Anda di halaman 1dari 11

ETIKA KEPADA ALLAH DAN NABI

Makalah

Al Islam Kemuhammadiyahan 1

Disusun Oleh:

1. Ana Prihartanti 16.0102.0000


2. Muhammad khadiq 15.0102.0203
3. Siti Eri Oktafia 16.0102.0072

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2019
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim hendaknya menyadari betapa banyak kenikmatan yang tidak
bisa dihitung yang diberikan oleh Allah Swt. Nikmat-nikmat yang tidak terhitung itu
dimulai semenjak kita berada di dalam rahim sampai dia kembali menghadap-Nya.
Hendaknya kita mensyukuri dengan lisan dari hati yang terdalam serta dibarengi tindakan
untuk menaati segala perintah-Nya. Begitulah kita beretika kepada Allah. Jangan sampai
kita mengingkari kebaikan Allah Swt. karena hal itu tidaklah etis.Ada banyak tindakan
yang bisa kita lakukan dalam upaya kita untuk mencerminkan rasa syukur kita kepada
Allah Swt. atas segala nikmat yang diberikannya-Nya kepada kita.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Etika?
2. Apakah pengertian dari Etika kepada Allah?
3. Apakah pengertian dari Etika kepada nabi?
4. Mengapa kita harus beretika kepada Allah dan nabi ?
5. Mencakup apa sajakah akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT dan Rasulullah
SAW dalam kehidupan sehari-hari ?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Etika?
2. Untuk mengetahui pengertian dari Etika kepada Allah?
3. Untuk mengetahui pengertian dari Etika kepada nabi?
4. Untuk mengetahui seberapa penting kita harus beretika kepada Allah dan nabi ?
5. Untuk mengetahui apa sajakah akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT dan
Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari ?
PEMBAHASAN
A. Apakah pengertian dari Etika dalam islam ?
Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan
bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang tercantum
dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan
keputusan,peraturan)

“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung”


Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan
barat. Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka etika
islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan
selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga
atau neraka (Musnamar, 1986: 88)
B. Apakah pengertian dari Etika kepada Allah?
Ada beberapa etika seperti; taqwa, cinta dan ridha, ikhlas, dll. Semua itu adalah bagian
dari etika kita kepada Sang Maha Pencipta.
1. Taqwa
Pengertian taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
sgala perintah-Nya dan mnjauhi segala larangan-Nya.  ‘Afif ‘Abd al-Fattah
Thabbarah dalam bukunya Rub ad-Din al-Islami mendefinisikan taqwa dengan : “
Seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang kemarahan
Tuhannya dan dari segala sesuatu yang mndatangkan mudharat, baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain”. Thabbarah mengatakan bahwa makna asal dari
taqwa adalah pemeliharaan diri.
2. Cinta dan ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat
dan asa kasih sayang. Bagi seorang mukmin, cinta, pertama dan utama sekali
diberikan kepada Allah SWT. Allah lebih dicintai dari segala-galanya. Allah
berfirman: (Al-baqarah 2:165) 165. Adapun orang-orang yang beriman Amat
sangat cintanya kepada Allah. (QS. Al Baqarah 2:165)Sejalan dengan cintanya
kepada Allah Swt, seorang Mukmin akan mencintai Rasul dan jihad pada jalan-
Nya. Inilah yang disebut denagn cinta utama.
3. Iklas
Secara etimologis ikhlash (bahasa Arab) berakar dai kata lasha dengan arti bersih,
jernih, murni; tidak bercampur. Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas
adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
4. Khauf dan Raja’
Sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap Muslim.
Bila salah satu domain dari yang lainnya akan melahirkan pribadi yang tidak
seimbang. Yaitu sikap orang kafir dan orang-orang yang merugi, Allah SWT
berfirman :
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
(QS. Yusuf 12:87)
C. Apakah pengertian dari Etika kepada nabi?
Menghormati dan beretika mulia dalam berintraksi kepada Rasulullah SAW adalah
kewajiban kita sebagai umat beliau. Sedemikian wajibnya, sehingga dampak dari
kelalaian beretika kepada beliau SAW berakibat pada hilangnya ganjaran ibadah yang
kita lakukan. Allah SWT berfirman:
{ ‫يا أيها الذين ٱمنوا ال ترفعوا أصواتكم فوق صوت النبي وال تجهروا له بالقول كجهر بعضكم لبعض أن تحبط أعمالكم وأنتم ال‬
‫}تشعرون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara melebihi suara
Nabi. Jangan pula kalian bersuara lantang (saat berbicara) kepadanya, sebagaimana
lantangnya (suara) sebagian kalian kepada sebagian lainnya. Itu (menyebabkan)
terhapusnya ganjaran amalan, sementara kalian tidak merasakannya. (QS. Al-Hujurat: 2)
Bukan itu saja, etika buruk seorang mukmin pada Nabi tergolong sebagai bentuk
kekufuran kepada Allah SWT, dan kelak di akhirat akan sebagai orang-orang yang
merugi. Sebagaimana firman-Nya:
{‫}ومن يكفر باإليمان فقد حبط عمله وهو في اٱلخرة من الخاسرين‬
“Dan barang siapa yang kufur setelah beriman, ganjaran amalannya akan terhapus, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-Maidah: 5)
D. Mengapa kita harus beretika kepada Allah dan nabi ?
1. Diciptakan memang untuk ibadah, sebagaimana firman Allah swt.,
”Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.”(adz-Dzariyaat: 56)
2. Tanda syukur atas diciptakannya kita oleh Allah swt., sebagaimana firman-Nya,
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu megingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-
Ku sangat pedih.”(Ibrahim: 7)
3. Konsekuensi janji kita kepada Allah swt.
”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak
cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
roh mereka (seraya berfirman),’ Bukankah Aku ini Tuhanmu?’
Mereka menjawab,’Betul (Engkau Tuhan kami),kami bersaksi.”(al-A’raaf: 172)
4. Tugas yang harus ditanamkan oleh setiap Rasul kepada umatnya,
Allah berfirman,
”Dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat
(untuk menyerukan) ,”Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut.”(an-Nahl: 36)
5. Allah satu-satu yang tepat untuk disembah karena Dia Maha Kuasa, sebagaimana
firman-Nya,
”Allah menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar- benar meliputi segala
sesuatu.”(ath- Thalaaq: 12)
6. Adanya azab Allah di akhirat bagi orang yang tidak mengabdi kepada-Nya, Allah
swt. berfirman,
”Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika
aku mendurhakai Tuhan-Ku.”(al-An’aam: 15)
Kita sebagai umat Islam wajib beriman kepada nabi dan rasul, diantaranya :
1. Beriman kepada semua Rasul Allah merupakan salah satu kewajiban yang
bersifat mutlak bagi setiap muslim. Sebab beriman kepada Rasul Allah termasuk
dalam Rukun Iman.
2. Orang yang tidak beriman kepada Rasul, berarti sama saja ia bukanlah orang
Islam. Sebab ia telah mengkufuri salah satu rukun Iman.
3. Beriman kepada Nabi dan Rasul merupakan salah satu cara guna mendekatkan
diri kepada Allah SWT agar selamat di dunia dan di akhirat.
4. Beriman kepada Nabi dan Rasul merupakan salah satu cara untukmembuktikan
bahwa kita benar-benar mencintai Allah SWT.
5. 5. Dengan beriman kepada Nabi dan Rasul, menjadikan kita mendapat rahmat
dari Allah SWT serta mendapatkan figur yang dapat dijadikan suritauladan.
E. Cara Berakhlak Kepada Allah dan Rasulullah
1. Berakhlak kepada Allah
a) Bertaubat (At-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk
yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan
perbuatan baik;
b) Bersabar (Ash-Shabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan
diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi bukan berarti bahwa sabar itu
langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang
dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksudkannya adalah sikap
yang diawali dengan ikhtisar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila
seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan;
c) Bersyukur (Asy-Syukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh
Allah kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Lalu disertai
dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang member nikmat, yaitu
Allah;
d) Bertawakkal (At-Tawakkal), yaitu menyerahkan segala urusan kepada
Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu
yang diharapkannya. Oleh karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi
bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus
lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan ketentuannya
kepada Allah. Maka dengan cara yang demikian itu, manusia dapat meraih
kesuksesan dalam hidupnya;
e) Ikhlas (Al-Ikhlaash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya (menunjuk-
nunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik, maka
amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila dikerjakannya dengan
ikhlas;
f) Bersikap takut (Al-Khauf), yaitu suatu sikap jiwa yang sedang menunggu
sesuatu yang tidak disenangi dari Allah, maka manusia perlu berupaya
agar apa yang ditakutkan itu, tidak akan terjadi.
2. Berakhlak kepada Allah
a) Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak
bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu
bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang
tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:
ُّ ‫الص‚‚‚دِّيقِينَ َو‬
‫الش‚‚‚هَدَاء‬ َ ِ‫َّس‚‚‚و َل فَأُوْ لَـئ‬
ِّ ‫ك َم‚‚‚ َع الَّ ِذينَ أَ ْن َع َم هّللا ُ َعلَ ْي ِهم ِّمنَ النَّبِيِّينَ َو‬ ُ ‫َو َمن يُ ِط‚‚‚ ِع هّللا َ َوالر‬
٦٩ ‫ك َرفِيقا ً ﴿ألنسا‬ َ ِ‫﴾ َوالصَّالِ ِحينَ َو َحسُنَ أُولَـئ‬
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya (QS 4:69).
b) Mencintai dan memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada
Allah disebutkan dalam firman Allah
َ‫ارةٌ ت َْخ َش‚وْ ن‬ َ ‚‫قُلْ إِن َكانَ آبَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنَآ ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ‚ َوانُ ُك ْم َوأَ ْز َوا ُج ُك ْم َوع َِش‚ي َرتُ ُك ْم َوأَ ْم‬
َ ‚‫‚وا ٌل ا ْقتَ َر ْفتُ ُموهَ‚‚ا َوتِ َج‬
ُ ‫وا َحتَّى يَ‚‚أْتِ َي هّللا‬
ْ ‚‫َّص‬
ُ ‫ض‚وْ نَهَا أَ َحبَّ إِلَ ْي ُكم ِّمنَ هّللا ِ َو َر ُس‚ولِ ِه َو ِجهَ‚‚ا ٍد فِي َس‚بِيلِ ِه فَتَ َرب‬ َ ْ‫َك َسا َدهَا َو َم َسا ِكنُ تَر‬
٢٤﴿ َ‫﴾بِأ َ ْم ِر ِه َوهّللا ُ الَ يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْالفَا ِسقِين‬
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
‫اليؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين‬.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih
dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan
manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).
c) Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara
harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar
dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah
memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai berikut:
‫البخيل من ذكرت عنده فلم يص ّل عل ّى‬
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku
didekatnya, tetapinia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).

‫من صلّى عل ّى صالة صلّى هللا عليه بها عشرا‬


Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan
bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).

‫إن اولى النّاس بى يوم القيامة اكثرهم عل ّي صالة‬


ّ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari
kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R
Turmudzi).
d) Mencontoh akhlak Rasulullah.
Jika Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam memperthankan
prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah
berfirman:
ِ َّ‫ُّم َح َّم ٌد َّرسُو ُل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ َم َعهُ أَ ِش َّداء َعلَى ْال ُكف‬
ْ َ‫ار ُر َح َماء بَ ْينَهُ ْم تَ َراهُ ْم ُر َّكع‚ا ً ُس‚جَّداً يَ ْبتَ ُغ‚ونَ ف‬
َ‫ض‚الً ِّمن‬
٢٩ ‫﴾ هَّللا ِ َو ِرضْ َوانا ً ﴿الفتح‬
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).
e) Melanjutkan Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam.
Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul
telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun
demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita
tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah
Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul
Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang
Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku
dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
f) Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang
orang-orang yang tidak suka padanya.Berakhlak baik kepada Rasul Saw
juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang
konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang
takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
ِ ‫﴾إِنَّ َما يَ ْخ َشى هَّللا َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَ َماء إِ َّن هَّللا َ ع‬
٢٨﴿ ‫َزي ٌز َغفُو ٌر‬
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (QS 35:28).
g) Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak,
tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum
muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh
kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku (HR. Hakim).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang
berakhlak mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar. Rasulullah adalah
Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat anugerah yang
begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-Rasul yang diutus Allah pun
selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak yang begitu mulia pula. Akhlak
terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi kehidupan kita,
karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus memperlakukan beliau
dengan begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman sahabat-sahabat beliau yang
begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam
sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman kepada nabi dan rasul,
yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada
ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang
disampaikannya.
B. Saran
Setelah membaca makalah diatas maka kita sudah sepantasnya untuk menjalankan semua
cara-cara berakhlk kepada Allah s.w.t dan Rasulnya.

     
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Jabir El Jazair, Pola Hidup Muslim [minhajul Muslim]: Etika, Bandung: Remaja
Rosdakarya (1993).
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2002.
Bakar, Abu Jabir al-Jazairy, Pedoman dan program Hidup Muslim, CV Toha Putra, Semarang,
1984, hlm 48. -http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-
ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul. tgl 15. 12. 2011.
Brainly.co.id
Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo, Jakarta, 2004
https://www.suaraislam.com (diakses tanggal 15 Okober 2019)
Mansyur, Akidah Akhlak II. Penerbit Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1997, hlm 176.
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Banddung, 1997.
Rusli, Nasrun, SH, dkk. Materi pokok akidah akhlak 1, Direktorat jenderal pembianaan
kelembagaan agama islam dan universitas terbuka.1993.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI (2001).
Zahruddin AR, Sinaga, Usamah, Abu Masykur, “Aku Cinta Rosul shallallahu ‘alaihi wa
sallam“, cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007), , Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai