Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI INTERNASIONAL I

EKONOMI POLITIK : KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIOANAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Internasional I Kelas AB

Dosen Pengampu:

Putu Mahardika Adi Saputra, S.E., M.Si., M.A., Ph.D

Disusun oleh:

Vira Rusdiana 195020101111029

Larassanti Defina Rizka Faza 195020101111009

EKONOMI PEMBANGUNAN

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
Pada tahun 1981, Amerika Serikat dan Jepang melakukan perdagangan internasional.
Pada saat itu Amerika Serikat meminta jepang untuk membatasi ekspor mobilnya ke Amerika
Serikat yang mengakibatkan peningkatan harga mobil impor dan berdampak pada konsumen
Amerika yang dipaksa untuk membeli mobil produksi dalam negeri walaupun kurang disukai.
Jepang juga diminta Amerika untuk menghapus pembatasan impor daging dan produk jeruk
dari negara lain, akan tetapi Jepang menolak permintaan tersebut. Permintaan tersebut akan
memaksa konsumen jepang untuk membeli produk domestic dengan harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan harga impor.

Pada bab ini, akan dijelaskan peran kekuatan-kekuatan politik yang akan mendorong
terbentuknya kebijakan pemerintah yang baru mengingat kedua negara tersebut memilih
meneruskan kebijakan perdagangannya masing-masing berlandaskan pada analisis biaya-
manfaat yang sebenarnya lebih banyak menyebabkan kerugian karena negara harus melayani
berbagai tujuan yang harus sesuai dengan analisis biaya-manfaat.

KASUS PERDAGANGAN BEBAS

Semua negara pastinya akan menginginkan perdagangan secara bebas, pada


kenyataanya hanya sedikit negara yang benar-benar bisa melakukan perdagangan secara
bebas. Hongkong merupakan negara modern yang sama sekali tidak mengenakan tarif atau
pembatasan impor. Para ekonom banyak yang memandang bahwa perdagangan bebas
merupakan perdagangan yang ideal dan sempurna serta lebih baik dari kebijakan-kebijakan
lain, perdagangan bebas juga menghindarkan negara dari kerugian efisiensi akibat adanya
proteksi, para ekonom juga yakin bahwa perdagangan bebas akan menciptakan keuntungan
lebih yang tidak dapat diperoleh jika terjadi distorsi produksi dan konsumsi.

Perdagangan Bebas dan Efisiensi

Gambar disamping menunjukkan tentang


persoalan pokok untuk kasus negara kecil yang tidak bisa
mempengaruhi harga ekspor dunia. Adanya tarif
menyebabkan kerugian bagi perekonomian yang
ditunjukkan oleh dua bidang segitiga. Hal ini terjadi
karena adanya distorsi terhadap rangsangan ekonomi bagi produsen dan konsumen.
Pergerakan ke arah perdagangan bebas akan menghilangkan distorsi tersebut sehingga
kesejahteraan ekonomi meningkat. Apabila biaya proteksi di amerika serikat diukur sebagai
prosentase pendapatan nasional, maka angka relatifnya kecil, dan keadaan tersebut
mencerminkan bahwa ketergantung amerika serikat terhadap perdagangan internasional itu
kecil disbanding negara lain dan perdagangan yang dijalankan oleh amerika serikat lebih ke
arah bebas.

Keuntungan Tambahan dari Perdagangan Bebas

Bagi perekonomian negara kecil maupun berkembang, para ekonom menganjurkan


untuk melakukan perdagangan bebas sebagai keuntungan tambahan, yang salah satunya yaitu
economies of scale. Pasar yang diproteksi akan memecah belah kegiatan produksi secara
internasional dan mengurangi daya saing maupun potensi untuk meningkatkan laba.
Perusahaan juga akan terjebak dalam pola produksi yang tidak efisien karena perusahaan
terus berkonsentrasi ke dalam pasar domestic yang sempit.

Contohnya pada kasus industri mobil di argentina, ketika impor mobil dibatasi, maka
yang terjadi adalah permintaan akan mobil dalam negeri naik sehingga produksi dalam negeri
juga ditingkatkan. Pada saat itu banyak perusahaan yang ingin masuk ke dalam industry
tersebut, sebenarnya perusahaan bisa menghasilkan laba ketika suatu perusahaan tersebut
menghasilkan skala ekonomi yang efisien, yakni perusahaan tersebut harus mampu
menghasilkan 80 ribu sampai 200 ribu unit mobil per tahun. Pada kenyataannya, tahun 1964
perusahaan yang berkecimpung dalam industry tersebut hanya mampu menghasilkan 166 ribu
unit mobil padahal jumlah perusahaan dalam industry tersebut sebanyak 13 perusahaan.
Pemberian insentif kepada wirausahawan merupakan salah satu cara untuk bersaing dalam
ekspor impor sehingga pola perdagangan bebas akan terbentuk dan menciptakan inovasi
untuk produk dalam negeri.

Kanada merupakan salah satu negara yang menerapkan pola perdagangan bebas, dan
hasil keuntungannya lebih daripada pola perdagangan sebelumnya yakni pendapatan riil
kanada meningkat 8,6 persen yang merupakan hasil dari tiga kali lipat perkiraan analisis
ekonom.
Argumen Politik bagi Perdagangan Bebas

Argumen politik bagi perdagangan bebas (Political argumen for free trade)
menjalaskan adanya komitmen politik berlangsungnya perdagangan bebas. Kebijakan
perdagangan kenyataannya lebih didominasi oleh pertimbangan politik atas kepentingan
khusus daripada pertimbangan atas ekonomi nasional. Secara teoritis pengenaan tarif dan
pemberian subsidi ekspor yang selektif dapat meningkatkan kesejahteraan nasional, tetapi
dalam pelaksanaanya hal tersebut sering ditunggangi oleh kelompok kepentingan yang
membelokkan kebijakan tersebut untuk melayani kepentingannya sendiri.

Studi Kasus : Keuntungan dari 1992

Akta pasar tunggal eropa (Single European Act) merupakan kesepakatan oleh
masyarakat eropa yang bertujuan untuk menciptakan pasar eropa yang masa berlakunya 5
tahun kedepan. Akta ini dinamai sebagai proyek 1992. Sebelumnya masyarakat eropa telah
membentuk uni pabean (Custom Union) yang menghapuskan tarif atau hambatan
perdagangan lainnya seperti kuotra impor, akan tetapi pelaksanaannya memiliki banyak
hambatan, maka dari itu masyarakat eropa memiliki harapan besar pada proyek 1992 ini.
Contoh, truk-truk yang membawa barang dari Perancis ke Jerman atau sebaliknya harus
menjalani proses pemeriksaan yang lama sehingga menimbulkan biaya waktu dan bahan
bakar yang cukup banyak.

Karena peraturan kesehatan pangan di tiap negara anggota masyarakat Eropa berbeda,
maka seorang pengusaha tidak bisa memuat sebuah truk dengan makanan di Inggris lalu
mengirimkannya ke Perancis, atau sebaliknya. Obat yang cocok di Jerman belum
tentu bisa diterima oleh kalangan medis Perancis jika keamanan dan khasiatnya belum
dicoba oleh para dokter Perancis. Cara terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti
ini yaitu dengan mengajak semua negara anggota untuk menyepekati peraturan bersama.
Oleh karena itu, tugas pokok para negosiator proyek 1992 adalah mengharmonisasikan
regulasi di berbagai bidang. Tugas ini sangat sulit karena perbedaan peraturan terkadang
merupakan cerminan dari perbedaan kebudayaan yang sulit untuk ditawar. Masing masing
negara juga memiliki budaya makan tersendiri sehingga sulit untuk menyetujui proyek ini.

Contohnya pewarna pink banger yang digunakan untuk membakar sosis di Inggris
yangf terlihat nikmat oleh masyarakat di negara tersebut tetapi beda jika orang Eropa yang
melihatnya, maka mereka merasa aneh dan tidak menyukai. Akan tetapi mereka pada
akhirnya menyetujui proyek tersebut padahal keuntungan secara langsungnya juga tidak
terlalu besar, akan tetapi para ekonom yakin bahwa keuntungan secara langsungnya akan
sangat besar.

Keyakinan mereka didasarkan oleh pandangan bahwa unifikasi atau penyatuan Eropa
menjadi pasar yang nantinya akan membuat daya saing perusahaan dan menciptakan skala
ekonomis yang lebih efisien. Diperkirakan bahwa manfaat proyek 1992 bisa meningkat kan
pendapatan Eropa hingga 7%. Meskipun demikian terdapat kalangan skeptis yang
berpendapat bahwa segmentasi pasar itu terkait dengan kebudayaan dan tidak ada
hubungannya dengan kebijakan perdagangan. Contohnya orang Italia lebih menyukai pakaian
yang lembut dan modis, jumlah pakaian mereka tidak banyak karena pakaian mereka rata-
rata mahal sehingga mesin cuci yang mereka sukai yakni mesin cuci yang fungsi putarnya
lembut dan tidak merusak pakaian. Sedangkan orang Jerman lebih menyukai pakaian yang
kuat dan tahan lama sehingga mereka pun lebih suka dengan mesin cuci yang kuat. Dalam
beberapa kasus terjadi konsolidasi industri yang meningkatkan daya saing perusahaan yang
bersangkutan misalnya Hoover menutup pabrik alat penyedot debu nya di Perancis dan
memusatkan seluruh kegiatan produksi nya di Inggris sehingga pabrik tersebut menjadi lebih
efisien.

ARGUMEN KESEJAHTERAAN NASIONAL YANG MENENTANG


PERDAGANGAN BEBAS

Argumen Nilai Tukar Perdagangan yang Menghendaki Pengenaan Tarif

Salah satu argumen yang membenarkan penerapan suatu kebijakan perdagangan tidak
berasal dari analisis biaya-manfaat. Pada dasarnya, dalam kasus-kasus tertentu selalu terbuka
kemungkinan bahwa keuntungan nilai tukar perdagangan dari tarif tersebut melebihi biaya-
biaya atau kerugian yang ditimbulkannya. Kenyataan tersebut yang kemudian melandasi
muncul dan berkembangnya argumen nilai tukar
perdagangan bagi tarif (term of trade argument for a
tariff).

Pada kurva di samping, tp menunjukkan suatu


tingkatan tarif yang sepenuhnya meniadakan perdagangan,
mengakibatkan negara yang bersangkutan merugi. Peningkatan tarif lebih lanjut (melebihi
tingkat tp) tidak akan menimbulkan pengaruh apa-apa lagi, sehingga bentuk kurvanya
mendatar. Pada titik 1 kurva tersebut ialah ketika tingkat tarifnya t o, yang memaksimumkan
kesejahteraan nasional. Maka, tingkat tarif t o merupakan tarif optimum (optimum tariff).
Tingkat tarif optimum selalu positif, tetapi selalu lebih rendah dari tingkat tarif prohibitif (t p)
yang sama sekali meniadakan arus impor.

Kebijakan yang disarankan oleh argumen nilai tukar perdagangan demi menunjang
sektor ekspor haruslah berupa suatu subsidi negatif, yakni suatu permberlakuan pajak atas
transaksi ekspor yang akan meningkatkan harga ekspor bagi asing. Ini karena subsidi ekspor
memperburuk nilai tukar perdagangan sehingga kesejahteraan nasional ikut turun. Pajak
ekspor optimum selalu positif, tetapi selalu lebih rendah dari pajak prohibitif yang
menghilangkan seluruh motif atau potensi keuntungan yang terkandung dalam kegiatan
ekspor.

Argumen ini tentu juga memiliki sejumlah kelemahan. Kebanyakan negara kecil
hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mempengaruhi harga dunia, baik itu harga impor
ataupun harga ekspor mereka, sehingga dalam praktiknya argumen ini tidak begitu penting
bagi mereka. Sedangkan, bagi negara-negara besar persoalan yang mendasar adalah bahwa
hujah nilai tukar perdagangan tersebut sama saja dengan hujah yang menyerukan
pemanfaatan kekuatan monopoli untuk memperoleh keuntungan-keuntungan perdagangan
atas beban kerugian di pihak negara-negara lain.

Argumen Kegagalan Pasar Domestik yang Menolak Perdagangan Bebas

Sejumlah ekonom menciptakan gagasan yang mempersoalkan keunggulan


perdagangan bebas atas dasar argumen tandingan (counter argument) yang mengatakan
bahwa konsep-konsep dasar tersebut, terutama konsep surplus produsen, tidak cocok untuk
mengukur biaya dan manfaat. Alasannya ialah adanya kemungkinan bahwa tenaga kerja yang
digunakan di suatu sektor tidak dimanfaatkan atau tidak bekerja penuh, serta adanya
ketidaksempurnaan pasar modal dan tenaga kerja yang menghalangi pengalihan sumber-
sumber daya secepat mungkin ke sektor-sektor tertentu yang menghasilkan imbalan relatif
tinggi, dan adanya kemungkinan kelebihan teknologi dari sejumlah sektor industri baru
khususnya yang bersifat inovatif. Semua alasan tersebut biasa disebut sebagai argumen
kegagalan pasar domestik (domestic market failures).
Dari kurva di samping, panel (a) menunjukkan
analisis biaya-manfaat konvensional dari pemberlakuan tarif
bagi sebuah negara kecil yang tidak mengalami dampak nilai
tukar. Sedangkan, panel (b) menunjukkan keuntungan
marjinal dari produksi yang tidak diperhitungkan dalam
pengukuran surplus produsen. Kurva tersebut menunjukkan
dampak tarif yang meningkatkan harga domestik dari P w ke
Pw+t. Daerah arsir a menunjukkan peningkatan produksi dari
S1 ke S2 yang mengakibatkan piuh produksi. Sementara,
daerah arsir b menunjukkan penurunan konsumsi dari D1 ke
D2 yang menimbulkan piuh konsumsi.
Panel (b) memperlihatkan bahwa perhitungan ini menafsirkan adanya keuntungan-
keuntungan tambahan yang bisa menjadikan pengenaan tarif lebih baik ketimbang
perdagangan bebas. Peningkatan produksi menghasilkan keuntungan sosial yang bisa diukur
di bawah kurva keuntungan sosial marjinal dari S1 ke S2, yang ditunjukkan oleh daerah arsir c.
Jika tarif yang dikenakan sedemikian rendah maka daerah arsir c pasti selalu lebih besar dari
daerah arsir a + b.

Sejauh Mana Argumen Kegagalan Pasar Meyakinkan Kita?

Kurva argumen kegagalan pasar domestik bagi pengenaan tarif sekali lagi
menunjukkan bahwa pengenaan arif itu memang bisa meningkatkan kesejahteraan, meskipun
di sisi lain juga mengakibatkan piuh produksi dan konsumsi karena tarif tersebut
memaksakan produksi tambahan yang memberikan keuntungan sosial. Namun, jika
peningkatan produksi yang sama dapat dicapai lewat subsidi ekspor dan bukan lewat tarif,
harga yang harus dibayar oleh konsumen sama sekali tidak meningkat, sehingga kerugian
konsumen (daerah arsir b) dapat dihindari.
Argumen pembelaan yang kedua atas prinsip perdagangan bebas pada intinya
mengatakan bahwa mengingat kegagalan pasar itu biasanya sulit diidentifikasi dengan tepat,
maka sulit pula kiranya untuk memastikan tanggapan-tanggapan berupa kebijakan yang
paling tepat. Menurut argumen itu, segala keuntungan sosial yang akan tercipta jauh melebihi
segala macam biayanya sehingga pemberlakuan tarif ini bisa dibenarkan. Namun, hipotesis
yang lain mengatakan bahwa kebijakan semacam ini hanya akan mendorong migrasi lanjutan
ke kawasan perkotaan sehingga justru memperparah masalah pengangguran yang sudah ada.
DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN
Kebijakan politik perdagangan yang aktual pada dasarnya merupakan kesejahteraan
nasional atau kesejahteraan yang berfokus pada keinginan-keinginan individu yang terlayani
dalam kebijakan pemerintah. Meskipun demikian, analisis ekonomi menunjukkan dimana
pemerintah diasumsikan lebih tertarik pada upaya maksimalisasi keberhasilan politik
daripada hal lain seperti kesejahteraan nasional.

Persaingan Pemilu (Electoral Competition)

Diasumsikan terdapat dua partai politik yang


masing-masing memiliki janji kepada masyarakat.
Keinginan tiap masyarakat pastinya berbeda beda, pada
sebagian kelompok, mereka menghendaki tarif
perdagangan yang rendah dan sebagian kelompok
menuntut tariff perdagangan yang tinggi untuk
melindungi lapangan kerja mereka dari persaingan
produk impor, karena itu kita bisa membagi pemilik suara
menjadi dua kelompok yakni orang yang menghendaki
tarif rendah dan yang menuntut tarif tinggi dan pada akhirnya mereka akan berusaha mencari
jalan tengah. Jika salah salu partai politik berkampanye akan menerapkan tarif tinggi, maka
partai lain dapat memenangkan pemilu dengan menawarkan tarif yang lebih rendah.

Kompetisi politik ini mendorong kedua partai mengajukan tarif yang mendekati
tingkat tarif yang diinginkan oleh pemilik suara rata-rata. Seumpama salah satu partai politik
menjanjikan tingkat tarif perdagangan yang lebih tinggi daripada tM, maka partai lainnya
menjanjikan tarif tB yang sedikit lebih rendah dari tM. Partai tersebut berkemungkinan menang
karena tingkat tarif yang dijanjikannya lebih mendekati preferensi tingkat dari pemilik suara
rata rata yang merupakan mayoritas. Karenanya, masing masing partai akan berusaha
memasang janji yang mendekati preferensi tarif mayoritas tersebut. Logika yang sama juga
menjelaskan bagaimana para politisi yang pada dasarnya akan melayani kepentingannya
sendiri itu akan menjanjikan tarif lebih tinggi jika tarif yang dijanjikan saingannya ternyata
lebih rendah daripada preferensi tarif mayoritas.

Menurut model ini kebijakan yang dipilih yaitu kebijakan yang banyak didukung oleh
pemilik suara yang artinya kebijakan tersebut akan menguntungkan banyak pihak meskipun
mereka merugikan sedikit pihak, sebaliknya kebijakan yang merugikan banyak pihak dan
menguntungkan sedikit pihak adalah kebijakan yang secara politik tidak pantas dipilih namun
pada kenyataannya partai yang berkuasa di pemerintahan lebih sering menentukan kebijakan
perdagangan yang menguntungkan sedikit pihak yang merugikan banyak pihak. Contohnya
yaitu kuota impor gula di Amerika Serikat, kebijakan merugikan konsumen sebesar $1,6
milyar sedangkan keuntungannya yaitu sekian ribu pengusaha.

Aksi kolektif

Kegiatan politik pada suatu kelompok merupakan suatu bentuk barang publik yang
artinya manfaat dari kegiatan tersebut dapat dinikmati oleh semua anggota kelompok.
kebijakan tersebut sebenarnya secara keseluruhan merugikan akan tetapi kerugian itu terbagi
luas sehingga terhitung kecil bagi setiap individu, seperti kasus kuota impor gula yang
merugikan konsumen sekitar $25 per tahun. Jumlah ini relatif kecil sehingga para konsumen
sendiri tidak akan merasakan dan tidak peduli pada kerugian tersebut. Kerugian itu bisa jadi
lebih kecil daripada biaya dan kerepotan untuk mengirimkan surat protes ke kongres.
Disinilah masalah aksi kolektif (collective action) yaitu suatu tindakan yang menyangkut
kepentingan langsung suatu kelompok yang belum tentu merupakan kepentingan dari masing
masing anggota kelompok itu secara individu. Masalah ini akan lebih mudah diatasi dalam
kelompok yang relatif kecil di mana masing masing anggota akan memperoleh bagian
keuntungan yang cukup besar jika kebijakan yang mereka inginkan benar benar dilaksanakan.

Model-model ekonomi politik tentang kebijakan perdagangan itu diibaratkan sebagai


lelang di mana kelompok kelompok kepentingan bisa membeli kebijakan dengan
menawarkan kontribusi tertentu kepada politisi yang kemudian duduk di pemerintahan dan
berwewenang menentukan kebijakan. Politisi tersebut tidak jarang mengabaikan
kesejahteraan umum bahkan mau sedikit menurunkan kesejahteraan umum secara
keseluruhan guna memperoleh keuntungan yang besar.

Siapa yang Mendapat Proteksi?

Pada negara berkembang, sektor yang biasanya sering dilindungi yaitu sektor
manufaktur atau industrialisasi. Di kalangan negara maju proteksionisme juga ada namun
sektor yang menerima proteksi tersebut hanya ada dua yakni sektor pertanian dan industri
pakaian jadi.
Pertanian - Petani di negara maju biasanya memiliki kelompok dan terorganisasi yang dapat
berpengaruh secara politik, karena itu mereka selalu berhasil untuk memperoleh proteksi
subsidi ekspor meskipun harganya dua hingga tiga kali lebih mahal daripada harga di pasar
internasional. Di Jepang, pemerintahnya sejak dahulu melarang impor beras sehingga harga
beras di Jepang lima kali lipat lebih mahal daripada harga beras di pasar dunia. Pada
pertengahan 1990 larangan impor beras ini dilonggarkan karena buruknya panen beras di
Jepang pada saat itu, namun atas desakan banyak negara, Jepang akhirnya mengizinkan
masuknya beras impor namun tarifnya tinggi hingga 100%.

Industri pakaian - Industri pakaian dibagi menjadi dua yaitu industri tekstil dan industri
pakaian jadi. Kedua industri tersebut terutama pakaian jadi memperoleh proteksi yang besar
dalam bentuk tarif dan kuota impor industri karena menyerap banyak tenaga kerja dan jauh
lebih banyak memeras modal yang diperlukan sehingga tenaga kerjanya juga tidak perlu
untuk berpendidikan tinggi, teknologinya juga relatif sederhana karena itu industri ini mudah
dikembangkan di negara yang paling miskin sekalipun. Industri pakaian jadi ini kemudian
tumbuh di dalam negara-negara berkembang karena upah buruhnya lebih murah dan
kemudian industri ini menjadi kompetitif di negara maju.

Tabel 9-2 menunjukkan peran


dominan industri pakaian dalam
proteksi Amerika Serikat, pada tabel
itu industri pakaian jadi dan tekstil
mengambil lebih dari tiga perempat
biaya produksi yang harus ditanggung
oleh konsumen pada tahun 1990 dan lebih dari lima per enam dari total biaya atau kerugian
kesejahteraan yang diakibatkan oleh aneka bentuk proteksi.

RANGKAIAN NEGOSIASI INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Manfaat-manfaat Negosiasi
Setidaknya terdapat dua alasan yang bisa menjelaskan mengapa negara-negara lebih
mudah menurunkan tarif yang telah mereka kenakan sebagai bagian dari kesepakatan timbal-
balik daripada jika mereka melakukannya sebagai kebijakan sepihak (unilateral). Pertama,
kesepakatan timbal-balik memudahkan tergalangnya dukungan bagi hubungan perdagangan
internasional yang lebih bebas. Kedua, kesepakatan perdagangan yang dicapai melalui
perundingan atau negosiasi dapat membantu suatu negara menghindari perang dagang.

Dampak yang ditimbulkan oleh perundingan internasional atas dukungan terhadap


perdagangan bebas begitu jelas. Hal penting yang dapat dimainkan oleh perundingan-
perundingan internasional adalah menggiring para eksportir domestik menjadi suatu kekuatan
pengimbang bagi adanya kekuatan bisnis asing. Selain berdampak positif terhadap
peningkatan dukungan bagi berlangsungnya perdagangan yang lebih bebas, perundingan
internasional juga bermanfaat bagi usaha-usaha koordinasi sebagai cara untuk menghindari
perang dagang (trade war).

Untuk contoh konsep perang dagang, anggap saja dunia ini hanya ada negara Amerika
Serikat dan Jepang serta keduanya dapat menentukan nilai-nilai numerik secara tepat atas
hasil dari suatu kebijakan tertentu. Angka-angka dalam tabel di bawah dipilih untuk
melambangkan dua asumsi. Asumsi pertama menyatakan bahwa setiap pemerintah suatu
negara akan memilih proteksi jika mereka yakin bahwa kebijakan negara lain tidak akan
berubah. Artinya, apapun kebijakan yang dipilih Jepang, pemerintah Amerika Serikat akan
memilih proteksi karena kebijakan ini memberi hasil lebih besar bagi kesejahteraan
masyarakatnya. Asumsi selanjutnya adalah bahwa meskipun setiap pemerintah yang
bertindak secara sepihak akan lebih memilih proteksi, namun akan sama-sama lebih baik jika
keduanya memilih perdagangan bebas. Artinya, pemerintah Amerika Serikat memperoleh
lebih banyak keuntungan dari pembukaan pasar Jepang daripada kerugian akibat pembukaan
pasarnya sendiri, dan hal yang sama berlaku pula bagi Jepang. Keadaan tersebut disebut
sebagai Dilema Tahanan (Prisoner’s Dilemma).

Setiap pemerintah jika mau berbuat sepihak atau mengutamakan kepentingannya


sendiri pasti akan memilih proteksi ketimbang perdagangan bebas. Hasil dari pilihan tersebut
tercermin pada isi kotak sebelah kanan bawah dari tabel. Namun, kondisi keduanya akan
lebih baik jika tidak ada yang melakukan proteksi seperti yang terlihat pada kotak sebelah kiri
atas dari tabel. Dengan bertindak secara sepihak dengan menerapkan proteksi, maka akan
terjadi perang dagang yang merugikan kedua negara. Maka, Amerika Serikat dan Jepang
perlu membuat suatu kesepakatan untuk menjauhkan diri dari penerapan proteksi secara
sepihak. Setiap pemerintah akan menciptakan kondisi yang lebih baik jika mereka saling
menahan diri untuk tidak melakukan tindakan sepihak yang hanya akan mendorong negara
lain melakukan hal yang sama. Contoh tersebut menunjukkan adanya kebutuhan mendesak
bagi tiap negara untuk selalu bersusaha mengkoordinasikan kebijakan perdagangan melalui
kesepakatan antar negara.

Perjanjian Perdagangan Internasional: Sejarah Singkat

Pada tahun 1930 Amerika Serikat memberlakukan Undang-undang Smoot-Hawley


yang membuat tingkatan tarif Amerika Serikat naik secara tajam sehingga volume
perdagangan internasional mengalami kemerosotan yang drastis. Selanjutnya, banyak
ekonom yang menyatakan bahwa UU tersebut justru memperburuk perekonomian yang sudah
amat terpukul oleh Depresi Besar. Beberapa tahun setelahnya, Amerika Serikat akhirnya
memutuskan akan menurunkan tingkat tarif namun ditentang keras oleh para Kongres yang
distriknya memiliki perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang yang harus bersaing
dengan produk impor. Untuk menurunkan tarif itu, pemerintah dituntut untuk menyediakan
kompensasi tertentu kepada para podusen atau eksportir domestik yang merasa dirugikan.
Pemecah dasar bagi masalah politis ini adalah penyelenggaraan perundingan tarif secara
bilateral.

Namun, Perundingan secara bilateral tidak memberikan keuntungan penuh dalam


lingkup koordinasi internasional, maka tidaklah mengherankan jika proses selanjutnya dalam
rangka liberalisasi perdagangan internasional pun beralih dari negosiasi bilateral menuju
serangkaian perundingan multilateral yang melibatkan banyak negara.

Sejak tahun 1945, telah ada delapan putaran perjanjian perdagangan multilateral
utama. Lima yang pertama mengambil bentuk “paralel” dengan perundingan-perundingan
bilateral, yang dalam perundingan ini setiap negara merundingkan secara timbal balik dengan
sejumlah negara pada saat yang sama. Kemampuan untuk membuat kesepakatan ini menjadi
berskala lebih luas, bersamaan dengan terjadinya perbaikan-perbaikan perekonomian dunia
setelah perang, membantu berlangsungnya penurunan tarif secara mendasar. Perjanjian
perdagangan multilateral keenam, yakni yang dikenal sebagai Putara Kennedy (Kenndy
Round) selesai pada 1967 yang meliputi penurunan tarif 50% merata (across-the-board) oleh
negara-negara indsutri maju utama, kecuali untuk beberapa industri tertentu yang tingkat
tarifnya tidak mengalami perubahan sedikitpun.

Seri perundingan selanjutnya adalah perundingan perdagangan Putara Tokyo (Tokyo


Round) yang selesai pada 1979. Perundingan ini berhasil menurunkan tarif dengan suatu
formula yang lebih murni daripada yang digunakan di dalam Putaran Kennedy. Ketentuan-
ketentuan baru sengaja dibuat dalam upaya untuk mengendalikan menjamurnya hambatan-
hambatan non-tarif, seperti pengekangan ekspor secara “sukarela” dan kesepakatan
pengaturan pemasaran (orderly marketing agreements). Terakhir, seri perundingan kedelapan
yang disebut Putaran Uruguay (Uruguay Round) selesai pada 1994.

Perundingan-perundingan tarif multilateral sejak usainya Perang Dunia II


berlangsung dalam kerangka Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT,
General Agreement on Tariff and Trade), sebuah organisasi internasional yang terbentuk
pada tahun 1947. Ketentuan GATT cukup rumit dalam rinciannya, namun kendala-kendala
kebijakan perdagangan berkisar di seputar subsidi ekspor, kuota impor, dan tarif. Tidak
semua negara di dunia merupakan anggota GATT, banyak di antara negara berkembang yang
masih berada di luar pengaturan ini.

Putaran Uruguay

Seri negosiasi perdagangan global kedelapan yang bernaung di bawah GATT mulai
dilaksanakan pada tahun 1986 di pantai Punta del Este, Uruguay. Setelah itu, serangkaian
perundingannya dilangsungkan di Jenewa selama 7 tahun yang penuh dengan pertukaran
ancaman, gertakan, dan sebagainya. Putaran perundingan ini dijadwalkan rampung pada
1990, namun baru berakhir pada akhir 1993 akibat adanya sejumlah kesulitan politik serius.
Perjanjian itu ditandatangani di Marrakesh, Meksiko, April 1994. Dua hal terpenting dari
putaran ini adalah dilanjutkannya liberasi perdagangan serta reformasi administratif.

Liberalisasi Perdagangan

Hal penting dari Putaran Uruguay adalah adanya upaya liberasi perdagangan di dua
sektor sensitif, yakni pertanian dan industri pakaian. Perdagangan di sektor pertanian selama
ini sangat terdistorsi. Jepang masih terus mengenakan berbagai pembatasan ketat untuk
impor. Melalui Kebijakan Pertanian Bersama, Uni Eropa juga terus memberikan subsidi.
Perjanjian yang dicapai mewajibkan semua negara eksportir produk pertanian menurunkan
nilai dan volume eskpor. Negara-negara yang melindungi petaninya melalui kuota impor
diwajibkan mengganti kuota itu dengan tarif yang tidak boleh dinaikkan lagi di masa
mendatang. Perdagangan dunia di sektor pakaian (tekstik dan pakaian jadi) selama ini sangat
didistorsi oleh kesepakatan MFA. Putaran Uruguay berhasil menyepakati penghapusan MFA
dalam waktu 10 tahun, dan pencabutan segala bentuk hambatan kuantitatif pada sektor
pakaian.

Aspek penting lainnya dari Putara Uruguay adalah pemberlakuan serangkaian


peraturan baru mengenai belanjan pemerintah (government procurement), yakni pembelian
yang dilakukan tidak oleh konsumen atau perusahaan swasta melainkan oleh lembaga atau
instansi-instansi pemerintah. Belanja pemerintah ini sering dimaksudkan pula untuk
melindungi aneka produk domestik. Putaran Uruguay menetapkan aturan baru yang
mewajibkan tender pemerintah juga terbuka bagi produk asing.

Reformasi Administrasi

Banyak publisitas tentang Putaran Uruguay befokus pada pembentukan lembaga baru
yakni Organisasi Perdagangan Dunia (WTO, World Trade Organization) untuk menggantikan
sekretariat yang mengelola GATT hingga tahun 1994. Secara umum, fungsi WTO sama saja
dengan fungsi sekretariat GATT. Dahulu, ada keluhan menonjol terhadap fungsi penengahan
perselisihan GATT. Ketentuan yang ada menyebutkan akan dibentuknya panel yang
menampung keluhan atau pengaduan oleh satu negara terhadap negara anggota lainnya.
Masalah berikutnya, tidak ada suatu mekanisme tertentu bagi GATT untuk memastikan
bahwa segala keputusannya akan dipatuhi oleh pihak-pihak terakait. Untuk mengatasi
masalah ini, WTO menerapkan konsep kesepakatan penyelesaian perselisihan (DSU, dispute
settlement understanding) yang dirancang untuk mencapai keputusan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. DSU juga memuat aturan yang memungkinkan pihak dirugikan
mengadakan “pembalasan” terhadap negara yang merugikannya, sehingga menambah bobot
bagi keputusannya agar ditaati.

Sebagai bagian dari kesepakatan Putaran Uruguay, negara-negara anggota juga


menyepakati perjanjian baru di bidang perdagangan jasa yang terangkum dalam Perjanjian
Umum Perdagangan Jasa (GATS, General Agreement on Trade in Service). Perdagangan
dunia untuk jasa selama ini belum pernah menjadi objek kesepakatan bersama, sehingga
banyak negara memberlakukan aturan-aturan yang berlainan. GATS tidak secara langsung
menghapuskan berbagai hambatan perdagangan di sektor jasa, melainkan menetapkan suatau
kerangka kerja hukum bagi dilangsungkannya negosiasi liberalisasi perdagangan jasa di masa
mendatang, dan mewajibkan negara-negara anggota WTO untuk memulai perundingan itu
pada tahun 2000.

Manfaat dan Biaya

Perkiraan yang paling sering muncul berasal dari GATT sendiri, atau dari Organisasi
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD, Organization for Economic Coopeartion)
yang memperkirakan bahwa jika seluruh kesepakatan dilaksanakan, maka perekonomian
dunia akan diuntungkan lebih dari $2000 miliar setahun, atau tambahan 1% bagi kenaikan
pendapatan riil dunia. Namun, sebagaian ekonom berpendapat perkiraan itu berlebihan. Ada
juga sebagian kalangan yang berkeyakinan bahwa perkiraan itu terlalu kecil. Terlepas dari
pendapat mana yang benar, jelas bahwa logika umum liberalisasi perdagangan akan berjalan:
Biaya yang ditimbulkan oleh Putaran Uruguay akan paling dirasakan oleh kelompok-
kelompok terpusat yang terorganisasi dengan baik, sedangkan manfaatnya akan tersebar ke
kalangan jauh lebih luas.

Misalnya, kesepakatan pengurangan subsidi pertanian akan memukul sekelompok


kecil petani di Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya di mana harga produk pertanian jauh
lebih mahal dari harga dunia. Total kerugian itu memang lebih kecil daripada total
manfaatnya, namun manfaat itu tersebar ke berbagai kalangan yang jauh lebih luas sehingga
manfaatnya menjadi tidak terlalu terasa. Untuk liberalisasi sektor pakaian, kerugiannya akan
sangat terasakan oleh perusahaan-perusahaan dan para pekerja di sektor tersebut, sedangkan
keuntungan yang sebenarnya jauh lebih besar itu akan tersebar ke para konsumen yang
mungkin tidak terlalu merasakannya. Bagi Amerika Serikat, potensi keuntungan bagi
eksportir produk pertanian dan produk jasa akan mengimbangi keluhan dan kerugian dari
sektor pakaian jika nanti GATS berhasil membuka pintu liberalisasi sektor jasa. Banyak
negara berkembang mau mendukung karena terbukanya peluang bagi sektor pakaian mereka
untuk menembus pasar ekspor di negara maju, terutama Amerika Serikat.

Perjanjian Perdagangan dan Preferensial

Perjanjian-perjanjian perdagangan internasional yang sudah dibahas sebelumnya


semua termasuk ke dalam usaha penurunan tingkat tarif yang bersifat tidak diskriminatif.
Pemerintah Amerika Serikat memang menjamin hak ekspor bagi banyak negara dengan
sebuah status yaitu “most favoured nation” (MFN), yakni suatu jaminan bahwa para eksportir
mereka akan membayar tarif tidak lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang
mebayar paling rendah. Seluruh negara yang dijamin status MFN membayar tingkat tarif
yang sama.

Ada beberapa kasus penting dimana negara-negara membentuk perjanjian


perdagangan preferensi (preferential trading agreements), yakni suatu kesepakatan
pengenaan tarif yang lebih rendah bagi setiap produk dari sesama negara penandatangan
dibandingkan dengan barang-barang yang sama yang berasal dari negara-negara lain. Secara
umum, GATT melarang perjanjian ini karena dinilai bertentangan dengan prinsip MFN,
namun GATT menyetujui jika perjanjian itu mengarah kepada terciptanya perdagangan bebas
antara negara-negara terkait.

Dua atau lebih negara dapat melakukannya dengan dua cara. Pertama, dengan
membentuk kawasan perdagangan bebas (free trade area) dimana dua atau lebih negara
menghapuskan seluruh tarif perdagangan di antara mereka sendiri, sedangkan terhadap dunia
luar masing-masing negara masih menjalankan kebijakannya sendiri secara independen.
Kedua, negara-negara itu dapat membentuk kesatuan paeban (customs union) dimana mereka
sengaja menyamakan kebijakannya dalam soal tarif ke pihak mana saja. Perjanjian
Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) merupakan contoh perjanjian yang membentuk
Kawasan perdagangan bebas antara Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko. Sedangkan, Uni
Eropa adalah sebuah kesatuan pabean. Dalam analisis pengaturan perdagangan preferensi,
terdapat kasus penciptaan perdagangan (trade creation) dan kasus pengalihan perdagangan
(trade diversion). Apakah institusi kesatuan pabean memang diperlukan atau tidak
bergantung pada apakah hal itu menghasilkan penciptaan perdagangan atau justru pengalihan
perdagangan.

DOHA DISAPPOINTMENT

Negosiasi perdagangan dunia ke 9 mengalami kekcewaan yang terjadi di Doha, Kota


Persia tahun 2001. Seperti pada negosiasi sebelumnya, negosiasi ini termasuk negoisasi yang
sulit. Pada musim panas tahun 2007, Negosiasi ini mengalami kegagalan. Kegagalan pada
putaran Doha tidak mengubah keberhasilan yang telah dicapai dalam perundingan
perdagangan sebelumnya. Kegagalan dari Doha ini memiliki dampak yang besar terhadap
keberhasilan negosiasi perdagangan sebelumnya karena negosiasi sebelumnya sangat sukses
dalam mengurangi hambatan perdagangan, sehingga manfaat potensial dari liberalisasi
perdagangan tambahan tersebut kecil. Sebagian
besar keuntungan yang dapat diperoleh dari
transisi perdagangan bebas berasal dari
pengurangan tarif dan subsidi ekspor pertanian.

Tabel 10-4 menunjukkan bahwa kesejahteraan Bank Dunia merupakan hasil dari liberalisasi
sempurna yaitu penghapusan semua hambatan perdagangan. Dalam masyarakat modern,
produk hasil pertanian kurang dari 10% dari total perdagangan internasional. Namun menurut
perkiraan Bank Dunia, apabila pertanian di lepaskan, maka akan hilang juga 63% pendapatan
dari perdagangan bebas global sehingga akan sangat
sulit untuk mendapatkan keuntungan yang besar
seperti itu. Petani di negara-negara besar dan maju
sangat efektif sehingga sangat mudah untuk
mendapatkan subsidi.

Tabel 10-5 menunjukkan dua skenario tentang bagaimana Bank Dunia membuka ekonomi,
yaitu skenario "Ambitions" dan "Less Ambitions" yang sangat sulit dicapai dan
menunjukkan perkiraan tentang Bank Dunia dengan persentase pendapatan rendah. Dalam
skenario ambisius, laba keseluruhan dunia hanya 0.16% dari PDB, Di negara-negara kecil
dan menengah, kenaikan akan lebih kecil. Cina pada saat itu mengalami kekalahan karena
produk pertanian impor pada akhirnya akan membayar lebih tinggi.

Negara-negara miskin sulit untuk melakukan penawaran karena mereka akan


menuntut sebuah konsesi yang jauh lebih besar dari negara-negara besar. Sementara itu,
pemerintah negara-negara besar menolak penawaran tersebut karena tidak mau mengambil
risiko politik, dan negara-negara miskin tidak mau menawarkan sesuatu yang mungkin dapat
memangkas pajak.

Pada bulan Juni 2007, terdapat upaya untuk menghidupkan kembali putaran Doha, hal
tersebut dikarenakan adanya kekuatan politik Amerika Serikat. Biasanya kongres
memberikan hak istimewa terhadap promosi perdagangan kepada Presiden AS. Setelah hak
promosi perdagangan mulai berlaku, presiden dapat mengirimkan perjanjian perdagangan ke
Kongres dan meminta suara pada Senat. Dengan kata lain, anggota parlemen tidak bisa
mengajukan amandemen yang dapat melindungi industri mereka secara khusus. Tanpa hak
ini, perjanjian perdagangan cenderung sulit. Namun, hak promosi perdagangan Presiden Bush
diperkirakan akan berakhir pada akhir Juli 2007, dan Kongres Demokrat tidak akan memberi
kekuasaan baru kepada presiden Partai Republik yang sedang melaksanakan tugasnya.

Maka dari itu semua orang menyadari bahwa jika mereka tidak mencapai kesepakatan di
musim panas 2007, mereka menjamin akan mencapai kesepakatan pada kondisi ini. Jadi, di
Potsdam, Jerman terdapat pertemuan empat negara utama termasuk Amerika Serikat, Uni
Eropa, Brasil, dan India. Pada saat itu Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh Brazil dan
India karena enggan membuka pasar untuk komoditas, sementara Brazil dan India mengkritik
Amerika Serikat dan Uni Eropa karena terlalu meminimalisir pekerjaan yang berkaitan
dengan pertanian. Pada bulan Juli 2008, ada upaya lain untuk menghidupkan kembali putaran
ini. Namun, perbincangan tersebut dihentikan hanya dalam delapan hari karena terdapat
konflik dalam perdagangan pertanian di Amerika Serikat, India dan Tiongkok. Seluruh
putaran dihentikan, karena keseluruhan putaran tidak mengakui kegagalan dan negosiasi aktif
tidak berlangsung.

Perjanjian perdagangan internasional sejauh ini mencakup penurunan kekejaman dari


tarif pajak. Misalnya, saat Amerika Serikat sepakat untuk menurunkan tarif pada mesin impor
dari Jerman, tarif pajak baru berlaku tidak hanya untuk impor dari Jerman, namun juga untuk
mesin dari negara manapun. Diskriminasi tersebut sudah menjadi hal yang biasa, bahkan
Amerika Serikat secara resmi memberi banyak negara status khusus yang menjamin bahwa
eksportir mereka tidak akan membayar tarif yang lebih tinggi daripada negara-negara yang
membayar pajak terendah. Semua negara membayar tarif yang sama dengan memberikan
status MFN. Tarif pajak menurut GATT selalu didasarkan pada MFN.

Contoh hipotetis pada negara Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat. Amerika Serikat
adalah produsen ilegal yang murah, Prancis merupakan produsen barang bekas, dan Inggris
adalah produsen barang-barang berharga tinggi. Baik Inggris maupun Perancis mengenakan
tarif pada semua impor ilegal. Ketika Inggris membentuk aliansi dengan Perancis, gandum
akan dihapuskan. Pertama, anggap bahwa tarif awal di Inggris cukup tinggi untuk
mengecualikan impor ilegal dari Prancis atau Amerika Serikat. Contohnya, harga 5 dolar per
gantang, Diperlukan 9 dolar untuk impor gandum Amerika dan 11 dolar untuk impor gandum
Prancis. Jadi konsumen Inggris akan membeli gandum seharga $8. Jika tarif untuk gandum
dari Perancis dihapuskan, impor Prancis akan menggantikan produksi barang di Inggris. Dari
sudut pandang Inggris, ini adalah keuntungan karena memerlukan 8 dolar untuk produksi di
dalam negeri, sedangkan Inggris hanya akan menghasilkan ekspor sebesar 6 dolar untuk
membayar satu boel Perancis. Di sisi lain, jika tarifnya lebih rendah, misalnya sebelum
bergabung dengan aliansi tarif, Inggris membeli gandum dari Amerika Serikat (biaya
pelanggan 7 dolar) daripada memproduksi gandum sendiri. Ketika Aliansi Bea Cukai
dibentuk, konsumen akan membeli gandum Perancis dengan harga $6 dolar, bukan gandum
Amerika. Dengan demikian, pendapatan ilegal dari Amerika Serikat akan dihentikan. Namun,
gandum Amerika sangat lebih murah daripada gandum Prancis; itu bukan biaya bersih bagi
ekonomi Inggris karena pajak 3 dolar yang harus dibayar oleh konsumen Inggris kembali ke
Inggris dalam bentuk pendapatan pemerintah. Inggris harus menginvestasikan lebih banyak
sumber daya ke ekspor untuk membayar biaya pelabuhan illegal.

Inggris pada awalnya memiliki dua kebijakan untuk memutarbalikkan insentif tarif
dari gandum Amerika dan tarif untuk gandum Perancis. Meskipun tarif pada gandum Prancis
mungkin terlihat menyimpang dari insentif, akan tetapi sebenarnya dapat membantu
mengimbangi distorsi insentif yang dibuat oleh tarif di Amerika Serikat dengan mendorong
konsumsi gandum AS yang murah. Oleh karena itu, penghapusan pajak atas gandum Prancis
sebenarnya dapat mengurangi kesejahteraan. Dalam kedua kasus ini, Inggris mendapatkan
keuntungan apabila pembentukan aliansi bea cukai menghasilkan keuntungan baru dalam
perdagangan bebas daripada produk domestic.

Anda mungkin juga menyukai