Bisnis Internasional Kelompok 3 Nama-nama kelompok 3:
1. Abigail Nicole Agatha Kindangen
2. Alfriyanti Liling
3. Billy Arfin Kalumata
4. Fionita Ayu Nanono
5. Astriyani
TEORI ALIANSI STRATEGI
Teori Balance of Power: Teori ini menyatakan bahwa aliansi dibentuk untuk mengimbangi kekuatan dan mencegah dominasi satu pihak terhadap pihak lain. Dalam teori ini, negara-negara cenderung membentuk aliansi dengan negara-negara yang memiliki kepentingan serupa untuk menjaga keseimbangan kekuatan dan stabilitas. 1. Pengertian Aliansi Aliansi adalah persekutuan atau kerjasama antara dua atau lebih pihak, entitas, atau negara untuk mencapai tujuan bersama yang saling menguntungkan. 2. Bagaimana Proses bentuk dan struktur terkait masalah ini Indonesia telah mengambil beberapa strategi terkait dengan sanksi yang diberlakukan oleh Uni Eropa melalui Blokir Perdagangan dengan Pihak Ketiga (BPO). Beberapa strategi tersebut antara lain: Diplomasi: Indonesia telah melakukan pendekatan diplomasi untuk membujuk Uni Eropa untuk membatalkan sanksi tersebut. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah melakukan pertemuan dengan perwakilan Uni Eropa dan juga melakukan perundingan secara bilateral dengan negara- negara anggota Uni Eropa. Diversifikasi pasar: Indonesia juga telah memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain di luar Uni Eropa. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada pasar Uni Eropa dan menghindari dampak yang lebih besar akibat sanksi tersebut. Meningkatkan kualitas produk: Pemerintah Indonesia juga telah memperkuat pengawasan dan pengendalian kualitas produk ekspor untuk memastikan bahwa produk yang diekspor memenuhi standar internasional. Dengan demikian, Indonesia dapat mempertahankan daya saing produknya di pasar internasional. Mendorong investasi: Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk meningkatkan investasi asing di sektor manufaktur dan industri lainnya. Hal ini dapat membantu meningkatkan nilai tambah produk Indonesia sehingga dapat lebih kompetitif di pasar internasional. Sesuai dengan ketentuan Pasal 33 UUD 1945, sumber daya alam harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah untuk mengolah hasil tambang menjadi komoditas bernilai tinggi adalah langkah yang tepat. Dengan menghentikan ekspor bijih nikel, pemerintah dapat mendorong pendirian industri pengolahan bijih nikel menjadi produk bernilai tambah yang lebih tinggi, seperti feronikel yang memiliki nilai tambah 14 kali lebih tinggi dari bijih nikel, atau billet stainless steel yang memiliki nilai tambah 19 kali lebih tinggi. Namun, untuk berhasil melaksanakan kebijakan ini, pemerintah harus melakukan beberapa tindakan. Pertama, mencari investor yang tertarik untuk membangun industri pengolahan bijih nikel. Kedua, menetapkan aturan hukum yang melindungi hilirisasi industri sumber daya alam. Ketiga, menjamin ketersediaan bahan baku tambang yang konsisten untuk pengolahan. Keempat, menyediakan pasar domestik dan luar negeri yang memadai untuk menampung komoditas industri hilirisasi. Kelima, memberikan perlindungan kepada investor dari perubahan kebijakan, stabilitas politik, serta menetapkan sistem pajak yang adil dan berkeadilan. Keenam, mendorong kolaborasi antara investor dan pelaku usaha daerah/UMKM untuk meningkatkan hilirisasi industri dan alih teknologi. Meningkatkan kerja sama regional: Pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara melalui perjanjian perdagangan bebas dan kerja sama ekonomi lainnya. Dengan kerja sama ini, Indonesia dapat meningkatkan perdagangan dengan negara-negara lain dan mengurangi ketergantungan pada Uni Eropa. 3. Manfaat Salah satu manfaatnya adalah dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global dan mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja. Dengan bergabung dalam WTO, Indonesia memiliki hak untuk melindungi kepentingannya dalam perdagangan global, terutama terkait dengan ekspor produk tambang. Selain itu, gugatan ini dapat mendorong Indonesia untuk meningkatkan kualitas produk tambangnya dan meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut melalui proses pengolahan di dalam negeri. Dengan meningkatkan kualitas produk dan nilai tambahnya, Indonesia dapat meningkatkan daya saing produknya di pasar global dan meningkatkan pendapatan dari ekspor. Namun, di sisi lain, gugatan ini juga dapat mengancam hilirisasi industri pertambangan di Indonesia jika keputusan yang diambil oleh WTO menghambat upaya Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah produk tambangnya. Dalam hal ini, Indonesia perlu memastikan bahwa kepentingan nasionalnya dijaga dengan baik dan upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk tambang tetap dapat dilakukan tanpa mengabaikan persyaratan WTO. Secara keseluruhan, gugatan Uni Eropa di WTO dapat memberikan manfaat dan juga tantangan bagi industri pertambangan di Indonesia, dan perlu adanya upaya yang tepat untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan persyaratan perdagangan global Manfaat bagi rakyat yang ada di sekitar berupa lapangan pekerjaan, peluang usaha baru bagi pelaku usaha kecil dan menengah sehingga pertumbuhan ekonomi di provinsi maupun nasional meningkat. Akhirnya kesejahteraan masyarakat sekitar juga meningkat.