Anda di halaman 1dari 6

Indonesia Produsen CPO Terbesar Dunia yang Tak Bisa Apa-apa,

karena Malaysia Penentu Harganya

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Perekonomian Internasional

Oleh:
DINI MILA
NPM: 1910061201086

Dosen Pengampu:
Drs. Widia Yul, M.Pdi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SAKTI ALAM KERINCI


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
SUNGAI PENUH
2022
ABSTRAK

Kenaikan harga minyak goreng dalam beberapa bulan terakhir telah


menjadi sorotan publik. Hingga banyak yang mengaitkannya
dengan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Menurut para
produsennya, minyak goreng yang begitu mahal saat ini memang
disebabkan oleh penyesuaian harga CPO global, yang permintaannya
tengah meningkat tapi suplainya tak dapat mencukupi.
Kondisi tersebut tentu mencerminkan sebuah ironi, mengingat
Indonesia sendiri merupakan produsen minyak sawit nomor satu di dunia
sejak 2006, melewati Malaysia yang selama bertahun-tahun menempati
posisi itu. Lantas, kenapa tingginya permintaan CPO itu tidak dapat
dipenuhi oleh Indonesia sebagai produsen terbesarnya, sehingga
menyebabkan kenaikan harga minyak goreng di pasaran?
Jawaban untuk pertanyaan di atas adalah karena Malaysia memiliki
wewenang untuk menentukan harga komoditas sawit global, termasuk
CPO yang menjadi penyumbang devisa ekspor terbesar bagi Indonesia.
Melalui Bursa Malaysia Derivatives (BMD), Negeri Jiran dapat
mengendalikan harga hasil panen perkebunan kelapa sawit di Indonesia
dengan kontrak berjangka CPO.
Selain BMD, harga minyak sawit Indonesia juga mengacu pada
bursa komoditas yang berada di Rotterdam, Belanda. Pengaruh BMD
dalam naik turunnya harga sawit dunia sampai saat ini bukanlah tanpa
alasan, sebab Malaysia sebelumnya merupakan negara penghasil CPO
terbesar dunia. Bahkan, melansir laman resmi BMD, mereka sudah
melakukan perdagangan komoditas CPO sejak Oktober 1980. Jadi, tak
perlu heran juga dengan penetapan harga minyak sawit global yang
menggunakan mata uang Ringgit Malaysia (RM) dan Dolar Amerika
Serikat (USD). Bukan sesuatu yang mengejutkan, banyak perkebunan
kelapa sawit di Indonesia yang dimiliki perusahaan asal Malaysia dan
Singapura.
Dalam catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) selama 2015 hingga Maret 2021, investasi atau
penanaman modal asing (PMA) di sektor pertanian masih didominasi
oleh perkebunan sawit. Adapun, realisasi PMA untuk perkebunan kelapa
sawit di Indonesia pada periode tersebut mencapai USD 9,5 miliar atau
setara 5,2 persen dari nilai totalnya. Lebih rinci lagi, angka investasi asing
di Tanah Air tersebut berasal dari Singapura (53,7 persen) dan Malaysia
(15,8 persen).

i
A. Pendahuluan

Produk perkebunan sawit merupakan produk komoditas


perdagangan asing, di mana manor lengkap yang dikirim pada 2018
mencapai 28,1 miliar dolar atau setara dengan 393,4 triliun rupiah.
Komitmen sub-area manor untuk ekonomi publik diandalkan untuk
meningkatkan lebih lanjut memperkuat kemajuan umum perkebunan.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sebagai
penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Produksi minyak sawit dan inti
sawit pada tahun 2018 tercatat sebesar 48,68 juta ton, yang terdiri dari
40,57 juta ton crude palm oil (CPO) dan 8,11 juta ton palm kernel oil
(PKO). Jumlah produksi tersebut berasal dari Perkebunan Rakyat sebesar
16,8 juta ton (35%), Perkebunan Besar Negara sebesar 2,49 juta ton (5%,)
dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 29,39 juta ton (60%). Partisipasi
dan kerjasama dalam peningkatan kelapa sawit praktis di seluruh industri
kelapa sawit, dari peternakan hingga penggunaan produk kelapa sawit
dan bawahannya di berbagai area modern, adalah sebuah kebutuhan.
Dukungan dari semua mitra diperlukan.

B. Pembahasan

Perdagangan Internasional merupakan bentuk pertukaran global.


Pertukaran global adalah pertukaran yang dilakukan oleh penduduk atau
penyelenggara negara antar negara yang muncul selama waktu yang
dihabiskan untuk memperdagangkan tenaga kerja dan produk yang
umumnya bermanfaat berdasarkan pemahaman bersama (Purba, 2021:5).
Teori Perdagangan Global Menurut Christianto (2013) Arti istilah dasar

1
pertukaran dunia menurut referensi kata keuangan adalah pertukaran
yang terjadi antara setidaknya dua negara. Berdasarkan hipotesis
tersebut, maka pertukaran minyak sawit mentah adalah kesepakatan oleh
organisasi yang memproduksi minyak sawit mentah, yang jika dilihat,
tingkat kepemilikan penawaran terbesar dalam organisasi minyak sawit di
Indonesia adalah eksklusif, yaitu 69,5% sedangkan publik otoritas hanya
memiliki 5,2% penawaran. Hal ini jelas membuat pemerintah Indonesia
tidak mampu bergerak untuk mencari tahu dimana komoditas kelapa
sawit mentah dari peternakan di Indonesia, dimana sebagian besar
penyokong keuangan adalah orang luar dan jelas memiliki posisi untuk
menawarkan barang kepada pihak yang dapat memberikan manfaat.
Sehingga di Indonesia hanya disebut sebagai produsen minyak sawit
mentah terbesar di dunia namun hasilnya disukai oleh berbagai negara.
Salvatore (2014) merumuskan model sederhana terjadinya
perdagangan internasional sebagai berikut:

Sumber: Salvatore,2014.
Gambar 1 Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional
Pada Gambar di atas menjelaskan terdapat perdagangan
internasional antara negara A dan negara B. Sehingga pada perdagangan

2
internasional antara negara A sebagai negara pengekspor dan negara B
sebagai negara pengimpor terjadi keseimbangan harga komoditi relatif.
Selain itu perdagangan internasional terjadi akibat kelebihan penawaran
pada negara A dan kelebihan permintaan pada negara B. Pada negara A
harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas
tersebut sebesar Pb, cateris paribus. Pada pasar internasional harga yang
dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu berada pada harga P*
sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran (excess supply)
di pasar internasional.
Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga
pada pasar internasional. Sehingga akan terjadi kelebihan permintaan
(excess demand) di pasar internasional. Pada keseimbangan di pasar
internasional kelebihan penawaran negara A menjadi penawaran pada
pasar internasional yaitu pada kurva ES. Sedangkan kelebihan permintaan
negara B menjadi permintaan pada pasar internasional yaitu sebesar ED.
Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan terjadi
keseimbangan harga sebesar P*. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan
negara A mengekspor, dan negara B mengimpor komoditas tertentu
dengan harga sebesar P* di pasar internasional. Dari penjelasan di atas
didapat bahwa perdagangan internasional (ekspor-impor) terjadi karena
terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb), dan harga
internasional (P*); permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas
tertentu. Selain itu, nilai tukar mata uang (exchange rate) pada pasar
internasional antara suatu negara dengan negara lain secara tidak
langsung akan menyebabkan ekspor dan impor pada suatu negara.

3
Sebagai investor perkebunan sawit tentunya menginginkan produk
dijual dengan harga pasar yang memiliki penawaran yang tinggi,
sehingga akibat dari hal tersebut jika dikaitkan dengan kasus yang ada di
Indonesia merupakan serangkaian runtutan peristiwa sikap investor yang
ingin mengerja ke untungan sebesar-besarnya. Selanjutnya, cenderung
dianggap bahwa meningkatnya minat terhadap minyak sawit mentah di
Indonesia, bahkan hingga akhir-akhir ini menjadi hotline di berita dan
surat kabar TV, adalah akibat dari penjualan produk minyak sawit mentah
ke negara-negara yang menawar dengan harga selangit dan
mendatangkan keuntungan. tentang kekurangan item minyak sawit
mentah di Indonesia. Hal ini tentunya tidak lepas dari pekerjaan para
penyandang dana yang memiliki organisasi, yang sebagian besar
merupakan perkumpulan pribadi yang merupakan penyandang dana dari
warga negara yang jauh.

Anda mungkin juga menyukai