ton)
(000 ton)
2004
2005
2006
11.874
4,54
4,56
52.259
52.837
+1648
11.918
53.907
54.366
2007
11.963
4,58
54.829
55.296
53.421
54.012
+1408
2008
2009
12.007
4,61
54.610
+1284
12.051
4,64
55.767
56.242
55.214
+1157
+1529
2010
12.096
4,65
12.141
4,67
56.721
55.825
+1028
+896
Program Aksi
Upaya pemenuhan kebutuhan beras nasional hingga tahun 2010 akan ditempuh
melalui tiga cara, yaitu :
(1) Peningkatan produktivitas dengan menerapkan teknologi usahatani terobosan,
(2) Peningkatan luas areal panen melalui peningkatan intensitas tanam,
pengembangan tanaman padi ke areal baru, termasuk sebagai tanaman sela
perkebunan, rehabilitasi irigasi, dan pencetakan sawah baru,
(3) Peningkatan penanganan panen dan pasca panen untuk menekan kehilangan
hasil dan peningkatan mutu produk, melalui pengembangan dan penerapan alat
dan mesin pertanian (alsintan).
Pemasaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam menghubungkan produsen
dengan konsumen dan memberikan nilai tambah yang besar dalam
perekonomian. Panglaykim dan Hazil (1960) menyatakan bahwa terdapat sembilan
macam fungsi pemasaran yaitu: perencanaan, pembelian, penjualan,
transportasi, penyimpanan, standarisasi dan pengelompokan, pembiayaan,
komunikasi, dan pengurangan resiko (risk bearing). Sebagai perusahaan, tataniaga
sama pentingnya dengan kegiatan produksi karena tampa bantuan sistem
tataniaga, petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat
dijual. Sistem distribusi pangan dari produsen ke konsumen dapat terdiri dari
beberapa rantai tataniaga(marketing channels) dimana masing-masing pelaku
pasar memberikan jasa yang berbeda. Besar keuntungan setiap pelaku tergantung
pada struktur pasar di setiap tingkatan, posisi tawar, dan efisiensi usaha masingmasing pelaku. Dalam upaya peningkatan efisiensi usaha, diperlukan studi
mengenai sistem pemasaran dan permasalahan yang dihadapi oleh setiap pelaku
pemasaran (http://www.pemasaran padi.com, 2009).
Agribisnis merupakan paradigma baru bagi sektor pertanian. Sistem agribisnis tidak
hanya berhubungan dengan kegiatan usahatanai (sub-sistem on-farm) saja, namun
juga terkait dengan sub-sistem off-farm (baik hulu maupun hilir) serta sub-sistem
penunjang.
Pengembangan sistem agribisnis secara parsial merupakan hal yang dapat
menimbulkan permasalahan baru lainnya. Secara ketersediaan sumberdaya,
Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar, baik di daratan maupun
lautan. Sayangnya potensi yang besar ini belum dapat termanfaatkan dengan baik
dikarenakan beberapa masalah besar yang dihadapi, yaitu:
1.
Penguasaan asset produksi dan skala usaha petani yang sangat kecil serta
kemampuan permodalan usaha yang rendah
tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 lebih dari 296 juta, 58% di
antaranya terkonsentrasi di Jawa dan 21,3% di Sumatera. Sebenarnya, dengan
elastisitas pendapatan dan harga yang kurang dari satu, konsumsi beras per kapita
turun dari 114,1 kg pada tahun 2003 menjadi 111,1 kg pada tahun 2010, dan 105,0
kg pada tahun 20252).
Namun, karena laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari laju penurunan
konsumsi maka jumlah permintaan pangan tetap meningkat. Kalau permintaan
industri diperhitungkan sebesar 23,5% dari permintaan rumah tangga dan
permintaan lainnya (stok) sebesar 10%3), maka kebutuhan beras pada tahun 2010
lebih dari 35 juta ton dan pada tahun 2025 lebih dari 41 juta ton, atau meningkat
masing-masing 8% dan 27% dari permintaan pada tahun 2003
(Tabel 3).
Tabel 2. Asumsi yang digunakan untuk proyeksi permintaan beras.
Parameter
Kota
Desa
1,49
1,49
a. Pendapatan
0,465
0,722
b. Harga
-0,564
-0,564
a. Pendapatan
5,0
3,5
b. Harga
5,0
5,0
23,5
23,5
10
10
63
63
2. Elastisitas :
3. Pertumbuhan
Keterangan:
1. BPS (2001), dianggap sama dengan pertumbuhan periode 1990-2000
2. Harianto (2001)
3. Suryana dan Hermanto (2004)
Tabel 3. Permintaan beras dalam periode 2005 - 2025, menurut wilayah (000 ton).
Wilayah
2003
2005
2010
2015
2020
2025
Sumatera
7.433
7.601
8.037
8.499
8.987
9.504
Jawa
18.611
19.019
20.081
21.202
22.386
23.637
Bali &
Nusteng
1.961
2.005
2.120
2.242
2.371
2.507
Kalimanta
n
1.798
1.838
1.944
2.055
2.173
2.298
Sulawesi
2.362
2.416
2.556
2.704
2.862
3.028
Maluku &
Papua
399
408
432
457
484
512
Indonesia
32.563
(52.138
)
33.287
(52.837
)
35.170
(55.825
)
37.160
(58.984
)
39.263
(62.323
)
41.487
(65.852
)
GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto dalam Bahasa
Indonesia, adalah satu dari beberapa indikator yang mengukur tingkat
pertumbuhan ekonomi.
Gross atau kotor dapat diartikan sebagai nilai depresiasi dari barang modal (Capital
Stock) yang tidak dimasukan dalam perhitungan. Konsumsi dan Investasi dalam
persamaan diatas adalah jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli barang
dan jasa akhir (siap pakai). Ekspor dikurangi impor (juga dikenal sebagai ekspor
bersih) melalui persamaan ini dapat diartikan sebagaiselisih dari nilai barang yang
diproduksi didalam negeri tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri dikurangi dengan
nilai barang yang ada yang dikonsumsi buatan luar negeri (import)
(www.wikipedia.org, 2009).
pertanian baik yang masih bersifat bahan baku maupun bahan jadi berupa
anyaman tikar mendong yang banyak diproduksi oleh masyarakat Kamulyan. Hal ini
ditunjang jarak kedua lokasi dari Ibu kota Kabupaten (Tasikmalaya) dan ibu kota
propinsi masih relatif dekat kurang lebih 8-20 km ke Tasikmalaya dan 106-120 kam
ke ibu kota propinsi.
Ketiga, Kelembagaan yang menunjang sistim agribisnis di kedua lokasi telah cukup
memadai Kelembagaan tersebut meliputi; KUD, TPK, Kios, Balai Benih Ikan (BBI),
Kelompok tani, P3A, pasar, bakul/tengkulak, BRI Unit Desa dan BKPD.
Keempat, Pengalaman dan respon petani. Petani dikedua daerah irigasi
cukup berpengalaman dalam berusaha tani, di daerah irigasi Batukohok petani
telah melaksanakan mina padi dan penanaman komoditi sayuran sejak tahun 1950an. Pada awalnya hanya untuk konsumsi sendiri, sejak tahun 1960-an sudah mulai
dijual dipasar lokal atau melalui tengkulak langsung di lokasi, untuk usaha tani
longyam (balong ayam) baru dikenal awal tahun 1994. Sedangkan untuk daerah
irigasi Cimulu, masyarakat petani melaksanakan bertanam padi dan
membudidayakan tanaman mendong sejak tahun 1940-an.
Kelima, Kebijaksanaan Pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah daerah
kabupaten Tasikmalaya terutama untuk pengembangan komoditi tanaman
mendong cukup kondusif khususnya untuk wilayah kecamatan manonjaya dan
Awipari, yang dari dulu merupakan daerah pengrajin mendong. Kondisi tersebut
telah sesuai dengan program pencanangan komoditi tanaman mendong menjadi
komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya (http://psdal.lp3es.or.id/kajian1.html,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Home
Health
Info Sehat
19Shares
Google+
Copy Link
Tahap akhir, pengemasan beras Cap Ayam Jago ukuran 5 kilogram di Sragen, Jawa Tengah. (Foto:
Benedikta Desideria))
Liputan6.com, Jakarta Selama ini kita mengenal bahwa beras dihasilkan secara
tradisional. Dimulai dari mengeringkan gabah dibawah sinar matahari lalu dipisahkan
antara beras dan kulit gabah lewat proses penggilingan. Kini zaman sudah makin maju,
Dari awal gabah masuk hingga pengemasan semuanya dilakukan oleh mesin
berteknologi tinggi. "Tak ada campur tangan manusia di dalamnya sehingga beras yang
dihasilkan higienis dan berkualitas tanpa batu dengan warna putih mengilap," tutur
Tjong Seng kepada rekan media nasional dan lokal saat berkunjung ke pabrik beras
TPS Food di Sragen, Jawa Tengah pada Rabu (5/11/2014).
Fungsi mesin ini mengupas padi keluar beras putih, bersih, dan mengkilap
Model : SB-10D
Dimensi : 72x70x170 cm
Daya : 11 kw
Berat : 230 kg
Harga : Rp 6.600.000
terdapat corong (silo) untuk menjaga agar bekatul (kulit beras) tetap bersih (Model
N-110-F)
Model : N-70-F
Dimensi : 112x44x74 cm
Daya : 10-11 KW
Berat : 185 kg
Harga : Rp 4.500.000
Model : N-110-F
Dimensi : 132x44x74 cm
Daya : 11-15 KW
Berat : 200 kg
Harga : Rp 5.800.000
zat pemutih, zat yang membuat butir beras mengkilat, zat pengawet, zat pewangi, dan
berbagai zat tambahan lainnya).
Setelah digiling, gabah akan dimasukkan ke dalam karung dan dibawa ke tempat
pengemasan.
Di tempat pengemasan, beras akan dibersihkan secara tradisional, setelah itu
ditimbang dan dikemas secara kedap udara. Pengemasan dengan kemasan kedap udara
akan memperpanjang umur beras walaupun pada dasarnya beras tidak memiliki waktu
kadaluwarsa.
Uji laboratorium beras bebas bahan kimia
Beras dalam kemasan akan diuji kandungan kimianya di laboratorium khusus untuk
para peneliti . Uji tersebut akan membuktikan apakah selama masa produksinya
tanaman padi tersebut mendapat tambahan pupuk kimia dan pestisida kimia. Hal ini
akan tercermin dalam hasil uji laboratorium berupa kandungan kimia yang terdeteksi di
dalam beras. Karena perlakuan yang konsisten dan pengawasan terpadu yang dilakukan
sejak masa pra penanaman hingga masa pasca produksi maka hasil uji laboratorium
membuktikan bahwa beras tersebut bebas dari bahan kimia. Beras bebas bahan kimia
inilah yang sudah dipasarkan dengan merk tertentu di pasaran, misalnya merk Beras
Organik 88.
Pengawasan dari para ahli di bidangnya
Masing-masing proses selalu diawasi secara ketat oleh berbagai ahli di bidangnya :
Benih padi yang disediakan langsung oleh pemulia padi yang keahliannya sudah
diakui secara internasional dan juga pemakaian Benih Penjenis (Breeder Seed).
Proses pra penanaman dan penanaman yang diawasi langsung oleh penulis,
petani, Kepala Kelompok Tani yang merupakan pemenang Penghargaan Petani
Teladan tingkat Propinsi, PPL setempat (Petugas Penyuluh Lapangan) dari Dep.
Pertanian, ahli dari Lembaga Penelitian terkemuka di Indonesia, Profesor Teknologi
Pasca Panen yang memiliki reputasi internasional di bidang pangan fungsional.
Proses Pasca Panen yang diawasi langsung oleh penulis, ahli dari Lembaga
Penelitian terkemuka di Indonesia dan Profesor Teknologi Pasca Panen yang
memiliki reputasi internasional di bidang pangan fungsional.
Gabungan dari benih unggul, pemupukan dengan pupuk khusus (tanpa bahan kimia),
pencegahan dengan pestisida alami, dan dedikasi para ahli di bidangnya sejak proses
pra penanaman hingga proses pasca panen menghasilkan beras yang sudah teruji
secara klinis tidak mengandung bahan kimia dan siap memberikan kontribusi sebagai
bagian dari Pangan Fungsional untuk konsumennya.
| pertanian | peternakan & perikanan | perdagangan | industri | kehutanan | pariwisata |
Beras Organik
Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan
turut berimbas pada sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat
dengan dikembangkannya tehologi pertanian organik. Keunggulan
teknologi ini adalah meminimalkan atau bahkan menghilangkan sama
sekali residu-residu pestisida dan zat kimia
berbahaya lainnya.
Total luas lahan pertanian padi organic di kab Sragen adalah 3.256,77
HA dengan total kapasitas produksi 19.439,78 ton (data tahun 2006).
Jenis padi organik yang dikembangkan di Kab. Sragen antara lain
varietas IR-64, Mentik wangi dan C-64 dengan kualitas yang bias
disejajarkan dengan produk sejenis dari luar negri sekalipun.Harga
beras organik bervariasi tergantung kualitas dan varietas.
Sistem pertanian organik tidak lepas dari penggunaan pupuk organik
dan pestisida organik. Untuk mendukung system pertanian organik,
Kab. Sragen turut memacu produktifitas pupuk dan pestisida organik.
Saat ini di Sragen terdapat 194 produsen pupuk organic dengan total
kapasitas produksi 2.226,7 ton serta 20 produsen pestisida organik.
mesin 10 ton/ 8 jam. Saat ini, dari 100 kg Gabah Kering Panen
yang dikeringkan rata-rata dapat dihasilkan 78 kg Gabah
Kering Giling (GKG) atau hanya mengalami 22 persen
penyusutan.
Tiga (3) buah mesin Rice Mill Unit (RMU)/ pemecah kulit.
Kapasitas tiap mesin = 3 ton/ jam
Tiga (3) buah mesin Cabie (poles). Kapasitas tiap mesin = 3
ton/ jam
1 unit mesin RMU integrated, kapasitas 50 ton/hari
ton.
Armada pengangkut yaitu truk dan pick up masing-masing 1
unit.
PADI MULYA
Prinsip budidaya padi organik SRI terdiri dari beberapa kegiatan kunci dan
prosesnya mutlak harus dilakukan agar hasil yang dicapai petani optimal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Proses
Proses
Proses
Proses
Proses
Proses
pembibitan
pengolahan lahan
penanaman bibit padi
pemeliharaan
pemupukan
pengendalian hama
f. Setelah persemaian berumur antara 7-10 hari (sejak hari pertama persemaian)
bibit padi akan berdaun dua helai dan bibit padi sudah harus ditanam pada petak
sawah. Inilah perbedaan pertama cara penanaman metode SRI (System of Rice
Intensification) dengan cara konvensional.
Budidaya Padi Organik Metoda SRI, Pengolahan Lahan (3)
Proses Pengolahan Lahan
a. Kondisi lahan sawah kita umumnya sudah miskin bahan organik dan banyak
residu pupuk kimia serta pestisida kimia, sehingga lahan miskin unsure hara dan
agregatnya sangat kuat. Karena itu perlu dimasukkan bahan-bahan organik minimal
sama volume dan bobotnya dengan yang keluar dari sawah (jerami dan padi) atau
setara 7-10 ton kompos/ha. Jerami dan sekam harus dimasukkan kembali ke sawah
setelah dilakukan fermentasi (pengomposan) terlebih dahulu. Untuk mempercepat
proses fermentasi/ pengomposan, jerami ditumpuk berlapis-lapis dan diberikan
kotoran hewan (kohen) dan hijauan sekitar seperti ki rinyu dsb serta mikroba (dalam
bentuk cairan atau kompos mikroba). Setiap lapisan jerami tebalnya 10-20 cm lalu
ditaburi kohe atau mikroba, kemudian disiram hingga basah sebelum ditumpuk
lapisan jerami berikutnya. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik atau bahan lain
agar tidak terlalu basah oleh air hujan atau kekeringan oleh teriknya sinar matahari.
Setelah 4 pekan atau lebih, fermentasi jerami selesai menjadi kompos dasar. Ketika
petak sawah akan dibajak sebarkan 50% kompos dasar merata ke seluruh petak
sawah dan separuhnya lagi disebarkan waktu perataan tanah. Untuk mendapatkan
hasil yang optimal maka selain kompos dasar tersebut dierlukan tambahan kompos
mikroba yang colume atau beratnya sebanding dengan gabah yang dihasilkan
sebelumnya. Genangi petak sawah beberapa hari lalu dibajak dengan kedalaman
30-40 cm. semakin dalam pengolahan lahan semakin baik karena akar padi yang
sehat dapat mencapai kedalaman 60 cm. panjang malai padi akan sebandingan
dengan kedalaman (panjang akar) padi.
b. Buatlah parit kecil sekeliling dalam dari petak sawah dan melintang di tengah
sawah. Parit ini fungsinya untuk pengendalian air (drainase) dalam petak sawah.
Lebar parit 20 cm dan kedalamannya tidak kurang dari 30 cm. untuk mendapatkan
sitem aerasi yang baik dan hasil yang optimal, airi petak sawah 2 hari sekali hanya
hingga macak-macak agar mikroba dapat berfungsi maksimal karena memperoleh
udara yang cukup. Pembuatan parit sebaiknya dilakukan dalam keadaan tanah yang
tidak berair dan agak kering agar pembetunkannya mudah serta tidak turun
(longsor) lagi.
c. Setelah permukaan petak sawah rata dan dibuat selokan-selokan, dalam
kondisi petak sawah macak-macak , lalu dibuat garutan untuk jarak penanaman
bibit padi. Hentikan pemasukan air ke petak sawah, demikian pula hentikan
pengeluaran air dari petak sawah. Jika hal ini sulit dilakukan karena geografi lokasi
petak sawah atau karena system pengairan berjenjang, lakukanlah usaha
sedemikian rupa jingga petak sawah tidak sampai tergenang air karena walaupun
butuh air tapi padi bukan tanaman air.
produksi gabah akan berkurang 1-2 ton untuk setiap kali kelalaian penyiangan.
Penyiangan dilakukan setiap 2 pekan sekali. Penyiangan pertama harus dilakukan
10 hari setelah bibit padi ditanam. Tujuan utama penyiangan adalah untuk
meningkatkan aerasi udara bagi tanah sawah sehingga terjadi suplai udara
(oksigen) yang cukup memadai ke dalam tanah, tanah akan lebih subur, dan gasgas beracun di dalam tanah bisa keluar, sehingga tanah akan lebih gembur. Gulma
pengganggu tanaman padi dicabut dan kemudian dibenamkan saja ke dalam tanah.
Penyiangan dilakukan dengan menggunakan alat penyiang yang didorong berputar,
sekaligus menggali dan mengaduk tanah.
membaiknya sistem lingkungan hidup biotik tadi berarti semakin dapat ditekan resiko kerusakan
akibat serangan hama dan penyakit karena setiap hama padi akan muncul musuh alaminya
(MA).
Metode SRI yang diterapkan adalah menggunakan bahan-bahan organik seluruhnya dan tidak
menganjurkan sama sekali pemakaian pupuk maupun obat-obatan kimia. Pemakaian air yang
sangat mninim (50%) daripada cara konvensional akan dapat menekan berkembangbiaknya
keong emas karena secara praktis sawah tidak pernah tergenang air, pangkal batang padi tidak
pernah terendam air, kondisi sawah hanya lembab dan macak-macak saja. Kalau masih terdapat
serangan hama keong emas yang cukup banyak. Itu mengindikasikan masih ada genangan air,
itu berarti belum menerapkan SRI sepenuhnya.
Tikus merupakan salah satu hama yang paling sangat dikhawatirkan para petani selama ini
karena serangannya sangat cepat dengan jumlah kerusakan yang sangat luas. Batang padi
metode SRI relatif lebih besar dan lebih keras sehingga kurang disenangi hama tikus. Hama tikus
sebenarnya hanya 9 bulan, setelah itu ia akan mati. Namun setelah usia kurang dari 4 bulan,
hama ini sudah dapat berkembangbiak. Itulah sebabnya, hama tikus ini sangat cepat bertambah
populasinya. Hama tikus tidak menyukasi bau menyengat seperti bau jengkol dan rasa yang
pahit seperti brotowali, sehingga secara mandiri para petani dapat membuat sendiri ramuan
pengusir tikus, lalu disemprotkan ke tanaman padi. Cara ini selain sangat murah dan praktis,
juga ramah lingkungan karena ramuan tadi tidak membunuh musuh alami dari hama yang lain.
Hama capung dan burung dapat diatasi dengan memperbanyak ajir/tonggak yang dipancangkan
di sawah. Sifat hama ini sangat menyenangi sesuatu yang bersifat menjulur/tegak/muncul,
untuk bertengger. Pancangkanlah ajir dari bambu atau kayu sebanyak mungkin di sawah untuk
menekan kerugian akibat hama ini.
Untuk hama wereng, jika ada indikasi serangan taburkan abu bekas pembakaran terutama pada
telur dari hama ini. Dari pengalaman, penaburan abu ini akan lebih efektif pada saat telur
wereng telah menetas.
Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air gabah hasil panen untuk keperluan simpan atau giling
Urutan dua proses ini bisa dibolak balik. Pada padi hybrida umumnya dirontokkan dulu lalu dikeringkan/dijemur,
sedangkan untuk padi varietas lokal umumnya dikeringkan lalu dirontokkan. Perbedaan tahapan proses ini karena
padi hybrida mudah dirontokan secara manual sedangkan pada varietas lokal lebih sulit jadi memerlukan mesin
perontok.
Pecah kulit
Setelah dirontokkan, gabah dimasukkan ke mesin pemecah kulit. Proses ini mengelupaskan sekam dari gabah. Hasil
biji beras pada proses ini yang dikenal dengan BERAS PECAH KULIT atau BROWN RICE. Biji beras masih memiliki
lapisan kulit ari (aleurone dan pericarp). Lapisan kulit ari ini umum dikenal dengan istilah bekatul.
Aleurone adalah lapisan protein. Pada saat benih akan berkecambah, sel aleuron akan memecah menjadi asam
amino. Dipicu oleh hormon yang dilepaskan oleh embrio, aleuron akan mensintesis enzim yang berguna untuk
memacu perkecambahan.
Pericarp adalah jaringan yang mengelilingi biji, sebagai pelindung embrio.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa lapisan kulit ari kaya akan kandungan protein, vitamin, mineral, lemak dan
serat. Oleh karena itu membiasakan mengkonsumsi beras pecah kulit menjadi lebih sehat dan lebih baik. Akan tetapi
umumnya orang enggan memakannya karena nasi dari beras pecah kulit lebih keras, walaupun sudah lama
dimasak, sehingga sulit dikunyah.
Giling
Proses mengelupaskan lapisan kulit ari sehingga didapat biji beras yang putih bersih. Biji beras yang putih bersih ini
sebagian besar terdiri dari pati.
Struktur Gabah - Beras pecah kulit - Beras giling - Beras kecambah
Jakarta -Di tengah keputusan pemerintah impor 1 juta ton beras dai Vietnam pada akhir tahun ini,
Indonesia ternyata juga mengekspor beras. Pekan lalu 134 ton beras organik dari Indonesia dikapalkan
ke Italia.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa ekspor tersebut baru 'pemanasan'
saja. Produksi beras Indonesia akan melonjak tahun depan sehingga tak perlu impor lagi, bahkan bisa
ekspor dalam jumlah besar ke berbagai negara.
"Ekspor beras organik sudah 134 ton beberapa hari lalu, tapi itu baru pemanasan. Kita berdoa mudahmudahan produksi tahun depan lebih baik," kata Amran saat makan siang di Kementerian Pertanian,
Jakarta, Senin (2/11/2015).
Dengan sejumlah perbaikan faktor-faktor produksi pada tahun ini, Amran sangat optimistis Indonesia tak
perlu lago impor beras di 2016. "Sekarang irigasi 2,6-3 juta hektar sudah diperbaiki, alsintan (alat mesin
pertanian) meningkat sampai 80.000 unit. Ini optimal nanti di 2016," tandasnya.
Sebagai informasi, beras organik yang diekspor ke Italia ini diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya.
Eksportirnya PT Bloom Agro. Selain Italia, Amerika Serikat dan Singapura juga akan mengimpor beras
organik dari Indonesia.
"Kita kemarin baru ekspor beras organik ke Italia sebanyak 134 ton. Pembelinya datang langsung dari
Italia untuk melihat langsung proses produksinya," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Hasil
Sembiring, kepada detikFinance pekan lalu.
Nilai tambah yang dihasilkan oleh beras organik ini sangat tinggi, harganya jauh lebih mahal dibanding
beras medium dan beras premium. Di Eropa, harga beras organik asal Indonesia bisa dijual dengan
harga 6 euro/kg. "Harganya di Eropa sampai 6 euro/kg," ungkap Hasil.
Karena itu, ekspor beras organik ini akan terus ditingkatkan. Dengan adanya program pengembangan
4.000 ha padi organik, produksinya akan terus bertambah.
"Diharapkan tahun depan bisa meningkat. Ini sesuai dengan program kita untuk pengembangan padi
organik 4.000 ha tahun depan. Ini memberikan nilai tambah yang bagus," tutupnya.
http://finance.detik.com/read/2015/11/02/143359/3059682/4/ri-ekspor-134-tonberas-organik-ke-italia-mentan-ini-baru-pemanasan
Khasiat dan Manfaat Beras Organik Yang Perlu Diketahui
Anti Hipertensi, Anti Kanker, Anti Kolesterol, Anti Oksidan, Obat Diabetes
Mungkin Anda sudah banyak yang mengenal apa itu beras organik, akan tetapi
tidak ada salahnya jika kita review sedikit tentang beras organik, khasiat dan
manfaatnya terhadap kesehatan kita.
Beras organik bebas dari unsur pestisida kimia yang oleh karenanya sangat baik
untuk dikomsumsi sehari-hari.Dengan kadar gula yang rendah, beras organik dapat
dikomsumsi oleh penderita penyakit kencing manis ( diabetes ), penderita autis,
serta dapat dikomsumsi oleh mereka yang tengah menjalani program diet.Rasa
khas beras organik yang membedakannya dengan beras non organik adalah rasa
lebih pulen dan tidak mudah basi.Nasi yang diolah dari beras organik dapat
bertahan selama dua hari tanpa perlu menyimpannya di dalam lemari pendingin
( kulkas ).
Beras organik ada beberapa macam warna, yakni hitam, merah, cokelat dan
putih.tak heran jika masyarakat sering menyebutnya dengan beras herbal.Aroma
dan rasa beras organik Indonesia bila sudah dimasak sangat berbeda dibanding
dengan beras organik yang berasala dari India, Thailand atau negara lainnya.Beras
organik dari Indonesia memiliki keunggulan dan kelabihan yakni rasa yang lebih
enak karena struktur tanahnya.Aromanya harum dan tahan lama.
Keunggulan Beras Organik dan Beras Non Organik adalah memiliki kandungan
nutrisi dan mineral yang tinggi, kandungan glukosa, karbohidrat dan proteinnya
mudah terurai, sehingga aman dan sangat baik dikomsumsi bagi penderita diabetes
dan baik untuk yang sedang melaksanakan program diet, mencegah kanker,
jantung, asam urat, darah tinggi, dan vertigo.
Mungkin belum banyak yang mengetahui kalo Beras Merah Organik tersedia
dengan tidak hanya warna putih tapi bermacam warna.Jenis manfaat beras organik
bisa dikelompokkan berdasarkan warnanya.
Merupakan jenis beras yang paling banyak dikomsumsi.Beras Organik warna putih
jika dibandingkan dengan beras putih un-organik sangatlah jauh berbeda.karena
rasanya lebih pulen dan lebih wangi.Juga tidak mengandung pestisida kimia
sehingga sangat aman untuk dikomsumsi.Beras Organik warna putih masih
memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi.
Beras Organik warna hitam memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi
kesehatan kita, diantaranya
Mencegah Anemia
Mencegah kanker
Antioksidan
Perbedaan beras organik warna cokelat dan beras putih sebenarnya tidak terlalu
jauh.Perbedaan keduanya terletak pada pemrosesan dan kandungan nutrisinya.Jika
lapisan terluar atau kulit ari atau sekam dari biji padi dikupas maka hasilnya adalah
beras organik berwarna cokelat.Namun jika lapisan dalam atau kulit padi juga
dikupas, maka hasilnya adalah beras putih biasa.
Beberapa jenis Vitamin dan mineral akan hilang dalam proses penggilingan butir
padi.Akibatnya, beberapa nutrisi yang hilang seprti Vitamin B1,B3, dan besi
seringkali ditambahkan kembali pada beras putih sehingga berlabel diperkaya
( enriched ).sementara pada beras organik warna cokelat, satu jenis mineral yang
tidak perlu ditambahkan adalah magnesium.
LATAR BELAKANG
Dunia pertanian merupakan salah satu bidang dari dunia usaha
yang banyak bersinggungan dengan masyarakat umum secara luas.
Pertanian sampai saat ini masih menjadi tumpuan hidup bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di daerah. Hal ini
menjadikan dunia pertanian menjadi salah satu penggerak utama
roda perekonomian di Indonesia. Namun ketika dicermati, maka
akan ditemukan sesuatu yang janggal dalam sistem tata niaga di
dunia pertanian kita, terutama pada komoditas padi. Dimana petani
kita tidak memiliki wewenang dalam menentukan harga gabah,
padahal mereka adalah produsen utama sumber pangan kita. Hal ini
menyebabkan sebagian besar petani masih hidup dalam garis
kemiskinan, karena selalu menjadi pihak yang dirugikan.
PROSES BISNIS
1. DIVISI BUDIDAYA
Pada Divisi Budidaya CV.Sirtanio Organik Indonesia Menjalankankan
3 bentuk kegiatan yang dilakukan secara sinergis dan
berkesinambungan untuk menghasilkan Beras Sehat Organik. Yang
pertama adalah
a.
Pendampingan
Budidaya
Proses yang pertama dilakukan adalah melakukan proses alih
teknologi secara teori. Pada tahap ini mitra petani kita berikan
informasi terbaru mengenai perkembangan dunia pertanian dan
mindset ke mitra petani bahwa dunia pertanian itu masih menarik
asal dikerjakan dengan benar. Alih teknologi ini tidak hanya kita
lakukan secara perorangan di lapangan, tetapi kita juga
mengadakan suatu forum berkumpul para mitra petani, yang kita
beri nama Ngobrol Tani. Ngobrol tani ini kita lakukan setiap 2
minggu sekali di setiap kelompok tani organik yang kita bina.
Proses yang kedua adalah pendampingan teknis dengan
implementasi teori di lapangan. Pada tahap ini mitra petani akan
dipandu bagaimana melakukan teknik budidaya dengan benar.
Proses yang ketiga adalah pengamatan rutin. Tim akan melakukan
pengamatan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan budidaya di setiap tahapan budidaya dan umur
tanaman, seperti jumlah anakan, tinggi tanaman, warna hijau daun,
dan lain-lain. Dengan konsep pendampingan ini kita bisa menjamin
keberhasilan dari program sekaligus jaminan kualitas produk
budidaya.
b. Jaminan Kemudahan Sarana Produksi Pertanian
Beberapa hal yang menjadi penyebab tidak berkembangnya
pertanian organik di masyarakat adalah susahnya memperoleh
sarana budidaya organik itu sendiri, seperti pupuk organik
berkualitas, pengendali hama dan penyakit organik bahkan
perlengkapan budidaya dan teknis pemakaiannya. Untuk itu, dalam
melaksanakan program ini kami menyediakan seluruh sarana
budidaya organik dari mulai bibit, pupuk organik, pestisida nabati,
agensi hayati dan pupuk cair organik. Bahkan untuk merangsang
agar para petani mau untuk bergabung dengan program ini, kami
memakai sistem bayar panen untuk saprodi yang digunakan. Jadi
mitra petani akan kami berikan saprodi secara cuma-cuma, dan
baru akan diperhitungkan ketika mitra tersebut panen
2.
DIVISI
PROSES
Divisi ini bertugas untuk mengawal seluruh proses pengolahan
beras sehat organik seblang Banyuwangi agar mendapatkan mutu
produk yang terbaik. Proses yang dilakukan disini adalah :
Mengawal Proses Pasca Panen Hingga Beras Curah sesuai dengan
standart
SNI
Product Beras Merah Organik Seblang Banyuwangi dikemas
dengan
kemasan
Vacum
Dikawal Proses pengemasan nya agar sesuai dengan SOP yang
sudah
dibuat
Melakukan Management Stock Agar Sesuai dengan permintaan
dari divis pemasaran
3.
DIVISI
PEMASARAN
Divisi ini bertugas memasarkan Produk Beras Sehat Organik Seblang
Banyuwangi keseluruh Indonesia. Perusahaan ini sudah bekerja
sama dengan beberapa distributor dan perusahaan multinasional di
Indonesia untuk mendistribusikan produk ini. CV.Sirtanio Juga
membuka peluang sebesar-besarnya bagi seluruh pelaku organik
untuk memasarkan produk ini. Dengan berkembangnya produk
organik, kita jadikan indonesia sehat. (contack kami untuk info kerja
sama)
Head Office
CV.Sirtanio Organik Indonesia
Jl.KH.Mahfud 353, Singojuruh, Banyuwangi, Indonesia
Email:
organikbanyuwangi@gmail.com
1. Apa Itu Beras Merah Organik ?
Merupakan beras organik yang dipilah secara profesional
dengan menjaga kulaitas dimulai dari sektor budidaya
hingga procesing, beras organik ini diolah dengan
standart SNI sehingga kualitas yang diberikan sesuai
dengan diinginkan oleh para konsumen. Beras organic
harus mendapatkan pengakuan dari Badan Sertifikasi
yang berwenang disuatu Negara untuk menjamin keaslian
organiknya.
Sumber: jurnalasia.com
Lalu bagaimana mengetahui beras itu benar-benar organik? Tak ada cara terbaik
untuk mengetahui beras itu organik atau bukan, kecuali dengan menanam sendiri
dan uji laboratorium. Tentu saja cara tersebut relatif sangat mahal jika kapasitas
produksi hanya sedikit karena tak memenuhi skala produksi.
Produktivitas 10 ton per ha itu spektakuler! Bandingkan dengan produktivitas rata-rata sawah di
Indonesia: 5 ton per ha. Dr Ir Ida Hodiyah, dekan Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi,
mengatakan produksi padi membubung antara lain karena terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah. Akar padi tumbuh bagus, lurus, dan panjang 20 cm atau 2 kali panjang akar padi
nonorganik. Dampaknya penyerapan unsur hara optimal.
Melonjaknya produksi itu setelah Hendra menerapkan sistem budidaya organik pada 2004. Ia
meninggalkan pupuk dan pestisida kimia. Sumber nutrisi bagi tanaman masing-masing 5 ton
kompos dan pupuk kandang yang difermentasi selama sebulan. Hendra yang pernah hidup
menggelandang di Tanjungpriok, Jakarta Utara, itu mula-mula hanya menuai 4 ton per ha. Produksi
melonjak setelah Hendra menerapkan teknologi system of rice intensification (SRI). Prof Dr Iswandi
Anas dari Institut Pertanian Bogor mengatakan SRIorganik berpeluang meningkatkan produksi padi.
Ekspor
Ketika menerapkan sistem organik yang dikombinasikan dengan teknologi SRI banyak kerabat
mengatakan Hendra gila. Harap mafhum, ia hanya menanam satu bibit di sebuah lubang tanam. Itu
pun bibit muda berumur 7 hari. Padahal, kelaziman petani di berbagai daerah menanam 10 bibit
berumur 30 hari per lubang tanam (baca: Ramai-ramai Meminang SRI, Trubus Juni 2009). Panen
hingga 10 ton per ha, setelah Hendra menerapkan SRIorganik membungkam semua cemoohan.
Membudidayakan padi organik memang banyak hambatan. Tohawi Husnullah, petani di Ciseeng,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, selama 4 tahun membudidayakan padi organik.
Namun, setahun terakhir ia berhenti menanam, meski permintaan beras organik sangat besar.
Pemilik tak lagi menyewakan lahan. Padahal mencari lahan dengan sumber mata air sangat sulit,
kata Tohawi.
Sumber air matarantai penting berorganik. Dengan sumber mata air, lahannya tak terkontaminasi
pupuk atau pestisida kimia dari sawah lain. Kendala lain menghadang pengembangan padi organik
dari hulu hingga hilir, seperti mengubah budaya menggunakan pestisida kimia ke nabati (baca:
halaman 20).
Agung Prawoto dari Biocertlembaga pemberi sertifikat organikmendefinisikan beras organik
merupakan hasil pengolahan padi yang dibudidayakan secara organik dengan memperhatikan
benih, lahan, air, dan sarana produksi yang organikbukan kimiawi. Organik lebih menekankan
pada proses budidaya, bukan sekadar hasil akhir. Jika air dari sawah sebelah yang nonorganik
mengalir ke sawah organik, petani organik harus melakukan filterasi dengan tanaman tertentu, kata
Agung.
Sebutan padi organik itu bukan klaim pribadi, tetapi dibuktikan dengan sertifikat. Hendra
memperoleh 2 sertifikat organik sekaligus dari IMO (Institute for Marketecology Organic) yang
berbasis di Weinfelden, Swiss, dan Sucofindo. Dengan mengantongi sertifikat organik dari IMO,
beras hasil budidaya Hendra dapat dipasarkan ke negara-negara di Eropa dan Amerika.
Itu bukti bahwa beras organik produksi petani sangat berkualitas hingga mampu menembus pasar
ekspor. Selama ini Indonesia memang menjadi importir beras. Namun, kini Indonesia menjadi
eksportir beras organik. Untuk mendapatkan harga tinggi harus disasarkan untuk pasar luar negeri
yang sudah terdidik menghargai produk organik. Produk yang bagus pasti dicari pasar, kata Emily
Sutanto, eksportir beras organik.
Pada Agustus 2009, Emily mengekspor 18 ton beras organik. Pembelinya adalah Lotus Food di
Amerika Serikat. Ia mengemas beras organik dalam kantong berbobot 5 kg. Pada Desember 2009
direktur PT Bloom Agro itu mengekspor 19 ton ke Malaysia. AlumnusPepperdine University, Amerika
Serikat, itu bermitra dengan 2.333 petani di Tasikmalaya.
Mereka memperoleh sertifikasi organik dari IMOterdiri atas 3 standar: NOP untuk pasar Amerika
Serikat, EEC (Eropa), dan JAS (Jepang). Gabah-gabah produksi mereka dibeli oleh Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani) Simpatik. Harganya Rp3.200 per kg gabah varietas sintanur; Rp3.500
(redrice). Harga gabah nonorganik di Tasikmalaya Rp2.600 per kg. Gapoktan menggiling gabah
menjadi beras organik yang akhirnya dibeli oleh Emily Rp8.000 per kg.
Ceruk besar
Menjalin kemitraan dengan para petani juga ditempuh Suyamto di Sragen, Jawa Tengah. Ia bekerja
sama dengan 300 petani bersertifikat organik yang mengelola lahan 132 ha. Pada Juni 2008,
importir Jepang meminta pasokan rutin 20 ton beras organik per bulan kepada Suyamto. Namun,
ketika itu beras dianggap komoditas strategis sehingga tak dapat diekspor. Ia mengurus izin ekspor
ke Departemen Perdagangan dan Bulog, tetapi izin ekspor itu baru diperoleh setahun kemudian.
Saat ini Suyamto masih menggarap pasar domestik yang cukup besar. Direktur PTPadi Mulya itu
membeli gabah kering panen (GKP) dari petani Rp3.500 per kg. Ia membeli GKP untuk mengontrol
dan mencegah terjadinya pengoplosan dengan gabah nonorganik. Pebisnis beras organik sejak
2001 itu mengeringkan GKP menjadi gabah kering giling (GKG) hingga susut 20%. Gabah itulah
yang ia olah menjadi beras organik dengan rendemen 30%. Artinya untuk memperoleh 1 kg beras
perlu 3 kg gabah kering giling.
Ia kini rutin memasok 3040 ton per bulan kepada pedagang di berbagai kota seperti Jakarta dan
Sragen. Suyamto menjual beras organik Rp10.000 per kg. Menurut Suyamto biaya pemrosesan
untuk menghasilkan 1 kg beras dari gabah organik mencapai Rp2.000 per kg. Jika saja ia mampu
memenuhi semua permintaan, labanya bakal kian besar. Total permintaan rutin mencapai 50 ton
sebulan, tetapi belum ia penuhi lantaran pasokan beras organik terbatas.
Kurang pasokan juga dialami oleh PTPelopor Alam Lestari (PAL). Menurut Ir Suwarjo MM, dari PT
PAL, perusahaan itu baru mampu memasok 4050 ton beras organik per bulan. Padahal, di luar itu
masih ada permintaan rutin 100160 ton dari produsen makanan bayi. Beberapa perusahaan lain
juga menghadapi hal serupa (Lihat tabel: Kurang Pasokan).
Tren
Para pelaku bisnis beras organikeksportir, pengepul, dan petanisepakat prospek beras organik
sangat bagus. Peluang bisnis beras organik terbuka lebar. Pemain masih sedikit, sedangkan
konsumsi beras organik terus meningkat, kata Suyamto. Suyamto menggambarkan jumlah warga
menengah-atas berkisar 10% atau 22-juta konsumen potensial. Padahal, produsen beras organik di
Indonesia kini baru melayani maksimal 15% dari jumlah konsumen potensial itu.
Lihat saja PTFastfood Indonesia yang mengelola restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken
setahun terakhir menggunakan beras organik. Dari 370 gerai, 117 gerai di Yogyakarta, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jakarta memanfaatkan beras organik. KFCmenggunakan
beras organik karena konsumen sekarang lebih melek kesehatan, kata Novrizal, brand manager PT
Fastfood Indonesia.
Buktinya di sebuah gerai yang menyajikan nasi organik dan nonorganik, 80% konsumen memilih
nasi organik. Konsumen menjadi hakim yang baik. Merekalah yang bakal menentukan seberapa
luas pasar beras organik. Bertambahnya konsumen berarti juga menuntut perluasan tanam. Wajar
bila petani organik bermunculan di berbagai daerah. Sekadar menyebut beberapa contoh adalah
Rahmat Tobadiana di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta;
Indraningsih di Peniwen, Malang, Jawa Timur.
Di berbagai sentra, luas penanaman padi organik terus bertambah. Kepala Dinas Pertanian Sragen
Haryono mengatakan luas budidaya padi organik saat ini 3.500 ha, meningkat 35 ha dibanding
tahun sebelumnya. Belum ada data tentang luas tanam padi organik secara nasional. Namun,
menurut Dr Agus Setyono MS, peneliti Balai Penelitian Tanaman Padi, luas penanaman padi organik
nasional tak lebih dari 5%. Jika total luas sawah 12,6-juta ha, berarti luas penanaman padi organik
baru 630.000 ha.
Menurut Dr Zaenal Soedjaiz, ketua umum Maporina (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia)
mereka berbondong-bondong membudidayakan padi organik karena tergiur laba. Harap mafhum,
harga padi dan beras organik Rp1.000Rp2.000/kg
lebih tinggi ketimbang padi/beras nonorganik. Sedangkan biaya produksi padi organik relatif rendah,
yakni Rp1.400; nonorganik Rp1.700 per kg. Belum lagi produktivitas yang melonjak 2 kali lipat
setelah tahun ke-4 penanaman.
Dengan berorganik, Peluang petani untuk meningkatkan keuntungan kian besar, ujar doktor Ilmu
Pertanian alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Ini momentum yang bagus, antara produksi dan
pasar saling bertemu, kata Soedjaiz. Ir Heru Santosa MSdari Universitas Brawijaya mengatakan
kelangkaan pupuk juga memicu petani beralih ke pola budidaya organik. Dengan menerapkan
budidaya organik, petani mandiri tanpa bergantung pada pupuk kimia.
Bebas racun
Pemicu lain menurut Dr Satoto, periset Balai Penelitian Tanaman Padi, pasar beras organik semakin
terbuka karena masyarakat makin menyadari pentingnya kesehatantermasuk mengkonsumsi nasi
organik. Menurut dr Oetjoeng Handayanto, ahli terapi kolon di Bandung, Jawa Barat, konsumsi nasi
organik sangat bagus bagi kesehatan. Sebab, mencegah beragam penyakit degeneratif seperti
kanker.
Oetjoeng mengatakan konsumsi pangan beresidu tinggi sejak dini dalam jangka panjang dapat
memicu kanker; bagi pria, juga menghambat pertumbuhan zakar. Jangankan menyantap langsung,
bayi yang disusui perempuan yang mengkonsumsi nasi berkadar residu tinggi saja membahayakan
kesehatan. Pendapat serupa disampaikan oleh dr Erwin Chandra Wiguna MM.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu mengatakan residu pestisida
mengancam kesehatan. Organisme yang dipacu untuk tumbuh (dengan pupuk kimia, red) pasti
dalam keadaan tak seimbang. Jika dikonsumsi bakal mempengaruhi jaringan tubuh. Kalau yang
kita konsumsi sesuatu yang baik, tubuh kita pun akan baik, ujar akupunkturis itu.
Beras organik bebas residu kimiawi lantaran tanpa pemberian pupuk dan pestisida kimia. Itu
dibuktikan melalui uji laboratorium untuk memantau 18 jenis racun seperti dielarine, endrine,
endosulfan, endrine aldehida, dan heptakhlor. Beras organik bermutu antara lain jika ke-18 residu itu
tak terdeteksi. Dengan demikian beras organik lebih menyehatkan untuk dikonsumsi. Selain sehat
bagi konsumen, budidaya padi organik juga berpeluang memperbaiki ekosistem lahan,
meningkatkan produksi, sekaligus mendongkrak laba bersih petani. (Sardi Duryatmo/Peliput: Ari
Chaidir, Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa, Niken Anggrek, & Tri Susanti)
http://www.trubus-online.co.id/peluang-baru-bisnis-beras-organik/
Latar Belakang
Google + Tweet
I.
PERTANIAN ORGANIK
II.
3. Prinsip keadilan
4. Prinsip perlindungan
Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan
tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini
tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara
kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan
pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi
bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan
organisme, dari yang terkecil yang berada di alam tanah hingga manusia. Secara
khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu
tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obatobatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan
kesehatan.
Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan.
Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang
ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan
produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur,
hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut
membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan
pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan
ekologi di alam. Siklus siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya
bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi,
ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan
cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan bahan dan
energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi
sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem
pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian.
Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk
produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan
secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara
dan air.
Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan
terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan
pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya
dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang
terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi
untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti
petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang
yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.
Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan
pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan
habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi
harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara
untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya.
Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati hati dan bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab
tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian
organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh
membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode metode yang sudah ada perlu dikaji dan
ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan
pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung awab merupakan hal
mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian
organik. lmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik
bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja
tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan
kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus
mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat
guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa
genetika (genetic engineering). segala keputusan harus mempertimbangkan nilai
nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya,
melalui proses proses yang transparan dan artisipatif.
III.
IV.
V.
Potensi Pengembangan Produksi Beras Nasional Melalui System Rice Intensification (SRI)
Dalam Rangka Mengurangi Kerusakan Lahan dan Lingkungan
Rabu, 07 Oktober 2009
hektar.
Bahkan dari beberapa informasi yang di dapat bahwa Provinsi Jawa Barat
berpotensi mengekspor 2,3 juta ton beras organik pada tahun 2013 jika
seluruh lahan padi dikonversi dari sistem anorganik menjadi organik. Selain
produktivitas lahan meningkat, penanaman padi secara organik akan
menaikkan kadar rendemen gabah ke beras dari 65 persen jadi 75 persen.
Beberapa pejabat penting telah banyak mendukung sistem penanaman
secara organik. Panen perdana padi organik dengan menggunakan pupuk
organik produksi PT Pupuk Kujang di Dusun Tegalmekar, Desa Rawamekar,
Kec Blanakan, Subang pada tanggal 12 April 2009 dihadiri oleh Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan, Direktur Teknik dan Pengembangan PT Pupuk
Kujang Muhammad Husein, Direktur Utama PT Sang Hyang Seri Edi Budiono,
Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abu Bakar, Wakil Bupati Subang Ojang
Sohandi, Wakil Bupati Tangerang Rano Karno, Ketua Umum Dekopin Adi
Sasono, serta undangan lainnya. Panen tersebut dilakukan dengan
menggunakan benih padi unggulan PT Sang Hyang Seri serta penggunaan
pupuk organik produksi PT Pupuk Kujang.
SRI (System of Rice Intensification) adalah cara budidaya padi yang pada
awalnya diteliti dan dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu di Pulau
Madagaskar dimana kondisi dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan
Indonesia. Karena kondisi lahan pertanian yang terus menurun
kesuburannya, kelangkaan dan harga pupuk kimia yang terus melambung
serta suplai air yang terus berkurang dari waktu ke waktu, maka
dikembangkanlah metoda SRI untuk meningkatkan hasil produksi padi
petani Madagaskar pada saat itu, dengan hasil yang sangat mengagumkan.
Saat ini SRI telah berkembang di banyak negara penghasil beras seperti di
Thailand, Philipina, India, China, Kamboja, Laos, Srilanka, Peru, Cuba, Brazil,
Vietnam dan banyak negara maju lainnya. Melalui presentasinya Prof.
Norman Uphoff dari universitas Cornell, USA, pada tahun 1997 di Bogor, SRI
diperkenalkan di Indonesia. Dan sejak tahun 2003 penerapan dilapangan
oleh para petani kita di Sukabumi, Garut, Sumedang, Tasikmalaya dan
daerah lainnya memberikan lonjakan hasil panen yang luar biasa.
Cara budidaya SRI sebenarnya tidak asing bagi para petani kita, karena
sebagian besar prosesnya sudah dipahami dan biasa dilakukan petani.
Metoda SRI ini dinamakan bersawah organik dan menghasilkan padi/beras
organik karena mulai dari pengolahan lahan, pemupukan hingga
penanggulangan serangan hama sama-sekali tidak menggunakan bahanbahan kimia. Metoda SRI seluruhnya menggunakan bahan organik disekitar
kita (petani) yang ramah lingkungan, dan bersahabat dengan alam serta
mahluk hidup di lingkungan persawahan. Dari hasil penelitian dan percobaan
oleh para ahli selama bertahun-tahun di berbagai negara menunjukan
bahwa hasil yang diperoleh dengan metoda SRI sangat tinggi jika
sepenuhnya tidak memakai bahan-bahan sintetis( kimia/anorganik) baik
untuk pupuk maupun untuk pembasmi hama dan penyakit padi.
Prinsip dasar budidaya padi organik SRI terdiri dari beberapa kegiatan kunci
dan prosesnya mutlak harus dilakukan agar hasil yang dicapai petani
optimal.
a. Proses Pembibitan
b. Proses Pengolahan Lahan
c. Proses Penanaman Bibit Padi
d. Proses Pemeliharaan
e. Proses Pemupukan
f. Proses Pengendalian Hama
(Sumber : Buku Petujuk SRI)
Kita bisa menghemat triliunan rupiah, penghematan dilakukan dengan
mengadopsi System of Rice Intensification (SRI). Andai 10% saja sawah di
Indonesia menerapkan SRI, penghematan besar sebuah keniscayaan.
Pemerintah memberikan subsidi Urea Rp400 per kg. Kebutuhan Urea per ha
mencapai 250 kg. Jika dikalikan dengan 780.000 ha (10% dari total luas
sawah yang mencapai 7,8-juta ha) maka penghematan subsidi mencapai
Rp78.000.000.000. Selain itu petani yang menerapkan SRI meninggalkan
Urea. Artinya penghematan mencapai Rp224.250.000.000 bila harga Urea
Rp 1.150 per kg.
Sistem SRI juga hemat benih karena hanya menghabiskan 4-5 kg; sistem
konvensional, 40 kg per ha. Itu berarti penghematan benih mencapai 35 kg
per ha. Jika harga benih Rp4.000 per kg, penghematan mencapai
Rp109.200.000.000. Sistem SRI ternyata juga menghemat pestisida hingga
Rp117.000.000.000. Itu karena padi di lahan yang mengadopsi SRI relatif
resistan terhadap serangan hama dan penyakit. Kebutuhan pestisida petani
padi konvensional mencapai Rp150.000 per ha.
Penggunaan air pun hemat hingga 46%. Pada budidaya padi sistem
konvensional, kebutuhan air mencapai 15.000 m3. Volume air yang dihemat
mencapai 5.382-juta m3. Walau hemat di sana-sini, produksi padi sistem
SRI rata-rata meningkat 4,6 ton per ha. Dengan demikian total penambahan
produksi padi - jika 10% lahan sawah mengadopsi SRI sebanyak 262.000
ton. Jika 10% saja sawah di Indonesia 'menerapkan' sistem SRI, total
jenderal penghematan mencapai Rp 528.450.000.000.
(Sumber : Majalah Trubus Edisi Juni 2009)
Guna menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan dalam bidang
pertanian salah satunya adalah merubah sistem pertanian di Indonesia
melalui metode SRI (System Rice Intensification). Metode ini telah terbukti
memberikan banyak hal yang positif. Baik dilihat dari segi keramahan
lingkungan maupun dilihat secara ekonomi. Berbagai keunggulan tersebut
misalnya dengan metode SRI dapat menekan gas metan serta
membangkitkan mikroba tanah. Sedangkan dari sisi ekonomi seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat menghemat pengeluaran kas
negara sebesar setengah trilliun.
Penerapan metode SRI pada petani sebenarnya tinggal bagaimana para
petani menyikapi hal tersebut. Jika petani yakin untuk dapat menerapkan
metode ini maka kemungkinan besar sistem produksi beras di Indonesia
akan mengalami perubahan. Dengan adanya perubahan sistem produksi
beras di Indonesia maka kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan
kimia dalam bidang pertanian dapat ditanggulangi.
http://teknologibenih.blogspot.co.id/2009/10/potensi-pengembangan-produksiberas.html
Pertanian organik
Sertifikasi Organik
Input Organik
Sertifikasi Organik
BIOCert untuk meninjau keputusan sertifikasi. Surat naik banding dan informasi
tambahan harus diajukan ke BIOCert secara tertulis.
T: Berapa lama proses sertifikasi organik BIOCert?
Lamanya proses sertifikasi organik BIOCert tergantung dari kesesuaian terhadap
standar dan regulasi. Bila produsen-operator telah memenuhi semua kesesuaian
dengan standar dan regulasi, proses sertifikasi dari kelengkapan dokumen diterima
hingga keputusan sertifikasi memerlukan waktu 90 hari kerja.
T: Berapa biaya untuk mendapatkan sertifikasi organik BIOCert?
Biaya sertifikasi organik BIOCert ditentukan lamanya inspeksi dan tujuan pasar
produk. Lamanya inspeksi dipengaruhi oleh luas lahan, kompleksitas produksi
organik, kondisi geografis lahan. Skema biaya sertifikasi BIOCert juga
mempertimbangkan kemampuan pemohon yang dilihat.
Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan,
terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua
bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki
peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk
menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen
tidak berpikir dan beraksi hanya demi aku, tetapi untuk kita keseluruhan alam.
Demikian halnya Alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara
harmonis. Itulah organis, tidak egois.
Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum alam. Segala
yang ada di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani
dan menghidupi untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan
keseimbangan ekologi. Maka, PO pun menghargai keragaman hayati dan
keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada
eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak untuk
memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan
berkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO.
Perkembangan Pertanian Organik
Praktek pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan
benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia) ---baik untuk pemupukan lahan
dan pengendalian hama--- awalnya dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi
pertanian. Namun, setelah beberapa dekade, praktek tersebut menimbulkan
permasalahan khususnya terhadap kerusakan ekosistem lahan pertanian dan
kesehatan petani itu sendiri.
Penurunan hasil pertanian yang dibarengi dengan meningkatnya daya tahan hama
dan penyakit tanaman, disebabkan karena fauna tanah yang bermanfaat bagi
tanaman semakin berkurang dan mikroorganisme yang berguna bagi kesuburan
tanah pun nyaris hilang akibat pemakaian input agrokimia yang berlebihan. Bahkan,
hama dan penyakit tanaman bukannya menurun, tapi justru semakin kebal
terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Sehingga, petani memerlukan dosis yang
lebih tinggi lagi untuk membasminya. Ini artinya, petani tidak saja menebar racun
untuk membasmi hama dan penyakit, tetapi juga meracuni dirinya sendiri.
Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan
lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian
tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan
tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta
aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan
pengembangan PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat,
bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan.
Sebenarnya, PO ini sudah menjadi kearifan/pengetahuan tradisional yang
membudaya di kalangan petani di Indonesia. Namun, teknologi pertanian organik ini
mulai ditinggalkan oleh petani ketika teknologi intensifikasi yang mengandalkan
bahan agrokimia diterapkan di bidang pertanian. Sejak saat itu, petani menjadi
target input agrokimia dan tergantung dari pihak luar. Setelah muncul persoalan
dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi
PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan
lagi. (Sutanto, 2002).
Apa dan Bagaimana Budidaya PO ?
PO merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai
prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup
berjuta-juta tahun lamanya. PO merupakan proses budidaya pertanian yang
menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta
keharmonian dengan iklim dan lingkungan sekitar. Dalam prakteknya, budidaya PO
menggunakan semaksimal mungkin bahan-bahan alami yang terdapat di alam
sekitarnya, dan tidak menggunakan input agrokimia (bahan kimia sintetis untuk
pertanian). Lebih jauh, karena PO berusaha meniru alam, maka pemakaian
benih atau input yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika
(GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari.
Kerapkali PO hanya dipahami secara teknis bertani yang menolak input kimiawi
atau sebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi atau disamakan dengan
pertanian tradisional. Pemahaman ini sungguh kurang tepat. PO bukan sekedar
teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan
keyakinan hidup. PO memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling
tergantung dan menghidupi, dimana manusia juga adalah bagian di dalamnya.
Sistem nilai PO mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. PO juga mengajak
petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang
tercermin dalam sikap dan keyakinannya. PO juga tidak menolak penggunaan
teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut
selaras dengan prinsip PO, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam,
keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan
lokal. Maka, baik kearifan tradisional dan teknologi modern yang tunduk pada
prinsip alam, keduanya mendapat tempat dalam PO.
Gerakan PO mencoba menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang
secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan input dari luar yang meracuni
lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.
Mereka juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan
cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti
mendaur ulang limbah pertanian.
Budidaya PO, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai
produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar
penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk
berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan
keadilan sosial bagi petani.
Berikut ini adalah beberapa pedoman umum dalam budidaya PO:
Lahan
Pada dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO. Yang terbaik
adalah lahan pertanian yang berasal dari praktek pertanian tradisional atau hutan
alam yang tidak pernah mendapatkan input bahan-bahan agrokimia (pupuk dan
pestisida).
Namun, bila lahan yang digunakan berasal dari lahan bekas budidaya pertanian
konvensional (menggunakan pupuk dan pestisida kimia), lebih dahulu perlu
dilakukan konversi lahan. Konversi lahan adalah upaya yang bertujuan untuk
meminimalkan kandungan sisa-sisa bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan
memulihkan unsur fauna dan mikroorganisme tanah. Lamanya konversi tergantung
dari intensitas pemakaian input kimiawi dan jenis tanaman sebelumnya (sayuran,
padi atau tanaman keras).
Masa konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah lahan
tersebut. Bila masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan lahan organik.
Bila kurang dari itu, maka lahan tersebut masih merupakan lahan konversi menuju
organik.
Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya PO adalah benih yang tidak mendapatkan
perlakuan rekayasa genetika dan berasal dari tumbuhan yang ditumbuhkan dari
tanaman organik minimal satu generasi atau dua musim untuk tanaman semusim.
Petani sebaiknya menggunakan benih lokal, atau benih hibrida yang telah
beradaptasi dengan alam sekitar.
Keunggulan menggunakan benih lokal adalah mudah memperolehnya dan murah
harganya, bahkan petani bisa membenihkan sendiri. Selain itu, benih lokal memiliki
asal usul yang jelas dan sesuai dengan kondisi alam sekitar. Dengan memakai benih
sendiri, petani juga tidak tergantung pada pihak luar.
Persiapan tanam
Lahan yang digunakan untuk produksi PO sedapat mungkin dijaga kestabilannya
tanpa harus mengacaukan, yaitu berpedoman pada metode sedikit olah tanah
(minimum tillage).
Tanam
Prinsip yang diterapkan dalam praktek penanaman PO selalu mencerminkan adanya
tumpangsari agar tercipta keanekaragaman tanaman (varietas). Perencanaan dan
teknik penanaman perlu disesuaikan dengan sifat tanaman, prinsip-prinsip
pergiliran tanaman dan kondisi cuaca setempat.
Pemeliharaan Tanaman
Setiap tanaman memiliki sifat karakteristik tertentu, maka pemeliharaan tanaman
ditentukan oleh sifat karakteristik tersebut. Dengan mengenali karakteristik
tanaman petani dapat dengan mudah melakukan pemeliharaan yang sesuai,
sehingga tujuan pemeliharaan tercapai yaitu \"kebahagiaan tanaman itu sendiri\".
Pemupukan
Secara teori, lahan PO akan semakin subur karena proses-proses yang diterapkan
berpedoman pada pemeliharaan tanah. Tetapi realitanya, petani seringkali kurang
memahami hal ini sehingga tanah selalu lebih banyak kehilangan unsur hara
---melalui erosi, penguapan, dsb--- dibandingkan dengan hara yang
diberikan/ditambahkan. Maka prinsip pemupukan ditentukan oleh kepekaan kita
dalam mengamati/menilai kapan tanaman kekurangan makanan.
Pengendalian HPT/OPT
PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya semua organisme yang
ada (termasuk hama) dipandang ikut berperan dalam proses keseimbangan
tersebut. Dengan kata lain, tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang
diperlukan adalah mengendalikan hama/penyakit supaya tidak berada dalam
jumlah berlebihan.
tanaman yang dihasilkan dari sisa panen padi yang di gunakan untuk
tanaman produksi dengan melalui langkah sistematis untuk menghasilkan
produk padi yang baru merupakan dari kegiatan pertanian.
Pada masa perkembangbiakan yang terjadi sekitar umur 8 hari atau disebut vegetatif di
perlukan tanah yang lembab. Selanjutnya setelah umur 8 hari diperlukan genangan air
sekitar 3cm dan setelah tanaman berumur 19 hari diperlukan perkembangbiakan akar
dengan membiarkan tanah retak dengan tetap menjaga pertumbuhan tanaman tetap
segar dan Penggenangan air diperlukan 25 hari sebelum panen setelah itu pengeringan
lahan hingga masa panen.
http://www.otomotifproduk.com/2015/02/kapasitas-air-untuk-budidayatanaman.html?m=1