0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
106 tayangan23 halaman
Modul ini membahas berbagai jenis hambatan perdagangan non-tarif (NTBs) yang dapat menyebabkan kegagalan pasar seperti subsidi ekspor, subsidi kredit ekspor, kuota impor, pembatasan sukarela ekspor, persyaratan kandungan lokal, pengadaan nasional, dan hambatan birokrasi. Modul ini juga menjelaskan alasan-alasan mengapa tarif dan NTBs tetap muncul meskipun ekonom tidak merekomendasikannya
Modul ini membahas berbagai jenis hambatan perdagangan non-tarif (NTBs) yang dapat menyebabkan kegagalan pasar seperti subsidi ekspor, subsidi kredit ekspor, kuota impor, pembatasan sukarela ekspor, persyaratan kandungan lokal, pengadaan nasional, dan hambatan birokrasi. Modul ini juga menjelaskan alasan-alasan mengapa tarif dan NTBs tetap muncul meskipun ekonom tidak merekomendasikannya
Modul ini membahas berbagai jenis hambatan perdagangan non-tarif (NTBs) yang dapat menyebabkan kegagalan pasar seperti subsidi ekspor, subsidi kredit ekspor, kuota impor, pembatasan sukarela ekspor, persyaratan kandungan lokal, pengadaan nasional, dan hambatan birokrasi. Modul ini juga menjelaskan alasan-alasan mengapa tarif dan NTBs tetap muncul meskipun ekonom tidak merekomendasikannya
PEREKONOMIAN PASAR KELOMPOK 3 : FENTIAGO (*********) SALSABILA KHALDA (030723591) Kb. 2 Kegagalan Pasar karena Non-Tarief Barriers Analisis tarif menunjukan bahwa tarif memunculkan deadweight loss yang menggambarkan inefiensi. Selain tarif, ada penghambat perdagangan internasional lainnya yang disebut hambatan bukan tarif (non-tariff barriers(NTB)) Variasi dari NTBs adalah export subsidy, export credit subsidy, import quota, voluntarily export restrains, local content requirements, national procurement, dan red tape barriers A. EXPORT SUBSIDY Subsidi Ekspor (Export Subsidy) adalah pemberian subsidi oleh regulator kepada produsen yang melakukan ekspor. Subsidi ekspor memberikan insentif kepada produsen untuk memproduksi produk tradable (produk yang bisa diperdagangkan secara internasional). Produsen akan lebih memilih mengekspor produknya dibanding dengan menjual produknya ke pasar domestik. Kondisi ini menyebabkan persediaan barang dipasar domestik berkurang dan mengakibatkan kenaikan harga domestik Subsidi Ekspor biasanya muncul jika suatu negara mengadopsi strategi export promotion yang bisa ke sektor ekspor. Subsidi ekspor diharapkan mampu menstimulir tumbuhnya sektor tradable. Namun, tentu saja ongkosnya adalah kemrosotan sektor- sektor lainnya karena terjadi overinvestment disektor subsidi ekspor, mengakibatkan overinvestment disektor- sektor non-subsidi-ekspor. B. EXPORT CREDIT SUBSIDY Subsidi kredit ekspor adalah pinjaman/kredit kepada pembeli (pengimpor) untuk mengimpor suatu barang. Pada prinsipnya adalah memberikan insentif kepada pembeli internasional ( dalam bentuk harga “murah”) untuk membeli produk ekspor suatu negara yang kurang atau tidak laku. Instrument ini muncul biasanya karena suatu negara memaksakan untuk memproduksi barang yang negara tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif di produk tersebut. C. IMPORT QUOTA Kuota impor adalah batasana jumlah impor barang. Batasan impor ini membatasi jumlah batasan persediaan produk di pasar domestik. Contoh menggambarkan kuota impor sebesar 40 ada di halaman 7.28 D. VOLUNTARY EXPORT RESTRAINTS Voluntary export restraints (VER) adalah kuota yang “dipasang” sendiri secara sukarela oleh negara pengekspor, bukan pengimpor. VER untuk menghindari hambatan perdagangan yang lebih distortif. E. LOCAL CONTENT REQUIREMENT Local content requirement atau persyaratan kandungan lokal merupakan pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik. Seperti kuota impor minyak AS di tahun 1960-an. Harga imput domestik lebih tinggi di banding dengan produk subsitusinya yang ada di pasar internasional. Akibatnya, harga produk menjadi lebih tinggi. Harga ini diteruskan ke konsumen. Pada harga yang tinggi tentu saja permintaan mengecil. F. NATIONAL PROCUREMENT National procurement adalah jaminan dari pemerintah untuk membeli produk-produk domestik. Dengan jaminan tersebut, pemerintah bisa mengarahkan suatu produk untuk diproduksi secara domestik, meskipun produk tersebut akan lebih murah apabila di impor. Dampak awal dari instrument tersebut adalah naiknya harga jual produk karena proses produksinya belum mencapai kapasitas optimal. Atau, harga bisa rendah apabila regulator bersedia memberikan subsidi pada produk tersebut. G. RED-TAPE BARRIERS Hambatan perdagangan internasional bisa berbentuk birokrasi. Hambatan birokrasi adalah hambatan perdagangan yang tidak jelas (tidak transparan). Hambatan jenis ini bisa mengeliminasi dengan mudah ekspor dari suatu negara ke negara tersebut. Misalnya, negara A tidak menolak ikan dari negara B karena mempunyai bau “amis”. Definisi amis tentu tidak universal. Adanya hambatan birokrasi, pengekspor akan menghadapi kondisi yang tidak menentu, terutama tentang kemungkinan penolakan produk H. INTERVENSI NILAI TUKAR Sering kali pemerintah suatu negara mengadopsi rezim nilai tukar tetap. Misalnya nilai tukar USD dalam Rupiah adalah Rp 8000.- per 1 USD apabila inflasi Indonesia lebih tinggi dari AS maka Rupiah harus terdepresiasi menjadi Rp 8500.- per 1 USD. Kadang kala, pemerintah juga memberlakukan variasi nilai tukar bergantung pada jenis transaksi. Misalnya pemerintah menetapkan harga USD yang lebih rendah untuk keperluan impor bahan baku untuk produk ekspor di banding untuk impor produk konsumsi. I. PICKING WINNER Picking Winner adalah kebijakan pemerintah di suatu negara untuk memberikan fasilitas/subsidi untuk produk andalan ekspornya. Misalnya, sektor tekstil di negara A menjadi andalan ekspor maka sektor tekstil tumbuh dengan percepatan dan tentu menyerap banyak sumber daya perekonomian. Meskipun pemerintah tidak memberikan fasilatas lebih, sektor tersebut akan menjadi produk andalan ekspor. J. EMBARGO Embargo adalah larangan pemerintah untuk berdagang (baik ekspor maupun impor) dengan suatu negara tertentu. Misalnya, Amerika dan sekutunya menutup perdagangan dengan Irak. Efek langsung dari Embargo adalah langkanya produk-produk impor. Kelangkaan produk impor inelastis seperti obat atau bahan bakar akan naik dengan cepat. Ini menunjukan pentingnya perdagangan internasional. MENGAPA TARIF DAN NTBS MUNCUL Hampir semua ekonom tidak merekomendasikan hambatan perdagangan internasional, baik tarif maupun non-tarif, namun hambatan perdagangan tetap muncul. Ada beberapa alasan munculnya hambatan perdagangan internasional : A. Mercantilism Paham Mercantilism yang lahir pada zaman sistem monoter internasional Gold standart menganjurkan bahwa negara perlu memasang tarif supaya neraca perdaganganya menjadi surplus. Pada masa Gold Standard ukuran kemakmuran suatu negara bergantung pada jumlah emas yang dimiliki. Sekarang emas bukan lagi menjadi uang atau jaminan untuk menerbitkan uang. B.Infant Industry Argument LCDs terkadang mempunyai keinginan mengembangkan industri yang dianggap mempunyai economies of scale. Untuk tahap awal industri tersebut tentu tidak mampu bersaing melawan first movers. Oleh karena itu memerlukan proteksi untuk memberi kesempatan tumbuh dewasa. Setelah dewasa, diharapkan mampu bersaing di pasar internasional tanpa proteksi ini disebut infant industry argument. C. Aktifitas Rent Seeking Perdagangan internasional memunculka intervensi yang pada dasarnya menghambat perdagangan internasional. Tarif menguntungkan produsen, namun merugikan konsumen. Oleh karena itu, produsen mempunyai insentif untuk mengalokasikan dana untuk mendapatkan tarif. Mereka melobi regulator. Konsumen yang dirugikan secara individu tidak banyak, namun secara agregat sangat banyak. Oleh karena itu, individu-individu yang dirugikan tidak punya cukup insentif untuk melawan para pelobi. D. Engel’s Law Negara yang sedang berkembang biasanya mengandalkan perolehan ekspornya dari sektor kebutuhan primen, yaitu bahan-bahan makanan dan bahan-bahan baku. Permintaan barang-barang ini mempunyai elastisitas pendapatan yang rendah (engel’s law). Perdagangan internasional akan mampu bertindak sebagai lokomotif pembangunan jika berbasis pada sektor yang mempunyai elastisitas pendapatan tinggi seperti manufaktur. 1. Argumen upah di negara partner yang murah Biasanya untuk industri tertentu, negara yang sudah berkembang khawatir terhadap masuknya barang-barang yang di produksi dengan tenaga kerja dari negara lain yang murah. Argumen ini akan menjadi lebih ekstrim dengan tambahan bahwa tingkat upah tinggi dari negara Yang sudah maju akan konvergen dengan tingkat upah yang lebih rendah dari negara yang sedang berkembang. Ada beberapa kesalahan dalam argumen tersebut. Pertama, tenaga kerja yang mempunyai tingkat gaji yang lebih tinggi karena prduktifitasnya tinggi. Kedua, pola perdagangan di sebabkan oleh keunggulan komparatif bukan karena tingkat gaji. 2. Retaliasi Hambatan perdagangan, misalnya tarif bisa muncul karena alasan retaliasi (balasan) Tarif war ini selain bisa memunculkan tarif, juga memberikan insentif bagi suatu negara untuk tidak memulai mengenakan tarif produk dari negara lain. 3. Kebijakan yang tidak netral (bias) Tarif dan NTBs adalah instrumen pemerintah untuk melakukan intervensi sebuah perekonomian. Secara umum, tarif dan NTBs bias ke sektor atau produk tertentu. Akibatnya, sektor-sektor pilihan akan menyedot resources perekonomian yang terbatas. Tarif untuk suatu barang biasanya mempunyai dampak negatif terhadap barang lainnya. Tarif untuk memberikan proteksi industri yang sedang turun kinerjanya karena adanya inefisiensi dari kompetisi internasional akan menolong mengurangi pengangguran di industri tersebut. 4. Laissez faire dan keunggulan komparatif Pada prinsipnya, intervensi perdagangan internasional tidak membuat perekonomian menjadi lebih baik. Barangkali hampir semua ekonom tidak mendukung adanya Hambatan perdagangan internasional baik tarif maupun NTBs. Banyak argumen bahwa negara yang sedang berkembang akan “tergilas” oleh perdagangan internasional. Argumen ini adalah argumen short sighted (jangka pendek). Apabila tarif dihapus, sebagian produsen akan gulung tikar. Setelah gulung tikar, mereka akan berupaya pindah ke sektor lain yang lebih efisien dan sesusai dengan keunggulan komparatif mereka. SEKIAN DAN TERIMAKASIH