Anda di halaman 1dari 11

INTERVENSI PEMERINTAH DALAM BISNIS INTERNASIONAL

MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL

Dosen Pengampu :
Dr. Rochiyati Murningsih, S.E, M.P.

Kelompok : 7
Kelas : Akuntansi 15 C

Luky Miyawati .S (15.0102.0147)


Riana Anggraini .A (15.0102.0152)
Dian Novita .S (15.0102.0174)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2017
A. PENDAHULUAN
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan.
Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan yang beruapa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut
menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbihan.
Dalam era reformasi ke arah ekonomi global village, ada dua fakta yang
menandai perdagangan internasional. Pertama, volume perdagangan dunia telah
berkembang setiap tahun, menciptakan ekonomi global yang semakin saling
tergantung. Kedua, hambatan perdagangan internasional telah semakin berkurang.
Perekonomian suatu negara berhubungan dan dipengaruhi oleh perekonomian negara
lain. Hubungan tersebut meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barang-
barang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal
transaksi fnansial utang-piutang.
Pemerintah selalu memiliki cara untuk melingdungi kedaulatan negara agar etap
utuh. Dalam hal perekonomian internasional khususnya perdagangan internasional,
pemerintah dalam beberapa situasi melakukan intervensi dengan tujuan melindungi
pasar domestiknya. Ketika pemerintah melakukan intervensi, mereka sering
melakukannya dengan membatasi impor barang dan jasa ke negara mereka. Sementara
mengadopsi kebijakan yang mempromosikan produksi dalam negeri dan ekspor.
Berbagai intrumen kebijakan yang digunakan pemerintah untuk campur tangan
dalam perdagangan internasional seperti tarif, subsidi, kuota impor dan lain sebagainya.
Selain itu pemerintah memiliki beberapa alasan mengapa pemerintah harus melakukan
intervensi terhadap perdagangan internasional, alasan tersebut terkait dalam bidang
politil, ekonomi dan budaya.
B. PEMBAHASAN
1. Instrumen yang Digunakan Pemerintah Untuk Memengaruhi Arus
Perdagangan
Dalam kebijakan perdagangan menggunakan tujuh instrumen utama: tarif,
subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor sukarela, persyaratan konten lokal,
kebijakan administratif, dan tugas antidumping. Tarif adalah instrumen tertua dan
paling sederhana dari kebijakan perdagangan. Seperti yang akan kita lihat nanti
dalam bab ini, mereka juga instrumen bahwa GATT dan WTO telah paling sukses
dalam membatasi. Penurunan hambatan tarif dalam beberapa dekade terakhir telah
disertai dengan kenaikan hambatan nontarif, seperti subsidi, kuota, pembatasan
ekspor sukarela, dan tugas antidumping.
a. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan atas impor atau ekspor. Terif sendiri
ada dua kategori :
1) Tarif spesifik, tarif yang dikenakan sebagai biaya tetap untuk setiap unit dari
yang diimpor. Misal $3 per barel minyak.
2) Tarif advalorem, tarif yang dipungut sebagai proporsi nilai barang yang
diimpor.
Beberapa hal penting untuk memahami tentang tarif impor adalah
mengetahui pihak yang mendapat keuntungan dan pihak yang merugi.
Pemerintah dikatakan memperoleh keuntungan dikarenakan tarif akan
meningkatkan pendapatan pemerintah. Selain itu, produsen dalam negeri juga
mendapatkan keuntungan, karena tarifnya memberikan mereka perlindungan
terhadap pesaing asing dengan meningkatkan biaya barang asing yang
diimpor. Sedangkan konsumen merugi karena mereka harus membayar lebih
untuk barang impor tertentu.
Misalnya, pada bulan Maret 2002 pemerintah AS menempatkan tarif
ad valorem dari 8 persen menjadi 30 persen pada impor baja asing. Idenya
adalah untuk melindungi produsen baja dalam negeri dari impor murah dari
baja asing. Efeknya, bagaimanapun, adalah untuk menaikkan harga produk
baja di Amerika Serikat antara 30-50 %. Sejumlah konsumen baja AS, mulai
dari pembuat alat untuk perusahaan mobil, keberatan bahwa tarif baja akan
menaikkan biaya produksi mereka dan membuat lebih sulit bagi mereka untuk
bersaing di pasar global.
Dalam kasus baja, banyak yang berpendapat bahwa kerugian kepada
konsumen baja ternyata melebihi keuntungan untuk produsen baja. Pada bulan
November 2003, Organisasi Perdagangan Dunia menyatakan bahwa tarif
merupakan pelanggaran dari perjanjian WTO, dan Amerika Serikat dihapus
mereka pada bulan Desember tahun itu. Secara umum dapat diambil dua
kesimpulan dari analisis ekonomi mengenai pengaruh tarif impor, yakni :
1) Tarif yang jelas pro-produsen dan antikonsumen. Sementara mereka
melindungi produsen dari pesaing asing, pembatasan pasokan ini juga
menaikkan harga domestik. Hampir semua studi menemukan bahwa tarif
impor membebankan biaya yang signifikan pada konsumen dalam negeri
dalam bentuk harga.
2) Tarif impor yang mengurangi efisiensi keseluruhan ekonomi dunia , karena
tarif pelindung mendorong perusahaan domestik untuk menghasilkan
produk di dalam negara tersebut. Dalam teori, terdapat produksi lebih
efisien di luar negeri. Konsekuensina adalah tidak efisiensinya
pemanfaatan sumber. Sebagai contoh, tarif pada impor beras ke korea
selatan telah menyebabkan peningkatan produksi beras di negara itu.
Kadang-kadang tarif ekspor jauh lebih umum daripada tarif impor.
Secara umum, tarif ekspor memiliki dua tujuan : pertama, untuk
meningkatkan pendapatan bagi pemerintah, dan kedua untuk mengurangi
ekspor karena alasan politik.
b. Subsidi
Subsidi adalah pembayaran pemerintah untuk produsen dalam negeri.
Subsidi mengambil banyak bentuk, termasuk hibah tunai, pinjaman bunga
rendah, keringanan pajak, dan penyertaan modal pemerintah di perusahaan-
perusahaan domestik. Dengan menurunkan biaya produksi, subsidi membantu
produsen dalam negeri dalam dua bidang, yakni bersaing impor asing dan
mendapatkan pasar ekspor.
Pertanian cenderung menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari
subsidi di sebagian besar negara (sekali lagi, lihat diskusi pembuka untuk
contoh). Pada pertengahan 2000-an, Uni Eropa membayar sekitar ₠ 44 miliar
per tahun ($ 55 miliar) di subsidi pertanian. Tidak mau kalah, Mei 2002
Presiden George W. Bush menandatangani menjadi undang-undang tagihan
yang berisi subsidi lebih dari $ 180 miliar untuk petani AS tersebar lebih dari
10 tahun. Hal ini diikuti pada tahun 2007 oleh tagihan peternakan yang berisi $
286 miliar di subsidi untuk 10 tahun ke depan. Jepang juga memiliki sejarah
panjang mendukung produsen dalam negeri tidak efisien dengan subsidi
pertanian. Negara Focus menyertainya melihat subsidi untuk produsen gandum
di Jepang.
Subsidi nonpertanian jauh lebih rendah, tetapi mereka masih signifikan.
Misalnya, Boeing dan Airbus menerima subsidi untuk membantu mereka
menurunkan biaya pengembangan pesawat jet komersial baru. Dalam kasus
Boeing, subsidi datang dalam bentuk kredit pajak untuk belanja R & D atau
uang Pentagon yang digunakan untuk mengembangkan teknologi militer, yang
kemudian dipindahkan ke proyek-proyek penerbangan sipil. Dalam kasus
Airbus, subsidi berupa pinjaman pemerintah pada tingkat bunga di bawah
pasar.
Dalam praktiknya, banyak subsidi yang tidak berhasil meningkatkan
daya saing internasional dari produsen dalam negeri. Sebaliknya, mereka
cenderung melindungi yang tidak efisien dan mempromosikan kelebihan
produksi. Misalnya, subsini pertanian memungkinkan petani tidak efisien untuk
bertahan dalam bisnis, mendorong negara-negara untuk menghasilkan produk
pertanian yang disubsidi, mendorong negara-negara untuk menghasilkan
produk yang dapat tumbuh lebih murah di tempat lain dan diimpor, dan karena
itu mengurangi perdagangan internasional produk pertanian.
c. Kuota Impor dan Pembatasan Ekspor Sukarela
Kuota impor adalah pembatasan langsung pada kuantitas beberapa baik
yang dapat diimpor ke negara. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan
mengeluarkan izin impor untuk sekelompok individu atau perusahaan. Contoh
diberikan dalam fokus negara yang melihat bagaiana jepang menggunakan
kombinasi dari kuota tingkat tarif dan subsidi untuk melindungi efisiensi petani
gandum jepang dari kompetisi asing.
Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada
yang dilakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor
sukarela (Voluntary Export Restriction – VER). VER adalah kesepakatan antar
negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara
pengimpor. Tujuan kuota ekpor adalah untuk keuntungan negara pengekspor,
agar dapat memperoleh harga yang tinggi.
Seperti tarif dan subsidi, baik kuota impor dan VER menguntungkan
produsen dalam negeri dengan membatasi persaingan impor. Seperti dengan
semua pembatasan perdagangan, kuota tidak menguntungkan konsumen.
Kuota impor atau VER selalu meningkatkan harga domestik suatu yang baik
yang diimpor. Jika industri dalam negeri tidak memiliki kapasitas untuk
memenuhi permintaan, kuota impor dapat menaikkan harga untuk kedua
produksi dalam negeri dan impor.
d. Persyaratan Konten Lokal
Persyaratan konten lokal merupakan peraturan yang mengharuskan
sejumlah tertentu barang atau jasa dipasok oleh produsen-prosdusen dalam
pasar domestik. Tujuannya adalah untuk memaksa perusahaan-perusahaan dari
negara lain menggunakan sumberdaya lokal dalam proses prosuksinya,
terutama tenaga kerja. Persyaratan dapat dinyatakan baik dalam hal fisik
(misalnya, 75% komponen untuk produk haru diprosuksi secara lokal) atau
dalam nilai (misalnya, 75% dari nilai produk harus diproduksi secara lokal).
Negara-negara maju juga telah menggunakan pernyataan ini untuk mencoba
melindungi pekerja lokal dan industri dari kompetisi asing.
Negara-negara berkembang telah banyak digunakan peraturan konten
lokal untuk menggeser basis manufaktur mereka dari perakitan sederhana
produk yang bagian-bagiannya yang diproduksi di tempat lain ke dalam
manufaktur lokal dari bagian komponen. Negara-negara maju juga telah
menggunakan mereka untuk mencoba untuk melindungi pekerjaan lokal dan
industri dari kompetisi asing.
Peraturan konten lokal memberikan perlindungan bagi produsen
domestik dengan cara yang tidak sama dengan kuota impor (dengan membatasi
persaingan asing). Dampak ekonomi agregrat juga sama: produsen dalam
negeri menguntugkan, tetapu pembatasan impor menaikkan harga komponen
impor. Pada gilirannya, harga yang lebih tinggi untuk komponen impor
diteruskan kepada konsumen dari produk akhir berupa harga akhir yang lebih
tinggo. Sehingga dengan semua kebijakan perdagangan, peraturan konten loal
cenderung menguntungkan produsen, bukan konsumen.
e. Kebijakan Administratif
Pemerintah terkadang menggunakan kebijakan resmi atau administratif
untuk membatasi impor dan meningkatkan ekspor. Kebijakan administratif
adalah ketentuan pengendali atau peraturan birokratik yang dirancang untuk
menghambat arus impor yang deras ke dalam suatu negara. Tujuan utamanya
adalah proteksionisme. Kebijakan perdagangan administrasi aturan birokrasi
yang dirancang untuk membuat sulit untuk impor untuk masuk ke suatu negara.
Beberapa analis berpendapat bahwa Jepang adalah tuan dari hambatan
perdagangan ini. Dalam beberapa dekade terakhir hambatan tarif dan nontarif
resmi Jepang telah di antara yang terendah di dunia. Namun, kritikus menuduh
bahwa hambatan administrasi resmi negara untuk impor lebih dari
mengkompensasi hambatan formal rendah. Sebagai contoh, pada satu titik
Belanda diekspor tulip untuk hampir setiap negara di dunia kecuali Jepang. Di
Jepang, pemeriksa bea cukai bersikeras memeriksa setiap bola tulip dengan
memotong vertikal di tengah, dan bahkan kecerdikan Jepang tidak bisa
menempatkan mereka kembali bersama-sama.
f. Tugas Antidumping
Damping dipandang sebagai metode yang digunakan perusahaan untuk
membongkar kelebihan produksi di pasar luar negeri. Beberapa dumping
merupakan hasil perilaku predator, dengan produsen menggunakan keuntungan
besar dari pasar negara mereka untuk mensubsidi harga di pasar luar negeri
dengan maksud untuk mengedalikan pesaing di luar pasar domestik. Setelah
tercapai, perusahaan predator dapat menaikkan harga dan mendapatkan
keuntungan besar. Kebijakan anti dumping dirancang untuk menghukum
perusahaan-perusahaan asing yang terlibat dalam pembuangan. Tujuan
utamanya adalah untuk melindungi produsen dalam negeri dari pesaing asing
yang tidak adil. Contoh dumping terjadi pada tahun 1997, ketika dua produsen
Korea Selatan semikonduktor, LG Semicon dan Hyundai Electronics, dituduh
menjual chip dynamic random access memory (DRAM) di pasar AS di bawah
biaya produksi mereka. Tindakan ini terjadi di tengah-tengah banjir di seluruh
dunia kapasitas pembuatan chip. Diduga bahwa perusahaan berusaha untuk
membongkar produksi berlebih mereka di Amerika Serikat.
2. Alasan Pemerintah Melakukan Intervensi Dalam Perdagangan Internasional
Adanya campur tangan pemerintah dalam arus bebas perdagangan
dikarenakan alasan-alasan budaya, politik, dan ekonomi.
a. Motif Budaya
Negara-negara membatasi perdagangan barang dan jasa demi suaru
tujuan budaya yang paling umum adalah untuk melindungi identitas nasional.
Banyak negara memandang kebudayaan AS sebagai ancaman terhadap
kebudayaan nasionalnya sendiri karena kekuatan global perusahaan-
perusahaan AS dalam barang-barang konsumen serta dalam dunia hiburan dan
media.
b. Motif Politik
Melindungu lapangan perkerjaan, menjaga keamanan nasional,
menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh negara lain,
dan mendapatkan pengaruh atas negara-negara lain.
c. Motif Ekonomi
Motif ini sebagai upaya untuk melindungi industri-industri kecil dan
menengah dari kompetisi serta bentuk promosi sebagai kebijakan strategi
perdagangan. Meski demikian terdapat beberapa kelemahan dari strategi
proteksionisme ekonomi. Misalnya, sulit untuk menentukan industri kecil-
menengah seperti apa yang patut mendapatkan perlindungan, proteksi dari
kompetisi internasional membuat para pengusaha cepat puas dan menjadi
kurang kompetitif sehingga kurang adanya perbaikan kualitas dari waktu ke
waktu, dan lain sebagainya.
3. Argumen Politik Untuk Intervensi
Argumen politik intervensi pemerintah mencakup berbagai isu, termasuk
melestarikan pekerjaan, industri melindungi dianggap penting bagi keamanan
nasional, membalas persaingan asing yang tidak adil, melindungi konsumen dari
“bahaya” produk, memajukan tujuan kebijakan luar negeri, dan memajukan hak
asasi manusia individu di negara-negara pengekspor.
a. Melindungi Pekerjaan dan Industri
Argumen politik yang paling umum untuk intervensi pemerintah adalah
bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan industri dari kompetisi
asing yang tidak adil.
b. Keamanan Nasional
Negara kadang-kadang berpendapat bahwa perlu untuk melindungi
industri tertentu karena mereka penting bagi keamanan nasional. Industri terkait
pertahanan semacam ini sering mendapatkan perhatian (misalnya, aerospace,
elektronik canggih, semikonduktor, dll).
c. Melindungi Konsumen
Banyak pemerintah telah lama memiliki peraturan untuk melindungi
konsumen dari produk yang tidak aman. Pengaruh tidak langsung dari peraturan
tersebut adalah untuk membatasi atau melarang impor produk tersebut. Sebagai
contoh, pada tahun 2003 beberapa negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan,
memutuskan untuk melarang impor daging sapi Amerika setelah satu kasus
penyakit sapi gila ditemukan di negara bagian Washington. larangan itu
termotivasi untuk melindungi konsumen dari apa yang terlihat menjadi produk
yang tidak aman.
d. Melanjutkan Tujuan Kebijakan Luar Negeri
Pemerintah kadang-kadang menggunakan kebijakan perdagangan untuk
mendukung kebijakan luar negeri. Suatu pemerintah dapat memberikan hal
perdagangan preferensial ke negara dengan yang ingin membangun hubungan
yang kuat. kebijakan perdagangan juga telah digunakan beberapa kali untuk
menekan atau menghukum “negara-negara nakal” yang tidak mematuhi hukum
internasional atau norma-norma.
e. Melindungi Hak Asasi Manusia
Melindungi dan memajukan hak asasi manusia di negara-negara lain
merupakan elemen penting dari kebijakan luar negeri bagi banyak negara
demokrasi. Pemerintah kadang-kadang menggunakan kebijakan perdagangan
untuk mencoba untuk memperbaiki kebijakan hak asasi manusia dari mitra
dagang.
C. CONTOH KASUS
KASUS 1
Contoh kasus yang diambil disini adalah bagaimana perusahaan Mc Donalds milik
Amerika Serikat untuk dapat membuka cabangnya di Indonesia harus terlebih dahulu
memiliki lisensi agar dapat beroperasi. Tanpa adanya lisensi seseorang tidak dapat
membuka cabang dari perusahaan makanan cepat saji tersebut. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberlakuan lisensi tersebut merupakan usaha untuk mempersulit
produk asing beroperasi di Indonesia.
KASUS 2
Contoh kasus di ambil dari perusahaan grabcar yang dimana Pemerintah
diminta segera turun tangan untuk menjembatani kepentingan perusahaan teknologi
berbasis transportasi dengan para mitranya. Sebuah permintaan agar pemerintah
campur tangan disampaikan oleh pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan. Tigor
menyampaikan hal itu terkait konflik sejumlah pengemudi GrabCar dengan manajemen
yang terjadi belakangan. "Dengan regulasi yang ada, pemerintah punya kekuatan
hukum untuk campur tangan, seperti hubungan kemitraan yang bermasalah itu.
Regulasi yang dimaksud, yakni revisi Permenhub No.32/2016. Dalam peraturan itu
terdapat poin-poin yang secara umum membatasi kuasa perusahaan layanan, seperti
Gojek, Grab, dan Uber, dalam menentukan tarif dan jumlah kendaraan.
Dengan keadaan saat ini, perusahaan penyedia layanan lebih diuntungkan
ketimbang mitra pengemudi. Dalam kasus Grab misalnya, kode etik yang dibuat tidak
melibatkan pihak pengemudi selaku mitra kerja. Kendati demikian, ia juga mengakui,
ada sejumlah pengemudi yang berbuat curang dalam praktiknya. Ia mencontohkan,
dengan pengalamannya yang pernah ditagih tarif tambahan.Perkara sejumlah
pengemudi GrabCar yang tak terima akunnya dinonaktifkan oleh perusahaan,
merupakan contoh bahwa intervensi pemerintah sebagai pengawas dibutuhkan. Tigor
menambahkan, konflik tersebut bisa dihindari apabila pemerintah bisa memenuhi
perannya sebagai pengawas, baik mengawasi hubungan kerja sama antara pengemudi-
perusahaan serta hak masyarakat sebagai penumpang yang berhak mendapat angkutan
nyaman, aman, dan terjangkau.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perdagangan internasional,
negara turut campur tangan melalui adanya peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Sebebas apapun pasar, interaksi dagang baik perusahaan swasta maupun perseorangan
tentu harus melalui peratusan-peraturan yang ditetapkan oleh negara. Hal ini jelas
penting sebab bisnis merupakan salah satu cara negara untuk memenuhi kesejahteraan
rakyat. Instrument-instrumen yang digunakan negara dapat berupa metode promosi
dalam rangka memperlancar transaksi dagang maupun metode pembatasan yang
ditujukan untuk melindungi produksi dalam negeri.
D. KESIMPULAN
Intervensi pemerintah dalam perdagangan sangatlah penting dan mengingat
semakin luas maraknya perdagangan bebas. Contohnya MEA dalam lingkp negara Asia
Tenggara. Intervensi pemerintah ditujukan dengan adanya pemberlakuan tarif dan
nontarif (subsidi, kuota, antidumping dan sebagainya). Alasan pemerintah campur
tangan dalam perdagangan internasional terkait dengan budaya untuk melindungi
identitas nasional, dalam bidang ekonomi (melindungi industri-industri domestik dari
persaingan) dan dalam bidanh politik (melindungi lapangan pekerjaan, menjaga
keamanan nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh
negara lain).
E. DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charles W.L., 2010, International Business : compering In The Glbal Market
Place, anonym: McGra Hill Irwin.
Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan
Internasional,Makalah, Bogor : Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor.
http://rifdadenita.blogspot.co.id/2015/12/makalah-perdagangan-
internasional.html?m=1
https://sites.google.com/site/iwansubhanhotmail/makalah

Anda mungkin juga menyukai