Anda di halaman 1dari 31

Penerapan Program K3 Pada Produsen Roti

“A”

Disusun Oleh :
dr. Ferdhisa Noviar
NPM 1906319593

Dosen Pengampu :
Ir. Eka Satya Putra

PROGRAM STUDI
MAGISTER KEDOKTERAN KERJA
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Makalah berjudul penerapan Program K3 di perusahaan produsen roti ini dibuat sebagai
salah satu tugas mata kuliah Manajemen dalam kurikulum Pendidikan Magister Kedokteran Kerja
di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Makalah
ini berupa sebuah bentuk penulisan berdasarkan pengamatan, wawancara, dan upaya penerapan
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengan
(UMKM) khususnya sektor informal yang bergerak pada bidang industri makanan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen


yaitu Bapak Ir. Eka Satya Putra, serta bapak Bambang selaku pemilik usaha roti “A”, segenap
karyawan serta pihak terkait yang membantu penulisan makalah ini.

Masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang penulis rasakan pada makalah ini.
Oleh karena itu, segala bentuk masukan dan kritik yang membangun akan sangat berharga bagi
penulis.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih.

Bekasi, Oktober 2019


Hormat saya,

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan

BAB II ORGANISASI

2.1. Profil Organisasi


2.1.1. Visi, Misi, Nilai
2.1.2. Tahun Berdiri dan Bidang Usaha
2.1.3. Produk atau Jasa yang Dihasilkan
2.1.4. Jumlah Pekerja
2.1.5. Struktur Organisasi
2.1.6. Denah
2.2. Manajemen Organisasi
2.2.1. Proses Bisnis
2.2.2. Operasional Bisnis
2.2.3. Komposisi Tenaga Kerja
2.2.4. Data Kesehatan

BAB III ANALISIS DAN STRATEGI

3.1. Analisa Hazard


3.3. Turtle Chart
3.3. Analisis Strategi
3.4. Peta Strategi
3.5. Program Kerja

BAB IV PETA JALAN PENERAPAN PROGRAM

4.1. Road Map


4.2. Return of Prevention (ROP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tenaga kerja di Indonesia tersebar di beberapa sektor pekerjaan. Menurut jenisnya,
sektor pekerjaan dibagi menjadi 2, yaitu sektor formal dan informal. Pada sektor informal
sendiri sering di sebut sebagai UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dan sektor formal
merupakan usaha besar. Pekerjaan penduduk Indonesia sebagian besar berada pada sektor
UMKM dimana sekitar 68% dari jumlah tenaga kerja di Indonesia.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah bagian penting dari kegiatan suatu
negara, termasuk Indonesia. Namun, karena defisit sumber daya manusia dan keuangan,
UMKM cenderung memiliki tingkat kecelakaan dan penyakit terkait pekerjaan yang lebih
tinggi.
Memaksimalkan produktivitas dan daya saing UMKM adalah salah satu program ILO
di Indonesia, yang dilakukan melalui Proyek Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung
Jawab Perusahaan (SCORE). K3 adalah bagian penting dari produktivitas bisnis dan daya
saing karena K3 memberikan manfaat yang baik bagi bisnis, terkait dengan peningkatan
kinerja dan profitabilitas
Kecelakaan atau penyakit akibat kerja sangat mahal dan dapat memiliki banyak efek
langsung dan tidak langsung yang serius terhadap kehidupan pekerja dan keluarga mereka.
Untuk usaha kecil, bahkan biaya untuk satu kecelakaan saja bisa menjadi bencana keuangan.
UMKM masih kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis. Dengan memiliki
rencana aksi dan sistem, termasuk untuk K3, UMKM dapat dengan mudah menilai kondisi
bisnis, hal-hal yang harus diperbaiki dan cara-cara meluaskan usaha.
1.2. Permasalahan
Pada saat penulis melakukan survey ke salah satu UKM produsen roti, penulis
menemukan banyak hal pada proses produksi yang masih membutuhkan penerapan program
K3 dengan lebih baik. Penulis memperhatikan hampir semua proses belum memperhatikan
aspek K3. Walaupun secara sekilas bahaya hazard yang mungkin akan berdampak pada
kesehatan pekerja sedikit, namun penulis menemukan pada proses pemanggangan bahan baku
berpotensi hazard terbesar dalam bekerja sehingga dapat membahayakan pekerja dan dapat
menjadi salah satu faktor yang akan merugikan perusahaan, karena pada proses tersebut,
pekerja terpajan dengan resiko suhu tinggi tanpa ada peringatan atau perlindungan. Pada proses
kerja ini, insidensi kecelakaan akibat kerja paling tinggi disbanding proses yang lain..

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan Umum
Menganalisa strategi K3 yang tepat untuk diterapkan bagi usaha produksi roti“A”

Tujuan Khusus
 Memberikan gambaran mengenai keuntungan penerapan program K3 di tempat kerja baik
secara finansial, produktifitas dan kredibilitas perusahaan.
 Memberikan gambaran perhitungan Return on Prevention sehingga program K3 dapat
dianggap sebagai investasi dan bukan sekedar menambah pengeluaran perusahaan.
 Diterimanya dan diterapkan program K3 pada perusahaan
 Menjadikan K3 sebagai bagian dari budaya kerja di perusahaan ini, demi meningkatkan
kesehatan, kesadaran, dan kesejahteraan para pekerja, serta keuntungan, nama baik dan
keberlangsungan perusahaan.
BAB II
ORGANISASI

2.1. Profil Organisasi


2.1.1. Visi. Misi, Nilai
Visi
Menciptakan sebuah usaha yang unggul dengan kualitas roti terbaik di Kota
Bekasi

Misi
Membangun perusahaan pembuat roti berasakan asas kekeluargaan dan
menghasilkan produk roti yang berkualitas dan disukai setiap orang.

Nilai

Kerja keras yang didasari asas kekeluargaan serta mengutamakan mutu


produk sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik.

2.1.2. Tahun Berdiri dan Bidang Usaha

Usaha produksi roti “A” bermula di Bekasi, didirikan pada Januari tahun
1995. Diawali dengan jumlah pekerja 10 orang, dalam kurun waktu 10 tahun usaha
ini dapat mengembangkan usahanya sehingga memerlukan lebih banyak pekerja
sehingga menampung sampai dengan 20 orang pekerja. Namun karena
permasalahan internal pemilik usaha serta tingginya persaingan dengan produsen
roti lokal lain maka produksi saat ini hanya terdiri dari 5 orang pekerja. Awal mula,
pemilik usaha ini merupakan seorang karyawan dari pemilik sebelumnya, namun
sejak 2015, beliau membeli seluruh perusahaan roti ini dan menjadi pemilik
tunggal. Tempat produksi roti “A” terletak di daerah pemukiman, dengan desain
tempat produksi yang cukup.

2.1.3. Produk atau Jasa yang Dihasilkan

Saat ini usaha roti “A” memproduksi berbagai jenis, diantaranya roti tawar,
roti isi coklat, roti meses, roti keju, roti isi daging, donut meses, bolu kukus dan roti
sobek. Sekitar total 150-200 roti di produksi setiap harinya

2.1.4. Jumlah Pekerja


Saat ini usaha roti “A” memiliki 5 orang pekerja termasuk sang pemilik
sendiri. 2 orang sebagai pembuat roti, dan 3 orang lainnya berkeliling dengan
sepeda membawa hasil produksi keliling area beradius 5-8km serta menitipkan ke
toko kecil.

2.1.5. Struktur Organisasi

Tidak ada struktur organisasi khusus di pengolahan roti “A” dimana semua
kendali diawasi langsung oleh pemilik usaha. Pemilik usaha juga ikut turut
berperan langsung dalam proses pembuatan

2.1.6. Denah Lokasi

Proses produksi berada di Jalan Palem Raya, Kelurahan Jakasetia,


Kecamatan Bekasi Selatan , Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

2.1.7. Denah Tempat Produksi

Pada saat ini lokasi usaha menempati sebuah bangunan 1 lantai dengan luas
tanah 400 m2.. tanpa ada papan nama usaha didepan rumah. Halaman bangunan
dijadikan lokasi penyimpanan 3 “gerobak” roti bersepeda. Sayap kiri bangunan,
tepat dibelakang parkiran berkapasitas 1 mobil digunakan sebagai lokasi packing
produk jadi dan pembuatan roti bolu kukus, tanpa ada pintu yang memisahkan
antara area tersebut dengan parkir mobil. Pada area tersebut terdapat kompor, juga
2 buah kipas angin tanpa rangka penutup yang digunakan untuk mendinginkan roti
hasil produksi. Tepat di belakang area tersebut merupakan terdapat 1 area bangunan
beratap seng dengan 1 ruang kecil sebagai tempat penyimpanan terigu tanpa
ventilasi dan pintu, 1 ruang kecil sebagai gudang serbaguna dan dan didepan kedua
ruangan tersebut terdapat 1 ruangan untuk proses mixing, cutting, steaming dan
baking.
2.2. Manajemen Organisasi
2.2.1. Proses Bisnis

Bahan baku utama yaitu tepung terigu, gula, ragi diperoleh dari supplier khusus di
Jakarta Timur, kemudian diantarkan ke tempat usaha. Bahan baku tersebut dating sesuai
dengan permintaan, namun umumnya sekali permintaan dapat digunakan untuk 1 minggu.
Bahan baku telur di suplai langsung dari distributor telur yang ada di pasar lokal sekitar.
Tempat khusus disediakan untuk menyimpan tepung terigu dan bahan baku lain, namun
hanya bersifat ruang kosong tanpa ada pengaturan khusus pada suhu. Tidak terdapat lemari,
pintu, ventilasi disana.. Pemilik usaha mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir pasokan
bahan baku sangat berkurang, karena memang jumlah permintaan dari pemilik usaha roti
sendiri yang berkurang.
1. Proses Penyimpanan Bahan Baku
Mencakup proses pemindahan bahan baku dari area penurunan bahan baku yang
berasal dari truk kemudian langsung dikumpulkan di satu area gudang penyimpanan.
Proses ini dilakukan kurang lebih 7-10hari sekali. Untuk bahan baku berupa mentega,
gula, garam, telur, baking powder, ragi, pewarna makanan, perasa makanan, coklat
meses, keju dibeli setiap 4hari, dan disimpan dekat dengan ruang penyimpanan tepung

2. Proses Pencampuran / Mixing


Proses mixing diawali dengan mencampurkan bahan baku yaitu tepung terigu, ragi,
gula, garam, pewarna makanan, telur dengan takaran yang sesuai dengan resep.
Kemudian adonan tersebut diletakkan dalam mesin penyampur yang berlangsung
kurang lebih 20-25 menit. Apabila dalam proses ini pekerja kurang berhati-hati dalam
memasukkan bahan baku, akan menyebabkan tangan terluka karena besi pengaduknya.

.
3. Proses Pemotongan dan Pencetakkan / Cutting
Proses ini terletak di samping area pemanggangan. Untuk pembuatan roti tawar,
adonan yang telah dicampur tadi, dipotong dengan mesin khusus dan diletakkan di
suatu cetakkan khusus roti tawar. Untuk pembuatan roti lain, adonan lain dipotong
dengan alat khusus dan dibentuk sedemikian rupa secara manual dengan menggunakan
tangan. Proses ini berlangsung dalam waktu 10-15 menit setiap adonannya. Perlu
kehati-hatian karena jika pekerja kurang konsentrasi, maka dapat terluka akibat mesin
pemotong.
4. Proses penguapan dan pembakaran / Baking
Tempat pemrosesan ini tidak terpisah dari proses lainnya. Pada pembuatan roti
tawar, adonan yang telah diletakkan pada cetakan tersebut akan di masukkan ke dalam
mesin penguapan bertenaga listrik dengan tinggi alat kurang lebih 180cm dan memiliki
6 tingkatan untuk meletakkan adonan, selama kurang lebih 20 menit atau hingga
adonan mengembang, kemudian langsung dimasukkan ke dalam oven pemanggang
bertingkat 3 bertenaga listrik pada suhu 130oC. Pertama kali dmasukkan ke oven
barisan bawah selama kurang lebih 7,5 menit lalu dipindahkan ke bagian atas selama
7,5 menit. Kemudian dikeluarkan dan didinginkan. Pada proses pembuatan roti lain,
adonan yang telah ada langsung dimasukkan kedalam oven dengan tinggi kurang lebih
150cm dengan 3 tingkatan, selama kurang lebih 15-20 menit dengan prosedur sama
pada roti tawar, namun tanpa proses penguapan terlebih dahulu. Pada pembuatan kue
bolu kukus, setelah adonan dicampur tadi langsung dimasukkan ke dalam cetakan
khusus dan masuk ke dalam proses pengukusan yang berlangsung kurang lebih 30
menit dengan menggunakan tungku. Pada proses pemanggangan roti ini, menurut
pemilik, para pekerja sering terkena luka bakar ringan/lepuh akibat secara tidak sengaja
tersentuh bagian badan oven yang panas saat memasukkan/mengeluarkan adonan. Pada
proses ini tidak ada perlengkapan khusus yang digunakan oleh pekerja, baik sarung
tangan maupun masker. Tidak tampak pula peringatan bahaya panas pada mesin oven.

5. Proses pendinginan
Proses ini dilakukan pada area terbuka tepat disebelah ruangan pemanggangan.
Roti yang sudah jadi diletakkan dilantai dengan alas karton. Proses penirisan dilakukan
selama 25-30 menit dengan menggunakan alat sederhana berupa kipas angin berjumlah
2 buah yang diarahkan menjauhi ruangan pemanggangan. Kemudian dilanjutkan
pemberian topping untuk jenis tertentu.
6. Proses packaging
Proses pengemasan dilakukan tepat di area pendinganan tadi. Para pekerja
mengambil produk yang sudah jadi dan dikemas dalam plastik satuan yang berlabel.

7. Proses Distribusi
Pada proses ini pemilik usaha memiliki karyawan tetap berjumlah 3 orang yang
bertugas untuk mengantarkan hasil produksi ke sekitar kecamatan Bekasi Selatan, Kota
Bekasi.

2.2.2. Operasional Bisnis

Jam kerja mulai pukul 06.00-11.00 WIB setiap hari, kecuali hari Sabtu. Tidak ada
cuti khusus yang diberikan, hanya sistem libur berdasarkan kesepakatan antara pimpinan
usaha dan pekerja. Namun pada kondisi stok bahan baku kosong, maka proses produksi
tidak berjalan sehingga pekerja diliburkan.

2.2.3. Produk yang Dihasilkan

● Roti Tawar berbentuk kotak


● Roti isi coklat
● Roti isi keju
● Bolu kukus coklat
● Roti sobek isi selai coklat, kacang, srikaya, kacang
● Donat meses

2.2.4. Komposisi Pekerja

Jumlah pekerja di produsen roti“A” adalah 5 orang, seluruhnya laki-laki


dengan rentang usia antara 35-50 tahun, lama bekerja 15-20 tahun dan Pendidikan
terakhir lulus SMP-SMA.
2.2.5. Data Kesehatan
Data kesehatan usaha produsen roti “A” belum tersedia. Fasilitas BPJS
ketenagakerjaan tidak ditanggung, para pekerja belum memiliki BPJS kesehatan
mandiri, namun jika ada kecelakaan kerja pemilik usaha menanggung biaya
pengobatan. Tidak ada medical check up pra kerja maupun berkala bagi pekerja.
BAB III
ANALISA STRATEGI

3.1. Analisa Hazard


3.2.Turtle chart

Turtle diagram adalah suatu metode yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan
suatu proses/aktivitas secara garis besar dengan mengidentifikasikan input, output, sumber daya yang
dibutuhkan, objective dan pengukuran efektivitasnya.
Pada makalah ini, penulis menitikberatkan kepada proses pengelolahan bahan baku karena
proses ini berperan penting dalam menghasilkan produk yang berkualitas yang sehingga dapat
meningkatkan penjualan produk yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan.

With what? With who?


 bahan baku yang Pemasok bahan
berkualitas
baku, pekerja
 harga bahan baku
pembuat adonan,
terjangkau
 Mesin yang baik
pekerja yang
mendistribusi

Proses Pengelolahan
bahan baku : OUTPUT
INPUT a. Penyimpanan bahan baku
b. mixing Produk roti yang
Bahan c. cutting berkualitas
baku roti d. baking
e. packaging
f. distributing
Indikator
How/methods  Jumlah produk gagal
 Instruksi kerja  Pemesanan ulang oleh
 SOP pelanggan
 Variasi menu  Memenuhi target
roti (jumlah, waktu)
TABEL HASIL BUDAYA (THB)
Tabel hasil budaya digunakan untuk menganalisa perilaku tenaga kerja sebelum adanya program K3,
dalam hal ini penulis menyimpulkan budaya dalam Pabrik roti A melalui hasil kuesioner.

SEBELUM K3 SESUDAH K3

ACTION Tidak ada pelaporan dan pencatatan data kesehatan serta Pemeriksaan kesehatan pekerja secara rutin disertai pencatatan
kecelakaan kerja. dan pelaporan untuk data kesehatan dan kecelakaan kerja.

Tidak tersedia kotak P3K, dan alat pemadam kebakaran tidak Tersedia kotak P3K, dan alat pemadam kebakaran sederhana
berfungsi

Terdapat label yang menunjukkan potensi bahaya panas atau


Belum adanya identifikasi hazard jatuh pada area tertentu sehingga pekerja menjadi waspada

Tidak tersedianya APD (masker, sarung tangan) Tersedianya APD yang melindungi saluran pernafasan, juga
mencegah terjadinya luka bakar
BELIEF Prosedur kerja belum menerapkan K3 (tidak ergonomi, tidak Penerapan prosedur kerja sesuai standar K3, yaitu penerapan
menggunakan APD, lingkungan kerja yang berpotensi kerja ergonomi, penggunaan APD, dan perbaikan lingkungan
mengakibatkan kecelakaan kerja tidak terdapat SOP prosedur fisik kerja (perapihan tata letak ruang, penyimpanan bahan baku,
kerja, tidak terdapat label bahaya, penempatan bahan mudah pengendalian debu dengan sistem ventilasi yang lebih baik,
terbakar dan meledak kurang tepat) serta keluhan kesehatan penempatan material mudah meledak).
ataupun kecelakaan kerja dianggap biasa dan dibiarkan.

EXPERIENCE Pekerja terkadang mengalami kecelakaan saat bekerja, bila K3 menjadi kebutuhan dasar dan utama selama bekerja demi diri
terjadi diberi penanganan ke dokter sesuai kebutuhan, tingkat sendiri dan keluarga.
kesadaran diri pekerja untuk mencegah terjadinya hal tersebut
masih rendah.
Bagi pemilik usaha program K3 dapat menjadi investasi bagi
perusahaan karena dana tak terduga yang dikeluarkan untuk
Pemilik usaha belum speenuhnya mengerti program K3. pengobatan pekerja dapat dioptimalisasikan
3.3.Analisis Strategi Sebelum dan Sesudah Melaksanakan K3 (THB)

Misi Nilai
Visi Membangun perusahaan
Kerja keras yang didasari
Menciptakan sebuah usaha pembuat roti berasakan asas asas kekeluargaan serta
yang unggul dengan kualitas kekeluargaan dan mengutamakan mutu produk
roti terbaik di Kota Bekasi menghasilkan produk roti sehingga dapat memberikan
yang berkualitas dan disukai pelayanan terbaik
setiap orang.

Perspektif Objektif Measures Target Inisiatif


Learning Meningkatkan Produktivitas Mencapai jumlah  Training internal
and Growth Pengetahuan pekerja target produksi yang
dan skill pekerja ditentukan

Peningkatan Survey kepuasan Terpenuhi 50%  Melakukan survey pekerja setiap tahun
motivasi pekerja pekerja kepuasan pekerja  Menyediakan waktu open discussion
dengan pekerja tiap minggu untuk bertukar
ide kreatif
 Pelatihan pembuatan roti/kue untuk
pekerja yang berhasil menjual roti
terbanyak

Penerapan  Absensi kerja  Pekerja absen Promotif


program  Angka tidak melebih 14  Membuat HIRA (analisa hazard)
kesehatan dan kecelakaan kerja hari/tahun  Melakukan pengendalian Hazard
keselamatan  Zero accident
pekerja Preventif
 MCU bagi pekerja berkala
 Menyediakan obat- obatan emergensi
 Melatih pekerja tentang first aid training
 Health talk

Kuratif
 Bekerja sama dengan klinik/puskesmas
setempat sebagai upaya pelayanan
kesehatan
Internal Perbaikan Jumlah produk 5 % produk gagal Membuat instruksi kerja yang jelas dan
Business kualitas produk gagal/total dari total jumlah mudah dipahami pekerja
produksi produksi
Process
Durasi waktu Durasi produksi 250 roti per harinya  Membuat instruksi kerja/SOP yang jelas
produksi lebih dari bahan baku dan dipahami pekerja
singkat menjadi produk roti  Pemeliharaan mesin dan peralatan berkala
 Pendistribusian yang efisien dengan
sepeda motor
Inovasi produk Jumlah varian rasa 1-2 varian roti baru Melakukan pemantauan trend varian/menu
baru atau jenis roti per bulan roti yang sedang ramai melalui internet atau
khusus yang took roti besar di area Bekasi
dihasilkan setiap
bulan
Customer Peningkatan Customer CSI lebih dari 95% Membuat wadah khusus untuk kritik dan
kepuasan satisfaction index saran dari customer, dapat pula
pelanggan menggunakan social media

Financial ROI Peningkatan Peningkatan Pembuatan laporan laba-rugi setiap awal


keuntungan keuntungan 5-7% bulan berikutnya
perusahaan

3.4.Balanced Score Card / Peta Strategi

FINANCIAL
Peningkatan ROI

Pengeluaran
biaya untuk
pengobatan
berkurang

CUSTOMER
Meningkatnya
Kepuasan
pelanggan

INTERNAL BUSINESS PROCESS

Durasi waktu
produksi lebih Inovasi
Kemampuan singkat, produksi produk baru
pekerja lebih baik lebih banyak
karena absensi
setiap bulan
pekerja
berkurang

LEARNING and GROWTH

Penerapan
Skill dan program Peningkatan
pengetahuan keselamatan motivasi serta
para pekerja dan menggali
berkembang kesehatan potensi pekerja
kerja
3.5.Matriks Strategi
Tema Strategi Perspektif Objek strategis Program Kerja

Deskripsi Lag Indikator Lead Indikator Target Deskripsi Mulai Selesai

Finansial Return of Penurunan cost Laporan Peningkatan Pembuatan laporan laba-rugi Tanggal 1 Tanggal 4
Strategi peningkaan produktifitas pengolahan baku melalui Penerapan

Investment maintenance keuangan keuntungan 5-7% setiap awal bulan berikutnya


di setiap di setiap
bulan bulan

Customer Peningkatan Customer Retensi pelanggan CSI lebih dari 95% Membuat wadah khusus Desember -
kepuasan satisfaction index untuk kritik dan saran dari
2019
pelanggan customer, dapat pula
menggunakan social media
program K3

Internal Perbaikan Jumlah produk Jumlah total 5 % produk gagal Melakukan Quality Control Desember Januari
kualitas produk gagal/total produksi dari total jumlah produk pada setiap proses
Business 2019 2020
produksi produksi produksi
Process
Durasi waktu Jumlah total Durasi produksi 250 roti per harinya  Membuat instruksi Desember Juni 2020
produksi lebih produksi yang dari bahan baku kerja/SOP yang jelas dan
2019
singkat dihasilkan menjadi produk roti dipahami pekerja
 Pemeliharaan mesin dan
dalam 1 hari
peralatan tiap tahun

Pendistribusian yang efisien


dengan sepeda motor
Inovasi produk Jumlah varian Kreativitas 1 atau 2 varian roti Melakukan pemantauan Setiap
baru rasa atau jenis roti pekerja baru per bulan trend varian/menu roti yang
bulan
khusus yang sedang ramai melalui
dihasilkan setiap internet atau took roti besar
bulan di area Bekasi

Learning and Meningkatkan Jumlah target Produktivitas Mencapai jumlah Training internal Januari April 2020
Pengetahuan produksi roti pekerja target produksi yang
Growth dan skill pekerja ditentukan
2020
dalam sehari

Peningkatan Absensi kerja Produktivitas Pekerja absen tidak  Melakukan survey pekerja Januari Oktober
motivasi pekerja pekerja melebih 14 hari/tahun setiap tahun
Pengisian survei 2020 2020
 Menyediakan waktu open
kepuasan pekerja Terpenuhi 50%
discussion dengan pekerja
survey kepuasan Setiap
tiap minggu untuk
pekerja
bertukar ide kreatif minggu
 Pelatihan pembuatan
roti/kue untuk pekerja Maret 2020
yang berhasil menjual roti
terbanyak

Penerapan  Absensi kerja Produktivitas  Pekerja absen  Membuat HIRA (analisa Januari Oktober
program  Laporan Angka pekerja tidak melebih 14 hazard)
2020 2020
kesehatan dan kecelakaan hari/tahun  Melakukan pengendalian
keselamatan kerja  Zero accident Hazard
pekerja  MCU pekerja berkala
 Menyediakan kotak P3K
 Melatih pekerja tentang
first aid training
 Health talk
BAB IV
PETA JALAN PENERAPAN PROGRAM K3
3.1. Road Map
3.2. Return of Prevention (RoP)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
● Pengusaha dan pekerja produsen roti “A” harus diperkenalkan dengan K3
● Pekerja cukup sering mengeluhkan gangguan pernapasan dan gangguan musculoskeletal, serta
sering terjadi luka bakar akibat tersentuh mesin oven atau steam
● Kecelakaan kerja pernah terjadi karena tidak menerapkan prinsip K3, dan pekerja pun kurang peduli
akan hal tersebut
● Apabila kecelakaan kerja terjadi, pekerja dibawa ke klinik setempat untuk mendapat pertolongan
pertama karena kurangnya alat P3K yang tersedia.
● Belum ada data kesehatan pekerja

Berdasarkan analisis strategi, diketahui bahwa program K3 yang perlu dilakukan ialah:

● Pengadaan APD dan alat P3K


● Tata ruang yang lebih baik terutama dalam penyimpanan bahan baku, karena bahaya hewan
pengerat di tempat tersebut, kemudian penempatan mesin-mesin yang berpotensi bahaya besar
seperti mesin Oven dan steam agar tidak bersebelahan dan memiliki ventilasi yang baik. Serta
penempatan gas LPG yang terletak dekat dengan sumber panas, dapat beresiko terjadi ledakan
● Pengenalan tentang K3 dan bagaimana penerapannya terhadap proses produksi
● Penataan lingkungan kerja atau workstation yang baik
● Kerjasama dengan puskesmas terkait pos UKK
● Pelaporan dan pencatatan data kesehatan serta kecelakaan kerja

Gambaran return on prevention (RoP), penerapan program K3 memiliki nilai RoP sebesar 1,5 yang
berarti menguntungkan bagi perusahaan.

5.2. Saran
● Melakukan penerapan prinsip K3 yang baik dan benar
● Melakukan evaluasi secara terus menerus dan berkesinambungan terhadap penerapan program K3
● Mengimplementasikan K3 sebagai budaya kerja, mulai dari pemilik usaha dan seluruh pekerja
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970.


2. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.
3. Julia, L. Menuju Budaya Pencegahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Lebih Kuat di Indonesia.
2018. Retrieved from International Labour Organization:
www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_616368/lang-en/index.htm.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hidupkan Pos UKK Agar Pekerja Sektor Informal
Tersentuh Layanan Kesehatan Kerja. 2016. www.depkes.go.id/article/view/16110900002/hidupkan-
pos-ukk-agar-pekerja-sektor-informal-tersentuh-layanan-kesehatan-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai