lainnya ini didukung oleh kondisi lahan perkebunan yang sesuai (cocok) untuk
budidaya tanaman komoditi kelapa sawit. Ditinjau dari sisi konsumen (pembeli)
CPO seperti minyak goreng, kosmetika, sabun, dan lain-lain, di antaranya Negara-
negara Amerika Serikat, China, Eropa, Rusia, dan lain-lain (Gapki 2004: 7).
berusaha untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas minyak sawit mentah (CPO)
yang dapat diterima dipasar internasional. Persaingan antara komoditas minyak nabati
persaingan, selain itu adanya negara saingan juga menyebabkan setiap negara
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara penghasil minyak nabati terbesar
untuk CPO. Dengan menggunakan rumus Herifindhal Index akan diketahui struktur
pasar masing masing negara yang menjadi produsen minyak sawit. Pangsa pasar
minyak kelapa sawit Indonesia diukur dengan membandingkan ekspor minyak sawit
negara Indonesia dengan total ekspor minyak sawit dunia.. Nilai Herifindhal Index
yang mendekati nilai satu menunjukkan bahwa industri minyak sawit atau CPO di
pasar internasional menunjukan kecenderungan mengarah ke pasar monopoli. Artinya
industri CPO dipasar internasional saat ini didominasi oleh beberapa negara seperti
industri minyak sawit atau CPO merupakan pasar yang cenderung oligopoli ketat,
penghasil minyak nabati dari kelapa sawit atau CPO. Dari empat negara eksportir
CPO terbesar yaitu Malaysia, Indonesia, Costarica dan Papau Nugini, Negara yang
adalah Negara Malaysia dan Indonesia. Besarnya persentase ekspor CPO negara
Malaysia adalah sebesar 51 persen dan Indonesia 44 persen dari total seluruh CPO
dunia sedangkan untuk Costarica dan Papua N sebesar 0.5 persen dan 1,29 persen
Pada pasar Uni Eropa dilakukan untuk mengetahui lebih jauh posisi
komoditas CPO di pasar Uni Eropa. Sementara pada pasar dunia, analisis pangsa
Pada pasar dunia, terlihat Indonesia tetap menguasai market share CPO
hingga tahun 2014. Nilai market share Indonesia masih berada di atas Malaysia
sebagai pesaing utama. Meskipun demikian nampak penurunan market share mulai
tahun 2010. Hal ini seiring dengan menurunnya nilai ekspor CPO Indonesia ke dunia
kebijakan Uni Eropa yaitu (RED) II. Renewable Energy Directive (RED) II
merupakan pedoman energi terbarukan dari Uni Eropa yang akan menggolongkan
minyak sawit sebagai beresiko tinggi sedangkan minyak nabati lain digolongkan
mengisolasi dan mengecualikan minyak sawit dari sektor energi terbarukan yang
diamanatkan, demi menguntungkan minyak nabati lain yang kurang kompetitif. Pihak
negara produsen sawit menilai regulasi yang diusulkan ini adalah guna membatasi
dan secara efektif melarang semua biofuel minyak sawit di Uni Eropa, yang dengan
Usdiana Saputri, Ira. Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (Minyak Sawit Mentah)
Pada Pt. Cipta Usaha Sejati Dengan Metode Herifindahl Indeks Dan Analisa
Swot Dalam Menghadapi Perdagangan Cpo Dunia. Jurnal Pasti. Vol VIII No 2,
203-211.
Restu Mengeswuri, Dewi. 2019. Hambatan Ekspor Minyak Sawit Ke Uni Eropa Dan
Upaya Mengatasinya. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Vol. XI, No.08