Anda di halaman 1dari 17

AKTIVITAS-AKTIVITAS

DALAM BISNIS
INTERNASIONAL
KELOMPOK 4 C1

Dosen Pengampu:
Dr. Yuslinda Dwi Handini S.Sos.,M.AB.,
Delia Nisa Nur Arofah
210910202024
Bella Najwa Muzdha L Z
210910202089
Anggota Lesty Aprilia Damayanti
Kelompok 210910202001
Khusnul Dwi Syahputri
210910202020
I Gede Dana Permana
210910202119
POKOK PEMBAHASAN

Definisi Aktivitas Binsis Hambatan Memasuki


Internasional Bisnis Internasional

Macam Aktivitas Bisnis


Studi Kasus
Internasional

Tahapan dalam
Memasuki Bisnis Kesimpulan
Internasional
Definisi
Aktivitas
Bisnis
Internasional
Aktivitas bisnis internasional secara historis
dengan berbentuk ekspor dan impor.
Secara umum, aktivitas bisnis internasional
merupakan serangkaian beberapa agenda
yang dapat diikuti dan dipilih oleh sebuah
perusahaan demi tujuan tertentu, seperti
meningkatkan value dari perusahaan
tersebut.
Macam
Aktivitas
Bisnis
Internasional
Kontrak
Ekspor Impor Lisensi Waralaba Manajemen
Tahapan dalam
Memasuki Bisnis
Internasional
Ekspor Insidentil Franchising

Pemasaran di luar
Ekspor Aktif negeri
Produksi dan
Penjualan Lisensi pemasaran di luar
negeri
Hambatan
Memasuki
Bisnis
Internasional
Kondisi politik dan
Batasan kuota dan
hukum/perundang-
tarif bea masuk
undangan

Perbedaan bahasa,
Hambatan
sosial
operasional
budaya/cultural
Studi Kasus
Pengaruh kebijakan Uni Eropa terhadap ekspor
kelapa sawit Indonesia
Indonesia adalah negara pengekspor minyak kelapa sawit terbesar pertama di dunia. Minyak
kelapa sawit (CPO) merupakan hasil pengolahan oleh tanaman kelapa sawit yang menjadi
sumber devisa bagi Indonesia dalam proses pengembangan perkebunan kelapa sawit. Indonesia
telah menyediakan CPO ke pasar global selama beberapa dekade. Menurut data tahun 2007,
Indonesia memiliki sekitar 14,03 juta hektar lahan kelapa sawit yang dapat menghasilkan sekitar
38,17 juta ton minyak sawit (Info Sawit, 2018). Artinya, Indonesia dapat memasok sekitar 55% dari
total produksi minyak sawit dunia sebesar 58,9 juta ton. Ada tiga mitra dagang ekspor CPO dari
Uni Eropa: Belanda ($242 juta), Spanyol ($233,1 juta) dan Italia ($215,4 juta). Total ekspor
Indonesia ke Eropa melebihi total ekspornya ke Pakistan jika digabungkan dari ketiga negara
tersebut sehingga Eropa menjadi konsumen CPO Indonesia terbesar ketiga di dunia dan
Indonesia memiliki pasar yang besar di kawasan tersebut. Sejak 2015 hingga Q1 2017, Indonesia
mendapat tekanan dari Uni Eropa (UE) berdasarkan kebijakan UE. Parlemen Uni Eropa
mengeluarkan resolusi tentang minyak kelapa sawit dan deforestasi hutan hujan. Uni Eropa
mempertanyakan proses produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini, di mana diyakini telah
merusak lingkungan melalui eksploitasi lahan pertanian dan hutan yang kejam selama
pengembangan minyak sawit. Untuk memenuhi permintaan pasar dunia yang terus meningkat,
produksi dalam negeri juga merupakan strategi untuk meningkatkan output.
Pengaruh kebijakan Uni Eropa terhadap ekspor
kelapa sawit Indonesia

Tanggapan Indonesia terhadap kebijakan UE meliputi:

1. Pemerintah Indonesia secara tegas menolak keputusan Komisi Eropa untuk menerima
usulan regulasi yang berwenang. Rancangan tersebut mengklasifikasikan minyak
sawit sebagai minyak nabati berisiko tinggi, bukan produk yang mempromosikan
keberlanjutan.
2. Kebijakan UE adalah suatu bentuk politis yang ditujukan untuk mempromosikan
minyak nabati di dalam negeri yang produksi minyak nabatinya dikembangkan oleh
negara-negara tersebut,
3. Pemerintah Indonesia akan berupaya untuk mendorong dan mempergiat dialog
dengan mempromoikan platform SDGs serta akan menyambut baik kontribusi semua
pecinta lingkungan yang tentunya Indonesia akan konsisten terhadap tindakan
tersebut Diskriminasi UE melalui World Trade Organization (WTO).
Pengaruh kebijakan Uni Eropa terhadap ekspor
kelapa sawit Indonesia
Dampak kebijakan Uni Eropa:
Kebijakan RED (Renewable Energy Directive) II yang membatasi ekspor produk minyak sawit
berdampak pada PDB negara, ekspor, neraca perdagangan, dan lapangan kerja. Banyak industri
kelapa sawit Indonesia yang telah menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,
sehingga industri tersebut berperan penting dalam menarik tenaga kerja. Dengan Uni Eropa
mempromosikan minyak sawit secara diskriminatif, Indonesia akan kehilangan pasarnya di sana.
Berdasarkan data impor UE selama 5 tahun terakhir, hal ini akan menyebabkan terjadinya
oversupply minyak sawit di dunia, implementasi RED II akan berdampak pada oversupply minyak
sawit di pasar dunia sebesar 10,05% dari total yang saat ini diperdagangkan. Nilai ini setara dengan
4,55 juta ton per tahun. Pasokan minyak sawit yang berlebih tentu akan menekan harga minyak
sawit yang turun dalam dua tahun terakhir. Diskon diperkirakan akan semakin buruk di masa
mendatang. Namun, Indonesia akan tetap mengikuti sikap diskriminatif Uni Eropa dan berpendapat
bahwa UE menerapkan sistem perdagangan yang tidak sesuai dengan Perjanjian Liberalisasi
Perdagangan. Pengajuan diberitahukan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Di sisi lain,
pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama dengan PT. Pertamina dalam produksi bahan bakar
minyak sawit. Ini adalah bentuk komitmen pemerintah untuk mendukung SDGs dan diharapkan
inovasi ini berhasil sehingga dapat menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan sejalan
dengan misi ekonomi hijau.
KESIMPULAN
THYNK UNLIMITED
Aktivitas bisnis internasional merupakan kegiatan yang
bisa dilaksanakan oleh perusahaan tertentu demi
memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Aktivitas bisnis
internasional terbagi ke dalam beberapa macam antara
lain: ekspor, impor, lisensi, waralaba dan kontrak
manajemen. Pada dasarnya saat masuk kedalam Bisnis
Internasional terdapat tahapan yang harus dilaksanakan
mulai dari ekspor insidentil, ekspor aktif, penjualan lisensi,
franchising, pemasaran luar negeri, produksi dan
pemasaran luar negeri. Selain itu juga dapat terjadi
hambatan dalam Bisnis Internasional yaitu: batasan
perdagangan dan tarif bea masuk, perbedaan bahasa,
sosial dan budaya, kondisi politik dan hukum, serta
hambatan operasional.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai