Anda di halaman 1dari 10

Efek Space Equivalent Zone

Terhadap Fisiologi Tubuh Manusia

Tugas Kelompok

MKK

Fazlin

Ferdhisa

Nisrina

Program Studi

Magister Kedokteran Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sejatinya adalah makhluk yang hidup diatas permukaan bumi dengan
kemampuan yang luar biasa dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Tubuh manusia
dapat menyesuaikan dengan temperature external, variasi tekanan pada setiap
habitat, kompensasi terhadap pergerakan(motion) dalam suatu ruang, perubahan
postural terkait gravitasi dan tetap dapat melakukan seluruh aktifitas fisik maupun
mental dalam waktu yang bersamaan. Namum sebagai manusia, kita tetap memiliki
batasan akan hal tersebut.
Dengan banyaknya spacetravel dengan tujuan untuk mengeksplorasi luar
angkasa terkait kelangsungan hidup manusia di masa depan, maka penting untuk kita
mengetahui aspek kesehatan yang dapat menjadi masalah. Oleh karena itu,
pemahaman akan zona fisiologis atmosfer dan efeknya terhadap fisiologis tubuh
manusia harus dipahami sebagai dasar ilmu.
BAB II

LATAR BELAKANG

Dalam dunia penerbangan, kebutuhan tubuh akan mekanisme kompensatori


sangat besar. Perubahan lingkungan dalam dunia penerbangan yang mempengaruhi
fisiologis tubuh diantaranya : perubahan tekanan berometrik, variasi temperature,
dan pergerakan pada ruang tiga dimensi.
Atmosfer dibagi kedalam berbagai lapisan yang menyelimuti, terdiri atas :
Troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer. Pada setiap perubahan
ketinggian berdampak pada perubahan suhu dan tekanan udara, dimana hal tersebut
dapat mempengaruhi kondisi fisiologis tubuh manusia, sehingga perlu dikaji lebih
mendalam masalah apa yang dapat muncul dan bagaimana kita menanggapinya.
Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas karakteristik lingkungan
diketinggian diatas 50.000 kaki dan pengaruhnya terhadap tubuh manusia

Pada ketinggian diatas 50.000 kaki ditandai …..

Tambahin karakteristik tekanan suhu dll di ketinggian diatas 50.000 kaki aja
kak..

Pembagian zona atmosfer terhadap pengaruh fisiologis tubuh manusia, antara


lain : zona fisiologis efisien, zona defisit fisiologis dan zona space equivalent.
Gambar 1. Zona fisiologis di atmosfer.

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai zona space
equivalent.
BAB III

DISKUSI

Berdasarkan sifat fisika atmosfer, semakin tinggi suatu ketinggian maka


semakin rendah tekanan dan kepadatan udara, serta semakin tinggi volume. Hal ini
disebabkan oleh ekspansi udara dimana pergerakan molekul udara akan melambat
dan jarak antara molekul merenggang.

Berikut hukum-hukum fisika yang menggambarkan dampak perubahan


tekanan dan volume pada tubuh manusia, diantaranya:

1. Boyle’s Law

Prinsip utama pada kejadian trapped gas. Tekanan yang menurun menyebabkan
ekspansi volume pada rongga-rongga didalam tubuh (sinus, telinga, dan saluran
gastrointestinal).

2. Henry’s Law

Prinsip utama pada kejadian decompression sickness. Tekanan yang


terdapat didalam tubuh manusia menurun sehingga tekanan pada gas terlarut
dalam tubuh pun akan menurun. Dalam kasus ini, gas nitrogen yang
terlarut didalam darah atau plasma akan keluar dalam rangka untuk menyamakan
suhu dengan lingkungan sekitar. Jika gas nitrogen terlarut keluar dari dalam
cairan tubuh dalam waktu yang cepat maka dapat terbentuk bubbles.

3. Dalton’s Law

Prinsip utama pada kejadian hypoxia. Hukum ini menjelaskan mengapa dalam
peningkatan ketinggian/altitude akan menurunkan tekanan total
atmosfer. Dimana tekanan parsial oksigen itu sendiri akan berkurang seiring
dengan peningkatan ketinggian sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan tekanan
parsial untuk proses difusi oksigen menyebabkan gangguan pertukaran gas
dan lung ventilation perfusion mismatch (hypoxic hypobaric).

4. Graham’s Law

Prinsip utama pada proses transfer gas dalam tubuh, dimana gas
akan berdiffusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Hal ini
berperan didalam proses hypoxia hypobaric, dimana tekanan diluar tubuh yang
rendah dapat menganggu proses pertukaran udara didalam tubuh sehingga
oksigen tidak dapat berdiffusi dengan baik.

Lingkungan luar angkasa sangat berbeda dengan lingkungan di permukaan


bumi dan tidak dapat dihuni, karena karakteristik sebagai berikut :

Atmosfer

Pada atmosfer di Bumi, terdiri dari kombinasi dari temperature, tekanan dan
komposisi gas yang penting untuk kelangsungan hidup manusia. Semakin jauh jarak
antara permukaan bumi, semakin berkurang jumlah gas molekuler atmosfer per unit
volume dan jumlah benturan pertikel-pertikel gas ikut berkurang, mengakibatkan
turunnya tekanan atmosfer. Ada beberapa hal spesifik yang penting untuk diketahui
pada ketinggian tertentu yang mempengaruhi fisiologis tubuh manusia dan menjadi
kendala engineering; seperti pada ketinggian diatas 18.900 m atau 63.000 kaki,
tekanan total atmosfer sama dengan tekanan uap air tubuh , yang dikenal dengan
Armstrong’s line, dimana cairan tubuh pada individu yang tidak terproteksi akan
secara spontan mendidih, dikenal dengan istilah ebullism.
Gravitasi

Manusia dapat melakukan perjalanan dari bumi ke luar angkasa dan kembali ke bumi
karena adanya efek gravitasi. Medan gravitasi ini terbentang jutaan kilometer diluar
permukaan bumi. Namun, penempatan pesawat luar angkasa dapat menangkal efek
gravitasi tersebut dan tetap berada di luar angkasa. Kecepatan dari pesawat tersebut
harus cukup kuat menciptakan gaya sentrifugal yang sesuai sehingga tidak tertarik
ke bumi. Keseimbangan antara gaya gravitasi dan sentrifugal menggambarkan suatu
keadaan yang dikenal dengan free fall atau microgravity.

Microgravity dapat mempengaruhi kesehatan manusia, mulai dari efek yang segera
muncul berupa motion sickness dan gangguan gastrointestinal, maupun efek jangka
Panjang demineralisasi tulang.

Radiasi

Lingkungan luar angkasa tidak lepas dari pengaruh energi kuat yang dipancarkan
matahari. Energi ini muncul dalam bentuk radiasi elektromagnetik dan partikel ber-
energi tinggi. Radiasi elektromagnetik ditemukan dalam berbagai Panjang
gelombang, mulai radiasi microwave frekuensi rendah dan inframerah(panas),
cahaya, ultraviolet, hingga radiasi sinar x dan gamma frekuensi tinggi. Atmosfer
bumi dan bidang geomagnetik cukup berperan sebagai pelindung permukaan bumi
dari radiasi ini.

Partikel dan radiasi elektromagnetik dapat dikelompokkan menjadi radiasi ionizing


dan non-ionizing.
Radiasi ionizing memiliki cukup energi untuk memecah struktur atom sehingga
melepaskan partikel-partikel radiasi lainnya. Jika partikel radiasi tersebut
berbenturan dengan struktur atom pada sel manusia, dapat menyebabkan cedera
seluler DNA. Radiasi non-ionizing mungkin tidak sekuat itu secara langsung
merusak material genetic, namun dapat tetap berbahaya.

Instabilitas Termal

Atmosfer bumi tidak hanya menjaga tekanan dan oksigenasi pada permukaan bumi,
namun menjaga temperatur permukaannya. Pada lingkungan luar angkasa, terjadi
perubahan temperatur yang ekstrim seiring dengan siklus siang dan malam yang
merupakan efek radiasi dari sinar matahari. Manusia tentu tidak dapat beradaptasi
dari suhu ekstrim tersebut tanpa proteksi khusus.

Ini aku masih nyari2 perubahan fisiologis terkait


microgravity… belum nemu
BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil diskusi diatas, dapat disimpulkan bahwa pada space equivalent zone
tubuh manusia tidak dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut tanpa ada
persiapan dan perlengkapan khusus, serta bperan teknologi canggih.

Adanya temperature dan tekanan ekstrim, radiasi kuat serta efek microgravity
menjadi faktor utama yang menciptakan suasana lingkungan di zona tersebut
menjadi letal untuk manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ernsting. Aviation and Space Medicine. 5th edition. 2016. CRC Press Taylor
and Francis Group.
2. Manual of Civil Aviation Medicine. 3rd edition. 2012. International Civil
Aviation Organization.
3. Davis R.J, Johnson R, Stepanek J, et al. 4th edition. 2008. Lippincott
Williams and Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai