PENDAHULUAN
CPO (Crude Palm Oil) atau minyak kelapa sawit adalah olahan minyak
nabati yang sudah banyak diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia.
Minyak ini tergolong murah dan mudah untuk diproduksi. Pada tahun 2020,
sawit terbesar di dunia yaitu, Indonesia lalu diikuti oleh Malaysia, Belanda,
Asia Tenggara, Indonesia menjadi eksportir minyak kelapa sawit terbesar pertama
di dunia dengan nilai US$17.4 Milyar dan di posisi kedua adalah Malaysia dengan
devisa non-migas terbesar di Indonesia Di tahun 2019 tujuan utama dari ekspor
produk minyak sawit Indonesia adalah China sebanyak 6 juta ton, lalu India
sebanyak 4,8 juta ton dan disusul oleh Uni Eropa sebanyak 4,6 juta ton.2
1
Daniel Workman, Palm Oil Exports by Country, World’s Top Exports, diakses dalam
https://www.worldstopexports.com/palm-oil-exports-by-country/ (17/4/2021,18:31 WIB)
2
GAPKI, “Refleksi Industri Industri Kelapa Sawit 2018 & Prospek 2019”, diakses dalam
https://gapki.id/news/14263/refleksi-industri-industri-kelapa-sawit-2018-prospek-2019
(18/04/2021,10.31 WIB)
1
Untuk Malaysia, negara ini merupakan negara penghasil minyak kelapa
sawit paling besar kedua di dunia setelah Indonesia. Industri minyak kelapa sawit
2015.3 Importir terbesar produk CPO Malaysia adalah China kemudian diikuti
Kawasan Uni Eropa menjadi pasar dimana kelapa sawit menjadi satu dari
beberapa jenis minyak yang paling dominan untuk dikonsumsi oleh masyarakat
Uni Eropa. Minyak kelapa sawit yang diolah menjadi bahan konsumsi bagi
masyarakat yang berasal dari berbagai negara, terutama adalah Indonesia dan
dengan kampanye yang sering disebut sebagai ‘Black Campaign’. Salah satu
bentuk dari black campaign ini yaitu meningkatnya produk berlabel “Palm oil-
free” di pasaran yang mana hal tersebut dapat menimbulkan stigma negatif
terhadap produk minyak kelapa sawit dan hambatan perdagangan terhadap negara
3
Norlin Khalid, Crude Palm Oil Price Forcasting in Malaysia : An Economic Approach
(Peramalan Harga Minyak Sawit Mentah Malaysia : Suatu pendekatan Ekonometrik), Jurnal
Ekonomi Malaysia 52 (3), (2018), hal 263.
4
GAPKI, Uni Eropa Diuntungkan Dengan Mengimpor Minyak Sawit, diakses dalam
https://gapki.id/news/2888/uni-eropa-diuntungkan-dengan-mengimpor-minyak-sawit
(16/04/2021,18.34 WIB)
2
– negara yang merupakan penghasil minyak kelapa sawit khususnya Indonesia
dan Malaysia. 5
Isu Black Campaign ini diperparah ketika Uni Eropa membuat kebijakan
RED I (Renewable Energy Directive) tahun 2009 dan RED II tahun 2018 yang
sawit. Uni Eropa mengeluarkan kebijakan RED I dan RED II yang berisi aturan
mengenai bahan - bahan berkelanjutan yang bisa dipakai untuk biofuel. Melalui
kebijakan tersebut, kelapa sawit diklasifikasikan sebagai bahan bakar nabati yang
dari Uni Eropa adalah Indonesia dan Malaysia. Kedua negara sama-sama
mereka produksi agar tidak tersaingi oleh minyak kelapa sawit. Baik Indonesia
black campaign produk minyak kelapa sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa,
khususnya sejak pemberlakuan RED II pada 2018. Oleh karena itu, dalam
diplomasi ekonomi. Dengan melihat respon dari Indonesia yang terlebih dahulu
menggugat Uni Eropa ke WTO atas diskriminasi kelapa sawit pada tahun 2019
5
Jayanti Nada Shofa, Palm Oil Free’ Advs Irk Gov’t, Associatio, Jakarta Globe, diakses dalam
https://jakartaglobe.id/business/palm-oil-free-ads-irk-govt-association/ (22/04/2021,15:30WIB)
6
Andre Ahmad Stiadi, Potensi Dampak Penerapan RED II Terhadap Perekonomian Indonesia,
LIPI, diakses dalam http://psdr.lipi.go.id/news-and-events/opinions/potensi-dampak-penerapan-
red-ii-terhadap-perekenomian-indonesia.html (22/04/2021,19:38 WIB)
3
dan Malaysia yang menggugat Uni Eropa pada tahun 2021, penelitian ini
dilakukan Uni Eropa terhadap produk kelapa sawit. Sehingga penelitian ini
Berdasarkan latar belakang dan dan urgensi diatas, penulis dapat menarik
kelapa sawit.
4
1.3.2 Manfaat Penelitian
serta diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
yang relevan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
Rujukan penelitian pertama yang ditulis oleh Rozy Ahimsyah Pratama dan
Tri Widodo yang berjudul “The Impact of Nontariff Trade Policy of European
Union Crude Palm Oil Import on Indonesia and Malaysia Economy: An Analysis
impor pada komoditas kelapa sawit. Indonesia dan Malaysia yang menjadi negara
penghasil kelapa sawit terbesar ini merasakan dampak yang ditimbulkan oleh
kebijakan tersebut. Penelitian yang ditulis oleh Rozy Ahimsyah Pratama dan Tri
Widodo ini menjadi acuan untuk penulis dalam memahami berbagai dampak yang
dialami oleh Indonesia dan Malaysia jika kebijakan penghentian sektor kelapa
5
perbedaannya dengan penelitian ini yaitu akan memapaparkan upaya Indonesia
dan Malaysia dalam menghadapi isu Black Campaign komoditas kelapa sawit.
Dispute”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bahwa kebijakan RED II
menadji sebuah alat kebijakan yang diggunakan untuk melindungi produk biji
bunga matahari serta rapeseed yang mana minyak kelapa sawit menjadi pesaing
tanaman tersebut. Penulis menjelaskan bahwa RED II oleh Uni Eropa merupakan
seperti rapeseed dan bunga matahari dari persaingan ketat produk kelapa sawit
Indonesia.
Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia” dipaparkan oleh pulis bahwa Uni
Eropa melakukan kebijakan ini didasari alasan karena prduk kelapa sawit
Indonesia menjadi pesaing yang kuat bagi minyak nabati domestik Eropa seperti
Rujukan penelitian keempat yang ditulis oleh Mohd. Basri Wahid, Faizah
Mohd Shariff, N. Balu dan Nazlin Ismail yang berjudul “EU’s Renewable Energy
terhadap perdagangan minyak sawit. Hasil yang didapatkan adalah Uni Eropa
memiliki ambisi untuk menetapkan 10% target untuk produk yang useable.
6
Namun demikian Uni Eropa kemungkinan tidak memenuhi targetnya di 2020
berjudul “Upaya Mengatasi Black Campaign Kelapa Sawit dan Langkah Strategis
Campaign. Hasil dari penelitian ini adalah adanya deforestasi bukanlah semaata –
mata dikeranakan adanya perluasan lahan untuk kelapa sawit melainkan karena
faktor – faktor yang lain seperti adanya perburuan liar dan juga pertambangan.
dengan penelitian ini dimana dalam penelitian ini menjelaskan langkah Indonesia
ke WTO karena tindakan Uni Eropa tersebut tidak sejalan dengan prinsip WTO
Resolusi Kelapa Sawit Uni Eropa (Report on Palm Oil and Deforestation of
kelapa sawit menjadi faktor dari kerusakan lingkungan. Penelitian ini juga
guna mencapai kepentingan ekonominya dimana Uni Eropa merasa tersaingi oleh
Penelitian keenam dengan penelitian ini memiliki perbedaan dimana penelitian ini
7
berusaha untuk menjelaskan dampak kampanye negatif dari perspektif dua negara
produsen kelapa sawit terbesar di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan Malaysia.
Rujukan penelitian ketujuh yang ditulis oleh Luh Made Junita Dwi Jayanti
dan I Gede Putra Ariana yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Impor Daging
Ayam antar Brasil dengan Indonesia melalui Dispute Settlement Body World
maupun membatasi impor daging ayam dari negara manapun termasuk Brasil.
merupakan produk yang aman, halal dan sehat. Namun bagi Brasil, kebijakan
Brasil.
Rujukan penelitian kedelapan yang ditulis oleh Yuni Ariza Rostia yang
diambil Indonesia dalam menghadapi klaim yang diajukan oleh Uni Eropa
mengenai praktek dumping dari produk biodesel Indonesia di 2013. Hasil yang
menangani sengketa peraturan impor pisang Amerika oleh Uni Eropa. Sengketa
8
perdagangan ini dilatarbelakangi oleh kebijakan dari Uni Eropa dalam NBR 1993
tentang kuota tarif serta sistem lisensi. Amerika Serikat meminta WTO untuk
persamaan yaitu respon suatu negara dalam menghadapi ancaman yang dapat
ini dengan jurnal rujukan tersebut yaitu penulis akan menjelaskan langkah
Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi ancaman Black Campaign oleh Uni
Rujukan penelitian kesepuluh yang ditulis oleh Rosita Dewi yang berjudul
kebijakan RED Uni Eropa. Kebijakan RED Uni Eropa adalah sebuah langkah
yang dilakukan dalam rangka mengurangi emisi karbon secara global. Langkah
megurangi emisi global. Hal tersebut secara tidak langsung menjadi hambatan
perdagangan yang diciptakan oleh Uni Eropa sebagai bentuk proteksi terhadap
penelitian ini yaitu RED merupakan kebijakan yang diberlakukan dalam rangka
negara anggota Uni Eropa. Perbedaan jurnal kesepuluh dengan penelitian ini yaitu
9
dalam penelitian ini akan menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh
kebijakan Uni Eropa terhadap dua negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar
Analisis
Malaysia Economy:
An Analysis in GTAP
Framework oleh
Rozy Ahimsyah
Widodo
10
Diplomacy Case ini adalah Eropa menjadi alat kebijakan
data sekunder
Oleh Verdinand
Robertua
Non-Tarif oleh Uni ini adalah ini didasari alasan karena prduk
11
Nazlin Ismail
Yusticia
12
Dispute Settlement eksplanatif. Indonesia adalah produk yang
Organization
Arjana
Produk Biodesel
Rostia
13
Game
Perdagangan oleh
Rosita Dewi
dialog, atau negosiasi. Tujuan dari diplomasi adalah untuk memperkuat negara,
14
kebijakan.. Diplomasi memiliki beberapa tipe yang diantaranya yaitu diplomasi
instrumen kebijakan luar negeri. Selain itu, alasan diplomasi ekonomi yang
dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk menetralisir atau meniadakan adanya
persaingan yang adil antar negara, serta memastikan akses ke pasar ekonomi
campaign terhadap komoditas kelapa sawit, hal ini tidak hanya dianggap sebagai
masalah ekonomi melainkan dianggap sebagai masalah politik. Dalam hal ini
yaitu dampak yang ditimbulkan dari kebijakan Uni Eropa terhadap negara-negara
produsen kelapa sawit. Black campaign yang dilakukan oleh Uni Eropa
Pada penelitian ini, diplomasi ekonomi menjadi alat yang digunakan oleh
7
Cosmina-loana Codrean, “Diplomacy, A Brief Analysis of The Types of Diplomacy”, The Annals
of the Univeristy of Oradea, Economic Sciences, TOM XXVI 2017, Issue 2
8
Tatoul Manasserian, “Economic Diplomacy: From Theory to Real Life”, Research Center
ALTERNATIVE (2017).
9
Windratomo Suwarno, “Kebijakan Sawit Uni Eropa dan Tantangan bagi Diplomasi Ekonomi
Indonesia”, Jurnal Hubungan Internasional, Vol.8, No. 1 / April – September 2019, hal. 24
15
dengan komoditas kelapa sawit. Dalam menghadapi isu black campaign yang
dilakukan oleh Uni Eropa dimana hal tersebut dianggap sebagai suatu hambatan
diterima di pasar Uni Eropa. Indonesia dan Malaysia terus melakukan langkah
untuk komoditas minyak kelapa sawit mereka agar diterima oleh Uni Eropa,
melakukan kerja sama CPOPC serta melakukan diplomasi melalui WTO terkait
kelapa sawit Indonesia dan Malaysia sudah dikelola secara berkelanjutan dengan
dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia ini diharapkan akan memiliki dampak
positif dalam memperbaiki industri komoditas minyak kelapa sawit agar kedua
negara ini tetap bisa menjalankan proses ekspor kelapa sawit di pasar global,
negara atau lebih tanpa adanya suatu hambatan. Kendati demikian, setiap negara
semakin tingginya persaingan usaha antara produsen luar negeri dan produsen
16
dalam negeri yang tidak bisa dihindari. 10 Oleh karena itu, dalam perdagangan
bebas di pasar internasional terdapat upaya proteksi yang ditreapkan dalam bentuk
hambatan perdagangan.
perdagangan internasional.
non-tarif Hambatan tarif atau tarif barriers merupakan kebijakan yang dibuat oleh
atau bea keluar untuk barang-barang ekspor. Adanya bea masuk yang besar,
maka pendapatan negara akan meningkat namun juga sekaligus akan membatasi
memilih untuk menggunakan produk dalam negeri. Kebijakan tarif terdiri atas: 11
1. Tarif Umum atau Most Favoured Nation (MFN), merupakan tarif bea
10
Umar Fakhrudin, Kebijakan Hambatan Perdagangan atas Produk Ekspor Indonesia di Negara
Mitra Dagang, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.II, No.02, (2008), hal. 217
11
Kementerian Perdagangan, Tarif Preferensi, diakses dalam https://e-
ska.kemendag.go.id/home.php/home/preferensi (20/112021,18:32 WIB)
17
2. Bea Masuk atau Import Tariff, merupakan pungutan negara dari undang-
impor.
atau pembebasan bea masuk yang telah diatur dalam perjanjian atau
kesepakatan internasional.
bahan bakar minyak nabati seperti minyak kelapa sawit. Kebijakan tersebut dapat
menghambat masuknya produk minyak kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia
sustainability yang ada dalam kebijakan RED. Hal ini dilihat sebagai salah satu
hambatan non-tarif yang dilakukan Uni Eropa untuk membatasi jumlah impor
minyak kelapa sawit dari negara produsen, khususnya Indonesia dan Malaysia
yang merupakan dua negara pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
18
1.6 Metode Penelitian
yang berkaitan dengan pengkajian suatu fenomena dengan lebih rinci. 12 Dalam
konteks penelitian ini, peniliti akan memaparkan fenomena yang terjadi terhadap
komoditas minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia di pasar Uni Eropa, serta
dari Library Research yang didapatkan dari membaca buku, jurnal ilmiah, website
resmi dan sumber akurat lainnya yang kemudian diolah dan dianalisa mendalam.
Setelah data – data tersebut dikumpulkan, data tersebut kemudian diseleksi dan
permasalahan berdasarkan fakta – fakta yang ada lalu ditarik sebuah kesimpulan.
12
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta:Literasi Media
Publishing, 2015), hal. 8.
19
1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian
pembahasan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini batasan materi akan
berfokus pada langkah yang diambil oleh Indonesia dan Malaysia dalam
menganalisa data – data yang telah dikumpulkan dan menjadi acuan dalam
memaparkan data. Dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2019-2021 dimana
Indonesia dan Malaysia melakukan upaya diplomasi ekonomi sebagai respon atas
BAB I Pendahuluan
20
1.6 .Metodologi Penelitian
BAB II Indonesia dan Malaysia Sebagai Mitra Perdagangan CPO Uni Eropa
2.2 Posisi Kelapa Sawit Indonesia dan Malaysia di Pasar Uni Eropa
III
3.1 Hambatan Perdagangan Kelapa Sawit di Pasar Uni Eropa
3.3 Dampak dari Black Campaign Uni Eropa terhadap Sektor Kelapa
campaign
campaign
21
4.3 Analisa Perbandingan Upaya Diplomasi Ekonomi yang diambil
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
22