Dalam suatu permasalahan yang memiliki sifat dinamis dan mempunyai struktur
umpan balik, maka akan sangat sesuai apabila dilakukan pendekatan pemodelan
dengan menggunakan system dynamics. Dalam paradigma system dynamics
diasumsikan bahwa dunia nyata merupakan suatu sistem yang mempunyai
struktur umpan balik dengan hubungan linier maupun non-linier dan di dalamnya
terdapat penundaan waktu (delay time).
50
fenomena dan perilakunya. Pendekatan ini didasarkan pada paradigma system
thinking. Menurut Senge, terdapat 2 (dua) esensi dari system thinking (Tasrif,
2001), yaitu:
51
karena itulah model-model system dynamics diklasifikasikan ke dalam model
matematik kausal (theory like ) (Tasrif, 2001).
Dasar metodologi system dynamics adalah analisis sistem. Suatu sistem (suatu
sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem) didefinisikan sebagai seperangkat
unsur yang saling berinteraksi satu sama lain dengan pola interaksi yang salin
mempengaruhi dan saling menentukan satu dengan yang lainnya. Interaksi yang
terjadi di dalam sistem sepanjang waktu akan mempengaruhi keadaan unsur-unsur
52
di dalam sistem, sehingga struktur suatu sistem (system stucture) sangat
ditentukan oleh pola hubungan diantara unsur-unsurnya, sedangkan batasan
sistem (system boundary) akan membatasi/memisahkan sistem dengan
lingkungannya. Karena perilaku sistem yang selalu dipengaruhi oleh strukturnya
maka analisis sistem lebih banyak mempertimbangkan hubungan antar unsur
(inter relasi) dalam sistem dibandingkan dengan detil input dan output data.
Melalui pemodelan interelasi, analisis sistem akan mampu menjelaskan
perubahan-perubahan dari masing-masing unsur sistem terhadap perubahan
waktu. Dinamika perilaku suatu sistem sangat ditentukan oleh struktur umpan
balik (feedback loops) yang menyatakan hubungan sebab akibat antar unsur bukan
hubungan karena adanya korelasi-korelasi statistiik. Dalam pembentukan model
tersebut dilakukan melalui pendekatan struktural atau berdasarkan pendekatan
system thingking. Di dalam pendekatan system thinking tersebut struktur fisik
maupun struktur pengambilan keputusan diyakini dibangun oleh unsur-unsur yang
saling bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup (closed loop atau
feedback loop). Hubungan unsur-unsur yang saling bergantung tersebut
merupakan hubungan sebab akibat umpan balik dan bukan hubungan sebab
akibat yang searah. Lingkar umpan balik tersebut merupakan pembentuk utama
model (building block).
Unsur-unsur dalam lingkaran umpan balik dapat berbentuk materi atau informasi
dan dapat bersifat stok atau aliran. Dalam aliran ini dapat terjadi bias, distorsi,
kelambatan, penguatan maupun peredaman, dimana hubungan yang terjadi antar
unsur tersebutdapat terjadi secara linier maupun non linier. Terdapat 2 (dua) jenis
hubungan kausal, yaitu hubungan kausal positif dan hubungan kausal negatif.
Umpan balik negatif merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan (goal
seeking). Umpan balik ini cenderung menjadi penyeimbang terhadap setiap
gangguan dan selalu membawa sistem ke dalam keadaan yang stabil. Umpan balik
positif terjadi jika perubahan dalam komponen lainnya yang akan memperkuat
proses awalnya. Umpan balik positif merupakan proses yang sifatnya tumbuh.
53
struktur tersebut merupakan konsekuensi dari adanya interaksi antara kendala-
kendala fisik dan tujuan-tujuan sosial, penghargaan dan tekanan yang
menyebabkan manusia bertingkah laku dan membangkitkan secara kumulatif
tendensi-tendensi dinamik yang dominan dari sistem total (secara keseluruhan).
System dynamics memiliki 4 (empat) fondasi teoritis yaitu: teori informasi
feedback, teori keputusan, eksperimen simulasi komputer dan proses penyelesaian
model mental. Sebagai metoda yang didukung dengan kekuatan simulasi
komputer maka system dynamics dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
dan meramalkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada berbagai jenis
sistem sosial. Suatu sistem dipelajari guna mengetahui dinamika non linier dari
perubahan perilaku di dalam sistem. Sebagian besar unsur model merupakan
unsur realita dengan inter relasi di dalamnya.
54
Dua hal yang paling penting pada tahap ini adalah menyusun reference mode dan
menetapkan rentang waktu (time horizon) secara eksplisit. Reference mode dapat
berupa gambar atau data deskriptif lain yang menggambarkan permasalahan dan
kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang. Pengumpulan data dan
informasi historis akan menjadi reference mode yang diwakili oleh pola perilaku
kumpulan variabel yang meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan pola
perilaku persoalan. Informasi historis ini sangat penting agar dapat
menggambarkan pola perilaku persoalan dan memperkirakan kemungkinan
perilaku permasalahan di kemudian hari.
55
itu, penentuan batas model perlu ditentukan terlebih dahulu dengan jelas agar
untuk selanjutnya dapat lebih mudah untuk mendifinisikan faktor endogenous dan
exogenous tersebut. Batasan model ini juga akan memudahkan dalam
memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya kecenderungan internal
yang diungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang
mempresentasikan pengaruh-pengaruh eksogen atau pengaruh yang berasal dari
luar sistem.
Ada tiga hal penting dalam tahap ini, yaitu melakukan spesifikasi struktur dan
keputusan, memperkirakan parameter, hubungan perilaku, dan kondisi awal, dan
menguji konsistensi sesuai dengan tujuan dan lingkup masalah (Sterman, 2000).
Penyusunan model simulasi dilakukan dengan mentransformasikan pola
hubungan antar variabel diagram umpan balik ke dalam persamaan atau program
komputer. Struktur dasar dalam pemodelan system dynamics adalah sebagai
berikut.
Pengujian ini dilakukan antara lain untuk melihat kesesuaian perilaku simulasi
model dengan perilaku sistem yang sebenarnya. Pengujian menekankan pada
sejauh mana model yang disusun mampu menirukan pola perilaku historisnya.
Setiap variabel harus bisa menggambarkan konsep yang terdapat di dunia nyata.
56
Pengujian dilakukan segera setelah menuliskan persamaan dalam simulasi.
Apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian pola perilaku antara model dengan
perilaku historisnya, model segera diperbaiki agar bisa menggambarkan keadaan
yang sebenarnya.
Pengujian model dilakukan untuk mengetahui sejauh mana model yang dibuat
sudah cukup valid atau sahih sehingga dapat memberikan keyakinan untuk
digunakan dalam merancang kebijakan. Bila kesahihan model telah dapat dicapai,
simulasi selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kebijakan yang efektif.
Hal tersebut dapat dicapai apabila pemodelan sistem-sistem sosial tersebut
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah (Tasrif, 1998). Untuk mendapatkan model yang
sahih tersebut maka dalam pembuatannya harus sepenuhnya mengikuti suatu
metoda ilmiah yang mensyaratkan bahwa suatu model harus mempunyai titik
kontak yang banyak. Perbandingan berulang-ulang dengan kenyataan tersebut
melalui titik kontak akan membuat model menjadi lebih komunikatif terhadap isu-
isu maupun perilaku yang dihasilkannya. Tasrif menggambarkan prinsip
pemodelan kebijakan seperti terlihat pada Gambar 3.1. berikut:
Struktur Perilaku
Observasi
dunia nyata dunia nyata
Pembandingan
Struktur Perilaku
Induksi model model
Logika deduktif
Gambar III.1. Prosedur pemodelan system dynamics menurut Saeed (1994 : 23)
Bila suatu korespondensi antara model mental sistem, model eksplisit dan
pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh, maka model yang
dibuatdapat diterima sebagai suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat
digunakan untuk melakukan analisis kebijakan. Secara ringkas, pengujian-
pengujian yang dapat dilakukan dalam suatuu proses pemodelan system dynamics
dirangkum dalam Tabel III.1. berikut ini.
57
Tabel III.1. Pengujian-pengujian model system dynamics
Bidang Jenis
Pertanyaan yang diajukan dalam Pengujian
Pengujian Pengujian
58
Bidang Jenis
Pertanyaan yang diajukan dalam Pengujian
Pengujian Pengujian
∑ S A
MSE = 1/n ........................................... (3.1)
A
dimana:
59
At = nilai aktual pada waktu t;
semakin kecil nilai MSE maka hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesalahan
yang ada di dalam model juga kecil dan demikian sebaliknya. Penafsiran
kesalahan-kesalahan hasil simulasi ditunjukkan dengan Root Mean Square
Percent Error (RMSPE), yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
2
1St At
RMSPE = 1/n ........................................... (3.2)
At
UM = ................................................ (3.3)
∑ S A
US = ................................................ (3.4)
∑ S A
.
UC = ................................................ (3.5)
∑ S A
UM + US + UC = 1 .............................................. (3.6)
60
dimana:
= ∑ ................................................ (3.7)
= ∑ ................................................ (3.8)
∑ ................................................ (3.9)
∑ ................................................ (3.10)
2 2
∑
r = ................................................ (3.11)
.
dimana
UM = proporsi MSE karena bias
US = proporsi MSE karena varian
UC = proporsi MSE karena kovarian
= rata-rata nilai simulasi
= rata-rata nilai aktual
St = nilai simulasi pada waktu t
At = nilai aktual pada waktu t
SS = standar deviasi nilai simulasi
SA = standar deviasi nilai aktual
n = jumlah pengamatan (t = 1, ....... n)
61
serius dan biasanya merupakan kesalahan dalam melakukan estimasi
parameter. Kesalahan ini dikategorikan sebagai kesalahan sistematis antara
model dengan dunia nyata.
62
mengevaluasi kebijakan. Analisis kebijakan dilakukan untuk mengkaji pengaruh
beberapa alternatif kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk memperbaiki
sistem yang sesuai dengan harapan. Terhadap kebijakan yang dipilih, langkah
antisipasi dapat dilakukan untuk menghindari dampak pemilihan kebijakan
tersebut.
Gambar III.2. Prosedur pemodelan system dynamics menurut Saeed (1994 : 23)
63
III.3 Penggunaan Metode Kualitatif dalam Pemodelan System
Dynamics
Pada dasarnya pemodelan dengan system dynamics memerlukan data kuantitatif
untuk melakukan simulasi dengan komputer. Namun tidak semua fenomena,
terutama fenomena sosial, dapat dikenali melalui pendekatan kuantitatif.
Wolstenholme (1990), mengusulkan untuk mengombinasikan pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif untuk menyusun pemodelan dengan system
dynamics. Kedua pendekatan ini dapat dikombinasikan secara harmonis dan
saling mengkaitkan ide-ide kualitatif dengan data kuantitatif, sehingga informasi
dapat dikembangkan secara lebih luas dan lebih komprehensif.
Di dalam penelitian ini yahap awal proses pemahaman struktur dan gejala
perilaku pengelolaan DAS Cikapundung Hulu dilakukan melalui penelusuran data
dan informasi (written model) dari studi pustaka. Data dan informasi mencakup
hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisik dari DAS, keputusan-keputusan dari
pihak-pihak yang terlibat di dalam pengelolaan DAS, serta aspek-aspek sosial
ekonomi yang terkait dengan kondisi DAS. Melalui studi pustaka tersebut
diperoleh penjelasan awal mengenai perilaku-perilaku historis dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya sebagai dasar di dalam penyusunan struktur awal model.
64