UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG TAHUN 2017 A. PENDAHULUAN Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang beruapa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbihan. Dalam era reformasi ke arah ekonomi global village, ada dua fakta yang menandai perdagangan internasional. Pertama, volume perdagangan dunia telah berkembang setiap tahun, menciptakan ekonomi global yang semakin saling tergantung. Kedua, hambatan perdagangan internasional telah semakin berkurang. Perekonomian suatu negara berhubungan dan dipengaruhi oleh perekonomian negara lain. Hubungan tersebut meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barang- barang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal transaksi fnansial utang-piutang. Pemerintah selalu memiliki cara untuk melingdungi kedaulatan negara agar etap utuh. Dalam hal perekonomian internasional khususnya perdagangan internasional, pemerintah dalam beberapa situasi melakukan intervensi dengan tujuan melindungi pasar domestiknya. Ketika pemerintah melakukan intervensi, mereka sering melakukannya dengan membatasi impor barang dan jasa ke negara mereka. Sementara mengadopsi kebijakan yang mempromosikan produksi dalam negeri dan ekspor. Berbagai intrumen kebijakan yang digunakan pemerintah untuk campur tangan dalam perdagangan internasional seperti tarif, subsidi, kuota impor dan lain sebagainya. Selain itu pemerintah memiliki beberapa alasan mengapa pemerintah harus melakukan intervensi terhadap perdagangan internasional, alasan tersebut terkait dalam bidang politil, ekonomi dan budaya. B. PEMBAHASAN 1. Instrumen yang Digunakan Pemerintah Untuk Memengaruhi Arus Perdagangan Dalam kebijakan perdagangan menggunakan tujuh instrumen utama: tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor sukarela, persyaratan konten lokal, kebijakan administratif, dan tugas antidumping. Tarif adalah instrumen tertua dan paling sederhana dari kebijakan perdagangan. Seperti yang akan kita lihat nanti dalam bab ini, mereka juga instrumen bahwa GATT dan WTO telah paling sukses dalam membatasi. Penurunan hambatan tarif dalam beberapa dekade terakhir telah disertai dengan kenaikan hambatan nontarif, seperti subsidi, kuota, pembatasan ekspor sukarela, dan tugas antidumping. a. Tarif Tarif adalah pajak yang dikenakan atas impor atau ekspor. Terif sendiri ada dua kategori : 1) Tarif spesifik, tarif yang dikenakan sebagai biaya tetap untuk setiap unit dari yang diimpor. Misal $3 per barel minyak. 2) Tarif advalorem, tarif yang dipungut sebagai proporsi nilai barang yang diimpor. Beberapa hal penting untuk memahami tentang tarif impor adalah mengetahui pihak yang mendapat keuntungan dan pihak yang merugi. Pemerintah dikatakan memperoleh keuntungan dikarenakan tarif akan meningkatkan pendapatan pemerintah. Selain itu, produsen dalam negeri juga mendapatkan keuntungan, karena tarifnya memberikan mereka perlindungan terhadap pesaing asing dengan meningkatkan biaya barang asing yang diimpor. Sedangkan konsumen merugi karena mereka harus membayar lebih untuk barang impor tertentu. Misalnya, pada bulan Maret 2002 pemerintah AS menempatkan tarif ad valorem dari 8 persen menjadi 30 persen pada impor baja asing. Idenya adalah untuk melindungi produsen baja dalam negeri dari impor murah dari baja asing. Efeknya, bagaimanapun, adalah untuk menaikkan harga produk baja di Amerika Serikat antara 30-50 %. Sejumlah konsumen baja AS, mulai dari pembuat alat untuk perusahaan mobil, keberatan bahwa tarif baja akan menaikkan biaya produksi mereka dan membuat lebih sulit bagi mereka untuk bersaing di pasar global. Dalam kasus baja, banyak yang berpendapat bahwa kerugian kepada konsumen baja ternyata melebihi keuntungan untuk produsen baja. Pada bulan November 2003, Organisasi Perdagangan Dunia menyatakan bahwa tarif merupakan pelanggaran dari perjanjian WTO, dan Amerika Serikat dihapus mereka pada bulan Desember tahun itu. Secara umum dapat diambil dua kesimpulan dari analisis ekonomi mengenai pengaruh tarif impor, yakni : 1) Tarif yang jelas pro-produsen dan antikonsumen. Sementara mereka melindungi produsen dari pesaing asing, pembatasan pasokan ini juga menaikkan harga domestik. Hampir semua studi menemukan bahwa tarif impor membebankan biaya yang signifikan pada konsumen dalam negeri dalam bentuk harga. 2) Tarif impor yang mengurangi efisiensi keseluruhan ekonomi dunia , karena tarif pelindung mendorong perusahaan domestik untuk menghasilkan produk di dalam negara tersebut. Dalam teori, terdapat produksi lebih efisien di luar negeri. Konsekuensina adalah tidak efisiensinya pemanfaatan sumber. Sebagai contoh, tarif pada impor beras ke korea selatan telah menyebabkan peningkatan produksi beras di negara itu. Kadang-kadang tarif ekspor jauh lebih umum daripada tarif impor. Secara umum, tarif ekspor memiliki dua tujuan : pertama, untuk meningkatkan pendapatan bagi pemerintah, dan kedua untuk mengurangi ekspor karena alasan politik. b. Subsidi Subsidi adalah pembayaran pemerintah untuk produsen dalam negeri. Subsidi mengambil banyak bentuk, termasuk hibah tunai, pinjaman bunga rendah, keringanan pajak, dan penyertaan modal pemerintah di perusahaan- perusahaan domestik. Dengan menurunkan biaya produksi, subsidi membantu produsen dalam negeri dalam dua bidang, yakni bersaing impor asing dan mendapatkan pasar ekspor. Pertanian cenderung menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari subsidi di sebagian besar negara (sekali lagi, lihat diskusi pembuka untuk contoh). Pada pertengahan 2000-an, Uni Eropa membayar sekitar ₠ 44 miliar per tahun ($ 55 miliar) di subsidi pertanian. Tidak mau kalah, Mei 2002 Presiden George W. Bush menandatangani menjadi undang-undang tagihan yang berisi subsidi lebih dari $ 180 miliar untuk petani AS tersebar lebih dari 10 tahun. Hal ini diikuti pada tahun 2007 oleh tagihan peternakan yang berisi $ 286 miliar di subsidi untuk 10 tahun ke depan. Jepang juga memiliki sejarah panjang mendukung produsen dalam negeri tidak efisien dengan subsidi pertanian. Negara Focus menyertainya melihat subsidi untuk produsen gandum di Jepang. Subsidi nonpertanian jauh lebih rendah, tetapi mereka masih signifikan. Misalnya, Boeing dan Airbus menerima subsidi untuk membantu mereka menurunkan biaya pengembangan pesawat jet komersial baru. Dalam kasus Boeing, subsidi datang dalam bentuk kredit pajak untuk belanja R & D atau uang Pentagon yang digunakan untuk mengembangkan teknologi militer, yang kemudian dipindahkan ke proyek-proyek penerbangan sipil. Dalam kasus Airbus, subsidi berupa pinjaman pemerintah pada tingkat bunga di bawah pasar. Dalam praktiknya, banyak subsidi yang tidak berhasil meningkatkan daya saing internasional dari produsen dalam negeri. Sebaliknya, mereka cenderung melindungi yang tidak efisien dan mempromosikan kelebihan produksi. Misalnya, subsini pertanian memungkinkan petani tidak efisien untuk bertahan dalam bisnis, mendorong negara-negara untuk menghasilkan produk pertanian yang disubsidi, mendorong negara-negara untuk menghasilkan produk yang dapat tumbuh lebih murah di tempat lain dan diimpor, dan karena itu mengurangi perdagangan internasional produk pertanian. c. Kuota Impor dan Pembatasan Ekspor Sukarela Kuota impor adalah pembatasan langsung pada kuantitas beberapa baik yang dapat diimpor ke negara. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan mengeluarkan izin impor untuk sekelompok individu atau perusahaan. Contoh diberikan dalam fokus negara yang melihat bagaiana jepang menggunakan kombinasi dari kuota tingkat tarif dan subsidi untuk melindungi efisiensi petani gandum jepang dari kompetisi asing. Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada yang dilakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction – VER). VER adalah kesepakatan antar negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara pengimpor. Tujuan kuota ekpor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang tinggi. Seperti tarif dan subsidi, baik kuota impor dan VER menguntungkan produsen dalam negeri dengan membatasi persaingan impor. Seperti dengan semua pembatasan perdagangan, kuota tidak menguntungkan konsumen. Kuota impor atau VER selalu meningkatkan harga domestik suatu yang baik yang diimpor. Jika industri dalam negeri tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi permintaan, kuota impor dapat menaikkan harga untuk kedua produksi dalam negeri dan impor. d. Persyaratan Konten Lokal Persyaratan konten lokal merupakan peraturan yang mengharuskan sejumlah tertentu barang atau jasa dipasok oleh produsen-prosdusen dalam pasar domestik. Tujuannya adalah untuk memaksa perusahaan-perusahaan dari negara lain menggunakan sumberdaya lokal dalam proses prosuksinya, terutama tenaga kerja. Persyaratan dapat dinyatakan baik dalam hal fisik (misalnya, 75% komponen untuk produk haru diprosuksi secara lokal) atau dalam nilai (misalnya, 75% dari nilai produk harus diproduksi secara lokal). Negara-negara maju juga telah menggunakan pernyataan ini untuk mencoba melindungi pekerja lokal dan industri dari kompetisi asing. Negara-negara berkembang telah banyak digunakan peraturan konten lokal untuk menggeser basis manufaktur mereka dari perakitan sederhana produk yang bagian-bagiannya yang diproduksi di tempat lain ke dalam manufaktur lokal dari bagian komponen. Negara-negara maju juga telah menggunakan mereka untuk mencoba untuk melindungi pekerjaan lokal dan industri dari kompetisi asing. Peraturan konten lokal memberikan perlindungan bagi produsen domestik dengan cara yang tidak sama dengan kuota impor (dengan membatasi persaingan asing). Dampak ekonomi agregrat juga sama: produsen dalam negeri menguntugkan, tetapu pembatasan impor menaikkan harga komponen impor. Pada gilirannya, harga yang lebih tinggi untuk komponen impor diteruskan kepada konsumen dari produk akhir berupa harga akhir yang lebih tinggo. Sehingga dengan semua kebijakan perdagangan, peraturan konten loal cenderung menguntungkan produsen, bukan konsumen. e. Kebijakan Administratif Pemerintah terkadang menggunakan kebijakan resmi atau administratif untuk membatasi impor dan meningkatkan ekspor. Kebijakan administratif adalah ketentuan pengendali atau peraturan birokratik yang dirancang untuk menghambat arus impor yang deras ke dalam suatu negara. Tujuan utamanya adalah proteksionisme. Kebijakan perdagangan administrasi aturan birokrasi yang dirancang untuk membuat sulit untuk impor untuk masuk ke suatu negara. Beberapa analis berpendapat bahwa Jepang adalah tuan dari hambatan perdagangan ini. Dalam beberapa dekade terakhir hambatan tarif dan nontarif resmi Jepang telah di antara yang terendah di dunia. Namun, kritikus menuduh bahwa hambatan administrasi resmi negara untuk impor lebih dari mengkompensasi hambatan formal rendah. Sebagai contoh, pada satu titik Belanda diekspor tulip untuk hampir setiap negara di dunia kecuali Jepang. Di Jepang, pemeriksa bea cukai bersikeras memeriksa setiap bola tulip dengan memotong vertikal di tengah, dan bahkan kecerdikan Jepang tidak bisa menempatkan mereka kembali bersama-sama. f. Tugas Antidumping Damping dipandang sebagai metode yang digunakan perusahaan untuk membongkar kelebihan produksi di pasar luar negeri. Beberapa dumping merupakan hasil perilaku predator, dengan produsen menggunakan keuntungan besar dari pasar negara mereka untuk mensubsidi harga di pasar luar negeri dengan maksud untuk mengedalikan pesaing di luar pasar domestik. Setelah tercapai, perusahaan predator dapat menaikkan harga dan mendapatkan keuntungan besar. Kebijakan anti dumping dirancang untuk menghukum perusahaan-perusahaan asing yang terlibat dalam pembuangan. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi produsen dalam negeri dari pesaing asing yang tidak adil. Contoh dumping terjadi pada tahun 1997, ketika dua produsen Korea Selatan semikonduktor, LG Semicon dan Hyundai Electronics, dituduh menjual chip dynamic random access memory (DRAM) di pasar AS di bawah biaya produksi mereka. Tindakan ini terjadi di tengah-tengah banjir di seluruh dunia kapasitas pembuatan chip. Diduga bahwa perusahaan berusaha untuk membongkar produksi berlebih mereka di Amerika Serikat. 2. Alasan Pemerintah Melakukan Intervensi Dalam Perdagangan Internasional Adanya campur tangan pemerintah dalam arus bebas perdagangan dikarenakan alasan-alasan budaya, politik, dan ekonomi. a. Motif Budaya Negara-negara membatasi perdagangan barang dan jasa demi suaru tujuan budaya yang paling umum adalah untuk melindungi identitas nasional. Banyak negara memandang kebudayaan AS sebagai ancaman terhadap kebudayaan nasionalnya sendiri karena kekuatan global perusahaan- perusahaan AS dalam barang-barang konsumen serta dalam dunia hiburan dan media. b. Motif Politik Melindungu lapangan perkerjaan, menjaga keamanan nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh negara lain, dan mendapatkan pengaruh atas negara-negara lain. c. Motif Ekonomi Motif ini sebagai upaya untuk melindungi industri-industri kecil dan menengah dari kompetisi serta bentuk promosi sebagai kebijakan strategi perdagangan. Meski demikian terdapat beberapa kelemahan dari strategi proteksionisme ekonomi. Misalnya, sulit untuk menentukan industri kecil- menengah seperti apa yang patut mendapatkan perlindungan, proteksi dari kompetisi internasional membuat para pengusaha cepat puas dan menjadi kurang kompetitif sehingga kurang adanya perbaikan kualitas dari waktu ke waktu, dan lain sebagainya. 3. Argumen Politik Untuk Intervensi Argumen politik intervensi pemerintah mencakup berbagai isu, termasuk melestarikan pekerjaan, industri melindungi dianggap penting bagi keamanan nasional, membalas persaingan asing yang tidak adil, melindungi konsumen dari “bahaya” produk, memajukan tujuan kebijakan luar negeri, dan memajukan hak asasi manusia individu di negara-negara pengekspor. a. Melindungi Pekerjaan dan Industri Argumen politik yang paling umum untuk intervensi pemerintah adalah bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan industri dari kompetisi asing yang tidak adil. b. Keamanan Nasional Negara kadang-kadang berpendapat bahwa perlu untuk melindungi industri tertentu karena mereka penting bagi keamanan nasional. Industri terkait pertahanan semacam ini sering mendapatkan perhatian (misalnya, aerospace, elektronik canggih, semikonduktor, dll). c. Melindungi Konsumen Banyak pemerintah telah lama memiliki peraturan untuk melindungi konsumen dari produk yang tidak aman. Pengaruh tidak langsung dari peraturan tersebut adalah untuk membatasi atau melarang impor produk tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2003 beberapa negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan, memutuskan untuk melarang impor daging sapi Amerika setelah satu kasus penyakit sapi gila ditemukan di negara bagian Washington. larangan itu termotivasi untuk melindungi konsumen dari apa yang terlihat menjadi produk yang tidak aman. d. Melanjutkan Tujuan Kebijakan Luar Negeri Pemerintah kadang-kadang menggunakan kebijakan perdagangan untuk mendukung kebijakan luar negeri. Suatu pemerintah dapat memberikan hal perdagangan preferensial ke negara dengan yang ingin membangun hubungan yang kuat. kebijakan perdagangan juga telah digunakan beberapa kali untuk menekan atau menghukum “negara-negara nakal” yang tidak mematuhi hukum internasional atau norma-norma. e. Melindungi Hak Asasi Manusia Melindungi dan memajukan hak asasi manusia di negara-negara lain merupakan elemen penting dari kebijakan luar negeri bagi banyak negara demokrasi. Pemerintah kadang-kadang menggunakan kebijakan perdagangan untuk mencoba untuk memperbaiki kebijakan hak asasi manusia dari mitra dagang. C. CONTOH KASUS KASUS 1 Contoh kasus yang diambil disini adalah bagaimana perusahaan Mc Donalds milik Amerika Serikat untuk dapat membuka cabangnya di Indonesia harus terlebih dahulu memiliki lisensi agar dapat beroperasi. Tanpa adanya lisensi seseorang tidak dapat membuka cabang dari perusahaan makanan cepat saji tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberlakuan lisensi tersebut merupakan usaha untuk mempersulit produk asing beroperasi di Indonesia. KASUS 2 Contoh kasus di ambil dari perusahaan grabcar yang dimana Pemerintah diminta segera turun tangan untuk menjembatani kepentingan perusahaan teknologi berbasis transportasi dengan para mitranya. Sebuah permintaan agar pemerintah campur tangan disampaikan oleh pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan. Tigor menyampaikan hal itu terkait konflik sejumlah pengemudi GrabCar dengan manajemen yang terjadi belakangan. "Dengan regulasi yang ada, pemerintah punya kekuatan hukum untuk campur tangan, seperti hubungan kemitraan yang bermasalah itu. Regulasi yang dimaksud, yakni revisi Permenhub No.32/2016. Dalam peraturan itu terdapat poin-poin yang secara umum membatasi kuasa perusahaan layanan, seperti Gojek, Grab, dan Uber, dalam menentukan tarif dan jumlah kendaraan. Dengan keadaan saat ini, perusahaan penyedia layanan lebih diuntungkan ketimbang mitra pengemudi. Dalam kasus Grab misalnya, kode etik yang dibuat tidak melibatkan pihak pengemudi selaku mitra kerja. Kendati demikian, ia juga mengakui, ada sejumlah pengemudi yang berbuat curang dalam praktiknya. Ia mencontohkan, dengan pengalamannya yang pernah ditagih tarif tambahan.Perkara sejumlah pengemudi GrabCar yang tak terima akunnya dinonaktifkan oleh perusahaan, merupakan contoh bahwa intervensi pemerintah sebagai pengawas dibutuhkan. Tigor menambahkan, konflik tersebut bisa dihindari apabila pemerintah bisa memenuhi perannya sebagai pengawas, baik mengawasi hubungan kerja sama antara pengemudi- perusahaan serta hak masyarakat sebagai penumpang yang berhak mendapat angkutan nyaman, aman, dan terjangkau. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perdagangan internasional, negara turut campur tangan melalui adanya peraturan-peraturan yang ditetapkan. Sebebas apapun pasar, interaksi dagang baik perusahaan swasta maupun perseorangan tentu harus melalui peratusan-peraturan yang ditetapkan oleh negara. Hal ini jelas penting sebab bisnis merupakan salah satu cara negara untuk memenuhi kesejahteraan rakyat. Instrument-instrumen yang digunakan negara dapat berupa metode promosi dalam rangka memperlancar transaksi dagang maupun metode pembatasan yang ditujukan untuk melindungi produksi dalam negeri. D. KESIMPULAN Intervensi pemerintah dalam perdagangan sangatlah penting dan mengingat semakin luas maraknya perdagangan bebas. Contohnya MEA dalam lingkp negara Asia Tenggara. Intervensi pemerintah ditujukan dengan adanya pemberlakuan tarif dan nontarif (subsidi, kuota, antidumping dan sebagainya). Alasan pemerintah campur tangan dalam perdagangan internasional terkait dengan budaya untuk melindungi identitas nasional, dalam bidang ekonomi (melindungi industri-industri domestik dari persaingan) dan dalam bidanh politik (melindungi lapangan pekerjaan, menjaga keamanan nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh negara lain). E. DAFTAR PUSTAKA Hill, Charles W.L., 2010, International Business : compering In The Glbal Market Place, anonym: McGra Hill Irwin. Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan Internasional,Makalah, Bogor : Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis Institut Pertanian Bogor. http://rifdadenita.blogspot.co.id/2015/12/makalah-perdagangan- internasional.html?m=1 https://sites.google.com/site/iwansubhanhotmail/makalah
Pendekatan sederhana terhadap krisis ekonomi di Yunani: Sebuah perjalanan untuk menemukan krisis ekonomi Yunani yang dimulai pada tahun 2008 dan menggemparkan dunia. Penyebab dan implikasinya